ARTIKEL PENELITIAN
Analisis Kejadian Konjungtivitis pada Pekerja Bengkel
Bagian Pengelasan Mobil di Makassar
Khusnul Khatima. S
Sub departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
[Type text]Page 1
[Type the document title]
[Type text]Page 2
[Type the document title]
menimbulkan hasil samping berupa asap 2002 terhadap pekerja pengelasan listrik di
las, gas Nitrogen Oksida (NOX), gas Pasar Semanggi, Surakarta, didapatkan
Nitrogen Dioksida (NO2), sinar infra intensitas cahaya las sebesar 289,7 – 348,0
merah dan sinar ultraviolet. Sinar luks, sebesar 23,08% responden
ultraviolet yang dihasilkan dari proses mengalami gangguan ketajaman
pengelasan tersebut dapat merusak selaput penglihatan ringan dan 30% responden
konjungtiva mata, dengan gejala mata mengalami konjungtivitis.7 Survey
seakan-akan ada pasir di dalamnya.2 pendahuluan yang dilakukan terhadap 31
pekerja bengkel di Kabupaten Cilacap,
Konjungtivitis adalah peradangan
Jawa Timur, mendapatkan hasil bahwa
pada selaput bening yang menutupi bagian
80,6% merasakan gangguan pada mata
putih mata dan bagian dalam kelopak mata.
sebelum, saat dan sesudah bekerja berupa
Peradangan tersebut menyebabkan
mata pedih, mata berair berlebih, mata
timbulnya berbagai macam gejala, salah
seperti kemasukan pasir, mata terasa panas,
satunya adalah mata merah. Penyakit ini
mata terasa gatal, penglihatan menjadi
bervariasi mulai dari hyperemia ringan
buram dan perasaan pusing setelah bekerja.
dengan mata berair sampai konjungtivitis
Gejala konjungtivitis yang dirasakan oleh
berat dengan banyak sekret purulen
responden yang diwawancarai merupakan
kental.3 Konjungtivitis dapat disebabkan
konjungtivitis fotoelektrik yang merupakan
oleh bakteri, klamidia, virus, parasit,
penyakit yang ditimbulkan oleh
riketsia, alergi dan radiasi sinar ultraviolet
pekerjaannya karena responden
(fotoelektrik).4 Konjungtivitis dapat terjadi
mengatakan keluhan akan hilang atau tidak
pada orang dewasa dan anak-anak. Di
dirasakan apabila responden berhenti atau
Negara maju seperti Amerika, telah
libur melakukan pengelasan. Selain itu,
diperhitungkan bahwa 6 juta penduduknya
gangguan yang dirasakan tidak hanya
telah terkena konjungtivitis akut5 dan
dirasakan oleh beberapa orang saja
diketahui insiden konjungtivitis bakteri
melainkan seluruh pekerja mengaku
sebesar 135 per 10.000 penderita, baik
merasakan gejala tersebut apabila telah
pada anak-anak maupun pada dewasa dan
melakukan pengelasan.8
juga lansia. Insidensi konjungtivitis di
Indonesia saat ini menduduki tempat kedua Ketahanan individu dari pekerja
(9,7%) dari 10 penyakit mata utama.6 sangat sulit untuk diukur, pekerja yang
Berdasarkan hasil penelitian ketajaman terpapar oleh lingkungan yang sama dalam
penglihatan oleh Trisnowiyanto tahun periode waktu yang sama mungkin akan
[Type text]Page 3
[Type the document title]
menerus diganti, temperatur yang relatif dapat menjadi faktor risiko terjadinya
rendah karena penguapan air mata, Konjungtivitis seperti tidak menggunakan
sehingga perkembangbiakan alat pelindung diri (APD) dan frekuensi
mikroorganisme terhambat, paparan yang lama. Data pengukuran
penggelontoran mikroorganisme oleh adanya kecenderungan merasakan mata
aliran air mata, mikroorganisme tertangkap merah yang memberat saat bekerja tapi
oleh mukous konjungtiva hasil sekresi sel- dapat sembuh kembali setelah beristirahat
sel goblet kemudian akan digelontor oleh selama beberapa hari. Sampel dalam
aliran air mata. 5 penelitian ini adalah pasien dengan
diagnosis Konjungtivitis yang masih
Penanganan dari konjungtivitis
berlangsung saat melakukan pekerjaan.
adalah berdasar pada identifikasi antigen
Distribusi sampel penelitian berdasarkan
spesifik dan eliminasi dari pathogen
jenis pekerjaan yang dilakukan, didapatkan
spesifik. Pengobatan suportif seperti
hasil 1 pekerja dari 4 pekerja, mengeluh
lubrikan dan kompres dingin dapat
mata merah. Akan tetapi penelitian pada
membantu meredakan gejala yang
studi cross sectional terdapat beberapa
dirasakan oleh pasien. Obat-obatan yang
kelemahan yaitu kurangnya jumlah kasus
menurunkan respon imun juga digunakan
yang didapatkan, berat- ringannya kasus
pada kasus konjungtivitis untuk
yang sulit ditentukan karena keterbatasan
menurunkan respon imun tubuh dan
sarana pemeriksaan, dan kurangnya waktu
meredakan gejala inflamasi.Obat-obatan
yang didapatkan untuk melanjutkan
yang dapat digunakan seperti steroid
survey. Selain itu, penelitian dengan studi
topical, antihistamin, non-steroid anti-
ini tidak menggambarkan perjalanan
inflamasi nonsteroid (OAINS) topical.
penyakit, insiden, maupun prognosis
(ventocillia)
penyakit.
Bahan yang digunakan pada survei ini
METODE
adalah checklist yang di buat. Checklist ini
Penelitian ini menggunakan metode
dibuat berdasarkan informasi yang
penelitian deskriptif dengan pendekatan
diperlukan daripada tujuan survei ini
cross sectional melalui proses walk
dilakukan. Pada survei ini, informasi yang
through survey. Data yang digunakan
diperlukan adalah ada tidaknya faktor
berupa kebiasaan responden, dan data
hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat
faktor-faktor hazard di lingkungan kerja
pelindung diri yang digunakan,
pekerja pengelasan di bengkel mobil yang
[Type text]Page 6
[Type the document title]
[Type text]Page 7
[Type the document title]
jangka waktu 3 tahun selama 8 – 9 jam per seakan-akan ada pasir di dalamnya hal ini
hari bekerja di bengkel bagian pengelasan. sesuai dengan survey pendahuluan yang
Dan sisanya mengeluh penyakit yang dilakukan terhadap 31 pekerja bengkel di
berbeda, yang juga berhubungan dengan Kabupaten Cilacap, Jawa Timur,
pekerjaan. mendapatkan hasil bahwa 80,6%
Berdasarkan data yang telah didapatkan, merasakan gangguan pada mata sebelum,
beberapa faktor hazard fisik diketahui saat dan sesudah bekerja berupa mata
menjadi risiko terhadap terjadinya pedih, mata berair berlebih, mata seperti
Konjungtivitis pada pekerja bengkel bagian kemasukan pasir, mata terasa panas, mata
pengelasan, seperti tidak menggunakan terasa gatal, penglihatan menjadi buram
APD dan frekuensi paparan sinar dan perasaan pusing setelah bekerja.
ultraviolet sebagai hasil samping Gejala konjungtivitis yang dirasakan oleh
pengelasan yang lama. Karakteristik responden yang diwawancarai merupakan
pekerjaan yang didapatkan yang juga konjungtivitis fotoelektrik (karena radiasi
berhubungan terhadap kejadian sinar ultraviolet) yang merupakan penyakit
Konjungtivitis yaitu jangka waktu kerja yang ditimbulkan oleh pekerjaannya
yang lama yaitu 3 tahun, durasi kerja lebih karena responden mengatakan keluhan
40 jam dalam seminggu dan tidak akan hilang atau tidak dirasakan apabila
menggunakan pelindung mata seperti responden berhenti atau libur melakukan
kacamata. pengelasan.
Karakteristik pekerjaan yang
DISKUSI didapatkan yang juga berhubungan
Pasien mengeluh mata merah dan terhadap kejadian Konjungtivitis yaitu
terasa seperti berpasir setelah terpapar jangka waktu kerja yang lama yaitu 3
sinar hasil pengelasan. Menurut teori, tahun, durasi kerja lebih 40 jam dalam
proses pekerjaan pengelasan ini seminggu dan tidak menggunakan
menimbulkan hasil samping berupa asap pelindung mata seperti kacamata, hal ini
las, gas Nitrogen Oksida (NOX), gas juga sejalan dengan penelitian yang
Nitrogen Dioksida (NO2), sinar infra dilakukan terhadap pekerja bengkel di
merah dan sinar ultraviolet. Sinar Kabupaten Cilacap, Jawa Timur yang
ultraviolet yang dihasilkan dari proses mendapatkan hasil bahwa lama paparan
pengelasan tersebut dapat merusak selaput merupakan faktor risiko terjadinya
konjungtiva mata, dengan gejala mata konjungtivitis dimana pekerja dengan lama
[Type text]Page 8
[Type the document title]
paparan >4 jam per hari memiliki risiko Perlu penelitian yang lebih mendalam dan
2,667 lebih besar untuk terkena pemeriksaan yang lebih lengkap untuk
konjungtivitis dibandingkan dengan dapat menilai secara keseluruhan penyebab
pekerja dengan lama paparan ≤4 jam per dari keluhan yang dirasakan oleh pekerja.
hari. Akhirnya kami berasumsi bahwa
Penelitian ini tentunya tidak bila terdapat gejala keluhan mata merah
terlepas dari keterbatasan, adapun pada responden dengan hasil survey dan
keterbatasan dari penelitian ini adalah penyakit akibat kerja tidak menunjukkan
checklist yang dibuat hanya menentukan nilai yang berarti , maka tidak menutup
hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak kemungkinan keluhan yang dirasakan
dapat menentukan insidens, berat pasien juga karena kontribusi dari faktor
ringannya penyakit, dan prognosis individu dan faktor lingkungan lain, selain
penyakit. Demikian pula untuk survey lingkungan tempat kerja.
menilai faktor hazard akibat kerja, Penelitian ini juga tidak
diagnosisnya hanya bersifat subjektif, tidak mengklasifikan berat ringannya penyakit ,
dapat diketahui secara pasti kapan efek berdasarkan keluhan dari pekerja, juga
samping dari pekerjaan mulai muncul. tidak dapat menentukan penatalaksanaan
Keterbatasan lainnya adalah tidak yang tepat untuk mencegah atau
dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh mengurangi keluhan yang dirasakan atau
terhadap seluruh responden, karena akan dirasakan nanti di masa yang akan
keterbatasan sarana pemeriksaan, dan datang.
keterbatasaan waktu penelitian, karena KESIMPULAN
untuk menganalisa faktor terjadinya kasus Hasil samping pengelasan berupa
penyakit dengan keluhan mata merah perlu sinar ultraviolet yang terus menerus
diketahui riwayat penyakit terdahulu dan dialami saat bekerja lebih dari 7 jam
riwayat pekerjaan di tempat lain yang dengan waktu istirahat hanya 60 menit, dan
mungkin berhubungan dengan keluhan tidak adanya sistem shift dalam bekerja di
yang dirasakan sekarang. bagian pengelasan, ditambah karakteristik
Selain itu checklist yang hanya pekerjaan lain seperti tidak memakai
terfokus pada faktor penyebab penyakit kacamata pelindung mempunyai hubungan
akibat kerja, tidak memenuhi semua poin- yang signifikan dengan terjadinya keluhan
poin yang diperlukan untuk mendiagnosis mata merah akibat Konjungtivitis.
penyakit dari keluhan yang dirasakan.
[Type text]Page 9
[Type the document title]