Anda di halaman 1dari 10

ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No.

3 September 2019

HUBUNGAN LAMA TERPAPAR SINAR LAS DENGAN KEJADIAN


KONJUNGTIVITIS FOTOELEKTRIK DI PT. BINTANG INTI PERSADA
SHIPYARD BATAM

Ibrahim*, Nurul Widiati**


ibrahim@univbatam.ac.id, nurulwidiati@univbatam.ac.id

Fakultas Kedokteran Universitas Batam

Latar Belakang : Pekerjaan pengelasan yang mengakibatkan terjadinya


konjungtivitis merupakan hal yang sangat berhubungan dengan ilmu kesehatan
dan keselamatan kerja. Berdasarkan Kunjungan Rawat Jalan di seluruh Rumah
Sakit di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019, ditemukan 1767 kunjungan rawat
jalan dengan Konjungtivitis serta gangguan kunjungtiva lain. Konjungtivitis pada
pekerja las dapat terjadi akibat adanya faktor seperti lamanya seorang pekerja
terpapar sinar las. Lamanya paparan dapat menimbulkan situasi yang tidak aman
terhadap tubuh khususnya pada mata, sehingga dapat menyebabkan konjungtivitis
fotoelektrik. Maka itu peneliti ingin mencari hubungan lama terpapar sinar las
dengan kejadian konjungtivitis fotoelektrik.
Metode : Metode penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional yang dilakukan di PT. Bintang Inti Persada Shipyard Kota Batam.
Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dengan populasi sebesar 48
pekerja tahun 2019 dan memperoleh hasil sebanyak 48 pekerja yang ditentukan
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dianalisis dengan distribusi
frekuensi di tabulasi silang kemudian diuji dengan Chi-square.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan pekerja yang terpapar sinar las kurang dari
4 jam dalam sehari dan tidak mengalami konjungtivitis sebanyak 16 (69,5%)
pekerja, kemudian pada pekerja yang terpapar sinar las kurang dari 4 jam dalam
sehari dan mengalami konjungtivitis sebanyak 7 (30,5%) pekerja. Sedangkan
pekerja yang terpapar sinar las lebih dari atau sama dengan 4 jam dalam sehari
dan tidak mengalami konjungtivitis sebanyak 6 (24%) pekerja, kemudian pada
pekerja yang terpapar sinar las lebih dari atau sama dengan 4 jam dalam sehari
dan mengalami konjungtivitis sebanyak 19 (76%) pekerja. Dari hasil analisis
didapatkan nilai p = 0,002 dengan taraf signifikansi (α) ≤ 5% (0,05). Maka itu
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama terpapar sinar
las dengan kejadian konjungtivitis.
Simpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara lama terpapar sinar las dengan kejadian konjungtivitis
fotoelektrik di PT. Bintang Inti Persada Shipyard tahun 2019

Kata Kunci : Sinar Las, Konjungtivitis Fotoelektrik

Universitas Batam Page 82


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

LONG RELATIONSHIP EXPOSED TO LIGHT LAS WITH THE


PHOTOELECTRIC CONJECTIVITY EVENT IN PT. BINTANG INTI
PERSADA SHIPYARD BATAM

Ibrahim*, Nurul Widiati**


ibrahim@univbatam.ac.id, nurulwidiati@univbatam.ac.id

Batam University School of Medicine

Background: Welding work which results in conjunctivitis is highly related to


occupational health and safety science. Based on Outpatient Visits in all Hospitals
in Riau Islands Province in 2019, 1767 outpatient visits were found with
Conjunctivitis as well as other visiting disorders. Conjunctivitis in welding
workers can occur due to factors such as the length of time a worker is exposed to
welding light. The duration of exposure can cause an unsafe situation on the body
especially on the eyes, which can cause photoelectric conjunctivitis. So the
researchers wanted to find a long association with exposure to welding rays with
the incidence of photoelectric conjunctivitis.

Method: This research method was observational analytic with a cross-sectional


approach conducted at PT. Bintang Inti Persada Shipyard Batam City. The
sampling technique is total sampling with a population of 48 workers in 2019 and
obtained the results of 48 workers determined by inclusion and exclusion criteria.
The results of the study were analyzed by frequency distribution in cross-
tabulation then tested by Chi-square.

Results: The results of this study found workers who were exposed to welding
light less than 4 hours a day and did not experience conjunctivitis as many as 16
(69.5%) workers, then in workers who were exposed to welding light less than 4
hours a day and experienced conjunctivitis as much as 7 ( 30.5%) workers.
Whereas workers who were exposed to welding rays more than or equal to 4
hours a day and did not experience conjunctivitis were 6 (24%) workers, then
workers who were exposed to welding rays more than or equal to 4 hours a day
and experienced conjunctivitis as many as 19 (76 %) workers. From the analysis
results obtained p = 0.002 with a significance level (α) ≤ 5% (0.05). So it can be
concluded that there is a significant relationship between the length of exposure to
welding rays with the occurrence of conjunctivitis. Conclusions: Based on this
study it can be concluded that there is a significant relationship between the length
of exposure to welding rays with the incidence of photoelectric conjunctivitis at
PT. Bintang Inti Persada Shipyard in 2019

Keywords: Light Lasers, Photoelectric Conjunctivitis

Universitas Batam Page 83


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

PENDAHULUAN misalnya terjadi pada bintang film


yang disinari lampu-lampu dengan
Salah satu masalah di bidang pancaran intensitas ultra ungu yang
kesehatan keselamatan kerja adalah kuat, atau pada tenaga kerja
gangguan kesehatan akibat pengelasan yang menghasilkan sinar
lingkungan kerja, yang merupakan ultra ungu yang dapat mengakibatkan
beban tambahan dari seseorang yang radang konjungtiva (Suma’mur,
sedang bekerja. Perkembangan zaman 2014).
pembangunan yang semakin maju ini Radang konjungtiva disebut
berdampak pada berkembangnya juga dengan konjungtivitis, umumnya
industri perkapalan atau yang disebut ditandai dengan hiperemia pada
industri shipyard. Pesatnya indusri konjungtiva terkait dengan adanya
perkapalan mengakibatkan semakin sekret (Dorland, 2010). Hal ini dapat
tingginya risiko yang dihadapi oleh di sebabkan oleh bakteri, klamidia,
para tenaga kerja, khususnya pada parasit, riketsia, alergi dan radiasi
pekerja las (Suma’mur, 2014). sinar ultraviolet yang disebut juga
Kondisi lingkungan kerja konjungtivitis fotoelektrik (sidarta
pada industri perkapalan, khususnya ilyas, 2010). Konjungtivitis
di bidang pengelasan yang berpotensi fotoelektrik ini adalah konjungtivitis
menimbulkan dampak terhadap yang disebabkan oleh paparan sinar
pekerja, salah satunya adalah cahaya ultraviolet. biasanya sering terjadi
atau sinar yang ditimbulkan oleh pada pekerja las yang lama terkena
proses pengelasan. Sinar tersebut paparan sinar yang berasal dari
meliputi sinar inframerah, sinar pengelasan (tri wahyuni, 2013).
ultraviolet dan semua sinar yang Dari survey pendahuluan yang
dihasilkan dari semua proses saya lakukan kepada 7 orang pekerja
pengelasan. Radiasi sinar ultra ungu las di PT. Bintang Inti Persada
atau violet adalah radiasi Shipyard, terdapat 5 orang yang
elektromagnetis dengan panjang memenuhi kriteria konjungtivitis.
gelombang 180 nanometer (nm) Dimana ditemukan gejala – gejala
sampai 400 nm. Sebagai arus energi seperti mata merah, mata berair dan
elektromagnetis, intensitas energinya ada beberapa yang mengeluh nyeri.
dapat dinyatakan dalam satuan Penelitian yang dilakukan di
mikrowatt/cm2. Sinar ultra ungu ini Filadelfia menunjukkan insidensi
dihasilkan oleh pengelasan yang konjungtivitis sebesar 54 % dari
menggunakan suhu tinggi. Begitu semua kasus di departemen mata pada
pula dengan sinar matahari yang tahun 2005 hingga 2006 (Patel,
bersuhu tunggi dan mengandung sinar 2007). Berdasarkan Bank Data
ultra ungu. Sinar inilah yang dapat Departemen Kesehatan Indonesia
mengganggu dan merusak (2004), pasien rawat inap
penglihatan mata. Sinar ultraviolet konjungtivitis dan gangguan lain
yang dihasilkan dari proses konjungtivitis 12,6 %, dan pasien
pengelasan tersebut dapat merusak rawat jalan konjungtivitis 28,3 %
selaput konjungtiva mata, dengan (DEPKES RI, 2004). Indonesia pada
gejala mata seakan – akan ada pasir di tahun 2009 dari 135.749 kunjungan
dalamnya (A.R.Elkinton, 1996). Hal ke poli mata, total kasus
ini lah yang dapat mengakibatkan konjungtivitis dan gangguan lain pada
konjungtivitis fotoelektrika, seperti konjungtiva 73 % dan yang tersering

Universitas Batam Page 84


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

diderita adalah konjungtivitis jenis Analisis univariat digunakan


kataralis epidemika 80 %. untuk mendeskripsikan karakteristik
Konjungtivitis juga termasuk dalam masing-masing variabel penelitian
10 besar penyakit rawat jalan dengan distribusi frekuensi dan
terbanyak pada tahun 2009 presentase masing-masing kelompok
(KEMENKES RI, 2010). Berdasarkan dari sampel sebanyak 48 pekerja las.
Kunjungan Rawat Jalan di seluruh
Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Riau Tahun 2019, ditemukan 1767 Lama Terpapar Sinar Las
kunjungan rawat jalan dengan
Konjungtivitis serta gangguan Berdasarkan hasil tabel 4.1
kunjungtiva lai dan termasuk 10 besar Kategori Frekuensi (n) Persentase
penyakit terbanyak berdasarkan (%)
kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit
Provinsi Kepulauan Riau (DEPKES ≥ 4 jam (Lama) 25 52,1
KEPRI, 2012).
Berdasarkan latar belakang < 4 jam (Tidak Lama) 23 47,9

diatas, maka peneliti tertarik untuk


Total 48 100
melakukan penelitian tentang
Hubungan pekerja las dengan
konjungtivitis di PT. Bintang Inti dapat dijelaskan bahwa dari 48
Persada Shipyard Tahun 2019. responden, ada 25 responden (52,1%)
yang lama paparannya lebih dari atau
METODE PENELITIAN
sama dengan 4 jam dan 23 responden
Jenis penelitian ini adalah (47,9%) yang lama paparannya
penelitian kuantitatif. Desain kurang dari 4 jam di PT. Bintang Inti
penelitian ini adalah analitik Persada Shipyard Tahun 2019.
observasional dengan pendekatan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
cross sectional, yaitu jenis
Kejadian Konjungtivitis
pendekatan penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran
Kategori Frekuensi Persentase (%)
atau observasi data variabel bebas dan
(n)
terikat hanya satu kali, pada satu saat
(Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini
Konjungtivitis 26 54,2
dilakukan di PT. Bintang Inti Persada
Shipyard tahun 2019 menggunakan Tidak Konjungtivitis 22 45,8
angket lembar ceklist dan data rekam
medik pasien. Total 48 100

Populasi penelitian ini adalah


seluruh pekerja las di PT. Bintang Inti Berdasarkan hasil tabel 4.2
Persada Shipyard. Pengambilan dapat dijelaskan bahwa dari 48
sampel menggunakan teknik total responden, ada 26 responden (54,2%)
sampling sehingga didapatkan jumlah yang mengalami konjungtivitis dan
sampel sebanyak 48 Pekerja las. 22 responden (45,8%) yang tidak
mengalami konjungtivitis di PT.
HASIL PENELITIAN Bintang Inti Persada Shipyard Tahun
Analisa Univariat 2019.

Universitas Batam Page 85


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

Tabel 4.3 Hubungan Lama PEMBAHASAN


Terpapar Sinar Las dengan Hasil penelitian akan
Kejadian Konjungtivitis dijabarkan dibawah ini dengan judul
Fotoelektrik “Hubungan Lama Terapapar Sinar
Las dengan Kejadian Konjungtivitis
Kejadian Fotoelektrik di PT. Bintang Inti
Konjungtivitis
Terpapar Persada Shipyard Tahun 2019”.
Sinar Las Persentase Karakteristik
P responden dalam
Iya Tidak Value
(%) penelitian ini adalah dengan jumlah
responden sebanyak 48 orang, seluruh
n % n % n % responden adalah pekerja las di PT.
≥ 4 jam 19 76 6 24 25 100 Bintang Inti Persada Shipyard.
Adapun hasil penelitian ini adalah
0,002
< 4 jam 7 30,5 16 69,5 23 100 sebagai berikut:
Distribusi Frekuensi Lama
Berdasarkan tabel 4.3 di atas Terpapar
dengan jumlah total responden 48 Berdasarkan hasil penelitian
orang diketahui terdapat responden menunjukan bahwa sebagian pekerja
yang lama terpaparnya lebih dari atau las di PT. Bintang Inti Persada
sama dengan 4 jam dengan kejadian Shipyard yang lama paparannya ≥ 4
konjungtivitis sebanyak 19 responden jam sebanyak 25 responden (52,1%)
(76%), yang lama terpaparnya kurang dan lama paparannya < 4 jam
dari 4 jam dengan kejadian sebanyak 23 responden (47,9%).Batas
konjungtivitis sebanyak 7 responden waktu kerja normal yaitu bekerja 8
(30,5%) dan yang lama terpaparnya jam/hari selama 5 hari kerja dalam
lebih dari atau sama dengan 4 jam seminggu, atau bekerja 7 jam/hari
dengan kejadian tidak konjungtivitis selama 6 hari kerja dalam seminggu
sebanyak 6 responden (24%), (KEPMENAKER.No.102/MEN/VI/2
sedangkan yang lama terpaparnya 004). Dengan hal ini, lama waktu
kurang dari 4 jam dengan kejadian bekerja sangat mempengaruhi lama
tidak konjungtivitis sebanyak 16 nya seorang pekerja las terkena
responden (69,5%). paparan sinar las.
berdasarkan teori tersebut,
Dari hasil perhitungan Chi- peneliti berpendapat bahwa para
Square didapatkan nilai p value pekerja las di PT. Bintang Inti
sebesar 0,002 < 0,05 dengan hasil Persada Shipyard yang bekerja lebih
perhitungan Risk Estimate didapat dari atau sama dengan 4 jam masih
hasil sebesar 2,497. Maka dapat belum melebihi batas waktu kerja
disimpulkan bahwa ada hubungan yaitu 8 jam/hari. karena wajib bekerja
yang signifikan antara lama terpapar bagi seorang pekerja las di
sinar las dengan kejadian perusahaan tersebut adalah 5 jam/hari,
konjungtivitis dan pekerja las yang sehingga perusahaan tidak melanggar
terpapar sinar las lebih dari atau sama batas waktu seorang pekerja
dengan 4 jam sehari memiliki 2,497 walaupun rata - rata pekerja las di
kali lebih beresiko mengalami perusahaan ini terpapar sinar las lebih
konjungtivitis dibandingkan pekerja dari 4 jam dalam sehari. Sementara
las yang terpapar sinar las kurang dari para pekerja las yang bekerja kurang
4 jam. dari 4 jam adalah pekerja yang
bekerja di bidang quality control.

Universitas Batam Page 86


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

Dimana para pekerja ini tidak khusus Distribusi Frekuensi Kejadian


dalam pengerjaan pengelasan saja, Konjungtivitis
tetapi mengurusi seluruh penyelesaian Berdasarkan hasil penelitian
akhir kapal. Seperti pengelasan akhir menunjukan bahwa sebagian pekerja
jika terdapat kekurangan dalam las di PT. Bintang Inti Persada
pengelasan, penilaian terhadap hasil Shipyard yang mengalami
pengecatan badan kapal, menilai konjungtivitis sebanyak 26 responden
kondisi mesin dan baling – baling (54,2%) dan 22 responden (45,5%)
kapal serta fasilitas penunjang kapal. yang tidak mengalami konjungtivitis.
Hal ini lah yang membuat para Konjungtivitis adalah radang pada
pekerja quality control yang bekerja konjungtiva yang dapat disebabkan
di bidang pengelasan tidak banyak oleh bakteri, klamidia, virus, parasit,
menghabiskan waktu kerja di bidang riketsia, alergi dan radiasi sinar
pengelasan saja. Dengan hal ini, rata ultraviolet (fotoelektrik) (Sidarta
– rata bekerja para pekerja las di Ilyas, 2002). Penyakit ini adalah
bidang quality control hanya 2 – 3 penyakit mata yang paling umum di
jam/hari, maka sisa waktu bekerja di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
habiskan untuk mengerjakan terpajan oleh banyak
penyelesaian akhir pengecatan, cek mikroorganisme dan faktor-faktor
mesin dan baling – baling serta cek lingkungan lain yang mengganggu
fasilitas penunjang kapal. Hal ini lah (Vaughan, 2010). Penyakit ini
yang menyebabkan pekerja las di bervariasi mulai dari hiperemia ringan
bagian quality control hanya terpapar dengan mata berair sampai
sinar las kurang dari 4 jam dalam konjungtivitis berat dengan banyak
sehari. sekret purulen kental (Hurwitz, 2009).
Selain itu, tingkat kepuasan Berdasarkan teori tersebut, hal
hasil kerja menjadi salah satu faktor ini sejalan dengan penelitian yang
yang mempengaruhi lamanya telah peneliti lakukan di PT. Bintang
seseorang bekerja (Handoko, 2007). Inti Persada Shipyard. Lebih dari
Hal ini sangat berpengaruh dengan setengah pekerja las di perusahaan ini
lamanya seorang pekerja terpapar pernah mengalami konjungtivitis
sinar las. Dengan teori di atas, peneliti selama tahun 2019. Hal ini tidak
berpendapat bahwa hasil kerja yang di terlepas dari faktor utama penyakit ini
kerjakan dalam waktu 5 jam adalah yaitu paparan cahaya las. Tingkat
waktu standar untuk memenuhi keselamatan kerja di perusahan ini
keinginan perusahaan. Dimana sudah cukup baik, penggunakan APD
perusahaan tetap menjaga (Alat Pelindung Diri) seperti helm,
keselamatan para pekerja dengan kacamata las, topeng las dan sarung
tidak membiasakan pekerja terpapar tangan sudah benar – benar mengikuti
sinar las terlalu lama, tetapi tetap prosedur keselamatan kerja. Namun
melakukan pekerjaan dengan hasil tetap saja kejadian konjungtivitis di
produksi yang baik sehingga kalangan pekerja las masih menjadi
memenuhi keinginan dari perusahaan. kasus tertinggi.
Hal inilah yang di bebankan oleh Dari hasil rekam medik
perusahaan kepada para pekerja las perusahaan, pada pemeriksaan fisik
dengan mewajibkan mereka untuk banyak ditemukan gejala
bekerja lebih dari 4 jam dalam sehari. konjungtivitis seperti mata merah,
radang, mata seperti berpasir,
fotofobia, mata berair dan ada dari

Universitas Batam Page 87


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

beberapa pasien yang mengeluh nyeri teori tentang lama paparan yaitu
serta terdapat sekret purulen kental. Lama paparan sinar ultraviolet
Tetapi keluhan – keluhan tersebut tak berkaitan dengan iradiasi efektif yaitu
berlangsung lama, biasanya hanya besarnya radiasi yang diterima
berkisar 24 – 36 jam, bahkan pekerja. (Iyan Dharmawan, 1977).
gangguan konjungtivitis ini dapat Tanda dan gejala konjungtivitis akan
hilang walau hanya dengan muncul setelah 4-6 jam dari paparan.
beristirahat tidur dalam waktu Semakin lama paparan maka efek
beberapa jam. yang diterima semakin banyak maka
Gangguan mata lainnya juga di kerusakan jaringan semakin berat
temukan pada perusahaan ini, seperti (Daniel Vaughan, 2010). Dari
keratitis, keratokonjungtivitis dan pembahasan ini dapat disimpulkan
katarak. Tetapi konjungtivitis masih bahwa lamanya seorang pekerja
menjadi kasus tertinggi di perusahaan ini. terpapar sinar las dapat menyebabkan
gangguan pada mata yaitu terjadinya
Hubungan antara paritas dengan
konjungtivitis fotoelektrik.
kejadian plasenta previa
Kesimpulan di atas
Berdasarkan hasil penelitian
dibuktikan dengan hasil uji analisis
pada tabel 4.3 terhadap 48 orang
Chi-Square test didapatkan nilai p
responden, diketahui terdapat
value sebesar 0,002 < 0,05 berarti Ho
responden yang lama terpaparnya
ditolak, maka ini menunjukan bahwa
lebih dari atau sama dengan 4 jam
adanya hubungan yang signifikan
dengan kejadian konjungtivitis
antar lama terpapar sinar las dengan
sebanyak 19 responden (76%), yang
kejadian konjungtivitis fotoelektrik di
lama terpaparnya kurang dari 4 jam
PT. Bintang Inti Persada Shipyard.
dengan kejadian konjungtivitis
Hasil penelitian ini sejalan
sebanyak 7 responden (30,5%) dan
dengan teori daniel vaughan (2010),
yang lama terpaparnya lebih dari atau
yaitu pada buku oftalmologi umum
sama dengan 4 jam dengan kejadian
dan sejalan juga dengan penelitian
tidak konjungtivitis sebanyak 6
yang dilakukan oleh tri wahyuni
responden (24%), sedangkan yang
(2013), yaitu Faktor Risiko yang
lama terpaparnya kurang dari 4 jam
Berhubungan Dengan Kejadian
dengan kejadian tidak konjungtivitis
Konjungtivitis Pada Pekerja
sebanyak 16 responden (69,5%).
Pengelasan di Kecamatan Cilacap
Dari data hasil penelitian
Tengah Kabupaten Cilacap. Ini
tersebut diketahui bahwa distribusi
membuktikan bahwa lamanya
frekuensi terbanyak adalah pekerja
paparan sinar las sangat berpengaruh
yang terpapar sinar las lebih dari atau
terhadap mata para pekerja. Dimana
sama dengan 4 jam dan juga diikuti
penyakit konjungtivitis ini dapat
dengan riwayat konjungtivitis yaitu
terjadi jika seorang pekerja terkena
19 orang pekerja. Dengan jumlah ini
paparan sinar las selama 4 jam atau
menunjukkan adanya peran waktu
lebih dari 4 jam dalam sehari.
bekerja yang tinggi dalam timbulnya
Aktivitas pekerja las yang
gangguan mata pada perusahaan ini.
waktu bekerjanya 4 jam atau lebih
Dalam penelitian ini, faktor waktu
dari 4 jam dalam sehari ini
bekerja yang dimaksud adalah
dikarenakan kurang nya pengetahuan
lamanya paparan sinar las yang
dari pihak perusahaan serta
menyebabkan terjadinya
pengetahuan para pekerja tentang
konjungtivitis pada pekerja
waktu paparan yang tidak beresiko
perusahaan tersebut. Sesuai dengan

Universitas Batam Page 88


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

terhadap pekerjaannya, terutama hubungan antara lama terpapar


kesehatan mata yang memang secara sinar las dengan kejadian
langsung terpapar dengan sinar las konjungtivitis fotoelektrik di PT.
tersebut. Walaupun perusahaan sudah Bintang Inti Persada Shipyard
memiliki standar kerja serta tingkat tahun 2019.
keselamatan kerja yang baik, tetapi 2. Bagi Instansi Kesehatan
masih terdapat kekurangan – Melakukan upaya peningkatan
kekurangan tertentu yang harus di promotif dan preventif melalui
benahi kembali. kerja sama dengan berbagai pihak
dalam penanggulangan penyakit
Lamanya paparan sinar las mata terutama kejadian
sangat berperan sebagai faktor risiko konjungtivitis. Terutama pada
terjadinya konjungtivitis. Hal tersebut pekerja las yang terpapar sinar las
terbukti dari hasil penelitian ini, secara langsung.
ditemukan bahwa responden yang
terpapar sinal las selama 4 jam atau
lebih dari 4 jam lebih besar terkena 3. Bagi Pekerja Las
gejala-gejala penyakit konjungtivitis Agar senantiasa meningkatkan
dibandingkan dengan responden yang pengetahuan dan kewaspadaan
terpapar sinar las selama kurang dari dalam bekerja, serta mengetahui
4 jam dalam sehari. dampak dari pekerjaan pengelasan
seperti konjungtivitis dan penyakit
KESIMPULAN DAN SARAN
– penyakit lain yang berhubungan
Kesimpulan
dengan mata.
Hasil penelitian yang
4. Bagi Perusahaan
dilakukan dengan judul Hubungan
Dengan adanya penelitian ini,
Lama Terpapar Sinar Las dengan
perusahaan disarankan untuk
Kejadian Konjungtivitis Fotoelektrik
meningkatkan keselamatan dalam
di PT. Bintang Inti Persada Shipyard
pekerjaan dan bisa menjadi tolak
tahun 2019 dengan sampel berjumlah
ukur perusahaan untuk dapat
48 orang, maka dapat ditarik beberapa
memahami penyakit – penyakit
kesimpulan:
akibat kerja terkhususnya
1. Lebih dari setengah (52,1%)
pekerjaan pengelasan.
pekerja las yang terpapar sinar las
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
selama 4 jam atau lebih dari 4 jam
a. Diharapkan dari hasil penelitian
dalam sehari.
ini dapat memberikan informasi
2. Lebih dari setengah (54,2%)
dan Manfaat bagi peneliti
pekerja las yang mengalami
selanjutnya agar dapat
konjungtivitis.
melakukan penelitian hubungan
3. Terdapat hubungan yang
antara lama terpapar sinar las
signifikan antara Lama Terpapar
dengan kejadian konjungtivitis
Sinar Las dengan Kejadian
fotoelektrik di PT. Bintang Inti
konjungtivitis (p value = 0,002).
Persada Shipyard tahun 2019
Saran dengan variabel yang berbeda.
1. Bagi Instansi Pendidikan b. Perlu diteliti lebih lanjut dengan
Dijadikan sebagai bahan variabel yang berhubungan
bacaan bagi mahasiswa dengan umur, masa kerja,
Universitas Batam khususnya yang pendidikan, jenis las, lama
melakukan penelitian tentang paparan, pemakaian APD,

Universitas Batam Page 89


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

pengetahuan dan faktor lain Jakarta : PT. Pradnya


yang mempengaruhi kejadian Paramitha.
konjungtivitis fotoelektrik. Hurwitz, S.A. 2009. Antibiotics
Versus Placebo for Acute
DAFTAR PUSTAKA Bacterial Conjunctivitis. The
Amadi, A. 2009. Common Ocular Cochrane Collaboration.
Problems in Aba Metropolis Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit
of Albia State, Eastern Mata. Edisi Ketiga. Jakarta :
Nigeria. Federal Medical Fakultas Kedokteran
Center Owerri. Universitas Indonesia.
American Academy of James, B., Chew, C., Bron, A. 2005.
Ophthalmology. Retina and Konjungtiva, Kornea, dan
Vitreous, 2010. Basic and Sklera. Dalam : Bruce, J., et
Clinical Science Course, San al.(eds). Lecture Notes
Fransisco. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :
Asokan, N., 2007. Asthma and Penerbit Erlangga.
Immunology Care. Diplomate Jatla, K.K., 2009. Neonatal
of American Board of Allergy Conjunctivitis. University of
& Immunology and American Colorado Denver Health
Board of Pediatrics. Science Center.
Azwar, Saifuddin. 2014. Metode Majmudar, P.A. 2010. Allergic
Penelitian. Yogyakarta : Conjunctivitis. Rush-
Pustaka Pelajar. Presbyterian-St Luke’s
Bintoro, A.G., 2000. Dasar-dasar Medical Center.
Pekerjaan Las. Yogyakarta : Marlin , D.S. 2009. Bacterial
Penerbit Kanisius. Conjunctivitis. Penn State
Cuvillo, A del., et al 2009. Allergic College of Medicine.
Conjunctivitis and H1 [http://emedicine.medscape.co
Antihistamine. J investing m/article/1191370].
Allergol Clin Immunol. Vol Notoatmodjo. 2012. Metodelogi
19. Suppl 1:11-18 Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Dharmawan, Iyan. 1977. Referensi Cipta.
Visual Terapi Empirik Infeksi Patel, P.B. et al. 2007. Clinical
Bakteri. Jakarta: Elek Media Features of Bacterial
Komputindo. Conjunctivitis in Children.
Dorland, W.A Newman. 2010. Division of Pediatric
Kamus Kedokteran Dorland. Emergency Medicine-Dupont
Edisi 31. Jakarta : Penerbit Hospital for Children.
Buku Kedokteran EGC. Availablefrom:
Elkinton, A.R dan P.T Khaw. 1996. http://journals.1ww.com/pidj/
Petunjuk Penting Kelainan Abstract/2009/01000/aspx.
Mata. Jakarta : Penerbit Buku [Accessed11 March 2019].
Kedokteran EGC. Rapuano, C.J., et al., 2008.
Gleadle, Jonathan. 2007. Anamnesis Conjunctivitis. American
dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta Academy of Ophthalmology.
: Erlangga. Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael,
Harsono W. dan Toshie O. 1996. Sofyan. 2019. Dasar-dasar
Teknologi Pengelasan Logam. Metodologi Penelitian Klinis.

Universitas Batam Page 90


ZONA KEDOKTERAN – Vol. 9 No. 3 September 2019

Edisi III. Jakarta : Sagung Jakarta : Penerbit Buku


Seto. Kedokteran EGC.
Scott, I.U. 2010. Viral Conjuctivitis. Visscher, K.L., et al., 2009. Evidence-
Departement of Opthalmology based Treatment of Acute
and Public Health Sciences. Infective Conjunctivitis.
Senaratne, T., Gilbert, C. 2005. Canadian Family Physician.
Conjunctivitis Primary Eye Wahyuni, Tri. 2013. Faktor Resiko
Care. Community Eye Health Yang Berhubungan Dengan
Journal. Kejadian Konjungtivitis Pada
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan Pekerja Pengelasan Di
dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Kecamatan Cilacap Tengah
Penerbit CV. Sagung Seto. Kabupaten Cilacap.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Universitas Diponegoro.
Keselamatan Kerja dan Weissman, B.A. 2008. Giant
Produktivitas. Cetakan Papillary Conjunctivitis
Pertama. Surakarta : UNIBA University of California at Los
PRESS. Angeles.
Therese, L.K. 2002. Microbiological
Procedures for Diagnosis of
Ocular Infection.
Vaughan, Daniel G. 2010.
Oftalmologi Umum. Edisi 17.

Universitas Batam Page 91

Anda mungkin juga menyukai