Disusun Oleh
Siti Utari Handayani
130100100
Pembimbing
Prof. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes
“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.”
Disusun Oleh
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Upaya Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan dari Aspek Ekonomi dan
Kesehatan”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
Prof. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes atas kesediaan beliau meluangkan
waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................4
1.2. Rumusan Makalah............................................................................5
1.3. Tujuan Makalah................................................................................5
1.4. Manfaat Makalah..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Teori Kesejahteraan...........................................................................6
2.1.1 Kriteria Kesejahteraan.............................................................6
2.2 Konsep Desa.....................................................................................7
2.2.1 Ciri dan Karakteristik Desa......................................................7
2.2.2 Pemasalahan-permasalahan yang ada di Desa......................8
2.3 Kesejahteraan dari Aspek Ekomoni...................................................8
2.3.1 Perkembangan Kemiskinan....................................................9
2.3.2 Perkembangan Pola Konsumsi..............................................9
2.3.3 Upaya Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan.......................10
2.4 Kesejahteraan dari Aspek Kesehatan..............................................11
2.4.1 Fasilitas Kesehatan..............................................................12
2.4.2 Jenis Pemberdayaan Masyarakat di Desa...........................13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
pemerintah yang dapat dilakukan (Lincoln, 2000).
7
d) Mereka amat toleran terhadap nilai-nilai budayanya sendiri, sehingga kurang
toleran terhadap budaya lain
e) Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif
f) Memiliki sikap udik dan isolatif serta kurang komunikatif dengan kelompok
sosial di atasnya.
8
masih rendahnya upah buruh di Indonesia, sementara harga barang-barang
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari semakin tinggi. (BPS, 2020)
Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah
pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama
dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu
pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara
langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan
mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses pada sumber
permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi petani yang masih lemah.
(Solekhan, 2014).
11
merupakan salah satu faktor penentu utama. Termasuk di dalamnya adalah
tempat rujukan penduduk untuk berobat yang dapat menunjukkan akses
penduduk untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Pada umumnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh penduduk di
perdesaan berbeda dengan penduduk perkotaan, hal ini dapat disebabkan
karena ketersediaan dan jarak ke fasilitas tersebut serta perilaku penduduk itu
sendiri. Pada umumnya penduduk yang berobat ke rumah sakit maupun dokter
lebih banyak di perkotaan dibandingkan di perdesaan, karena di perkotaan cukup
banyak tersedia sarana kesehatan dan jaraknya pun tidak terlalu jauh atau
mudah dijangkau. Selain itu kesadaran penduduk untuk menjaga kesehatan di
perkotaan juga lebih baik. Untuk menunjang kesehatan penduduk perlu
diperhatikan juga prasarana kesehatan seperti penolong persalinan. Hal ini
berkaitan dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu,
dimana pemerintah mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan
dengan selamat, demikian pula bayi yang dilahirkan dapat terlahir dengan sehat.
Usaha tersebut adalah mendorong para ibu hamil agar dapat melahirkan dengan
bantuan tenaga kesehatan yang telah didistribusikan ke berbagai wilayah di
Indonesia termasuk ke daerah-daerah terpencil yang ada di wilayah perdesaan
( Kartasasmita, 2016).
Pada tahun 2019, penolong kelahiran anak lahir hidup di Pedesaan
Sumatera Utara pada umumnya adalah bidan/perawat. Hal ini ditunjukkan
persentase wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus pernah kawin dengan
penolong kelahiran anak lahir hidup terakhirnya ditolong oleh bidan/perawat
sebesar 67.61 persen. Tingginya persentase kelahiran yang ditolong oleh
bidan/perawat, sangat mungkin disebabkan ketersediaan dan tingkat
kepercayaan terhadap bidan relatif tinggi. Selain itu biaya penolong persalinan
dengan bidan lebih terjangkau dibandingkan dengan dokter. Dokter sebagai
penolong kelahiran di perkotaan sebesar 39,38 persen sedangkan di perdesaan
hanya 24,86 persen. Di Pedesaan, masih terdapat adanya penolong kelahiran
oleh selain tenaga medis. Penolong persalinan dalam hal ini adalah dukun, famili
atau bahkan tanpa penolong kelahiran yaitu sekitar 7,34 persen kelahiran yang
ditolong oleh bukan tenaga medis (BPS, 2020)
Masih cukup besarnya peran dukun beranak/ lainnya dalam membantu
kelahiran balita perlu terus mendapat perhatian. Usaha yang mungkin dapat
dilakukan adalah menambah kekurangan tenaga medis secara merata di daerah-
daerah tertentu serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan dukun bayi
agar mengerti tata cara menolong kelahiran yang aman dan sehat. Karena tidak
tertutup kemungkinan bahwa di daerah tertentu masyarakat dengan alasan
ekonomi dan pendidikan masih cenderung percaya kepada dukun dibandingkan
dengan tenaga medis. Selain itu, sosialisasi di daerah tertinggal dapat dilakukan
agar meningkatkan pengetahuan ibu terhadap risiko kehamilan dan kelahiran
bayi (BPS, 2020).
Menurut Badan Statistik Nasional, salah satu aspek penting yang dapat
menggambarkan kesejahteraan penduduk adalah kualitas fisik penduduk yang
biasanya dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Peningkatan derajat
kesehatan penduduk sangat ditunjang oleh tersedianya fasilitas kesehatan dan
tenaga Kesehatan yang ada di suatu daerah termasuk perdesaan. Penduduk
perdesaan yang sehat akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
penduduk perdesaan secara keseluruhan. Fasilitas kesehatan yang umumnya
mudah diakses atau dikunjungi penduduk desa untuk berobat dan sebagai
12
sarana pelayanan kesehatan dasar adalah puskesmas, puskesmas pembantu
(pustu), bidan praktek, polindes dan posyandu. Namun fasilitas-fasilitas
kesehatan tersebut belum menjangkau seluruh daerah perdesaan di Indonesia.
Pada pengumpulan data melalui Susenas, salah satu alasan yang berkaitan
dengan keterjangkauan pelayanan kesehatan yaitu tidak punya biaya berobat.
Padahal pemerintah telah melaksanakan program pemberian pelayanan
kesehatan gratis khususnya untuk rakyat miskin. Program yang terkait dukungan
pembiayaan Kesehatan tersebut adalah Jamkesmas, Biaya Operasional
Kesehatan (BOK), Dana Alokasi Khusus (DAK), Jaminan Persalinan (Jampersal),
serta bantuan sosial lainnya.
Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, rumah sakit bersalin dan poliklinik
umumnya berada di daerah perkotaan, hanya desa-desa tertentu saja yang
memiliki fasilitas tersebut. Terbatasnya akses dan layanan kesehatan tersebut
membuat penduduk yang tinggal di perdesaan sangat kurang mendapatkan
layanan kesehatan dari rumah sakit. Puskesmas sebagai salah satu fasilitas
layanan kesehatan dasar belum dimiliki semua desa yang ada di Indonesia.
Namun dengan adanya pembangunan fasilitas kesehatan di desa, Selain fasilitas
dan sarana kesehatan, perlu diperhatikan juga prasarana kesehatan yaitu tenaga
kesehatan seperti dokter dan bidan. Selain bidan, dukun bayi, baik yang terlatih
maupun yang tidak terlatih, juga cukup banyak tersedia di perdesaan (BPS,
2019).
13
tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh
Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi,
dan penanggulangan diare yang terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi.
Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan
kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi
permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi buruk
anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya
menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika posyandu
kembali diprogramkan secara menyeluruh. Salah satu penyebab menurunnya
jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang
semula ada sudah tidak aktif lagi.
3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam
pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat
setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik). Di lapangan POD dapat berdiri
sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran situasi
POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan menyediakan obat bebas
dan obat khusus untuk keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat
termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi
masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran
kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin,
anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59
bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas
terutama yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah
diberikan PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka,
makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan
ke puskesmas (dirujuk)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat
Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat
disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan
perkotaan maupun pedesaan.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Kesejahteraan adalah kondisi masyarakat dimana mereka telah mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani maupun rohani. Pengertian desa
dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering di istilahkan dengan
kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota, yang
dihuni sekelompok masyarakat di mana sebagian besar mata pencahariannya
sebagai petani, sedangkan secara administratif. Kesejahteraan masyarakat desa
akan ditinjau baik dari aspek ekonomi maupun kesehatan.
Aspek ekonomi membahas kesejahteraan masyakat berdasarkan pada
permasalahan yang ada dan upaya pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan seperti adanya BUMDes, PNPM Mandiri Pedesaan, dan PUAP.
Sedangkan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif. Kesehatan dilihat berdasarkan
pada persepsi masyarakat mengenai sarana kesehatan yang ada dan kesadaran
masyarakat akan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang tersedia. Penduduk
perdesaan yang sehat akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
penduduk perdesaan secara keseluruhan. Fasilitas kesehatan yang umumnya
mudah diakses atau dikunjungi penduduk desa untuk berobat dan sebagai
sarana pelayanan kesehatan dasar adalah puskesmas, puskesmas pembantu
(pustu), bidan praktek, polindes dan posyandu.
SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS), 2020, Statistik Upah Buruh Tani di Pedesaan.
Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (PPBUMD),
2007 Malang: DEPDIKNAS PKDSP FEUB.
Irawan, Nata., 2017, Tata Kelola UU Desa Era Pemerintahan Desa: yayasan
pustaka Obor Indonesia 2017
18