Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus

Olfactory Groove Meningioma


Fikra Safa Advancya Iman
NIM. 2130912320064
Vina Salsabila
NIM. 2130912320117

Pembimbing:
dr. Audi Ardansyah, Sp.BS(K)

DEPARTEMEN/KSM ILMU PENYAKIT BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juni, 2023
Pendahuluan
Meningioma adalah tumor primer yang paling umum dari sistem saraf
pusat.Di Indonesia, tumor otak menempati urutan ke 15 dengan 5.964
kasus baru. Di RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2018-2020 terdapat
42 kasus meningioma.
Olfactory groove meningioma (OGM) terjadi pada 8-13% dari semua
meningioma intrakranial.

Cossu G, Messerer M, Parker F, Levivier M, Daniel R. Meningiomas’ Management: An Update of The Literature. 2020.
International Agency for Research on Cancer. GLOBOCAN 2020.
Raharjanti FH, Suhendar A, Fakhrurrazy, Lahdimawan A, Istiana. Karakteristik Pasien Meningioma di Rsud Ulin Banjarmasin Tahun 2018-2020. 2
Homeostasis;5(2):343-356. Agustus 2022.
Anatomi
● Meninges adalah suatu
selaput jaringan ikat yang
membungkus enchepalon
dan medulla spinalis.
● Terdiri dari duramater,
arachnoid dan piamater.

3
Kalajanti VP. Belajar Praktis Neuroanatomi. Surabaya: Sintesa Book-Indonesia. 2021.
OGM
Definisi
Olfactory groove meningioma (OGM) merupakan
meningioma supratentorial yang terletak di
midline fossa anterior dasar tengkorak pada
bidang cribriform ethmoidalis dengan
karakteristik pertumbuhan cenderung lambat,
biasanya bilateral, asimetris, dan menekan lobus
frontal secara progresif.

Hidayat I, Sutiono AB, Faried A, Arifin MZ. Anterior Interhemispheric Approach for Olfactory Groove Meningioma. International Journal of Integrated 4
Health Sciences. 2016;4(2):93-8.
Epidemiologi

36%
OGM
Meningioma Wanita > Pria
Usia 40-44 th
Intrakranial 90%
Intrasipnal 10%
8-13%

Widodo D, Andriani R, Haq IBI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Otak. Kementrian Kesehat Republik Indones Kom Penanggulangan
Kanker Nas. 2019;1:1-476.
Niklassen AS, Jorgensen RL, Fjaeldstad AW. Olfactory groove meningioma with a 10 year history of smell loss and olfactory recovery after surgery. BMJ 5
Case Rep. 2021;14(8):e244145.
Etiologi dan Faktor Risiko

01 02 03 04
Radiasi Genetik Hormon Trauma
Progesteron
Ccedera kepala
Radiasi ionisasi NF2 syndrome Estrogen
Fraktur tulang kepala
Androgen

Sahm F, Toprak UH, Hübschmann D, et al. Meningiomas induced by low-dose radiation carry structural variants of NF2 and a distinct mutational signature. Acta
Neuropathol. 2017;134(1):155-158. 6
Buerki RA, Horbinski CM, Kruser T, Horowitz PM, James CD, Lukas RV. An overview of meningiomas. Future Oncol. 2018 Sep;14(21):2161-2177.
Patogenesis

Robert, S.M., Vetsa, S., Nadar, A. et al. The integrated multiomic diagnosis of sporadic meningiomas: a review of its clinical implications. J Neurooncol. 7
2022;156:205–214.
Klasifikasi
Meningioma dikategorikan menjadi 3
kelas menurut WHO tahun 2016:
● Kelas I (jinak)
● Kelas II (menengah/atipikal)
● Kelas III (maligna/anaplastik).

8
Harter P, Braun Y, Plate K. Classification of meningiomas—advances and controversies. Chinese Clinical Oncology. 2017;6(S1):S2-S2.
Diagnosis

Px Fisik
• Gejala UMN
Anamnesis • Anosmia Px penunjang
• Afasia
• Tanda peningkatan TIK • X-ray
• Papil edema
• Perubahan kepribadian • CT scan
• Atrofi n. opticus
• Anosmia • MRI
• Ggn penglihatan • Angiografi (DSA)

Hidayat I, Sutiono AB, Faried A, Arifin MZ. Anterior Interhemispheric Approach for Olfactory Groove Meningioma. International Journal of Integrated Health
Sciences. 2016;4(2):93-8. 9
Tatalaksana
Radiasi Embolisasi
• Terapi adjuvan • Prabedah utk
• External beam radiotherapy → mengurangi
Meningioma grade II & III perdarahan

01 02 03 04
Pembedahan Kemoterapi
• Terapi utama → paliatif & reseksi • Terapi adjuvant → mengurangi
• Reseksi tumor → Klasifikasi SImpson tingkat kekambuhan

Quddusi A, Shamim MS. Simpson grading as predictor of meningioma recurrence. J Pak Med Assoc. 2018 May;68(5):819-821.
Walcott BP, Nahed BV, Brastianos PK, Loeffler JS. Radiation Treatment for WHO Grade II and III Meningiomas. Front Oncol. 2013 Sep 02;3:227. 10
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Otak. 2019 ; 39-46.
Laporan
Kasus
Identitas

Nama : Ny. N
Umur : 45 tahun
Alamat : Martapura
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Usaha rumahan

12
Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri kepala

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 10 bulan yang lalu. Nyeri kepala muncul secara
mendadak dan hilang timbul. Namun, saat ini nyeri kepala sudah jarang dirasakan. Nyeri kepala terasa
seperti ditusuk-tusuk dan bertambah berat setiap harinya. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala.
Pasien juga mengaku 4 bulan yang lalu kedua mata terasa nyeri kemudian penglihatannya mulai
berkurang, terutama di mata sebelah kiri dan saat ini mata kiri pasien tidak dapat melihat. Pasien
mengaku badannya semakin gemuk dalam 5 bulan terakhir. Keluhan lain seperti mual, muntah, dan
kejang disangkal. Keluhan benjolan di area wajah dan leher disangkal.
Pasien sudah pernah berobat ke klinik dokter dan diberikan obat pereda nyeri, tetapi pasien masih
mengeluhkan nyeri kepala. Kemudian pasien dirujuk ke RS Ratu Zalecha dan disarankan untuk
melakukan CT scan di RS Siloam. Berdasarkan hasil CT scan dikatakan bahwa terdapat tumor di bagian
selaput otak sehingga pasien dirujuk ke RSUD Ulin untuk penanganan lebih lanjut.

13
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat keganasan (-), HT (-), DM (+) baru diketahui, stroke (-),
alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat keluhan serupa (-), HT (-), DM (+) ayah, riwayat keganasan (-)

Faktor Risiko :
Paparan radiasi (-), merokok (-), konsumsi alkohol (-), paparan KB hormonal (+)

14
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang

Kesadaran Compos Mentis


GCS E4V5M6
VAS 3-4
TD : 130/90 mmHg
N : 102x/menit, regular, kuat angkat
Tanda-Tanda Vital
RR : 20x/menit
T : 36.8o C (Aksila)
SpO2 99% on Room Air

15
Pemeriksaan Fisik
Kulit Inspeksi : Kulit kuning langsat, turgor kulit normal, hiperpigmentasi maupun
hipopigmentasi (-), jaringan parut (-), hematoma (-), ikterik (-)
Inspeksi : Normosefali, edema (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Kepala & Leher Palpasi : pembesaran KGB (-)
Konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), ptosis (-/-), kornea jernih, refleks cahaya
Mata langsung dan tidak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/3 mm), gerak bola mata bebas
ke segala arah
Inspeksi : Normotia, serumen minimal, sekret (-/-)
Telinga
Palpasi : Nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), massa (-)
Inspeksi : Simetris, deviasi septum nasi (-), sekret minimal, perdarahan (-), polip (-)
Hidung
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Mulut & Inspeksi : bibir sianosis (-), ulkus (-), lesi disekitar bibir (-), pembesaran tonsil (-),
Tenggorokan hiperemis (-), atrofi papil lidah (-)

16
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : bentuk dada normal, pectus excavatum (-), pectus carinatum (-), gerakan dinding
dada simetris, massa (-)
Palpasi: pengembangan dinding dada simetris, fremitus taktil menurun pada medial paru dextra
Thorax anterior dan posterior, pembesaran KGB axilla (-/-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), massa (-)
Pulmo Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas (VVV/VVV), ronkhi (- - -/- - -),
wheezing (- - -/- - -)
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V line midclavicula sinistra
Perkusi :
Thorax Cor Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung : ICS II linea parasternalis dextra
Auskultasi : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

17
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Datar, striae (-), sikatrik (-), venektasi (-), caput medusa (-), scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 5-7x/menit, bruit (-)
Abdomen Perkusi : Timpani seluruh regio
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar lien dan massa tidak teraba,
pembesaran KGB inguinal (-/-)
Look : Massa (+) a/r femur lateral dextra, edema (-), ulkus (-), sikatrik (-), hematom (-).

Extremitas Feel: Akral hangat (+/+), pitting edema (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), CRT < 2 detik.

Move: Gerakan tidak terbatas, krepitasi dengan gerakan (-) rigiditas (-).

Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
& Rektum
Status
Lokalis a/r Eksotropia (+/-), gerak bola terbatas ke lateral (OS), visus OD >3/60, visus OS 0
oculi

18
Foto Klinis

19
Pemeriksaan Darah Lengkap (10-05-2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan HEMOSTASIS
HEMATOLOGI PT 10.1 9.9-13.5 detik
Hemoglobin 14.1 12.0 – 16.0 g/dL APTT 25.2 22.2-37.0 detik
Leukosit 11.6 4.0 – 10.5 rb/μL DIABETES
Eritrosit 4.34 4.0 – 5.30 juta/μL Gula Darah Sewaktu 277 <200.00 Mg/dl
Hematokrit 4.17 37.0 – 47.0 % HATI DAN
Trombosit 290 150 – 450 ribu/μL PANKREAS
RDW-CV 11.8 12.1 – 14.0 % SGOT 10 5-34 U/l
MCV.MCH.MCHC SGPT 16 0-55 U/l
MCV 96.1 80.0 – 94.0 fl GINJAL
MCH 32.5 28.0 – 33.0 pg Ureum 24 0-50 Mg/dl
MCHC 33.8 32.0 – 36.0 % Kreatinin 0.75 0.57-1.11 Mg/dl
HITUNG JENIS ELEKTROLIT
Basofil% 0.7 0.0 – 1.0 % Natrium 136 136-145 Meq/l
Eosinofil% 1.3 1.0 – 3.0 % Kalium 3.2 3.5-5.1 Meq/l
Neutrofil% 58.1 50.0 – 81.0 % Chlorida 103 98-107 Meq/l
Limfosit% 33.4 20.0 – 40.0 % HEPATITIS
Monosit% 6.5 2.0 – 8.0 % HBsAg NR Non reaktif
Basofil# 0.08 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.15 <3.00 ribu/ul
Neutrofil# 6.72 2.50 – 7.00 ribu/ul
Limfosit# 3.86 1.25 – 4.00 ribu/ul Kesan : Leukositosis, hiperglikemia,
Monosit# 0.75 0.30 – 1.00 ribu/ul
hipokalemia

20
Pemeriksaan Darah Lengkap (22-05-2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan ELEKTROLIT
HEMATOLOGI Natrium 141 136-145 Meq/l
Hemoglobin 10.5 12.0 – 16.0 g/dL Kalium 4.2 3.5-5.1 Meq/l
Leukosit 17.9 4.0 – 10.5 rb/μL Chlorida 112 98-107 Meq/l
Eritrosit 3.41 4.0 – 5.30 juta/μL GAS DARAH
Hematokrit 32.0 37.0 – 47.0 % Suhu 36.0 Celcius
Trombosit 203 150 – 450 ribu/μL pH 7.361 7.350-7.450
RDW-CV 15.9 12.1 – 14.0 % PCO2 37.2 35.0-45.0 mmHg
MCV.MCH.MCHC TCO2 22.0 22.0-29.0 mEq/L
MCV 93.8 80.0 – 94.0 fl PO2 286.0 80.0-100.0 mmHg
MCH 30.8 28.0 – 33.0 pg HCO3 21.3 22.0-26.0 mEq/L
MCHC 32.8 32.0 – 36.0 % O2 saturasi 100.0 75.0-99.0 %
HITUNG JENIS BE -4.0 -2.0-3.0 mEq/L
Basofil% 0.3 0.0 – 1.0 % %FiO2 60 %
Eosinofil% 0.2 1.0 – 3.0 %
Neutrofil% 87.5 50.0 – 81.0 %
Limfosit% 5.7 20.0 – 40.0 %
Monosit% 6.3 2.0 – 8.0 % Kesan : Anemia normositik normokromik,
Basofil# 0.05 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.04 <3.00 ribu/ul
leukositosis, eritrositopenia, hematokrit
Neutrofil# 15.61 2.50 – 7.00 ribu/ul rendah
Limfosit# 1.02 1.25 – 4.00 ribu/ul
Monosit# 1.13 0.30 – 1.00 ribu/ul

21
Foto Thorax (10-05-2023)

Kesimpulan:
• Tidak tampak metastasis intrapulmonal
• Tidak tampak pneumonia/bronkopneumonia
• Tidak tampak kardiomegali

22
CT Scan Kepala (17-01-2023)
Kesan:

• Suggestive suatu Menigioma olfactory


groove dominan sisi kanan uk +/- 4 x 4,8 x
3,5 cm (trv,ap,cc) disertai vasogenic edema
luas frontal kanan mengakibatkan midline
shift ke kiri sejauh 1 cm pada aspek anterior,
dan middle 0,4 cm, dan mengakibatkan
hidrosefalus non komunikans
• Brain edema
• Dehiscense cribriform plate bilateral

23
Diagnosis
Olfactory groove meningioma

Radiasi
Pro Craniotomy Removal Tumor (Senin, 22/05/2023)

24
Durante Operasi

25
Laporan Oprasi
1. Informed consent, AB profilaksis
2. Insisi di coronal lapis demi lapis
3. Burr hole, kraniotomi os frontal one piece menyeberang dura
4. Hitsctich
5. Insisi dura, tampak tumor menonjol di basi frontal sampai
dengan sella dan menonjol di falx (D)
6. Eksisi tumor 95% (Simpson 2), rawat perdarahan
7. Duraplasty dengan G-patch
8. Tulang Kembali fiksasi
9. Pasang drain
10. Luka ditutup lapis demi lapis

26
Post Operasi

27
Follow Up
SOAP 24 Mei 2023 25 Mei 2023 26 Mei 2023
S Sadar (+), kontak (+) Sadar (+), kontak (+) Sadar (+), kontak (+)

STU STU STU


Kesadaran : CM Kesadaran : CM Kesadaran : CM
TD : 150/90 mmHg TD : 131/86 mmHg TD : 140/80 mmHg
HR : 73x/menit HR : 82x/menit HR : 75x/menit
RR : 18x/menit RR : 20x/menit RR : 18x/menit
T : 36,7 ºC T : 36,7ºC T : 36,8 ºC
SpO2 : 98% SM 10 lpm SpO2 : 98% SM 6 lpm SpO2 : 98% NC 2 lpm
O
K/L: pupil isokor, RC (+/+) K/L: pupil isokor, RC (+/+) K/L: pupil isokor, RC (+/+)
Tho: simetris, vesicular Tho: simetris, vesicular Tho: simetris, vesicular
Abd: distensi (-), BU (+) Abd: distensi (-), BU (+) Abd: distensi (-), BU (+)
Eks: akral hangat, edema (-/-) Eks: akral hangat, edema (-/-) Eks: akral hangat, edema (-/-)
STL STL STL
I: luka tertutup verban (+), rembesan (-) I: luka tertutup verban (+), rembesan (-) I: luka tertutup verban (+), rembesan (-)
P: nyeri (+) P: nyeri (+) P: nyeri (+)

A Post CTR a/i OGM POD 2 Post CTR a/i OGM POD 3 Post CTR a/i OGM POD 4

- Diet entramix 6x50 cc - Diet entramix 6x50 cc - Diet entramix 6x50 cc


- IVFD NS 0,9% 1500 cc + RL 500 /24 jam - IVFD NS 0,9% 1500 cc + RL 500 /24 jam - IVFD NS 0,9% 1500 cc + RL 500 /24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2x1 g - Inj. Ceftriaxone 2x1 g - Inj. Ceftriaxone 2x1 g
- Inj. Omeprazol 2x40 mg - Inj. Omeprazol 2x40 mg - Inj. Omeprazol 2x40 mg
P - Inj. Phenitoin 3x100 mg - Inj. Phenitoin 3x100 mg - Inj. Phenitoin 3x100 mg
- Inj. Tramadol 2x100 mg - Inj. Tramadol 2x100 mg - Inj. Tramadol 2x100 mg
- Inj. Ondansetron 3x4 mg - Inj. Ondansetron 3x4 mg - Inj. Ondansetron 3x4 mg
- Inj. Antrain 3x1 g - Inj. Antrain 3x1 g - Inj. Antrain 3x1 g
- Po. Pracetamol 4x500 mg - Po. Pracetamol 4x500 mg - Po. Pracetamol 4x500 mg 28
Follow Up
SOAP 27 Mei 2023 28 Mei 2023 29 Mei 2023
S Sadar (+), kontak (+) Sadar (+), kontak (+) Sadar (+), kontak (+)
STU
Kesadaran : CM STU STU
TD : 140/90 mmHg Kesadaran : CM Kesadaran : CM
HR : 73x/menit TD : 140/80 mmHg TD : 145/95 mmHg
RR : 14x/menit HR : 78x/menit HR : 72x/menit
T : 36,7 ºC RR : 20x/menit RR : 20x/menit
SpO2 : 98% RA T : 36,5 ºC T : 36,6 ºC
O K/L: pupil isokor, RC (+/+) SpO2 : 98% RA SpO2 : 98% RA
Tho: simetris, vesicular K/L: pupil isokor, RC +/+ K/L: pupil isokor, RC +/+
Abd: distensi (-), BU (+) Tho: simetris, vesicular Tho: simetris, vesicular
Eks: akral hangat, edema (-/-) Abd: distensi (-), BU (+) Abd: distensi (-), BU (+)
STL Eks: akral hangat, edema (-/-) Eks: akral hangat, edema (-/-)
I: luka tertutup verban (+), rembesan (-) STL STL
P: nyeri (+) K: luka op kering, rembesan (-) K: luka op kering, rembesan (-)

A Post CTR a/i OGM POD 6 Post CTR a/i OGM POD 6 Post CTR a/i OGM POD 7

- Diet entramix 6x50 cc - Diet entramix 6x50 cc - Diet entramix 6x50 cc


- IVFD NS 0,9% 1500 cc + RL 500 /24 jam - IVFD NS 0,9% 1500 cc + RL 500 /24 jam - IVFD NS 0,9% 1500 cc + RL 500 /24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2x1 g - Inj. Ceftriaxone 2x1 g - Inj. Ceftriaxone 2x1 g
- Inj. Omeprazol 2x40 mg - Inj. Omeprazol 2x40 mg - Inj. Omeprazol 2x40 mg
P - Inj. Phenitoin 3x100 mg - Inj. Phenitoin 3x100 mg - Inj. Phenitoin 3x100 mg
- Inj. Tramadol 2x100 mg - Inj. Tramadol 2x100 mg - Inj. Tramadol 2x100 mg
- Inj. Ondansetron 3x4 mg - Inj. Ondansetron 3x4 mg - Inj. Ondansetron 3x4 mg
- Inj. Antrain 3x1 g - Inj. Antrain 3x1 g - Inj. Antrain 3x1 g
- Po. Pracetamol 4x500 mg - Po. Pracetamol 4x500 mg - Po. Pracetamol 4x500 mg 29
SOAP
Follow Up 30 Mei 2023
S Sadar (+), kontak (+)
STU
Kesadaran : CM
TD : 130/80 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,6 ºC
SpO2 : 98% RA
O K/L: pupil isokor, RC +/+
Tho: simetris, vesicular
Abd: distensi (-), BU (+)
Eks: akral hangat, edema (-/-)
STL
K: luka op kering, rembesan (-)

A Post CTR a/i OGM POD 8

- Diet entramix 6x50 cc


- IVFD NS 0,9% 1500 cc + RL 500 /24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2x1 g
P
- Inj. Omeprazol 2x40 mg
- Inj. Ondansetron 3x4 mg
- BLPL

30
Pembahasan
Kasus Teori
• Seorang wanita berusia 45 tahun dengan diagnosis • Meningioma adalah tumor primer yang paling
olfactory groove meningioma. umum dari sistem saraf pusat.
• Olfactory groove meningioma (OGM) merupakan
meningioma yang terletak di midline fossa anterior
dasar tengkorak pada bidang cribriform ethmoidalis
dengan insidensi 8-13% dari semua meningioma
intrakranial.
• Meningioma sering terjadi pada usia 40-44 tahun.
• Angka kejadian meningioma intrakranial wanita:pria
adalah 3:1

• Pasien memiliki riwayat penggunaan KB hormonal • Faktor hormonal berupa paparan hormon eksogen,
terapi penggantian hormon, penggunaan pil
kontrasepsi oral, dan kanker payudara dapat
meningkatkan risiko kejadian meningioma.13

Hidayat I, Sutiono AB, Faried A, Arifin MZ. Anterior Interhemispheric Approach for Olfactory Groove Meningioma. International Journal of Integrated Health
Sciences. 2016;4(2):93-8.
Buerki RA, Horbinski CM, Kruser T, Horowitz PM, James CD, Lukas RV. An overview of meningiomas. Future Oncol. 2018 Sep;14(21):2161-2177. 32
Alruwaili A, Jesus O. Meningioma. Internet: StatPearls Publishing; 2021.
Kasus Teori
• Keluhan utama pada pasien ini ialah nyeri kepala • Pada OGM keluhan yang umum dirasakan pasien
kronis yang hilang timbul dan progresif, serta berupa adalah sakit kepala, perubahan kepribadian
penurunan penglihatan. dan anosmia. Tumor ini dapat meluas ke daerah
sella menekan nervus optikus dan kiasma, sehingga
menyebabkan gangguan penglihatan.

• Pada pemeriksaan fisik status lokalis oculi • OGM merupakan meningioma intrakranial, sehingga
didapatkan eksotropia, gerak bola mata kiri tanda-tanda UMN biasanya didapatkan pada
terbatas, dan penurunan visus. pemeriksaan fisik, seperti hipertonia atau klonus,
hiperrefleksia, tanda Babinski dan Hoffman positif,
paresis, atau paralisis.
• Tanda lain: kejang, afasia, dan gejala psikiatri.
• Pasien OGM dapat mengalami sindrom Foster-
Kennedy yang ditandai anosmia, papil edema
kontralateral, dan atrofi saraf optik ipsilateral.

Hidayat I, Sutiono AB, Faried A, Arifin MZ. Anterior Interhemispheric Approach for Olfactory Groove Meningioma. International Journal of Integrated Health
Sciences. 2016;4(2):93-8.
Le Rhun E, Taillibert S, Chamberlain MC. Systemic therapy for recurrent meningioma. Expert Rev Neurother. 2016;16(8):889–901. 33
Rodriguez-Porcel F, Hughes I, Anderson D, Lee J, Biller J. Foster Kennedy Syndrome Due to Meningioma Growth during Pregnancy. Front Neurol. 2013;4:183.
Kasus Teori
• Pada pemeriksaan CT scan ditemukan suatu • Pemeriksaan penunjang radiologi meningioma: foto
suggestive menigioma olfactory groove dominan x-ray, CT-scan kontras/tanpa kontras, dan MRI.
sisi kanan disertai vasogenic edema luas frontal • Pada CT-scan tanpa kontras: gambaran isodense
kanan dengan midline shift, dan gambaran hingga sedikit hyperdense dan kalsifikasi.
dehiscense cribriform plate bilateral. • CT-scan kontras: gambaran peningkatan densitas
yang homogen.
• Gambaran khas pada CT-scan kepala: dural tail.

• Pada pasien dilakukan Craniotomy Tumor Removal • Pembedahan merupakan terapi utama pada
dengan kategori Simpson Grade 2. penatalaksanaan semua jenis meningioma.
• Pada klasifikasi Simpson Grade II dilakukan reseksi
total tumor dengan koagulasi dari perlekatan dura.

Rodriguez-Porcel F, Hughes I, Anderson D, Lee J, Biller J. Foster Kennedy Syndrome Due to Meningioma Growth during Pregnancy. Front Neurol. 2013;4:183. 34
Quddusi A, Shamim MS. Simpson grading as predictor of meningioma recurrence. J Pak Med Assoc. 2018 May;68(5):819-821.
Penutup
Telah dilaporkan kasus pasien seorang wanita berusia 45 tahun yang masuk
RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan utama nyeri kepala yang melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ditegakkan diagnosis
berupa olfactory groove meningioma. Pada pasien dilakukan craniotomy tumor
removal (Simpson 2). Pasien selanjutnya dirawat di ruang ICU RSUD Ulin
selama 3 dan ruang Bedah Umum selama 5 hari dan mengalami perbaikan.
Diagnosis akhir pasien adalah Post op craniotomy tumor removal a/i olfactory
groove meningioma.

35
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik.

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai