SKENARIO 2
OLEH : KELOMPOK 10
DOSEN TUTOR :
MUDAH LELAH
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan lebih mudah
lelah bila beraktivitas. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan belakangan. Berjalan kurang lebih
seratus meter atau naik tangga 1 lantai pasien sudah mulai ngos-ngosan. Pasien juga
mengeluh sulit tidur dengan posisi datar, dan lebih memilih tidur dengan 3 sampai 4
bantal. Kaki pasien juga sering mengalami bengkak. Pasien memiliki riwayat diabetes,
hipertensi, dan kadar kolesterol yang tinggi. Riwayat merokok disangkal. Tidak ada
keluarga pasien yang mengidap sakit serupa. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan EKG. Kemudian meminta pasien melakukan foto rontgen thorax serta
laboratorium darah dan datang kembali ke Puskesmas setelah ada hasil pemeriksaan.
Gambaran EKG
1. Puskesmas :
Pusat Kesehatan Masyarakat, adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
di suatu daerah.
2. Ngos ngosan :
Ngos ngosan adalah sesak napas, dimana seseorang kesulitan mendapatkan oksigen.
3. Darah Tinggi :
Darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi saat tekanan darah melebihi batas normal
(140/90).
4. Diabetes :
Diabetes adalah penyakit pada seseorang karena kelebihan gula dalam darah.
5. Kolesterol :
Kolesterol adalah lemak yang berguna bagi tubuh, namun menimbulkan penyakit jika
berlebihan dikonsumsi.
6. EKG :
Elektrokardiogram adalah grafik yang dibuat oleh elektrokardiograf yang merekam
aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
7. Foto Rontgen :
Foto rontgen adalah salah satu prosedur pemeriksaan dengan menggunakan radiasi
gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian dalam tubuh.
3. Apakah DM, hipertensi, dan tinggi kolesterol berkaitan dengan keluhan pasien?
Hipertensi
Meningkatkan preload
Kompensasi jantung
Kompensasi jantung :
RPS LAIN :
CARDIOMEGALI, DM, HTN, TINGGI
FATIGUE & DYSPNEU
HEPATOMEGALI, KOLESTEROL
DEFINISI PROGNOSIS
KOMPLIKASI
EPIDEMIOLOGI
TATALAKSANA
ETIOLOGI
PENCEGAHAN
FAKTOR RESIKO
DIAGNOSIS
KLASIFIKASI
MANIFESTASI PATOFISIOLOGI
LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR
1. Definisi
2. Etiologi
3. Epidemiologi
4. Klasifikasi
5. Faktor risiko
6. Patofisiologi
7. Manifestasi klinis
8. Diagnosis
9. Tata laksana
10. Pencegahan
11. Komplikasi
12. Prognosis
1. DEFINISI
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien
harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal
saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi
cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari
gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
Gagal jantung (istilah medis Heart Failure) merupakan suatu keadaan yang
terjadi saat jantung gagal memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk
mencukupi kebutuhan metabolisme (supply unequal with demand), atau jantung
dapat bekerja dengan baik hanya bila tekanan pengisian (ventricular filling)
dinaikkan. Gagal jantung juga merupakan suatu keadaan akhir (end stage) dari
setiap penyakit jantung, termasuk aterosklerosis pada arteri koroner, infark
miokardium, kelainan katup jantung, maupun kelainan kongenital. Gagal jantung
adalah gawat medis yang bila dibiarkan tak terawat akan menyebabkan kematian
dalam beberapa menit.
Sindrom klinis yang terjadi pada pasien yang mengalami sekumpulan tanda
(edema dan ronki) dan gejala (dispneu dan kelelahan) klinis akibat kelainan
struktur atau fungsi jantung yang herediter atau didapat bilamana miokardium tidak
dapat memompakan darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan metabolic
tubuh ,maka akan terjaid gagal jantung.
Gangguan fungsi pompa biasanya terjadilah pada ventrikel kiri yang rusak, tetpai
keadaan ini juga dapat terjadi pada ventrikel kanan. Biasanya, gagal jantung sisi
kiri terjadi lebih dahulu.
2. ETIOLOGI
Penyakit jantung koroner merupakan etiologi gagal jantung akut pada 60 –
70% pasien terutama pada pasien usia lanjut. Pada usia muda, gagal jantung akut
lebih sering diakibatkan oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit jantung
kongenital, penyakit jantung katup dan miokarditis.19,20 Banyak pasien dengan
gagal jantung tetap asimptomatik. Gejala klinis dapat muncul karena adanya
faktor presipitasi yang menyebabkan peningkatan kerja jantung dan peningkatan
kebutuhan oksigen. Faktor presipitasi yang sering memicu terjadinya gangguan
fungsi jantung adalah infeksi, aritmia, kerja fisik, cairan, lingkungan, emosi yang
berlebihan, infark miokard, emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan,
hipertensi, miokarditis dan endokarditis infektif. 19,32
3. EPIDEMIOLOGI
Kematian akibat penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantung adalah
27%. Sekitar 3-20 per 1000 orangmengalami gagal jantung, angka kejadian gagal
jantung meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia
diatas 60 tahun). Dari hasil penelitian Framingham pada tahun 2000
menunjukkan angka kematian dalam5 tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan
42% pada wanita.
Angka kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi
yang besar tetapi tetap stabil selama beberapa dekade terakhir yaitu >650.000
pada kasus baru setiap tahunnya. Meskipun angka bertahan hidup telah
mengalami peningkatan, sekitar 50% pasien gagal jantung dalam waktu 5 tahun
memiliki angka kematian yang mutlak.
Gagal jantung terjadi pada sekitar 5 juta orang amerika serikat dan belum
tersedia data akurat di Indonesia.insiden gagal jantung meningkat seiring
peningkatan usia,kurang lebih 1% penduduk berusia lebih dari 50 tahun
mengalami gagal jantung. Keadaan ini terjadi juga 10% penduduk yang berusia
lebih dari 80 tahun, dan sekitar 70.000 orang Amerika meninggal dunia setiap
tahun karena gagal jantung. Amgka mortalitas lebih besar pada laki-laki,kulit
hitam,dan lansia.
4. KLASIFIKASI
Berdasarkan American Heart Association (Yancy et al., 2013), klasifikasi dari
gagal jantung kongestif yaitu sebagai berikut :
a. Stage A Stage A merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko
tinggi, tetapi belum ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta tanpa
adanya tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung tersebut. Pasien yang
didiagnosa gagal jantung stage A umumnya terjadi pada pasien dengan
hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau pasien yang
mengalami keracunan pada jantungnya (cardiotoxins).
b. Stage B Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila ditemukan
adanya kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan tanda dan
gejala dari gagal jantung tersebut. Stage B pada umumnya ditemukan pada
pasien dengan infark miokard, disfungsi sistolik pada ventrikel kiri ataupun
penyakit valvular asimptomatik.
c. Stage C Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada
jantung bersamaan dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi
kerusakan. Gejala yang timbul 12 dapat berupa nafas pendek, lemah, tidak dapat
melakukan aktivitas berat.
d. Stage D Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan penanganan
ataupun intervensi khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada saat keadaan
istirahat, serta pasien yang perlu dimonitoring secara ketat.
The New York Heart Association (Yancy et al., 2013) mengklasifikasikan
gagal jantung dalam empat kelas, meliputi :
a. Kelas I Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal
tidak menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
b. Kelas II Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara
normal menyebabkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angina pektoris (mild
CHF).
c. Kelas III Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik sedikit saja
mampu menimbulkan gejala yang berat (moderate CHF).
d. Kelas IV Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas
fisik apapun, bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala yang
berat (severe CHF).
5. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko untuk penyakit gagal jantung merupakan satu kesatuan dengan
factor risiko penyakit kardiovaskuler lainnya. Factor risiko penyakit
kardiovaskuler terdiri dari factor yang bisa dimodifikasi dan tidak bisa
dimodifikasi.
Bisa dimodifikasi :
a. Kebiasaan Merokok
Merokok meningkatkan 2-3 kali lipat risiko kematian akibat penyakit
jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler laninnya disebabkan oleh
efek dari zat-zat yang terkandung dalam rokok. Risiko orang berhenti
merokok terkena penyakit kardiovaskuler akan berkurang sebesar 50%.
b. Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes
tipe 2 melalui beberapa mekanisme. Secara umum, aktifitas fisik
memperbaiki metabolism glukosa, mengurangi lemak tubuh, dan
menurunkan tekanan darah juga mengontrol berat badan. Kurangnya
aktifitas fisik meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler.
c. Perubahan pola diet, kelebihan berat badan, dan hiperlipidemia.
Kecenderungan masyarakat modern dalam mengkonsumsi makanan cepat
saji akan meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan penyakit DM
juga dislipidemia. Kolesterol diketahui merupakan factor kunci dari
proses aterosklerosis, yang menjadi dasar meningkatnya risiko penyakit
kardiovaskuler.
d. Diabetes dan hipertensi
AHA menganggap diabetes sebagai factor utama risiko penyakit
kardiovaskuler. Saat ini diabetes diidap sekita 150 juta orang di dunia
terutama pada usia muda dan akan meningkat dua kali lipat dalam 25
tahun kedepan. Diperkirakan 690 juta jiwa di dunia mengidap hipertensi.
Hipertensi sering ditemukan pada pasien diabetes yang prevalensinya
berkisar 20-6-%. Hipertensi merupakan factor risiko utama penyakit
kardiovaskuler.
Beberapa mekanisme kompensasi alami akan terjadi pada pasien gagal jantung
sebagai respon terhadap menurunnya curah jantung serta untuk membantu
mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk memastikan perfusi organ
yangcukup. Mekanisme tersebut mencakup:
2. Perubahan neurohormonal
Peningkatan aktivitas simpatis Salahmerupakan mekanisme paling awal untuk
mempertahankan curah jantung. Katekolamin menyebabkan kontraksi otot
jantung yang lebih kuat (efek inotropik positif) dan peningkatan denyut jantung.
Sistem saraf simpatis juga turut berperan dalam aktivasi sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA) yang bersifat mempertahankan volume darah yang bersirkulasi
dan mempertahankan tekanan darah. Selain itu dilepaskan juga counter-regulator
peptides dari jantung seperti natriuretic peptides yang mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi perifer, natriuresis dan diuresis serta turut mengaktivasi sistem saraf
simpatis dan sistem RAA.
8. DIAGNOSIS
Diagnosis gagal jantung dapat dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik dan
penunjang. Gejala yang didapatkan pada pasien dengan gagal jantung antara lain
sesak nafas, Edema paru, peningkatan JVP , hepatomegali , edema tungkai.1
Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi ginjal
sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal jantung
sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan. Pencitraan radionuklida
menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel dan sangat berguna ketika
citra yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat
membantu dalam menilai fungsional penyakit jantung koroner.1,2
9. TATA LAKSANA
FARMAKOLOGI
-Gagal jantung akut
O2 2-4 liter/menit
Pasang iv line
Segera rujuk
S 1 dd tab I
S 2 dd tab I
S 1 dd tab I
S 1 dd tab I
Edukasi : Jelaskan tentang penyebab atau factor resiko gagal jantung seperti
tekanan darah tinggi,kadar lemak, dan gula darah yang tinggi dan jelaskan
tentang kegawatdaruratan sehingga pasien harus segera dirujuk.
NON FARMAKOLOGI
hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien yang taat pada
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan
berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas
dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal
dari berat badan stabil sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien
7. Latihan fisik
stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di
8. Aktvitas seksual
10. PENCEGAHAN
1) Mengonsumsi makanan sehat seperti sayur-sayuran,buah-buahan,biji-
bijian,ikan dan daging. Hindari makanan yg mengandung lemak jenuh seperti
gorengan, mentega, dan daging olahan.
2) Batasi asupan gula dan garam.
3) Batasi konsumsi minuman beralkohol/minuman keras.
4) Jika memiliki tingkat tekanan darah dan kolesterol yang tinggi, segera
lakukan penanganan. Kedua kondisi ini bisa meningkatkan resiko terkena
gagal jantung.
5) Menjaga berat badan agar tetap ideal dengan berolahraga secara rutin.
6) Berhenti merokok jika kamu seorang perokok dan jika bukan perokok jauhi
asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif.
7) Lakukan aktivitas atau olahraga yang sehat yang dapat membuat jantung kita
itu sehat, seperti bersepeda atau berjalan kaki minimal setengah jam.
8) Menghindari dan menangani stress.
11. KOMPLIKASI
Komplikasi
12. PROGNOSIS
Dengan banyak faktor risiko seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol yang
tinggi. Serta gagal jantung yang dialami juga merupakan gagal jantung kronis.
Jadi prognosis untuk kasus ini adalah dubia et malam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2007.
2. Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary diagnosis
and management. Mayo Clin. Proc. 2010;85:180–195.
3. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the diagnosis
and treatment of acute and chronic heart failure 2008: the Task Force for the
Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2008 of the European
Society of Cardiology. Eur Heart J. 2008;29:2388- 2442.
4. 3. Panggabean. M. Buku Ilmu Penyakit Dalam: Gagal Jantung. Volume 2. Jakarta:
2009
5. 4. Aru W.Sudoyo,dkk. (2006) Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
6. 5. Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection
fraction. J Am Coll Cardiol. 2009;53:905–918.
7. Syarif A, Ascobat P, Estuningtyas A, Setiabudi R, Muchtar A, Bahry B, et al. Obat
Gagal Jantung. In: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth
(eds.)Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Indonesia: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011
8. Anthony Fauci, Eugene Braunwald, Dennis Kasper, Stephen Hauser, Dan Longo, J.
Jameson, Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine, 17th Edition,
17th edn., : Mcgraw-hill, 2008.
9. Cohen-Solal A, Filippatos G, McMurray JJV, Ponikowski P, Poole-Wilson PA, et
al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure.
10. Fuster V, Walsh RA, O'Rourke RA, Poole-Wilson P. Pathophysiology of Heart
Failure. Hurst's The Heart 13th Ed : McGraw Hill; 2011