Anda di halaman 1dari 8

Modeling dan Siklus Remodeling pada Tulang

Abstrak

Pertumbuhan tulang yakni dalam mengubah bentuk dan ukuran tulang disebut modeling.
Tulang merupakan jaringan aktif yang memiliki sistem regenerasi seluler yang kompleks secara
metabolik atau disebut remodeling. Tulang mengalami remodeling secara berlanjut oleh dua
proses, yaitu pembentukan (formasi) dan penyerapan (resopsi) tulang. Proses ini bergantung
pada aktivitas osteoklas, osteoblas, osteogenik dan osteosit. Siklus remodeling tulang dimulai
dengan tahap aktivasi, kemudian tahap resopsi dan tahap reversal, dan diakhiri tahap formasi.

Kata kunci : Modeling dan remodeling tulang, osteoklas, osteoblas, osteogenik, osteosit

Modeling and Bone Remodeling Cycle

Abstract

Bone growth that is in changing the shape and size of bones is called modeling. Bone is
an active tissue that has a metabolically complex cellular regeneration system called
remodeling. The bone undergoes remodeling continuously by two processes, namely formation
and bone resorption. This process depends on the activity of osteoclasts, osteoblasts, osteogenic
and osteocytes. The bone remodeling cycle begins with the activation stage, then the reversal
phase and reversal phase, and ends the formation stage.

Keywords : Modeling and remodeling bone, osteoclast, osteoblast, ostegenic, osteocytes.

Pendahuluan

Salah satu upaya peningkatan kualitas hidup adalah mempertahankan kekuatan tulang
yakni dengan cara melakukan latihan fisik (olah raga) dan memanfaatan bahan pangan (nutrisi)
yang memiliki kandungan untuk menjaga kekuatan tulang. Kekuatan tulang dipengaruhi oleh
massa tulang, mikroarsitektur, makrogeometri, dan turnover tulang adalah faktor yang
mempengaruhi kekuatan tulang. 1,2

Pertumbuhan tulang yakni dalam mengubah bentuk dan ukuran tulang disebut modeling.
Tulang merupakan jaringan aktif yang memiliki sistem regenerasi seluler yang kompleks secara
metabolik atau disebut remodeling. Tulang mengalami remodeling secara berlanjut oleh dua
proses, yaitu pembentukan (formasi) dan penyerapan (resopsi) tulang. Proses ini bergantung
pada aktivitas osteoklas, osteoblas, osteogenik dan osteosit,. Dalam kondisi normal, resopsi dan
formasi berkaitan erat satu sama lain, sehingga jumlah tulang yang dihancur sama dengan yang
dibentuk. Remodeling tulang bervariasi dari hari ke hari, dipengaruhi asupan makanan.3,4

Histologi Tulang

Tulang merupakan bentuk kaku jaringan ikat yang membentuk sebagian besar rangka
vetebrata yang lebih tinggi. Jaringan tulang tersusun atas sel-sel yang terkumpul dalam matriks.
Matriks ini mengandung usur organik dan unsur anorganik. Unsur organik yang terutama adalah
serat-serat kolagen, yaitu kolagen tipe I yang merupakan 90-95% bahan organik utama sedang
sisanya adalah medium homogen yang disebut subtansi dasar. Sedangkan unsur anorganik
meliputi dua pertiga tulang tersebut. Yang bertanggungjawab atas kaku dan kejurnya tulang ialah
garam-garam anorganik yaitu kalsium fosfat (kira-kira 85%), kalsium karbonat (10%), dan
sejumlah kecil kalsium florida serta magnesium florida. Serat-serat kolagen sangat menambah
kekuatan tulang itu.4

Tulang Berdasarkan Komponen Penyusunnya

Secara makroskopik, tulang terdiri atas dua jaringan, yaitu jaringan kompak yang disebut
tulang kompakta atau tulang keras dan jaringan mirip spon yang disebut tulang spongiosa atau
tulang rawan. Tulang rawan atau tulang spongiosa memiliki ciri-ciri teridiri dari sel tulang rawan
sehingga bersifat lentur dan elastis. Banyak mengandung zat perekat dan kodroblast juga sedikit
zat kapur. Contohnya tulang hidung dan daun telinga. Sedangkan tulang keras atau tulang
kompakta memiliki ciri-ciri mengandung osteoblast, osteosit, osteogenik dan osteoklas. Tulang
ini banyak mengandung zat kapur.4-6
Gambar 1. Penampang Melintang Tulang7

Sel-Sel Tulang

Tulang dewasa dan yang sedang berkembang mengandung empat jenis sel berbeda: sel

osteogenik (osteoprogenitor), osteoblas, osteosit, dan osteoklas.4

Osteogenik ialah sel-sel induk pluripoten yang belum berdiferensiasi, berasal dari
jaringan ikat mesenkim yang merupakan jaringan penghubung yang masih bersifat embrional,
oleh karena itu osteogenik masih bisa bermitosis. Sehingga sel ini berfungsi sebagai sumber
osteoblast dan osteoklas. Sel ini biasanya ditemukan pada permukaan tulang di lapisan dalam
periosteum, pada endos-teum, dan dalam saluran vaskular dari tulang kompakta.4

Osteoblas adalah sel pembentuk tulang dari sel progenitor yang ditemukan di permukaan

tulang. Osteoblas berfungsi membuat, menyekresikan, dan mengendapkan unsur organik matriks

tulang baru yang disebut osteoid. Osteoblas mengandung enzim fosfatase alkali yang

menandakan bahwa sel-sel ini tidak hanya berhubungan dengan pembuatan matriks, namun juga

mineralisasinya. Osteoid ialah matriks tulang belum mengapur, baru dibentuk, dan tidak

mengandung mineral, namun tidak lama setelah deposisi, osteoid segara mengalami mineralisasi

dan menjadi tulang.4


Gambar 2. Sel-Sel pada Tulang8

Osteosit atau sel tulang ialah osteoblas yang terpendam dalam matriks tulang. Mikroskop

elektron memperlihatkan bahwa osteosit dan cabangnya tidak melekat langsung pada matriks
sekitarnya, tetapi ter-pisah dari dinding lakuna dan kanalikuli oleh daerah amorf tipis. Daerah ini
agaknya berfungsi sebagai medium pertukaran metabolit. Osteosit diyakini berperan dalam
merespon stimulasi mekanik, sensor adanya strain dan inisiasi respon pada modeling dan
remodeling melalui beberapa mesengger kimia yang meliputi glukosa 6 fosfat dehidrogenase,

nitric oxide (NO), dan IGF.4

Oteoklas berasal dari sel-sel mirip monosit yang merupakan sel fagositik multinukleus

besar yang terdapat di tulang. Osteoklas biasanya hanya terdapat pada sabgian kecil potongan

tulang dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Osteoklas berperan pada proses resorpsi
tulang dan selama proses resorpsi, ion hidrogen yang dibentuk dari carbonic anhydrase (karbonik
anhidrase) memasuki plasma membran untuk melarutkan matriks tulang, lebih lanjut enzim
lisosom yaitu kolagenase dan katepsin K dikeluarkan untuk kemudian mencerna matriks

tulang.4,9

Modeling dan Remodeling Tulang

Modeling adalah pertumbuhan tulang yakni dalam mengubah bentuk dan ukuran tulang.
Pertumbuhan ini terjadi hingga mencapai usia akhir pubertas, namun dalam peningkatan
kepadatan tulang terjadi sampai akhir usia tiga puluh sampai empat puluh tahun.2

Remodeling adalah kemampuan tulang untuk beradaptasi pada tekanan mekanik yang
terjadi karena adanya pembentukan dan perombakan tulang terus menerus. Remodeling tulang
juga disebut regenerasi tulang dari tulang yang lama menjadi tulang yang baru. Proses
remodeling tulang terjadi dari masa pertumbuhan hingga manusia meninggal. Jika proses ini
berlangsung di lokasi yang berbeda, morfologi tulang akan berubah. Dibutuhkan keseimbangan
antara formasi dan resorbsi tulang agar terbentuknya massa tulang yang normal. Remodeling
berfungsi untuk menjaga kekuatan tulang. 2

Siklus Remodeling Tulang

1. Tahap Aktivasi

Siklus remodeling tulang diawali dengan perekrutan sel-sel prekursor osteoklas. osteoklas
tersebut akan melalui sederetan lining sel osteoblas pada permukaan tulang agar dapat
mengeluarkan enzim proteolitik. Sel-sel akan berdiferensiasi saat mereka menedapatkan sinyal
dari osteoblast dan menjadi osteoklas. Osteoklas tersebut akan menempel permukaan matriks
tulang. Osteoklas kemudian mensintesis enzim proteolitik yang mencerna matriks kolagen.2,4

2. Tahap Resopsi

Tahap pertama dari siklus renovasi adalah resopsi tulang. Fase yang panjang ini diatur
oleh apoptosis osteoklas. Mensekresi ion hydrogen dan enzim lisosom terutama cathepsin K dan
akan mendegradasi seluruh komponen matriks tulang termasuk kolagen merupakan peran
osteoklas dan akan mendegradasi seluruh komponen matriks tulang termasuk kolagen. Setelah
terjadi resorpsi maka osteoklas akan membentuk lekukan atau cekungan tidak teratur yang biasa
disebut lakuna howship pada tulang trabekular dan saluran haversian pada tulang kortikal.2,4

3. Tahap Reversal

Pada tahap ini permukaan tulang sementara tidak ditemukan adanya sel kecuali beberapa
sel mononuclear yakni makrofag, kemudian akan terjadi degradasi kolagen lebih lanjut dan
terjadi deposisi proteoglycan untuk membentuk coment line yang akan melepaskan faktor
pertumbuhan untuk dimulainya tahap formasi.2,4

4. Tahap Formasi

Setelah osteoklas meninggalkan daerah resorpsi, osteoblas menginvasi area tersebut dan
memulai proses formasi menggunakan cara menyekresi osteoid (matriks kolagen dan protein
lain) yang setelah itu mengalami mineralisasi. Tahap formasi akan berhenti saat defek
(cekungan) yang dibuat oleh osteoklas telah diisi.2,4

Gambar 3. Siklus Remodeling Tulang10


Gambar 4. Keterangan Gambar 310

Keterangan : Quiescence adalah tahap dimana remodeling sedang tidak terjadi.

Kesimpulan

Tulang merupakan bentuk kaku jaringan ikat yang membentuk sebagian besar rangka
vetebrata yang lebih tinggi. Jaringan tulang tersusun atas sel-sel yang terkumpul dalam matriks.
Tulang dewasa dan yang sedang berkembang mengandung empat jenis sel berbeda: sel
osteogenik (osteoprogenitor), osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Tulang mengalami modeling dan
remodeling. Modeling adalah pertumbuhan tulang yakni dalam mengubah bentuk dan ukuran
tulang. Remodeling tulang adalah regenerasi tulang dari tulang yang lama menjadi tulang yang
baru. Siklus remodeling tulang dimulai dengan tahap aktivasi, kemudian tahap resopsi dan tahap
reversal, dan diakhiri tahap formasi.

Daftar Pustaka

1. R.Siti, Rieuwpassa IE, Bahrun U. Low density lipoprotein sebagai faktor prediktor terhadap
penurunan densitas mineral tulang pada osteoporosis.2014. Diunduh dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10062/Copy%20of%20ox
%20LDL.%20indonesia,%20english..%20(Sitti%20Rafiah-iren).doc?sequence=1, 4
November 2017.
2. Mahmudati N. Kajian biologi molekuler peran estrogen /fitoestrogen pada metabolisme
tulang usia menopause. Prosiding Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 2011 :421-30.
Diunduh dari http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/viewFile/984/638, 4
November 2017.
3. Huldani. Biomaker remodeling tulang. 2012. Diunduh dari https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi57s79iKXX
AhVIv5QKHSlPA70QFgg9MAM&url=http%3A%2F%2Feprints.ulm.ac.id
%2F204%2F1%2FHULDANI%2520-%2520BIOMARKER%2520REMODELLING
%2520TULANG.pdf&usg=AOvVaw0k3599VNZlsZgHVNjX5-Xt, 4 November 2017.
4. Sihombing I, Wangko S, Kalangi SJR. Peran estrogen pada remodeling tulang. Jurnal
Biomedik 2012; 4(3):18-28 Diunduh dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/1210, 4 November 2017.
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia; 2009.
6. Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Nasional Pendidikan; 2009.
7. Anthony L, Mescher PHD. Histologi dasar dan junqueira.12 rded. Jakarta:EGC 2011; p. 118-
130.
8. Diunduh dari https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F
%2Fimage.slidesharecdn.com%2Fsistemgerakpadamanusia-111128201640-
phpapp02%2F95%2Fsistem-gerak-pada-manusia-27-728.jpg%3Fcb
%3D1322516038&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.slideshare.net%2Ftickha%2Fsistem-
gerak-pada-manusia-10375697&docid=fNtNfORymmdOsM&tbnid=lfYkZz9hL2CgkM
%3A&vet=10ahUKEwimvM791bXXAhXKRY8KHZyaDR0QMwgmKAEwAQ..i&w=728
&h=546&bih=662&biw=1366&q=sel%20osteosit
%20osteoblas&ved=0ahUKEwimvM791bXXAhXKRY8KHZyaDR0QMwgmKAEwAQ&ia
ct=mrc&uact=8, 4 November 2017.

9. Risnanto, Insani U. Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah : sistem musculoskeletal.
Yogyakarta : Deepublish; 2014.
10. Diunduh dari http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/muskuloskeletal/mekanisme-
penyembuhan-tulang/, 4 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai