Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Tulang adalah jaringan yang paling keras di antara jaringan ikat lainnya di dalam tubuh
yang terdiri dari 50% air. Bagian padat dari tulang terdiri dari berbagai mineral, terutama 76%
garam kalsium dan 33% material seluler. Tulang memiliki jaringan vaskular dan produk aktivitas
seluler, terutama selama pertumbuhan yang sangat tergantung pada suplai darah sebagai sumber
dasar dan hormon yang sangat mengatur proses pertumbuhan ini. Sel-sel pembentuk tulang,
osteoblas, osteoklas memainkan peran penting dalam menentukan pertumbuhan tulang, ketebalan
lapisan kortikal dan susunan struktural lamella.

Tulang terus mengubah struktur internalnya untuk mencapai kebutuhan fungsional dan
perubahan ini terjadi melalui aktivitas osteoklas dan osteoblas. Tulang yang dilihat dari
perkembangannya dapat dibagi menjadi dua proses: pertama adalah osifikasi intramembran di
mana tulang terbentuk langsung dalam bentuk jaringan ikat mesenkimal primitif, seperti tulang
mandibula, rahang atas dan tengkorak. Kedua adalah osifikasi endokondral di mana jaringan
tulang menggantikan tulang rawan hialin yang sudah ada sebelumnya, misalnya selama
pembentukan dasar tengkorak. Sel yang sama membentuk dua jenis pembentukan tulang dan
struktur akhir tidak jauh berbeda.

Pertumbuhan tulang tergantung pada faktor genetik dan lingkungan, termasuk efek
hormon, pola makan dan faktor mekanik. Tingkat pertumbuhan tidak selalu sama di semua bagian,
misalnya, lebih cepat di ujung proksimal daripada distal humerus karena pola internal spongiosum
tergantung pada arah tekanan tulang. Arah pembentukan tulang pada bidang epifisis ditentukan
oleh arah dan distribusi garis tekanan. Peningkatan ketebalan atau lebar tulang disebabkan oleh
pengendapan tulang baru dalam bentuk lamella sirkumferensial di bawah periosteum. Jika
pertumbuhan tulang berlanjut, lamella akan tertanam di belakang permukaan tulang baru dan
digantikan oleh sistem kanal haversian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Sel dan matriks tulang

Tulang adalah jaringan yang terdiri dari matriks ekstraseluler yang keras. Komponen dasar
tulang, seperti pada jaringan ikat lainnya, yaitu sel dan matriks. Ada empat jenis sel tulang:
osteoblas, osteosit, sel osteogenik, dan osteoklas. (Gambar 1 dan Tabel 1).

• Osteoblast mensintesis matriks tulang dan bertanggungjawab untuk mineralisasi. Mereka berasal
dari sel-sel osteoprogenitor (a mesenchymal stem cell).
• Osteosit adalah osteoblas yang tidak aktif yang berada di dalam tulang.
• Osteoklas memecah matriks tulang melalui proses fagositosis.
Keseimbangan aktivitas osteoblas dan osteoklas mengatur pergantian tulang dan
memastikan bahwa tulang tidak diproduksi berlebihan atau mengalami degradasi berlebih. Sel-sel
ini membangun dan memecah matriks tulang, yang terdiri dari:
• Osteoid merupakan matriks yang terdiri dari kolagen tipe I dan gylcosaminoglycans (GAG).
• Kalsium hidroksiapatit, kristal garam kalsium yang memberi tulang kekuatan dan kekakuan.
Tulang dibagi menjadi dua jenis yang berbeda secara struktur dan fungsi. Sebagian besar
tulang terdiri dari kedua jenis jaringan tulang, yaitu (Gambar 2):
• Tulang kompak atau tulang kortikal merupakan tempat menempelnya ligamen dan tendon.
• Tulang trabekular atau tulang kanselosa atau spongy bone, terletak di antara lapisan-lapisan
tulang padat. Di dalam trabekula terdapat sumsum tulang.
2. Struktur Tulang

2.1 Struktur Tulang secara Makroskopis


Tulang panjang terdiri dari jaringan tulang kortikal dan kanselosa. Mereka terdiri dari
beberapa area (Gambar 3):
• Epifisis merupakan bagian dari tulang yang terletak di ujung tulang panjang dan ikut serta dalam
pergerakan sendi.
• Diafisis adalah batang tulang dimana dindingnya ialah tulang kortikal dan tulang trabekuler
sebagai jaringan dasarnya.
• Lempeng pertumbuhan epifisis merupakan tulang rawan yang tumbuh kemudian menyebabkan
pemanjangan tulang, terletak di antara epifisis dan diafisis.
• Metafisis adalah area dimana diafisis bergabung dengan lempeng pertumbuhan epifisis.
Area tulang yang berbeda ditutupi oleh jaringan yang berbeda:
• Epifisis dilapisi oleh lapisan tulang rawan artikular yaitu bentuk khusus dari tulang rawan hialin
yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap gesekan pada sendi.
• Bagian luar diafisis dilapisi oleh periosteum yaitu lapisan luar berserat yang melekat otot,
ligamen, dan tendon.
• Bagian dalam diafisis, di perbatasan antara tulang kortikal dan kanselosa dan melapisi trabekula,
dilapisi oleh endosteum.

2.2 Struktur Tulang secara Mikroskopis


Tulang kompak diatur sebagai kolom paralel yang dikenal sebagai sistem Haversian yang
memanjang ke bawah sumbu tulang panjang. Kolom-kolom ini terdiri dari lamella yang
mengelilingi kanal Haversian yang berisi saraf, pembuluh darah, dan sistem limfatik tulang. Kanal
Haversian paralel dihubungkan satu sama lain oleh kanal Volkmann yang tegak lurus.
Lamella dari sistem Haversian dibentuk oleh osteoblas. Saat osteoblas mengeluarkan
matriks, mereka terperangkap dalam ruang yang disebut lakuna dan dikenal sebagai osteosit.
Osteosit berkomunikasi dengan kanal Haversian melalui ekstensi sitoplasmik yang berjalan
melalui kanalikuli (Gambar 4). Lapisan-lapisan tulang panjang, dimulai dari permukaan luar ke
bagian dalam: Permukaan periosteal tulang padat  Lamella lingkar luar  Tulang kompak
(sistem Haversian)  Lamella lingkar bagian dalam  Permukaan endosteal tulang kompak 
Tulang trabekular.
3. Pembentukan Tulang
Perkembangan tulang dimulai dengan pergantian jaringan mesenkim kolagen oleh tulang.
Hal ini menyebabkan pembentukan woven bone yaitu bentuk tulang primitif dengan serat kolagen
yang acak yang selanjutnya diubah menjadi tulang pipih matang (mature lamellar bone), yang
memiliki cincin kolagen yang teratur. Tulang pipih kemudian terus-menerus mengalami
remodelling oleh osteoklas dan osteoblas. Berdasarkan perkembangannya, pembentukan tulang
dapat dibagi menjadi dua bagian, yang disebut pembentukan tulang / osifikasi endokondral dan
intramembran.

3.1 Pembentukan Tulang secara Intramembranosa


Selama pembentukan tulang intramembran, jaringan ikat membran sel mesenkimal yang
tidak berdiferensiasi berubah menjadi tulang dan sel matriks tulang. Pada tulang rawan
kraniofasial, osifikasi intramembran berasal dari sel-sel saraf (nerve crest cells). Bukti paling awal
dari pembentukan tulang tengkorak intramembran terjadi pada rahang bawah selama minggu
keenam kehamilan. Pada minggu kedelapan, pusat penguatan muncul di daerah kalvarial dan
wajah. Pernyataan di bawah ini adalah tahap pembentukan tulang intramembran (Gambar 5):
1. Pusat osifikasi muncul di jaringan ikat membran yang berserat. Sel-sel mesenkimal
berkumpul dan mulai berdiferensiasi menjadi kapiler, sel osteogenik dan osteoblas,
kemudian membentuk pusat osifikasi.
2. Matriks tulang (osteoid) disekresikan di dalam membran fibrosa. Osteoblas menghasilkan
jaringan osteoid kemudian osteoid mengalami mineralisasi dalam beberapa hari dan
osteoblas terperangkap menjadi osteosit.
3. Pembentukan woven bone dan periosteum. Terjadi proses pembungkusan sel dan
pembuluh darah. Ketika deposisi osteoid oleh osteoblas berlanjut, sel-sel yang terbungkus
berkembang menjadi osteosit. Sel-sel osteoid terletak di antara pembuluh darah
membentuk jaringan acak dari trabekular. Vaskularisasi dari mesenkim menjadi padat pada
permukaan luar dari woven bone dan menjadi periosteum.
4. Produksi jaringan osteoid oleh sel-sel membran: osteosit kehilangan kemampuannya untuk
meningkatkan ukuran tulang, tetapi osteoblas pada permukaan periosteum memproduksi
lebih banyak jaringan osteoid yang menebalkan lapisan jaringan pada permukaan tulang.
Pembentukan woven bone kemudian digantikan oleh tulang lamelar yang matur. Tulang
spons terdiri dari trabekula dan jaringan pembuluh darahnya menjadi sumsum tulang.
5. Kalsifikasi osteoid: Terjadinya mineralisasi matriks tulang membuat tulang relatif tidak
dapat ditembus nutrisi dan sisa metabolisme. Pembuluh darah yang terperangkap berfungsi
untuk mengalirkan nutrisi ke osteosit serta jaringan tulang dan menghilangkan sisa
metabolisme.
6. Pembentukan esensial membran tulang termasuk endosteum. Gangguan pada membran
atau pembuluh darah dapat menyebabkan kematian dan kehilangan sel tulang. Tulang
sangat sensitif terhadap tekanan. Tulang yang sudah mengalami kalsifikasi bersifat keras
dan relatif tidak fleksibel.
Matriks atau zat antar sel tulang mengalami kalsifikasi dan menjadi tulang. Jaringan tulang
yang ditemukan di periosteum, endosteum, sutura, dan membran periodontal (ligamen) adalah
contoh tulang dari osifikasi intramembran.
Pembentukan tulang intramembran terjadi pada dua jenis tulang: bundle bone dan lamellar
bone. Bundle bone berkembang langsung di jaringan ikat yang belum mengalami kalsifikasi.
Osteoblas yang mengalami diferensiasi dari mesenkim, mengeluarkan zat antar sel yang
mengandung fibril kolagen. Matriks osteoid ini mengalami kalsifikasi dengan mengendapkan
kristal apatit. Pusat osifikasi primer hanya menunjukkan kepadatan kalsifikasi tulang yang
minimal. Deposit kristal apatit sebagian besar tidak teratur dan terstruktur seperti jaring yang
terkandung di daerah medula dan kortikal. Mineralisasi terjadi sangat cepat (beberapa puluh ribu
milimeter per hari) dan dapat terjadi secara bersamaan di area yang luas. Deposit apatit ini
meningkat seiring berjalannya waktu. Jaringan tulang dianggap matang ketika daerah yang
mengkristal diatur dalam arah yang sama dengan fibril kolagen.
Jaringan tulang dibagi menjadi dua disebut daerah kortikal dan medula, kedua daerah ini
hancur saat proses resorpsi. Jaringan ikat di sekitarnya akan berdiferensiasi menjadi periosteum.
Lapisan dalam periosteum kaya akan sel, memiliki fungsi osteogenik dan berkontribusi pada
pembentukan tulang tebal seperti pada endosteum.
Pada orang dewasa, bundle bone biasanya hanya terbentuk selama remodeling tulang yang
cepat. Perkembangan tulang pipih hanya terjadi dalam matriks yang termineralisasi (misalnya
tulang rawan yang mengalami kalsifikasi atau bundle bone spicules). Jaring dalam bundle bone
terisi untuk memperkuat tulang pipih, sehingga terbentuknya tulang padat. Osteoblas muncul
dalam matriks yang termineralisasi kemudian membentuk lingkaran mengelilingi pembuluh
sentral dalam beberapa lapisan (sistem Haversian). Tulang lamela terbentuk dari 0,7 hingga 1,5
mikron per hari.

3.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Osifikasi Intramembranosa


Pembentukan tulang intramembranosa dari desmokranium (sutura dan periosteum)
diperankan oleh struktur skeletogenetik mesenkim melalui proses deposisi dan resorpsi tulang.
Perkembangan ini hampir sepenuhnya dikendalikan melalui faktor genetik dan faktor lingkungan
(mis. kekuatan otot, tekanan lokal eksternal, otak, mata, lidah, saraf, dan secara tidak langsung
oleh osifikasi endokondral). Faktor genetik hanya memiliki efek morfogenetik yang tidak spesifik
pada pembentukan tulang intramembranosa dan hanya menentukan batas eksternal dan
meningkatkan pertumbuhan. Gangguan anomali (terutama yang dihasilkan secara genetik) dapat
mempengaruhi pembentukan tulang endokondral, sehingga faktor genetik dan faktor lingkungan,
termasuk langkah-langkah terapi ortodontik, dapat secara langsung mempengaruhi pembentukan
tulang intramembran.

3.2 Pembentukan Tulang secara Endokondral


Selama osifikasi endokondral, jaringan yang akan menjadi tulang ialah kartilago / tulang
rawan yang dikelilingi oleh perikondrium yang kemudian membentuk periosteum. Berdasarkan
lokasi mineralisasi, dapat dibagi menjadi: Osifikasi Perikondral dan Osifikasi Endokondral.
Osifikasi perikondral dimulai pada perikondrium. Sel mesenkim berdiferensiasi menjadi
osteoblas, yang mengelilingi tulang diafisis sebelum osifikasi endokondral. Tulang rawan
ditransformasikan menjadi tulang kraniofasial yang terbentuk pada minggu ke-8 prenatal. Hanya
tulang dasar tengkorak dan sebagian tulang tengkorak yang berasal dari pembentukan tulang
endokondral.
Pernyataan di bawah ini adalah tahapan pembentukan tulang endokondral (Gambar 6):
1. Sel-sel mesenkimal berdiferensiasi menjadi kondrosit (sel-sel tulang rawan).
2. Kondrosit menjadi hipertrofik dan terjadi kalsifikasi dari matriks tulang rawan.
3. Arteri mensuplai perikondrium, masuk ke foramen di area tengah dan menstimulasi sel-sel
osteoprogenitor yang ada di dalam perikondrium untuk memproduksi osteoblas yang
mengubah perikondrium menjadi periosteum dan memulai pembentukan pusat osifikasi.
4. Periosteum melanjutkan perkembangannya dan proses pembelahan sel (kondrosit) juga
berlanjut, sehingga meningkatkan produksi matriks (hal ini membantu pemanjangan
tulang).
5. Membran perikondrial mengelilingi permukaan dan kondroblas baru berkembang.
6. Kondroblas tumbuh dengan cara melebar (pertumbuhan aposisional).
7. Sel-sel yang berada di tengah tulang rawan lisis (pecah) lalu memicu kalsifikasi.
Selama pembentukan tulang endokondral, jaringan mesenkimal berdiferensiasi menjadi
jaringan tulang rawan. Pembentukan tulang endokondral terjadi di tulang yang berhubungan
dengan sendi dan beberapa bagian dasar tengkorak. Pada sel-sel tulang rawan yang hipertrofik,
matriks mengalami kalsifikasi dan sel-sel mengalami degenerasi. Pada sinkondrosis kranial
terdapat proliferasi pada pembentukan tulang di kedua sisi lempeng tulang, berbeda dengan
pembentukan epifisis tulang panjang yang hanya terjadi pada satu sisi saja.
Saat kartilago tumbuh, kapiler masuk dan mengawali transformasi perikondrium menjadi
periosteum. Osteoblas membentuk periosteal tulang padat di sekitar tulang rawan diafisis. Bulan
kedua atau ketiga pada janin, terjadi perkembangan sel tulang dan peningkatan osifikasi dan
muncul pusat osifikasi primer di dalam periosteal.
Kondrosit dan tulang rawan terus tumbuh di ujung tulang yang menyebabkan pemanjangan
tulang dan pada saat yang sama tulang juga menggantikan tulang rawan pada diafisis. Pada saat
kerangka janin sepenuhnya terbentuk, tulang rawan hanya tinggal di permukaan sendi sebagai
tulang rawan artikular dan di antara diafisis dan epifisis sebagai lempeng pertumbuhan epifisis.
Setelah lahir, urutan kejadian yang sama (mineralisasi matriks, kematian kondrosit, invasi
pembuluh darah dari periosteum, dan perubahan sel-sel osteogenik menjadi osteoblas) terjadi di
daerah epifisis yang disebut sebagai pusat osifikasi sekunder.

3.2.1 Faktor yang mempengaruhi ossifikasi endokondral


Gangguan membran atau masalah suplai vaskular pada membran esensial ini dapat secara
langsung mengakibatkan kematian sel tulang dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan tulang.
Tulang yang terkalsifikasi umumnya keras dan relatif tidak fleksibel dan peka terhadap tekanan.
Sinkondrosis kranial (mis., pertumbuhan spheno ethmoidal dan spheno oksipital) dan
osifikasi endokondral selanjutnya ditentukan oleh kondrogenesis. Kondrogenesis terutama
dipengaruhi oleh faktor genetik, mirip dengan pertumbuhan mesenkimal wajah selama
embriogenesis ke fase diferensiasi tulang rawan dan jaringan tulang kranial.

3.2.2 Kondrogenesis
Kondrogenesis adalah proses pembentukan tulang rawan dari jaringan mesenkim yang
mengalami diferensiasi menjadi kondrosit dan mulai mengeluarkan molekul yang membentuk
matriks ekstraseluler. Pernyataan di bawah ini adalah lima langkah kondrogenesis:
1. Kondroblas menghasilkan matriks: matriks ekstraseluler yang diproduksi oleh sel-sel
tulang rawan yang tegas tetapi fleksibel dan kaku.
2. Sel tertanam dalam matriks: ketika kondroblas sepenuhnya tertanam dalam bahan matriks,
sel tulang rawan berubah menjadi kondrosit. Kondroblas baru akan menambah ukuran
tulang rawan (tulang rawan dapat meningkatkan ukuran melalui pertumbuhan aposisi).
3. Kondrosit membesar dan menghasilkan matriks. Pertumbuhan sel berlanjut dan
menghasilkan matriks, yang menyebabkan peningkatan ukuran massa tulang rawan.
Pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan ukuran dari dalam disebut pertumbuhan
interstitial.
4. Matriks tidak mengalami kalsifikasi: matriks tulang rawan kaya akan sulfat kondroitin
yang terkait dengan protein non-kolagen. Nutrisi dan sisa metabolisme dibuang langsung
melalui matriks lunak ke dan dari sel. Oleh karena itu, pembuluh darah tidak diperlukan di
tulang rawan.
5. Membran menutupi permukaan tetapi tidak penting: tulang rawan memiliki vaskularisasi
membran tertutup yang disebut perikondrium, tetapi tulang rawan bisa tetap hidup tanpa
hal tersebut. Hal ini membuat tulang rawan dapat tumbuh dan beradaptasi di tempat yang
membutuhkan tekanan (pada sendi).
Osifikasi endokondral dimulai dengan perubahan karakteristik pada sel tulang rawan
(hipertrofi kartilago) dan matriks interseluler, proses ini disebut sebagai spongiosa primer.
Pembuluh darah dan jaringan mesenkim dari perikondrium akan menembus ke daerah ini. Jaringan
berdiferensiasi menjadi osteoblas. Kondroblas menghancurkan tulang rawan sehingga membentuk
rongga.
Lapisan osteoid diendapkan pada spikula yang mengalami kalsifikasi yang tersisa dari
tulang rawan dan kemudian mengalami mineralisasi untuk membentuk tulang spongiosa. Tulang
spongiosa dapat berubah menjadi tulang padat dengan mengisi rongga kosong. Pertumbuhan
tulang endokondral dan perikondral keduanya terjadi pada epifisis dan sendi. Dalam proses
pemanjangan tulang selama osifikasi endokondral tergantung pada pertumbuhan tulang rawan
epifisis. Ketika garis epifisis telah ditutup, tulang tidak akan bertambah panjang. Tidak seperti
tulang, pertumbuhan tulang rawan didasarkan pada pertumbuhan aposisi dan interstitial.

4. Pertumbuhan Tulang
Perkembangan tinggi tulang rawan terjadi selama bulan ketiga kehidupan intra uterus.
Tulang rawan memanjang dari kapsul tulang hidung posterior ke foramen magnum di dasar
tengkorak. Tulang rawan merupakan jaringan avaskular yang memiliki sel-sel internal yang bisa
melakukan proses difusi dari lapisan terluar. Ini berarti tulang rawan harus lebih rata. Pada tahap
awal perkembangan, ukuran embrio yang sangat kecil dapat dengan mudah membentuk
kondroskeleton dimana persiapan pertumbuhan lebih lanjut terjadi tanpa suplai darah internal.
Selama bulan keempat di rahim, perkembangan elemen vaskular ke berbagai titik
kondrokranium (dan bagian lain dari kerangka tulang rawan) menjadi pusat osifikasi, dimana
tulang rawan berubah menjadi pusat osifikasi, dan pembentukan tulang di sekitar tulang rawan.
Tulang rawan terus tumbuh dengan cepat tetapi digantikan oleh tulang, menghasilkan peningkatan
jumlah tulang yang cepat. Pada akhirnya jumlah kondrokranium lama akan berkurang di daerah
tulang rawan dan sebagian besar tulang.
Pertumbuhan tulang longitudinal disertai dengan remodeling yang mencakup pertumbuhan
apposisional untuk menebalkan tulang. Proses ini terdiri dari pembentukan tulang dan reabsorpsi.
Pertumbuhan tulang berhenti sekitar usia 21 tahun untuk pria dan usia 18 tahun untuk wanita ketika
epifisis dan diafisis telah menyatu (penutupan lempeng epifisis).
Pertumbuhan tulang normal tergantung pada asupan protein, mineral, dan vitamin.
Kekurangan vitamin D mencegah penyerapan kalsium dari saluran pencernaan yang
mengakibatkan penyakit rickets (anak-anak) atau osteomalacia (dewasa). Osteoid diproduksi
tetapi garam kalsium tidak disimpan, sehingga tulang menjadi lunak dan lemah.

4.1 Pertumbuhan Oposisional


Pertambahan pada tulang panjang terjadi di tengah dan di ujung tulang yang akhirnya
membentuk diafisis dan epifisis. Antara epifisis dan diafisis ada area yang tidak mengalami
kalsifikasi yang disebut lempeng epifisis. Lempeng epifisis pada tulang panjang adalah pusat
utama untuk pertumbuhan. Lempeng epifisis adalah lapisan tulang rawan hialin dimana osifikasi
terjadi pada tulang yang belum matang. Pada sisi epifisis dari lempeng epifisis, tulang rawan
terbentuk dan di sisi diafisis, tulang rawan mengeras dan kemudian bertambah panjang. Lempeng
epifisis terdiri dari lima zona, yaitu:
1. Zona istirahat: mengandung tulang rawan hialin dengan beberapa kondrosit, yang berarti tidak
ada perubahan morfologis dalam sel.
2. Zona proliferatif: kondrosit dengan jumlah sel yang lebih banyak membelah dengan cepat dan
membentuk kolom sel yang ditumpuk sejajar dengan sumbu panjang tulang.
3. Zona hipertrofi kartilago: mengandung kondrosit besar dengan volume yang bertambah dan
matriks yang termodifikasi dapat memanjangkan tulang yang sitoplasmanya terdapat glikogen.
Matriks mengecil menjadi septa tipis yang berada di antara kondrosit.
4. Zona kartilago yang mengalami kalsifikasi: kondrosit mengalami apoptosis, septa tipis dari
matriks kartilago mengalami kalsifikasi.
5. Zona osifikasi: jaringan tulang endokondral muncul. Kapiler darah dan sel-sel osteoprogenitor
(dari periosteum) masuk ke rongga-rongga yang ditinggalkan oleh kondrosit. Sel-sel
osteoprogenitor membentuk osteoblas.
Tulang terus bertambah panjang sampai dewasa awal. Perpanjangan dihentikan pada akhir
masa remaja dimana kondrosit berhenti mitosis dan diganti dengan tulang, kemudian diafisis dan
epifisis menyatu menjadi satu tulang. Tingkat pertumbuhan dikendalikan oleh hormon. Ketika
kondrosit di lempeng epifisis berhenti berproliferasi dan tulang menggantikan tulang rawan,
pertumbuhan longitudinal berhenti. Yang tersisa dari lempeng epifisis adalah garis epifisis.
Penutupan epifisis terjadi di usia 18 tahun pada wanita dan 21 tahun pada pria.

4.2 Pertumbuhan Aposisional


Ketika tulangnya bertambah panjang, diameternya juga bertambah; pertumbuhan diameter
dapat berlanjut bahkan setelah pertumbuhan longitudinal berhenti disebut pertumbuhan
aposisional. Tulang diserap pada permukaan endosteal dan ditambahkan ke permukaan periosteal.
Osteoblas dan osteoklas memainkan peran penting dalam pertumbuhan tulang aposisional dimana
osteoblas mengeluarkan matriks tulang ke permukaan tulang eksternal dari diafisis, sedangkan
osteoklas pada permukaan endosteal diafisis menghancurkan tulang dari permukaan internal
diafisis. Semakin banyak tulang di sekitar rongga medula dihancurkan, semakin banyak sumsum
kuning bergerak ke ruang kosong dan mengisi ruang. Osteoklas menyerap tulang tua yang melapisi
rongga medula, sedangkan osteoblas melalui osifikasi intramembran menghasilkan jaringan tulang
baru di bawah periosteum. Periosteum pada permukaan tulang juga memainkan peran penting
dalam meningkatkan ketebalan dan membentuk kembali garis eksternal. Penghancuran tulang
lama di sepanjang rongga medula dan deposisi tulang baru di bawah periosteum tidak hanya
meningkatkan diameter diafisis tetapi juga meningkatkan diameter rongga medula (Gambar 9).

5. Peran migrasi sel induk mesenkimal dan diferensiasi pada pembentukan tulang
Perkembangan tulang dimulai dengan penggantian jaringan mesenkim kolagen oleh tulang.
Secara umum, tulang dibentuk oleh osifikasi endokondral atau intramembran. Osifikasi
intramembran sangat penting pada tulang seperti tengkorak, tulang wajah, dan panggul yang mana
MSC (mesenchymal stem cell) langsung berdiferensiasi menjadi osteoblas. Sementara itu, osifikasi
endokondral juga berperan penting dalam sebagian besar tulang kerangka manusia, termasuk
tulang panjang, pendek, dan tidak beraturan, yang mana MSC berdiferensiasi menjadi kondrosit
untuk membentuk lempeng pertumbuhan tulang rawan yang kemudian secara bertahap digantikan
oleh jaringan tulang baru.
Migrasi dan diferensiasi MSC adalah dua proses fisiologis penting dalam pembentukan
tulang. MSC awalnya perlu bermigrasi ke permukaan tulang lalu berdiferensiasi menjadi sel
osteogenik dan kemudian berkontribusi dalam proses pembentukan tulang. Sumber utama MSC
dalam pembentukan tulang ialah di sumsum tulang dan periosteum.
Pada osifikasi intramembran, MSC mengalami proliferasi dan diferensiasi untuk
membentuk tulang secara langsung tanpa terlebih dahulu membentuk tulang rawan. Migrasi MSC
dan preosteoblas dipengaruhi oleh banyak faktor. MSC awalnya berdiferensiasi menjadi
preosteoblas yang berproliferasi di sekitar permukaan tulang dan mensekresi ALP (alkaline
phosphatase). Kemudian mereka menjadi osteoblas dewasa lalu membentuk osteosit yang
tertanam dalam matriks ekstraseluler (ECM). Faktor-faktor lain yang juga mengatur osifikasi
intramembran MSC seperti runt-related transcription factor 2 (Runx2), AT-rich sequence binding
protein 2 (SATB 2), dan Osterix serta jalur, seperti wnt / beta catenin pathway dan jalur protein
morfogenetik tulang (BMP).
Pada osifikasi endokondral, MSC memulai pembentukan tulang rawan. Proses ini
dipengaruhi oleh BMP melalui fosforilasi dan mengaktifkan reseptor SMAD untuk
menghantarkan sinyal. Selama proses kondensasi, bagian tengah MSC berdiferensiasi menjadi
kondrosit dan mengeluarkan matriks tulang rawan. Sementara, sel-sel lain di perifer, membentuk
perikondrium yang terus mengeluarkan kolagen tipe I dan faktor-faktor penting lainnya, seperti
proteoglikan dan ALP. Kondrosit mengalami proliferasi yang cepat. Kondrosit di pusat menjadi
matang, disertai dengan masuknya pembuluh darah pada tulang rawan yang hipertrofi, diikuti
diferensiasi osteoblas di dalam perikondrium dan rongga sum-sum tulang. Sel-sel yang berada di
dalam perikondrium berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang mengeluarkan matriks tulang untuk
membentuk tulang (collar bone) setelah vaskularisasi pada kartilago hipertrofi. Banyak faktor
yang mengatur osifikasi endokondral adalah faktor pertumbuhan (GF), TGF-β, Sry-related high-
mobility group box 9 (Sox9) dan interaksi sel ke sel.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
• Osteogenesis / osifikasi adalah proses dimana lapisan baru jaringan tulang dibentuk oleh
osteoblas.
• Selama pembentukan tulang, woven bone (susunan serat kolagen yang berantakan) diubah
menjadi lamellar bone / tulang pipih (kolagen paralel dalam lapisan yang dikenal sebagai lamella).
• Periosteum adalah lapisan jaringan ikat pada permukaan luar tulang; endosteum adalah lapisan
tipis (umumnya hanya satu lapisan sel) yang melapisi semua permukaan dalam tulang.
• Sel tulang utama meliputi: osteoblas (dari sel osteoprogenitor, membentuk osteoid yang
memungkinkan terjadinya mineralisasi matriks), osteosit (dari osteoblas; menutup lakuna dan
mempertahankan matriks) dan osteoklas (dari garis keturunan hemopoietik; mengikis matriks
selama pembentukan dan remodeling tulang).
• Proses pembentukan tulang terjadi melalui dua mekanisme dasar:
○ Pembentukan tulang intramembran terjadi ketika tulang terbentuk di dalam membran mesenkim.
Jaringan tulang langsung berikatan pada jaringan ikat primitif yang disebut mesenkima tanpa
keterlibatan tulang rawan perantara. Proses ini membentuk tulang tengkorak dan rahang; terutama
hanya terjadi selama pengembangan serta perbaikan fraktur.
○ Pembentukan tulang endokhondral terjadi ketika tulang rawan hialin digunakan sebagai
prekursor pembentukan tulang, kemudian tulang menggantikan tulang rawan hialin, membentuk
dan menumbuhkan semua tulang lainnya, terjadi selama perkembangan dan sepanjang hidup.
• Lempeng pertumbuhan epifisial mempunyai lima zona yang meliputi: Zone of resting, Zona
proliferasi, Zona hipertrofi, Zona kalsifikasi, Zona osifikasi dan resorpsi.
• Selama pertumbuhan aposisional, osteoklas menyerap tulang tua yang melapisi rongga meduler,
sementara osteoblas, melalui osifikasi intramembran, menghasilkan jaringan tulang baru di bawah
periosteum.
• Migrasi dan diferensiasi sel punca mesenkimal adalah dua proses fisiologis penting dalam
pembentukan tulang.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati R dan Rahardjo P. 2018. Bone Development and Growth. Department of Radiology,
Faculty of Medicine Airlangga University, Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya, East
Java, Indonesia. IntechOpen.

Anda mungkin juga menyukai