Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FARMAKOLOGI KLINIK

IBUPROFEN

Disusun oleh:
IRME ADHITYA
2180.4101.051

Dosen Pembimbing:
Prof. dr. H. M. Aris Widodo, MS, SpFK, PhD

LABORATORIUM ILMU FARMASI DAN FARMAKOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2019
Ibuprofen (2RS)-1[4-(2-methyl propyl) phenyl] propionic acid adalah turunan pertama dari
asam propionik yang diperkenalkan pada tahun 1969 sebagai alternatif yang lebih baik
dibandingkan aspirin. Efek samping paling umum dari ibuprofen (ketidaknyamanan lambung,
mual dan muntah), lebih ringan daripada aspirin atau indometasin. Ibuprofen adalah NSAID yang
paling umum dan paling sering digunakan. Ibuprofen merupakan inhibitor non-selektif dari
siklooksigenase-1 (COX-1) dan Cyclooxygenase-2 (COX-2) . Meskipun sifat anti inflamasinya
mungkin lebih lemah dari pada beberapa NSAID lain, tetapi ibuprofen memiliki sifat analgesik
dan antipiretik yang menonjol. Ibuprofen menghambat pada siklooksigenase yang terlibat dalam
sintesis prostaglandin. Prostaglandin memiliki peran penting dalam produksi rasa sakit,
peradangan dan demam.

Farmakodinamik
Secara umum kerja ibuprofen sebagai antiinflamasi, analgesik dan antipiretik adalah
dengan cara inhibisi pada jalur produksi prostanoids, seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan
prostaglandin I2 (PGI2), yang bertanggungjawab dalam mencetuskan rasa nyeri, inflamasi dan
demam. Ibuprofen menghambat aktivitas enzim siklooksigenase I dan II, sehingga terjadi reduksi
pembentukan prekursor prostaglandin dan tromboksan. Selanjutnya, akan terjadi penurunan dari
sintesis prostaglandin, oleh enzim sintase prostaglandin.
Secara spesifik, mekanisme kerja ibuprofen sebagai antiinflamasi adalah melalui modus
aksi yang multipel:
 Mencegah akumulasi dan adhesi leukosit seperti neutrofil, polimorfonuklear, dan monosit
makrofag pada jaringan yang mengalami inflamasi
 Menghambat produksi dan aksi leukosit-leukosit yang bersifat inflamogen seperti
leukotrien B4, nitrit oksida, interleukin-1
 Reduksi jalur aferen dan eferen mediasi rasa nyeri.

Mekanisme kerja ibuprofen sebagai antipiretik terdiri dari dua aksi, yaitu mengendalikan
produksi leucocyte-derived interleukin-1 dan komponen peptida lainnya dari pirogen endogen,
dan menginhibisi secara langsung produksi pirogen endogen atau interleukin-1 prostaglandin E2
(PGE2), yang diinduksi oleh hipotalamus.
Kerja ibuprofen dalam pengendalian rasa nyeri yaitu menginhibisi produksi prostaglandin
dan nitrit oksida, yang berperan sebagai impuls aferen rasa nyeri di perifer dan transmisi spino-
thalamic. Di samping itu, ibuprofen dapat menstimulasi produksi zat analgesik anandamide
secara endogen, yang bersifat cannabinoid-like analgesic, dengan cara menginhibisi enzim yang
menghidrolisis zat tersebut menjadi arachidonic acid.

Farmakokinetika

 Absorpsi
Ibuprofen cepat diabsorpsi setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas obat adalah 80%.
Ibuprofen lysine atau garam ibuprofen lebih cepat diabsorpsi dibandingkan jenis asam
ibuprofen. Konsentrasi puncak ibuprofen lysine atau garam ibuprofen adalah sekitar 45
menit sedangkan asam ibuprofen adalah sekitar 90 menit. Konsentrasi puncak ibuprofen
dalam serum umumnya berlangsung sekitar 1-2 jam. Ketika ibuprofen diberikan segera
setelah makan, hampir tidak mempengaruhi bioavailabilitas obat.

 Distribusi
- Volume distribusi: 0,1 L/kg.
- Ibuprofen didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh terutama terkonsentrasi dalam
cairan sinovial. Keberadaan ibuprofen dalam cairan sinovial lebih lama daripada dalam
plasma. Obat ini terikat pada protein sekitar 90-99%, terutama dengan albumin.

 Metabolisme
- Ibuprofen secara cepat dimetabolisme dan ditransformasi dalam hati menjadi
pembentukan metabolit utama yang merupakan turunan yang mengalami proses
hidroksilasi dan karboksilasi.
- Metabolisme ibuprofen dapat dibagi dalam fase I yang direpresentasi / diwakili oleh
hidroksilasi rantai isobutil untuk pembentukan turunan 2 atau 3-hidroksi diikuti oleh
oksidasi menjadi 2-karboksi-ibuprofen dan p-karboksi-2-propionat. Reaksi oksidatif
ini dilakukan oleh aktivitas isoform sitokrom P450, CYP 2C9, CYP 2C19, dan CYP
2C8. Enzim-enzim ini berperan dalam oksidasi rantai alkil menjadi turunan hidroksil
dan karboksil. Katalis utama dalam pembentukan metabolit oksidatif adalah isoform
CYP 2C9.
- Metabolik fase I diikuti oleh fase II dimana metabolit oksidatif dapat terkonjugasi
menjadi glukoronida sebelum ekskresi. Aktivitas ini membentuk fenolik dan asil
glukoronida.

 Eliminasi / Ekskresi
Waktu paruh obat dalam serum adalah sekitar 1,8 hingga 2 jam. Ekskresi ibuprofen lengkap
dalam 24 jam, setelah dosis terakhir. Sekitar 45%‒79% dari dosis obat yang diabsorpsi per
oral, ditemukan dalam urine, dalam bentuk metabolit, sedangkan bentuk ibuprofen bebas
atau terkonjugasi, masing-masing adalah sekitar 1% dan 14%.

Interaksi Obat
Obat – Obat
 Peningkatan risiko efek samping dari ibuprofen seperti ulkus peptikum dan perforasi
saluran cerna bila penggunaan bersamaan dengan alkohol, antikoagulan (warfarin,
heparin), kortikosteroid, SSRI (fluoxetine, setraline), aspirin, ACEi (kaptopril, lisinopril).
 Efek perlindungan kardiovaskular dari penggunaan aspirin diblokir oleh ibuprofen yang
secara kompetitif menghambat pengikatan aspirin pada platelet.
 Ibuprofen cenderung mengurangi aksi diuretik dan anti hipertensi (thiazide, furosemide
dan β-Blocker).
 Risiko efek samping dari obat-obat ini bila digunakan bersamaan dengan ibuprofen akan
meningkat yaitu lithium, kuinolon (levofloxacin, ciprofloxacin), sulfonil urea
(glibenklamid, glimepirid), metotreksat, siklosporin.

Obat – Makanan
 Meskipun makanan tidak mempengaruhi bioavailabilitas ibuprofen, ada peningkatan yang
signifikan secara statistik dalam konsentrasi rata-rata. Hasil menunjukkan bahwa
perubahan sementara dalam konsentrasi plasma dibanding kurva waktu, terutama
dipengaruhi oleh sifat formulasi dan jenis makanan, bioavailabilitas juga dipengaruhi oleh
karakteristik penyerapan obat.
 Konsentrasi maksimal dan AUC0-alpha dari ibuprofen secara signifikan meningkat setelah
Coca-Cola dosis tunggal dan ganda, dengan demikian menunjukkan peningkatan
penyerapan ibuprofen. Dosis harian dan frekuensi ibuprofen harus dikurangi ketika
diberikan bersama Coca-Cola.
 Ekstrak buah Tamarindus indica secara signifikan meningkatkan bioavailabilitas
ibuprofen.

Efek Samping

Efek samping umum yang dapat terjadi pada semua OAINS:

a. Sistem saraf pusat: sakit kepala, tinitus, pusing

b. Kardiovaskuler: retensi cairan, hipertensi, edema, infark miokard, gagal jantung kongestif

c. Pencernaan: nyeri abdomen, displasia, mual, muntah, ulkus, perdarahan

d. Hematologi: trombositopenia, neutropenia, anemia aplastik

e. Hati: fungsi hati terganggu, gagal hati

f. Paru: asma

g. Kulit: rash, pruritus

h. Ginjal: insufisiensi ginjal, gagal ginjal, hiperkalemia, dan proteinuria.


Daftar Pustaka
Rainsford, K.D., Ibuprofen: Pharmacology, Therapeutics and Side Effects. 2012, Springer:
London.
Bushra R, A.N., An Overview of Clinical Pharmacology of Ibuprofen. OMJ, 2018. 25(3): p. 155-
161.
U.S. National Library of Medicine. Pubchem: Ibuprofen.
Rainsford, K.D., Ibuprofen: pharmacology, efficacy and safety. Inflammopharmacology, 2009.
17(6): p. 275-342.
FDA. Motrin® (Ibuprofen tablet). January 2007; Available from:
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2007/017463s105lbl.pdf.
1Moore RA, Wiffen PJ, Derry S, Maguire T, Roy YM, Tyrrell L. Non-prescription (OTC) oral
analgesics for acute pain - an overview of Cochrane reviews. Cochrane Database Syst Rev,
2015(11): p. Cd010794.
Sudewa, I.B.A., Siklooksigenase, Jalur Arakidonat, dan Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs.
2017, Fakultas Kedokteran Univesitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai