Anda di halaman 1dari 18

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI LUTUT (KNEE) PADA

PENDERITA OSTEOARTHRITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


            Anda sering merasakan nyeri pada lutut ketika bangun dari jongkok atau naik tangga?
Mungkin Anda menderita osteoarthritis!
Osteoarthritis memang tidak sepopuler osteoporosis atau tulang keropos. Namun
osteoarthritis merupakan salah satu jenis dari keluarga besar penyakit Arthritis yang paling
sering terjadi. Literatur menunjukkan 1 dari 6 populasi menderita penyakit OA ini. Data yang
dilansir oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan 40 persen penduduk dunia yang
berusia lebih dari 70 tahun akan menderita osteoarthritis lutut. Dari jumlah tersebut, 80 persen di
antaranya berdampak pada keterbatasan gerak. Osteoarthritis termasuk penyakit nomor dua
setelah penyakit jantung yang mengganggu aktivitas kita. Walaupun tidak menimbulkan
kematian tetapi bisa mengganggu aktivitas penderitanya dan menyebabkan gangguan dalam
produktivitas karena menyebabkan sendi lutut terasa nyeri, kaku, dan bengkak sehingga
seringkali menyebabkan gerak sendi terbatas.
Sendi yang biasanya menjadi korban osteoarthritis adalah sendi yang memikul berat
badan, misalnya sendi lutut. Lutut merupakan sendi yang paling banyak menerima tekanan
beban. Sendi lain yang juga bisa terkena osteoarthritis yaitu sendi di tulang belakang, sendi
panggul, pergelangan kaki, dan pangkal ibu jari kaki.
Salah satu cara untuk mendiagnosa  gejala OA sejak dini ialah dengan melakukan
pemeriksaan radiografi (rontgen). Maka dari itu mahasiswa ATRO BALI sebagai calon ahli
madya radiographer sudah seyogyanya memahami dengan benar teknik pemeriksaan radiografi
pada penderita osteoarthritis.

1.2       Tujuan
            Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan
penulisan makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1    Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat memperdalam pemahamannya mengenai prinsip-prinsip dasar serta
berbagai istilah pemeriksaan radiografi terkait keterlibatannya nanti setelah menjadi
radiografer di dalam dunia radiogarafi, khususnya di dalam pemeriksaan kasus OA.

2. Agar mahasiswa memiliki bekal dasar untuk menyelesaikan mata kuliah lainnya di dalam
mengikuti perkuliahan pada tingkat berikutnya.
3. Mempererat hubungan antara mahasiswa dengan dosen pengajar maupun dosen
pembimbing, terutama di dalam pembahasan materi-materi pada saat proses belajar
mengajar.

1.2.2     Tujuan Khusus


1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar pemeriksaan radiografi pada penderita osteoarthritis
(OA) di dalam tuajuannya untuk menegakan diagnosa.
2. Agar mahasisawa lebih paham dan terbiasa dengan berbagai istilah-istilah, baik istilah
dalam pemposisian pasien, istilah-istilah bagian tubuh, proyeksi, posisi radiografi,
proteksi radiasi dan hal penting lainnya,  terutama pada kasus OA.
3. Mahasiswa dapat dengan baik dan benar mempraktekan pemposisian radiografi pada
pemeriksaan OA dan dapat menerapkannya nanti di dalam dunia kerja sebagai seorang
radiografer.
Mahasiswa mengetahui apa yang membedakan posisi pemeriksaan knee (lutut) secara umum
dengan posisi pemeriksaan knee pada khasus OA (osteoarthritis).

BAB II
OSTEOARTHRITIS (OA)

2.1       Anatomi Fisiologi dan Biomekanik Sendi Lutut


    Anatomi Fisiologi Sendi Lutut

               Sendi lutut terdiri dari hubungan antara :


               (1) os femur dan os tibia (tibio femorale joint),
               (2) os femur dan os patella (patello femorale joint) dan
               (3) os tibia dan os fibula (tibia fibulare proximalis joint).
Sendi lutut (knee joint) merupakan sendi yang paling unik dibandingkan sendi-sendi yang lain
dalam tubuh manusia, karena tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada
kesesuaian bentuk seperti pada persendian yang lain. Sebagai kompensasi ketidaksesuaian
bentuk persendian ini terdapat meniscus, kapsul sendi, bursa dan diskus yang memungkinkan
gerakan sendi ini menjadi luas, sendi ini juga diperkuat oleh otot-otot besar dan berbagai
ligamentum sehingga sendi menjadi kuat dan stabil (Tajuid, 2000).
Otot disekitar lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas aktif sekaligus sebagai penggerak dalam
aktifitas sendi lutut, otot tersebut antara lain: m.quadriceps femoris (vastus medialis, vastus
intermedius, vastus lateralis, rectus femoris). Keempat otot tersebut bergabung sebagai grup
ekstensor sedangkan grup fleksor terdiri dari: m.gracilis, m.sartorius dan m.semi tendinosus.
Untuk gerak rotasi pada sendi lutut dipelihara oleh otot-otot grup fleksor baik grup medial/
endorotasi (m.semi tendinosus, semi membranosus, sartorius, gracilis, popliteus) dan grup lateral
eksorotasi (m.biceps femoris, m.tensor fascialata) (Pudjianto,2002). Untuk memperkuat
stabilitas pergerakan yang terjadi pada sendi lutut maka di dalam sendi lutut terdapat beberapa
ligamen, yaitu ligamen cruciatum anterior dan posterior yang berfungsi untuk menahan
hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan (eksorotasi). Ligamen cruciatum posterior
berfungsi untuk menahan bergesernya tibia ke arah belakang. Pada gerakan endorotasi kedua
ligamen cruciatum menyatu, yang mengakibatkan kedua permukaan sendi tertekan, sehingga
saling mendekat dan kemampuan bergerak antara tibia dan femur berkurang. Pada gerakan
eksorotasi, kedua ligamen cruciatum saling sejajar, sehingga pada posisi ini sendi kurang stabil.
Di sebelah medial dan lateral sendi lutut terdapat ligamen collateral medial dan lateral. Ligamen
collateral medial menahan gerakan valgus serta eksorotasi, sedangkan ligamen collateral lateral
hanya menahan gerakan ke arah varus. Kedua ligamen ini menahan bergesernya tibia ke depan
dari posisi fleksi lutut 900 (De Wolf, 1974).
         Sedangkan dalam hubungan yang simetris antara condylus femoris dan condylus tibia
dilapisi oleh meniscus dengan struktur fibrocartilago yang melekat pada kapsul sendi. Meniscus
medialis berbentuk seperti cincin terbuka “C” dan meniscus lateralis berbentuk cincin “O”.
Meniscus ini akan membantu mengurangi tekanan femur atas tibia dengan cara menyebarkan
tekanan pada cartilago articularis dan menurunkan distribusi tekanan antara kedua condylus,
mengurangi friksi selama gerakan berlangsung, membantu kapsul sendi dan ligamentum dalam
mencegah hiperekstensi lutut dan mencegah capsul sendi terdorong melipat masuk ke dalam
sendi (Tajuid, 2000).
Sendi lutut juga memiliki capsul sendi artikularis yang melekat pada cartilago artikularis, di
dalam sendi, synovial membran melewati bagian anterior dari perlekatan ligamen cruciatum
sehingga ligamen cruciatum dikatakan intraartikuler tetapi extracapsuler (Tajuid, 2000).

Gb. 1. Anatomi sendi lutut sehat dan terserang OA

 Biomekanik / Pergerakan Sendi Lutut

Aksis gerakan fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi yaitu melewati condylus
femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus medialis. Lingkup
gerak sendi ekstensi 500 - 1000 hiperekstensi. Gerakan ekstensi dibatasi oleh ketegangan kapsul
dan ketegangan ligamen dan twisting ligamen. Sedangkan untuk gerakan fleksi lingkup gerak
sendi berkisar 1400-1500. Gerakan fleksi dibatasi kontaknya otot-otot jaringan lunak tumit dan
bagian posterior paha.
         Menurut Fick, rotasi lutut maksimal yaitu sebesar 500 terjadi pada saat lutut fleksi 900.
Gerakan rotasi juga sangat penting dalam gerakan fleksi dan ekstensi lutut. Pada saat gerakan
ekstensi mendekati akhir gerak (150 – 200) terjadi rotasi eksternal tibia terhadap femur, demikian
sebaliknya sewaktu gerakan awal fleksi (150 – 200) akan terjadi rotasi internal tibia terhadap
femur. Penggerak gerakan lutut ke arah dalam adalah m.popliteus, m.gracilis dan dibantu oleh
hamstring bagian dalam. Sedangkan penggerak rotasi ke arah luar adalah m.biceps femoris dan
m.tensor fascialata (Kapandji, 1987).

2.2       Definisi dan Patologi Osteoarthritis (OA)


            2.2.1.   Definisi Osteoarthritis
               Osteoarthritis atau juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan
pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai perubahan klinis, histologi dan radiologis
(Kuntono,2005). Osteoarthritis secara patologis dicirikan dengan penurunan secara progresif dan
akhirnya hilangnya kartilago sendi dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi dan pada
tulang subkondral (Garrison, 1996).
Osteoarthritis merupakan bentuk radang sendi yang serius, salah satu jenis rematik atau
rasa sakit di tulang. Osteoartritis bermula dari kelainan pada tulang rawan sendi, seperti kolagen
dan proteoglikan. Akibat dari kelainan pada sel-sel tersebut, tulang rawan akhirnya menipis dan
membentuk retakan-retakan pada permukaan sendi. Rongga kecil akan terbentuk di dalam
sumsum dari tulang di bawah tulang rawan tersebut, sehingga tulang yang bersangkutan menjadi
rapuh. Tubuh kita akan berusaha memperbaiki kerusakan tersebut, tetapi perbaikan yang
dilakukan oleh tubuh tidak memadai, mengakibatkan timbulnya benjolan pada pinggiran sendi
atau osteofit yang terasa nyeri. Pada akhirnya, permukaan tulang rawan akan berubah menjadi
kasar dan berlubang-lubang sehingga sendi tidak lagi bisa bergerak secara halus. Semua
komponen yang ada pada sendi mengalami kegagalan dan terjadi kekakuan sendi.
Sendi yang biasanya menjadi sasaran penyakit ini adalah sendi yang sering digunakan
sebagai penopang berat badan seperti sendi lutut, sendi tulang belakang, dan sendi panggul.
Selain itu juga pada sendi tangan/kaki. Jika tidak diobati, sakit akan bertambah sampai tidak bisa
berjalan. Selain itu, tulang bisa mengalami perubahan bentuk atau deformity. Jika dibiarkan,
osteoarthritis dapat menyebabkan cacat permanen pada tulang. Bentuk tulang bisa berubah
menjadi bengkok baik ke dalam maupun keluar. Untuk itu penyakit tersebut perlu diwaspadai
karena mempunyai dampak jangka panjang. Dampak tersebut baru dirasakan penderita 10 tahun
kemudian. Untuk mengetahui gejalanya, harus lewat pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Bila
ada laju endap darah dan kolesterol meningkat maka dapat diidentifikasi sebagai gejala
osteoarthitis sehingga perlu segera diobati.
Osteoarthritis adalah suatu penyakit degeneratif. Ini merupakan aging process yang
biasanya terjadi pada mereka yang berada di kelompok usia 50 tahun ke atas. Namun penyakit
ini juga bisa menyerang segala usia, termasuk 300 ribu anak di Amerika Serikat menderita
penyakit ini.
Ada dua macam Osteoarthritis :
1.      Osteoarthritis Primer : dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami,
tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat
mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan
seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, danjari-jari.
2.      Osteoarthritis Sekunder: dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma
(instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi
tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah
faktor genetik dan penyakit metabolik.
2.2.2.   Etiologi/Penyebab Osteoarthritis
Etiologi/ penyebab dari penyakit degeneratif pada sendi ini belum diketahui dengan pasti tetapi
banyak faktor yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, antara lain:
a.       Usia, merupakan faktor resiko tertinggi untuk osteoarthritis. Peningkatan prevalensi
osteoarthritis dijumpai seiring dengan peningkatan usia. Pada survey radiografik terhadap
perempuan berusia kurang dari 45 tahun, hanya 2 % menderita osteoarthritis; namun, antara usia
45 tahun dan 65 tahun prevalensinya 30 %, sedangkan untuk yang berusia lebih dari 65 tahun
angkanya 68 %. Pada laki-laki, angkanya serupa tetapi sedikit lebih rendah pada kelompok usia
tua (Cash, 2000).
b.      Obesitas, pada keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi
otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah/ sentral sendi lutut.
Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas, resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga
beban gaya yang diterima sendi lutut tidak seimbang (Parjoto, 2000). Pada orang yang memiliki
indeks massa tubuh berada di quintile tertinggi pada pemeriksaan dasar, resiko relatif mengalami
OA lutut dalam 36 tahun mendatang adalah 1,5 untuk laki-laki dan 2,1 untuk perempuan. Untuk
OA lutut yang parah, resiko relatif meningkat menjadi 1,9 untuk laki-laki dan 3,2 untuk
perempuan, yang mengisyaratkan bahwa kegemukan berperan lebih besar dalam etiologi kasus
OA lutut yang parah (Brandt, 2000).
c.       Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai resiko
terserang OA lebih besar (Parjoto, 2000). Osteoarthritis lebih sering terjadi pada sendi yang
digerakkan secara berulang daripada sendi lain di tangan. Laki-laki yang pekerjaannya
memerlukan penekukan lutut dan paling sedikit tuntutan fisik tingkat sedang lebih sering
memiliki tanda radiografik OA lutut, dan gambaran radiografiknya cenderung lebih berat
daripada laki-laki yang pekerjaannya tidak memerlukan keduanya (Kalim, 1996).
d.      Jenis kelamin, wanita lebih banyak daripada pria (Parjoto, 2000). Wanita lebih sering terkena
OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki-laki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki
dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita
daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA (Kalim,
1996).
e.       Faktor hormonal/ metabolisme, diabetes melitus berperan sebagai predisposisi timbulnya OA.
Meskipun belum ada bukti yang jelas bahwa faktor hormonal terlibat sebagai penyebab OA.
Bagaimanapun, perubahan degeneratif di lutut dan spine pada umumnya terjadi pada pasien
dengan penyakit diabetes. Pasien yang mengalami hypothyroid biasanya/ sering mengeluh nyeri
pada otot, tapi angka kejadian OA tidak meningkat pada kasus ini (Moll, 1987).
f.       Suku bangsa, prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA tampaknya terdapat perbedaan di
antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli
(Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan (Kalim, 1996).
g.      Riwayat imobilisasi.
h.      Riwayat trauma atau radang di persendian sebelumnya
i.        Adanya stress pada sendi yang berkepanjangan, misalnya pada olahragawan.
j.        Adanya kristal pada cairan sendi atau tulang rawan
k.      Densitas tulang yang tinggi
l.        Neurophaty perifer
2.2.3.        Patologi Osteoarthritis
Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat,
lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral. Pada saat penyakit aktif, salah satu proses dapat
dominan atau beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut
berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya
lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi
untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa
menurun 1/3 nya dibandingkan dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang
tidak menderita OA lutut. Penurunan kekuatan terutama disebabkan oleh atrofi otot tipe II B
yang bertanggungjawab untuk menghasilkan tenaga secara cepat.
Perubahan - perubahan yang terjadi pada OA adalah sebagai berikut:
a.       Degradasi rawan. Perubahan yang mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah tulang
rawan sendi yang mendapatkan beban. Pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada
normal, tetapi seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan
melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertikal (fibrilasi). Dapat terbentuk
ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa,
tetapi mutu jaringan perbaikan lebih rendah daripada kartilago hialin asli, dalam kemampuannya
menahan stres mekanik. Semua kartilago secara metabolis aktif, dan kondrosit melakukan
replikasi, membentuk kelompok (klon). Namun, kemudian kartilago menjadi hiposeluler
(Brandt, 2000). Proses degradasi yang timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara
regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi,
pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung
cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10 – 15 tahun, sedang yang lambat 20 – 30 tahun.
Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi (Parjoto, 2000).

b.   Osteofit. Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi berupa
pembentukan osteofit di tulang subkondral (Parjoto, 2000).
c.    Sklerosis subkondral. Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sclerosis (pemadatan/
penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak) (Parjoto, 2000).
    d.     Sinovitis.
Sinovitis adalah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan
fragmentasi. Matriks rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit yang menyimpan
proteoglycan yang bersifat immunogenik dan dapat mengaktivasi leukosit. Sinovitis dapat
meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan
tertekan ke dalam celah-celah rawan. Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap
lanjut terjadi tekanan tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini
akan didesak ke dalam celah-celah tulang subkondral dan akan menimbulkan kantong yang
disebut kista subkondral (Parjoto, 2000).

Gb. 2. Pathology Knee OA

2.3.      Tanda dan Gejala Klinis Osteoarthritis


            Penyakit ini bisa tanpa gejala (asimptomatik), artinya walaupun menurut hasil X-ray
hampir 70% diantara kita yang melewati usia 70 tahun dideteksi menderita penyakit OA, tetapi
hanya setengahnya yang mengeluhkan gejalanya, sedangkan sisanya hidup secara normal. Nyeri
adalah keluhan yang paling sering disampaikan oleh penderita OA. Nyeri terutama pada sendi
penyangga berat badan, nyeri kalau berjalan terutama kalau naik turun tangga, nyeri saat tidak
melakukan aktifitas terutama di malam hari sering terjadi pada penderita dengan OA
(Borenstein, 1999). Tetapi semakin berat penyakit, nyeri akan muncul hanya dengan gerakan
sendi yang minimal, bahkan ketika istirahat (Tulaar, 2005).
            Secara klinis OA dibagi dalam 3 tingkatan:
a.         Subklinis.
Tidak ditemukan gejala/ tanda klinis. Hanya secara patologis dapat ditemukan peningkatan
jumlah air, pembentukan bulla/ blister dan fibrilasi serabut-serabut jaringan ikat collagen pada
tulang rawan sendi. Sedangkan pada tulang subkondral terjadi sclerosis.
b.        Manifest.
Timbul adanya nyeri pada saat bergerak (pain of motion) dan rasa kaku pada permulaan gerak,
telah terjadi kerusakan sendi yang lebih luas, pada foto Rontgen tampak penyempitan ruang
sendi (joint space) dan sclerosis tulang subkondral.
c.         Decompensated.
Stadium ini disebut juga surgical state. Ditandai dengan timbul rasa nyeri pada saat istirahat
(pain on rest) dan pembatasan lingkup gerak sendi lutut (ROM = Range Of Motion). Terjadi
akibat penyakit telah menjadi progresif dan seluruh tulang rawan sendi rusak. Tulang subkondral
menjadi sangat sklerotik. Pembentukan osteophyte hebat, kapsul sendi menjadi kendor (laxity),
sehingga tampak deformitas yang jelas (Hudaya, 2002).
Selain nyeri, tanda dan gejala yang sering ditemui pada penderita OA antara lain:
(1) kaku sendi/ stiffness,
(2) keterbatasan lingkup gerak sendi lutut,
(3) krepitasi (Bunyi pada setiap persendian), disebabkan permukaan sendi yang kasar    karena
degradasi rawan sendi,
(4) kelemahan dan atrofi otot sekitar sendi lutut karena disuse terutama otot quadriceps,
(5) deformitas, OA yang berat akan menyebabkan destruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak
sekitar sendi,
(6) instabilitas sendi lutut, disebabkan berkurangnya kekuatan otot sekitar sendi lutut yang
mencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh kendornya ligamen sekitar lutut (Kuntono,
2005).
(7) Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian.
(8) Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendian.
         (9) Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.
Gb. 3. Lutut penderita OA
 
2.4.      Diagnosis dan Komplikasi
           
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan gejala penyakit dan dengan melakukan pemeriksaan
tambahan , yaitu :
1. Rontgen Tulang
Diagnosis OA lutut biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiologis. Pada sebagian
besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup memberikan
gambaran diagnostik. Jarang sekali dibutuhkan peralatan diagnostik yang lebih canggih.
Gambaran radiografik yang menyokong diagnostik OA adalah penyempitan celah sendi yang
sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban), peningkatan densitas
(sklerosis) tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan struktur
anatomi sendi (Kalim, 1996). Selain pendapat di atas, kriteria Altman juga merupakan salah satu
pedoman diagnosis OA lutut. Bila seseorang ditemukan hanya nyeri lutut, diagnosa OA harus
ditambah 3 dari 5 kriteria, yaitu 1) umur di atas 50 tahun, 2) kaku sendi pagi hari kurang dari 30
menit, 3) nyeri tekan pada tulang, 4) pembesaran tulang, 5) perabaan sendi tidak panas. Bila ada
gambaran osteofit pada pemeriksaan radiologi, dibutuhkan 1 dari 3 kriteria tambahan, yaitu 1)
umur di atas 50 tahun, 2) kaku sendi kurang dari 30 menit, 3) krepitasi (Parjoto, 2000). Dengan
rontgen kita dapat mengetahui dengan jelas kerusakan atau perubahan-perubahan yang terjadi
pada tulang rawan atau tulang yang diindikasikan mengalami osteoartritis.

 Gb. 4. Gambaran rontgen Knee OA

2.    MRI ( Magnetic Resonance Imaging )


Kita dapat melihat kelainan-kelainan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang
diindikasikan mengalami osteoartritis. Pemeriksaan ini lebih baik dibanding dengan rontgen.
3. Aspirasi sendi ( arthrocentesis )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara mengambil sedikit cairan yang ada dalam sendi untuk
diperiksa di laboratorium untuk memeriksa apakah terjadi kelainan pada sendi.
            Komplikasi
            Penderita OA lutut, apabila tidak diberikan pertolongan yang cepat maka pada sendi
tersebut dapat terjadi gangguan antara lain 1) gangguan pada waktu berjalan karena adanya
pembengkakan akibat peradangan, 2) terjadi kekakuan pada sendi lutut karena peradangan yang
berlangsung lama sehingga struktur sendi akan mengalami perlengketan, 3) terjadi atrofi otot
karena adanya nyeri, maka penderita enggan melakukan gerak pada sendi lutut, sehingga apabila
sendi lutut lama tidak digerakkan dapat menyebabkan otot-otot pada sendi lutut atrofi atau disuse
atrofi. Otot dapat mengalami atrofi sampai 30 % dalam seminggu, sedangkan otot dalam keadaan
istirahat akan kehilangan fungsi sebanyak 3 % per hari, 4) menurunnya fungsi otot akan
mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan, sehingga dapat memperburuk
keadaan penyakit dan menimbulkan deformitas. Penurunan fungsi otot selanjutnya dapat
menurunkan kemampuan aerobik serta kapasitas fungsional (Tulaar, 2005).

2.5.         Pencegahan dan Pengobatan OA


            Pencegahan.
OA dapat dihindari dengan mengeliminir faktor predisposisi seperti yang dijelaskan di atas.
Sebagai tips, lakukan hal-hal berikut untuk menghindari sedini mungkin Anda terserang OA atau
membuat OA Anda tidak kambuh, yaitu dengan:
         Menjaga berat badan. Merupakan faktor yang penting agar bobot yang ditanggung oleh sendi
menjadi ringan.
         Melakukan jenis olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian atau yang menyebabkan
terjadinya perlukaan sendi. Contohnya berenang dan olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk
dan tiduran.
         Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur. Jangan memaksa untuk melakukan
olahraga porsi berat pada usia lanjut. Tidak melakukan aktivitas gerak pun sangat tidak
dianjurkan. Tubuh yang tidak digerakkan akan mengundang osteoporosis.
         Menghindari perlukaan pada persendian
         Meminum obat-obatan suplemen sendi (atas anjuran dokter)
         Mengkonsumsi makanan sehat.
         Memilih alas kaki yang tepat & nyaman.
         Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik.
         Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.
         Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan.
      Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.

Pengobatan
Obat khusus untuk penderita osteoartritis belum ada. Pengobatan dengan terapi hanya
dapat menghilangkan rasa nyeri dan mempertahankan fungsi sendi yang terkena Osteoartritis.
Ada tiga tujuan dari terapi ini, yaitu : mengontrol nyeri, mengatasi gangguan pada aktivitas
sehari-hari, dan untuk menghambat proses pertumbuhan penyakit.
Terapi ini dapat kita lakukan dengan pelatihan pengurangan berat badan,olah raga ringan,
perlindungan sendi, terapi fisik, dan memberi obat antinyeri atau vitamin glukosamin dan
chondroitin yang berfungsi merangsang pertumbuhan tulang rawan ( saya sendiri
mengalaminya, dan mengkonsumsi vitamin glukosa. Hasilnya memang jauh lebih baik).
Pengobatan medis dapat dilakukan apabila penderita memiliki rawan sendi yang sudah terkikis
habis. Terkadang juga dilakukan untuk mengoreksi faktor resiko, misalnya pada individu dengan
kaki “O”.
            Penurunan berat badan, meskipun tampak sepele, sangat besar pengaruhnya terhadap
progresivitas osteoartritis. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan sebesar
5 kg dapat menurunkan kejadian osteoartritis lutut sebesar 50% pada wanita, ini terutama terjadi
pada wanita yang kelebihan berat badannya dari berat badan ideal di atas 10%.

BAB III
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS (OA)

3.1.      Indikasi Pemeriksaan Radiografi

            Berhubung materi kali ini adalah pemeriksaan radiograpy pada kasus OA, maka dapat
disimpulkan indikasi atau tujuan umum dilakukannya pemeriksaan radiografi untuk menegakkan
diagnosa akibat terjadinya Osteoarthritis karena kelainan patologis (mengetahui kelainan akibat
penyakit).

3.2.      Persiapan Pasien dan Persiapan Alat


a. Persiapan Pasien
            Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain :
 Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa
seperti :jam tangan, perhiasan-perhiasan logam agar tidak merusak gambar radiografi.
 Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus
yang telah dipersiapkan sebelumnya.           

b. Persiapan Alat
Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara lain
:
 Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat)
 Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa(untuk method AP weight-
bearing digunakan ukuran 35 x 43 cm )
 Marker (pemberi tanda R :right, L :left)
 Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)
 Load pembagi (pembagi/pembatas film).

3.3.      Methode Pemeriksaan Radiografi OA


            Standing
            Untuk kasus pemeriksaan dengan indikasi Arthritis pada knee (lutut); Leach, Gregg dan
Siber merekomendasikan pemeriksaan radiograpy dengan Proyeksi AP Weight-Bearing
Bilateral. Dengan proyeksi ini akan tampak celah sempit pada persendian lutut.      
            3.3.a.      Posisi Pasien
 Arahkan pasien untuk Standing-upright / berdiri tegak, dengan kaset vertical di belakang
knee (lutut).

            3.3.b.      Posisi Objek


 Atur posisi objek (knee) berada di tengah-tengah kaset atau IR (image reseptor), degan
posisi kedua knee true AP 
 Tempatkan jari kaki (toes) lurus menghadap ke depan, dengan jarak cukup antara kedua
kaki agar keseimbangan terjaga
 Minta pasien untuk berdiri tegak dengan lutut (knee) full ekstensi dan bobot tubuh
seimbang di antara kedua kaki
 Pertengahan kaset terletak ½ inch (1,3 cm) di bawah apex patella
 Bila perlu proteksi pasien dengan shield gonads

            3.3.c.      Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)


 CR (central ray)  horizontal dan tegak lurus pertengahan kaset (IR).
 CP (central point) ½ inch / 1.3 cm di bawah apex patella (The apices of the patellae)

Gb. 5. Celah antara persendian lutut OA

3.3.d.   Struktur Gambar dan Kriteria Gambar


 Struktur Gambar yang Tampak

Gambar radiograpy menunjukan ruang/celah dari knee/ lutut. Cacat atau kelainan bentuk dari
varus dan valgus juga dapat dinilai atau dilihat dari prosedur ini.
 Kriteria Gambar

Kriteria di bawah ini harus tampak dengan jelas :


o Knee kiri dan kanan tampak true AP tanpa rotasi
o Celah antara sendi lutut terlihat di tengah-tengah area penyinaran 

o Tampak permukaan persendian knee baik kanan maupun kiri 


o Ukuran kaset memadai/cukup untuk menunjukan sumbu tegak (longitudinal)
daripada badan atau batang os. Femur dan os. Tibia.

 Gb. 6.
Kriteria gambar proyeksi AP weight-bearing
3.4.      Proteksi Radiasi
 Untuk petugas
o Atur jarak (min 1 m) 

o Shielding (pelindung Pb)

o Waktu (s)

 Untuk Pasien
o Faktor Eksposi (kV, mA, s)

o Shield gonads (apron)

o Batasi lapangan / area penyinaran 

BAB IV
PENUTUP
4.1.      Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain kita sebagai
mahasiswa calon radiografer mengetahui teknik pemeriksaan yang khusus digunakan untuk
pemeriksaan radiografi pada penerita osteoarthritis terutama pada bagian lutut. Selain itu
mahasiswa mengetahui perbedaan antara methode khusus yang digunakan tersebut (AP weight-
bearing) dengan methode pemeriksaan knee secara umum, serta gambaran khusus yang
ditampilkan oleh methode AP weight-bearing sehingga methode ini dipilih untuk pemeriksaan
knee OA (osteoarthrtis). Sehingga nantinya setelah terjun di dunia kerja mahasiswa dapat
mengaplikasikan methode AP weight-bearing kepada pasien knee OA dengan baik dan benar.   

4.2.      Saran                            
            Beberapa saran yang ingin saya utarakan selaku mahasiswa antara lain agar di waktu
mendatang dosen pengajar Teknik Radiograpy Dasar (TRD) I dapat membimbing mahasiswa
untuk menerapkan teknik pemeriksaan radiografy knee OA ini dengan baik, tidak hanya teori
namun jauh lebih penting ialah penerapannya saat praktek. Sehingga dengan praktek yang benar
diharapkan nantinya saat diaplikasikan di dunia kerja mahasiswa sudah fasih dengan penggunaan
teknik AP weight-bearing pada knee OA.
DAFTAR PUSTAKA

Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2007. Merril’s Atlas of Radiographic Positioning
and Procedures Edition 11 (Volume One), St. Louis : Mosby Elsevier

Tim Penyusun, 2008. Pencegahan dan Pengobatan Osteoarthritis, www.panji@blogspot.com

Tim Penyusun, 2008. Osteoarthritis : Cegah Sebelum Anda Menderita!, www.tanyadokteranda.com

Tim Penyusun, 2008. Osteoarthritis, www.infohidupsehat.com


ddsuryadi@yahoo.com dan dede.suryadi1@gmail.com http://www.anekabisnis. net

0857 43 633 609 barang antic 081267075366 ... 02184991442

http://full-free-all-enjoy.blogspot.com/

http://www.rapidshare4movies.com/ninja-assassin-2009-dvdrip-2/

http://www.effectmatrix.com/

http://heriyuwandi.blogspot.com/2010/03/download-film-el-meler-gratis.html

www.fullandfree.info PASS KEY

http://www.mp3bos.com/009-sound-system/

http://software.filestube.com/

Anda mungkin juga menyukai