Anda di halaman 1dari 107

PERBANDINGAN INDEK KUALITAS BERKAS ENERGI

FOTON PESAWAT LINAC SIEMENS DAN ELEKTA


DENGAN METODE PRECENTAGE
DEFTH DOSE (PDD) DAN TISSUE
PHANTOM RATIO (TPR)

TESIS

Oleh

AWAN PELAWI
147026005/FIS

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERBANDINGAN INDEK KUALITAS BERKAS ENERGI
FOTON PESAWAT LINAC SIEMENS DAN ELEKTA
DENGAN METODE PRECENTAGE
DEFTH DOSE (PDD) DAN TISSUE
PHANTOM RATIO (TPR)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Magister Sains dalam Program Studi
Magister Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Oleh

AWAN PELAWI
147026005/FIS

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS

PERBANDINGAN INDEK KUALITAS BERKAS ENERGI FOTON


PESAWAT LINAC SIEMENS DAN ELEKTA DENGAN METODE
PRECENTAGE DEFTH DOSE (PDD) DAN TISSUE
PHANTOM RATIO (TPR)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri
kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya
dengan benar.

Medan, Juli 2017

Awan Pelawi
NIM. 147026005

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :

Nama : Awan Pelawi


Nim : 147026005
Program Studi : Magister Ilmu Fisika
Jurusan : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-Ekslusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PERBANDINGAN INDEK KUALITAS BERKAS ENERGI FOTON


PESAWAT LINAC SIEMENS DAN ELEKTA DENGAN METODE
PRECENTAGE DEFTH DOSE (PDD) DAN TISSUE PHANTOM RATIO
(TPR)

Dengan Hak bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalih media, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan
mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan atau sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya

Medan, Juli 2017

Awan Pelawi
NIM : 147026005/FIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji pada
Tanggal : 27 Juli 2017

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Kurnia Sembiring, M.S
Anggota : 1. Dr. Kerista Sebayang, M.S
2. Prof. Dr. Nasruddin Noer, M.Eng.Sc
3. Prof. Dr. Eddy Marliato, M.Sc
4. Prof. Dr. M. Zarlis, M,Sc

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PERIBADI

Nama : Awan Pelawi


Tempat/Tanggal Lahir : Ajijahe/28 Januari 1968
Alamat : Jl. Bunga Ncole Raya No.64 Padang Bulan Medan.
Hp : 085372525374
E-mail : awan.pelawi@yahoo.com

DATA PENDIDIKAN
SD : SD Inpres No.044848 Ajijahe Kec.Tiga. Panah 1976 - 1982
SMP : SMP Negeri 2 Kabanjahe 1982 - 1985
SMA : SMA Swasta Masehi Kanjahe 1985 - 1988
AKADEMI : Akademi Penata Rontgen (APRO) Amal Bhakti 1990 - 1994
Strata – 1 : Prodi Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2001 - 2003
Strata – 2 : Prodi Magister Ilmu Fisika USU 2014 - 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

karunia, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

tesis ini. Adapun tesis yang berjudul “Perbandingan Indek Kualitas Berkas

Energi Foton Pesawat Linac Siemens dan Elekta dengan Metode Precentage

Depth Dose (PDD) dan Tissue Phantom Ratio (TPR)” sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Master Sains pada Program Studi Ilmu Fisika Fakultas Sains

dan Matematika Universitas Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan penyusunan tesis ini, banyak sekali pihak yang ikut

terlibat dan memberikan banyak kontribusi ilmiah, bantuan moril dan materiil

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan

ini, penulis ingin disampaikan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum

atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Fisika Universitas

Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Kerista Sebayang,

M.S atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program

Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika, Dr. Kurnia Sembiring, M.S dan

Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Fisika Dr. Kerista Tarigan,

M.Eng.Sc serta seluruh staf pengajar dan Program Studi Magister Ilmu Fisika

FMIPA Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Komisi Pembimbing I Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr.Nasruddin Noer, M.Eng.Sc selaku Komisi Pembimbing 2 Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

6. Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, Prof. Dr. M.Zarlis, M.Sc, dan Dr. Kurnia

Sembiring, M.S selaku Komisi Pembanding atas kritik dan saran yang

diberikan.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

8. Dr.Vanny M. Sembiring, MARS selaku Direktur RSU Vina Estetika yang

telah berkenan memberikan ijin penelitian di RSU Vina Estetika Medan.

9. Dr. Bambang Prabowo, M.Kes, selaku Direktur RSUP H Adam Malik yang

telah berkenan memberikan ijin penelitian di RSUP H Adam Malik Medan.

10. Dr. Hj. Rosmita Ginting, Sp.Rad (K) ONK Rad selaku Ka. Instalasi

Radioterapi RSUP H Adam Malik Medan.

11. Dr. Julijamnas, Sp.ONK Rad, selaku Kepala Instalasi Radioterapi RSU Vina

Estetika Medan.

12. Tim Fisikawan Medik Instalasi Radioterapi RSU Vina Estetika Medan.

13. Tim Fisikawan Medik Instalasi Radioterapi RSUP H. Adam Malik Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14. Istri dan anakku tercinta atas pengorbanan, segala kasih sayangnya dalam doa

dan dukungan motivasi baik materiil maupun moril sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

15. Teman-teman S-2 : Selamat, Verion, Toni, Saufa, Sondang, Enda dan teman

S-2 yang lain yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan

semangatnya selama perkuliahan.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak

membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penyusunan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu

kritik dan saran akan menjadi masukan yang berarti. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2017

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK
PERBANDINGAN INDEK KUALITAS BERKAS ENERGI FOTON
PESAWAT LINAC SIEMENS DAN ELEKTA DENGAN METODE
PRECENTAGE DEFTH DOSE (PDD) DAN TISSUE
PHANTOM RATIO (TPR)

Pemberian dosis pasien pada pesawat Linac dapat ditentukan dengan teknik
source surface distance (SSD) dengan menggunakan metode Precentage Depth
Dose (PDD) dan teknik source axis distance (SAD) menggunakan metode tissue
phantom ratio (TPR). Indek kualitas berkas merupakan konsep kemampuan
penetrasi berkas didalam air yang dapat terkuantisasi sehingga mendapatkan suatu
konstanta yang terukur. Penelitian dilakukan dengan mengukur PDD dan
menghitung TPR untuk membandingkan perhitungan indek kualitas berkas pada
pesawat Linac energi foton 6 MV dan 10 MV. PDD dilakukan teknik SSD 100
cm pada kedalaman 0 cm sampai 25 cm dan perhitungan TPR pada SAD 100 cm
pada kedalaman 10 cm dan 20 cm dengan lapangan standar 10 cm x 10 cm.
Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: Pada energi foton 6 MV metode PDD,
D max Pesawat Linac Elekta lebih besar sejumlah 0,94% dibandingkan D max
Pesawat Linac Siemens, sesuai hasil penelitian D max Pesawat Linac Siemens
terdapat pada kedalaman 15 mm sedangkan Elekta terdapat pada kedalaman 16
mm (standar BATAN yang diperbolehkan sebesar 3%). Pada energi foton 10
MV metode PDD, D max Pesawat Linac Elekta lebih besar sejumlah 0,95%
dibandingkan D max Pesawat Linac Siemens, sesuai hasil penelitian D max Pesawat
Linac Siemens terdapat pada kedalaman 20 mm sedangkan Elekta terdapat pada
kedalaman 21 mm (standar BATAN yang diperbolehkan sebesar 3%). Pada
energi foton 6 MV metode Tissue Phantom Ratio (TPR), TPR Pesawat Linac
Elekta lebih besar 0,98%, sesuai hasil penelitian diperoleh TPR Pesawat Linac
Siemens diperoleh 0,66% sedangkan Pesawat Linac Elekta 0,67% (standar
BATAN yang diperbolehkan sebesar 3%). Pada energi foton 10 MV metode
Tissue Phantom Ratio (TPR), TPR Pesawat Linac Siemens lebih besar 0,97%,
sesuai hasil penelitian TPR Pesawat Linac Siemens diperoleh 0,75%
sedangkan Pesawat Linac Elekta 0,73% (standar BATAN yang diperbolehkan
sebesar 3%). Dapat disimpulkan bahwa Pesawat Linac Siemens RS Vina
Estetika Medan dan Pesawat Linac Elekta RSUP H. Adam Malik Medan
dinyatakan layak pakai.

Kata kunci : PDD, TPR, Foton dan Indek Kualitas Berkas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

THE COMPARISON INDEX OF PHOTON ENERGY SHINE IN LINAC


SIEMENS UNIT AND ELEKTA UNDER PERCENTAGE DEPTH DOSAGE
(PDD) AND TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) METHOD

Presenting a dosage to patient by lineac unit can be set under a source surface
distance (SSD) technique precisely using a percentage depth dose (PPD) method
as well as source axis distance (SAD) technique using tissue phantom ratio (TPR)
method. Index quality in light is defined a concept with ability to penetrate by
light in water that quantized further having a measurable constant. The research
was carried out by measurable PDD and assess TPR to compare calculating of
quality index of shine on lineac unit with photon energy 6 MV and 10 MV. PDD
was done in SSD technique 100 cm with depth 0 cm through 25 cm and
calculating TPR on SAD 100 cm with depth 10 cm and 20 cm in a standard field
of 10 cm x 10 cm.
The result of research indicated that on energy photon 6 MV in PDD method,
D max Linac Elekta Unit is seen higher of 0.94% compared to D max Linac Siemens
Unit, it is referred to the result of research D max Linac Siemens Unit, found in
depth 15 mm while the Elektra was found in depth 16 mm (by BATAN standard
allowed in 3%). On energy photon 10 MW method PDD, D max Linac Elektra
Unit is higher in some 0.95% compared to D max Linac Siemens Unit, it is referred
to the result of research D max Linac Siemens Unit found in depth 20 mm while
Elektra found in depth 21 mm and on energy photon 6 MW under Tissue
Phantom Ratio (TPR) method, then TPR Linac Elektra Unit is higher 0.98%,
refers to the result of research obtained TPR Linac Siemens Unit is obtained
0.66% while Linac Elekta Unit 0.67% (by BATAN standard as obtained is 3%).
On energy photon 10 MW in Tissue Phantom Ratio (TPR) method, then TPR
Linac Siemens Unit is higher of 0.97%, it refers to the result of research TPR
Linac Siemens Unit obtained 0.75% while Linac Elekta Unit 0.73% (by
BATAN standard obtained in 3%). It is concluded that Linac Siemens Vina
Estetika Hospital and Linac Elekta RSUP H.Adam Malik Hospital is reliable to
apply.

Keywords : PPD, TPR, Photon, Index Quality.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ..................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
1.6. Konstribusi Penelitian ............................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5


2.1 Dosis Serap (Absorb Dose) ..................................................... 5
2.2 Interaksi Sinar-X Dengan Materi ............................................. 5
2.2.1 Efek Foto Listrik .............................................................. 6
2.2.2 Efek Compton ................................................................. 7
2.2.3 Produksi Pasangan .......................................................... 9
2.3 Kerma ...................................................................................... 9
2.4 Linear Accelerator (Linac) ...................................................... 11
2.4.1 Detektor Silinder ............................................................. 14
2.4.2 Kalibrasi Berkas Foton .................................................... 16
2.4.3 Percentage Defth Dose ................................................... 19
2.5 Tissue Phantom Ratio (TPR) ................................................... 23
2.6 Spesifikasi Kualitas Berkas pada Foton Energi Tinggi ........... 24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6.1 Pemilihan Indek Kualitas Berkas .................................. 24
2.6.2 Pengukuran Indek Kualitas Berkas ............................... 24
2.7 Hubungan PDD dan TPR ........................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 28


3.1 Tempat Penelitian ................................................................... 28
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................... 28
3.2.1 Alat dan Bahan di Instalasi RSU Vina Estetika Medan . 28
3.2.2 Alay dan Bahan di Instalasi RSUP H.Adam Malik ........ 29
3.3 Diagram Alir Penelitian ........................................................... 31
3.3.1 Mengkalibrasi Berkas Foton .......................................... 32
3.3.2 Mengukur PDD 6 MV dan 10 MV Siemens dan Elekta 32
3.3.3 Mengukur TPR 6 MV dan 10 MV Siemens dan Elekta. 33
3.4 Variabel dan Data yang Diperoleh .......................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 36


4.1 PDD pada Energi Foton 6 MV Siemens ................................. 36
4.2 PDD pada Energi Foton 6 MV Elekta .................................... 37
4.3 PDD pada Energi Foton 10 Siemens ...................................... 38
4.4 PDD pada Energi Foton 10 MV Elekta ................................... 39
4.5 PDD pada Energi Foton 6 MV Siemens dan Elekta................ 40
4.6 PDD pada Energi Foton 10 MV Elekta dan Siemens.............. 41
4.7 Perhitungan TPR pada Energi Foton 6 MV Siemens dan
Elekta ...................................................................................... 43

4.8 Perhitungan TPR pada Energi Foton 10 MV Siemens dan


Elekta ....................................................................................... 44

BAB V PENUTUP .................................................................................... 46


5.1 Kesimpulan .............................................................................. 46
5.2 Saran ......................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 48


LAMPIRAN .................................................................................................. 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Ilustrasi Efek Foto Listrik .................................................... 6


Gambar 2-2 Ilustrasi Efek Compton ........................................................ 8
Gambar 2-3 Ilustrasi Produksi Pasanagan ................................................ 9
Gambar 2-4 Hubungan antara Kerma dengan Dosis Radiasi ................... 11
Gambar 2-5 Linac Medis .......................................................................... 12
Gambar 2-6 Berkas Sinar – X dan Elektron ............................................. 14
Gambar 2-7 Desain Dasar Detektor Kamar Ionisasi Silinder Tipe
Farmer .................................................................................. 15
Gambar 2-8 Pengukuran Precentage Depth Dose (PDD) ........................ 20
Gambar 2-9 Kurva PDD di dalam air untuk area 10 × 10 cm2 pada
SSD 100 cm untuk beberapa energi foton mulai dari sinar-
γ Co60 sampai dengan sinar-X 25 MV ................................. 22
Gambar 2-10 Pengukuran Tissue Phantom Ratio(TPR) ............................. 23
Gambar 2-11 Skema Penentuan Indek Kualitas Berkas Foton
(TPR 20, 10 ) .............................................................................. 26
Gambar 3-1 Diagram Alir Penelitian ..................................................... 31
Gambar 3-2 Set up Pengukuran PDD ..................................................... 33
Gambar 3-3 Set up Pengukuran TPR ....................................................... 34
Gambar 4-1 Grafik PDD Siemens pada Energi Foton 6 MV ................. 36
Gambar 4-2 Grafik PDD Elekta pada Energi Foton 6 MV ...................... 37
Gambar 4-3 Grafik PDD Siemens pada Energi Foton 10 MV ................. 38
Gambar 4-4 Grafik PDD Elekta pada Energi Foton 10 MV ................. 39
Gambar 4-5 Grafik PDD Siemens dan Elekta pada Energi Foton 6 MV .. 40
Gambar 4-6 Grafik PDD Siemens dan Elekta pada Energi Foton 10
MV ........................................................................................ 41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

2.1 Nilai k Q untuk Accelerator pada Berkas Foton Dari 17


Sebuah Fungsi dari % dd (10) untuk Ion Chamber
Cylindrical

2.2 Koefisien Kuadratik untuk Perhitungan Nilai k s oleh 18


tehnik dua Tegangan dalam Radiasi Pulsed dan
Pulsed- Scaned sebagai Fungsi Rasio Tegangan
V 1 /V 2

23 Kondisi Refrensi untuk Menentukan Kualitas Berkas 25


Foton TPR 20,10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Alat dan Bahan ...................................................... 50


Lampiran 2 Hasil Pengukuran Polarisasi Tegangan ............................... 53
Lampiran 3 Tabel TRS 398 ..................................................................... 54
Lampiran 4 Sertifikat Kalibrasi ............................................................... 58
Lampiran 5 Data Mentah Penelitian ........................................................ 66
Lampiran 6 Data Penelitian ..................................................................... 86
Lampiran 7 Perhitungan TPR ................................................................... 89
Lampiran 8 SK Tempat Penelitian ........................................................... 91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Linear accelerator (Linac) dirancang untuk menghasilkan berkas foton dan

elektron. Pesawat pemercepat elektron atau Linac telah menjadi mesin pengobatan

standar dipusat-pusat radioterapi (Podgorsak, 2005). Alat ini digunakan untuk

menyinari kanker yang berada didalam maupun di permukaan tubuh (Khan,

2003). Keberadaan pesawat Linac dirasa sangat menguntungkan dan memberi

harapan pada pasien kanker untuk sembuh.

Untuk menghitung dosis di titik tertentu pada pasien ditentukan beberapa

hal yang menggambarkan efek dosis sehingga perlu melihat parameter dasar

seperti energi dari berkas, ukuran lapangan, kedalaman titik perhitungan yang

diinginkan dan jarak permukaan dari sumber berkas. Ada 2 set-up untuk

menentukan pengukuran dosis pada pasien yaitu teknik Source Surface Distance

(SSD) dengan menggunakan metode Precentage Depth Dose (PDD) dan teknik

Source Axis Distance (SAD) dengan metode Tissue Phantom Ratio (TPR) (Krizan,

2008). Analisa karakteristik dosis kedalaman dapat membantu pemilihan berkas

yang sesuai untuk pengobatan radioterapi ketika berbagai berkas energi tersedia.

Hal ini merupakan parameter dosimetrik untuk mengkonfirmasi jumlah dosis dari

nilai yang terukur dalam meningkatkan akurasi dalam pengobatan radioterapi

(Buzdar et. al., 2009).

Sebuah formula modifiksi untuk mendefinisikan TPR dari sinar foton tetapi

kurang efektif dalam aplikasi klinis (Alam, et. al., 2007) dan perbandingan bidang

kecil dalam pembuatan data TPR untuk sinar foton Elekta Agility 6 MV yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menghasilkan kesamaan didaerah bulid up sampai kedalaman 2 cm dan titik

pertemuan pada kedalaman 10 cm (Richmond, 2013).

Dalam menggunakan protokol dosimeteri berkas foton di klinis yang

pertama harus memperhatikan kualitas berkas (Chen, 2007). Untuk rentang foton

energi rendah atau kilovoltage kualitas berkas ditentukan dengan konsep Half

Value Layer (HVL) tetapi dalam energi megavoltage kualitas berkas ditentukan

dengan konsep kemampuan penetrasi berkas didalam air. Sehubungan berbagai

berkas dengan energi yang berbeda akan memberikan nilai dosis maksimum

(d max ) di air yang berbeda. Dengan memperbandingkan kemampuan berbagai

jenis energi radiasi terhadap pola penetrasi berkas didalam air dapat dibedakan

nilai kualitas masing-masing berkas, semakin dalam penetrasi berkas didalam air

menunjukkan semakin tinggi kualitas berkasnya. Kualitas berkas dapat

dikuantisasi sehingga didapatkan indek atau konstanta dari berbagai energi radiasi

yang terukur dan parameter tersebut disebut index kualitas berkas yang dapat

ditentukan dari nilai PDD atau TPR (Podgorsak, 2005). Dalam ketelitian

pemberian dosis secara teoritis pengukuran berkas radiasi foton energi tinggi pada

accelerator medik untuk menentukan indek kualitas berkas dengan menggunakan

TPR 20,10 yang dapat dilakukan dengan menghitung dari PDD 20,10 atau PDD(10)

(IAEA, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan ketelitian pemberian dosis TRS-398 (Technical Reports

Series No.398) sudah memberikan panduan praktis mengenai pengukuran berkas

radiasi foton energi tinggi pada accelerator medik untuk menentukan indek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kualitas berkas menggunakan teknik SSD dengan metode PDD tetapi secara

teoritis menggunakan teknik SAD dengan metode TPR. Selain itu telah dilakukan

penelitian sebelumnya terhadap lebih dari 700 pesawat Linac menghubungkan

metode TPR dan metode PDD sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kedua

metode ini secara individual terhadap pesawat Linac yang lain maka diambil judul

“Perbandingan Indek Kualitas Berkas Energi Foton 6 MV dan 10 MV Pesawat

Linac Siemens dan Elekta dengan menggunakan Metode Precentage Depth Dose

(PDD) dan Tissue Phantom Ratio (TPR)”.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini menggunakan berkas energi foton 6 MV dan 10 MV pada

pesawat Linac Siemens dan Elekta dengan membandingkan metode Precentage

Depth Dose (PDD) dan Tissue Phantom Ratio (TPR) pada lapangan 10 cm x 10

cm, pada kedalaman 0 s/d 25 cm.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk menentukan indek kualitas berkas energi foton pada accelerator

medik.

2. Untuk menentukan dosis serap pada kedalaman referensi.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :

1. Untuk kalibrasi pesawat Linac.

2. Sebagai acuan untuk penentuan dosis pada pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Untuk menjamin (assurance) kualitas berkas sinar pesawat Linac masih

bekerja secara optimal.

1.6 Konstribusi Penelitian

Kontribusi yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Dosis radiasi yang diterima oleh pasien untuk pengobatan (teraphy) sesuai

dengan jumlah yang ditetapkan oleh dokter Onkologi Radiasi.

2. Dapat menjadi refrensi untuk pengadaan pesawat Linac yang baru bagi

rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dosis Serap (Absorb Dose)

Radiasi pengion yang mengenai medium akan menyerahkan energinya

kepada medium. Dalam hal ini medium menyerap radiasi. Untuk mengetahui

banyaknya radiasi yang terserap oleh suatu medium digunakan satuan dosis

radiasi terserap atau Radiation Absorbed Dose yang disingkat Rad. Jadi dosis

absorbsi merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion

kepada medium.

Secara matematis dosis serap dapat dinyatakan :

dE
D= (2.1)
dm

Dengan d E adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion untuk

bahan dan adalah massa

Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut dengan Gray yang disingkat

Gy. Dalam hal ini 1 Gy sama dengan energi yang diberikan kepada medium

sebesar 1 Joule/kg.

2.2 Interaksi Sinar-X Dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi akan terjadi bila sinar-X yang dipancarkan

dari tabung dikenakan pada objek. Sinar-X yang dipancarkan merupakan panjang

gelombang elektromagnetik dengan energi yang cukup besar. Gelombang

elektromagnetik ini dinamakan foton. Foton ini tidak bermuatan listrik dan

merambat menurut garis lurus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bila sinar-X mengenai suatu materi,akan terjadi interaksi antara foton

dengan atom-atom dengan materi tersebut. Besarnya energi yang diserap tiap

satuan massa dinyatakan sebagai satuan dosis serap, disingkat Gray. Dalam

jaringan tubuh manusia, dosis serap dapat diartikan sebagai adanya 1 joule energi

radiasi yang diserap 1 kg jaringan tubuh(BATAN).

1 gray = 1 joule/kg

Interaksi radiasi dengan materi tergantung pada energi radiasi, jika berkas

sinar-X melalui bahan akan terjadi proses utama yakni:

2.2.1 Efek Foto Listrik

Dalam proses foto listrik energi foton diserap oleh atom yaitu elektron,

sehingga elekton tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang

keluar dari ikatan atom disebut foto elektron. Peristiwa efek foto listrik ini terjadi

pada energi radiasi rendah (E < 1 MeV) dan nomor atom besar seperi Gambar 2.1

berikut ini:

Gambar 2.1 Ilustrasi Efek Fotolistrik (Batan,2012)

Dalam proses foto listrik energi foton diserap oleh atom yaitu

elektron,sehingga elekton tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Elektron yang keluar dari ikatan atom disebut foto elektron. Peristiwa efek foto

listrik ini terjadi pada energi radiasi rendah (E < 1 MeV) dan nomor atom besar

Bila foton mengenai elektron dalam suatu orbit dalam atom, sebagian

energi foton (Q) digunakan untuk mengeluarkan elektron dari atom dan sisanya

dibawa oleh elektron sebagai energi kinetiknya. Seluruh energi foton dipakai

dalam proses tersebut:

E = Q +E k ( 2.2)

c
hf =
λ

Dengan,

Q = energi ikat elektron (unit)

Ek = energi kinetik (unit)

E = energi (joule)

F = Frekwensi (herzt)

H = konstanta plank

2.2.2 Efek Compton

Penghamburan Compton merupakan suatu tumbukan lenting sempurna

antara sebuah foton dan sebuah elektron bebas. Dimana foton berinteraksi dengan

elektron yang dianggap bebas (tenaga ikat elektron lebih kecil dari energi foton

datang), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 dibawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.2 Ilustrasi efek Compton (Khan,2003)

Dalam suatu tumbukan antara sebuah foton dan elektron bebas maka tidak

mungkin semua energi foton dapat dipindahkan ke elektron jika momentum dan

energi dibuat kekal. Hal ini dapat diperlihatkan dengan berasumsi bahwa reaksi

semakin memungkinkan. Jika hal ini memang benar, maka menurut Hukum

Kekekalan semua energi foton diberikan kepada elektron dan didapatkan:

E = mc2 (2.3)

Dengan,

E = energi

m = masa

c = kecepatan cahaya

Menurut hukum kekekalan momentum, semua momentum foton (p) harus

dipindahkan ke elektron, jika foton tersebut menghilang :

E
PP = = mv (2.4)
c

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dengan,

E = energy (joule)

m = massa (Kg)

c = Kecepatan cahaya (m/s)

p = momentum (unit)

v = kecepatan elektron (m/s)

2.2.3 Produksi Pasangan

Sebuah foton yang energinya lebih dari 1.02 MeV. Pada saat bergerak

dekat dengan sebuah inti, secara sepontan akan menghilang dan energinya akan

muncul kembali sebagai suatu positron dan elektron seperti yang digambarkan

pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Ilustrasi produksi pasangan (Khan, 2003)

2.3 Kerma

Kata "Kerma" singkatan dari "kinetic energy released in material" atau

energi kinetik yang dilepaskan per-satuan massa. Kerma merupakan jumlah dari

energi kinetik awal dari semua partikel bermuatan dibebaskan oleh radiasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pengion bermuatan dalam sampel materi dibagi dengan massa sampel. Atau

Kerma adalah energi kinetik yang dilepas persatuan massa.

Secara matematis Kerma (K) didefinisikan sebagai energi rata-rata transfer

dari radiasi pengion tidak langsung untuk partikel bermuatan (elektron) dalam

medium (d E tr ) per satuan massa dm.

dEtr
K= (2.5)
dm

Satuan Kerma adalah Joule per kilogram (J/kg) atau Gray (Gy), sehingga satuan

Kerma sama dengan dosis serap.

Energi ditransfer ke elektron oleh foton dapat dikeluarkan dalam dua cara yang

berbeda yaitu :

• Melalui interaksi collision (soft collision dan hard collision).

• Melalui interaksi radiasi (bremsstrahlung dan anhilasi elektron-positron).

Sehingga total Kerma (K) biasanya dibagi menjadi dua komponen : Kerma

collision (K col ) dan Kerma radiasi (K rad ).

K = K col + K rad (2. 6)

Kerma collision adalah Kerma yang berhubungan produksi elektron yang

kehilangan energinya saat terjadinya ionisasi dan eksitasi karena interaksi antara

partikel bermuatan dan elektron atom sedangkan Kerma radiasi adalah Kerma

yang berhubungan dengan produksi foton radiasi akibat interaksi antara partikel

bermuatan dan inti atom tetapi juga dapat hasil dari pelepasan saat anhilasi.

Kerma berbeda dari dosis yang diserap, sesuai dengan energi yang terlibat.

Untuk energi rendah atara dosis serap hampir sama, tetapi untuk energi yang

lebih tinggi Kerma jauh lebih tinggi dibandingkan dosis yang diserap, karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


beberapa energi lolos saat menyerap volum dalam bentuk sinar-X atau elektron

bergerak cepat.

Kerma menurun secara kontinu bersama dengan bertambahnya kedalaman

dalam medium penyerap karena dosis yang diserap meningkat bersama

bertambahnya kedalaman karena densitas partikel-partikel penyebab ionisasi

utama dan ionisasi sekunder yang dihasilkan juga meningkat, sehingga dicapai

suatu nilai maksimum. Setelah mencapai nilai maksimum, dosis yang terserap

menurun bersama dengan menurunnya kedalaman secara kontinu. Dosis

maksimum yang terjadi pada suatu kedalaman hampir sama dengan jangkauan

maksimum partikel-partikel penyebab ionisasi utama (primer).

Hubungan antara Kerma dan dosis radiasi foton atau netron-netron cepat

diperlihatkan dalam gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Hubungan antara Kerma dengan Dosis Radiasi (Podgorsak, 2005).

2.4 Linear Acelerator (Linac)

Pesawat linear accelerator (Linac) secara sistimatik dapat perlihatkan pada

gambar 2.5 berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.5 Linac Medis (Podgorsak, 2005).

Bagian awal pembentukan berkas energi dari pesawat Linac adalah sistem

injeksi yang disebut dengan electron gun. Ada dua jenis tipe elekron gun yaitu

tipe diode dan triode. Keduanya terdiri dari sebuah pemanas filamen katoda dan

lubang dasar anoda sedangkan untuk electron gun triode ditambah penggabungan

grid. Elektron yang dihasilkan oleh electron gun merupakan elektron thermionik

dipancarkan dari katoda yang dipanaskan terfokus menjadi berkas pensil oleh

fokus elektroda melengkung dan dipercepat menuju anoda berlubang kemudian

untuk memasuki tabung pemercepat (accelerating waveguide) dengan energi awal

20 keV secara sinkron (Khan, 2003).

Pesawat linear accelerator dapat menghasilkan berkas elektron dan berkas

foton energi tinggi. Tingkat energi tersebut dihasilkan melalui proses

pemercepatan elektron secara linier di dalam tabung pemandu gelombang

pemercepat elektron (accelerating waveguide) yang hampa udara. Tabung ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


merupakan tabung penghantar terdiri dari susunan sel-sel berupa rongga-rongga

yang terbuat dari tembaga. Di dalam tabung disalurkan gelombang mikro yang

dibangkitkan dari microwave power source (magnetron/klystron).

Frekuensi gelombang mikro disalurkan melalui circulator menuju tabung

accelerating waveguide. Ada 2 jenis accelerating waveguide yaitu travelling

waveguide dan standing waveguide. Bila daya frekwensi gelombang mikro

melintasi rongga-rongga sel dari accelerating waveguide mengakibatkan

terjadinya medan elektomagnetik sehingga terjadi kuat medan listrik dinamis yang

mengakibatkan perubahan periode dari setiap sel sesuai dengan perubahan

amplitude gelombang mikro. Perubahan amplitudo setiap sel mengakibatkan

perubahan periode muatan listrik yang digunakan untuk mempercepat lintasan

elektron.

Kecepatan elektron tersebut secara berantai dipacu lintasan dari satu sel ke

sel berikutnya sampai energi elektron tersebut sesuai dengan energi yang

diinginkan. Semakin banyak jumlah rongga dan panjang accelerating waveguide

semakin tinggi energi yang dihasilkan. Elektron hasil percepatan dari accelerating

waveguide diarahkan ke bending magnet untuk dibelokkan disesuaikan energi

dan lintasannya. Elektron dengan penyimpangan energi yang lebih besar akan

dieliminir oleh sebuah filter sehingga dapat dicapai pemfokusan berkas elektron

yang sangat baik dengan energi yang monokromatik. Elektron yang dihasilkan

oleh pemercepat setelah melalui bending magnet merupakan berkas pensil. Untuk

pemilihan sinar-X atau foton maka elektron yang berenergi tinggi tersebut

ditumbukkan ke bidang target penerus (transmission target) yang menghasilkan

pembangkitan sinar-X dengan intensitas tinggi yang mempunyai profil belum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rata. Untuk menghasilkan profil sinar-X yang rata harus dilewatkan carrousel

yang berupa penyaring (flattening filter). Untuk pemilihan berkas elektron maka

elektron energi tinggi tersebut dapat digunakan secara langsung. Untuk

memperoleh distribusi dosis yang merata pada daerah penyinaran elekton

berenergi tinggi dilewatkan pada carrousel yang berupa lapisan penghambur

(scattering foil).

Gambar 2.6 A. Berkas Sinar-X, B. Berkas Elektron (Khan, 2003).

2.4.1 Detektor Silinder

Detektor kamar ionisasi biasa digunakan dalam radiodiagnostik dan

radioterapi untuk penentuan dosis radiasi. Detektor kamar ionisasi mempunyai

bentuk dan ukuran tergantung pada spesifikasi kebutuhan tetapi pada umumnya

mempunyai bagian sebagai berikut (Podgorsak, 2005) :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


• Detektor kamar ionisasi pada dasarnya suatu rongga berisi gas yang

dikelilingi oleh dinding luar konduktif dan mempunyai elektroda pengumpul

pusat. Dinding dan elektroda pengumpul dipisahkan dengan isolator kualitas

tinggi untuk mengurangi kebocoran arus ketika tegangan polarisasi

ditetapkan pada detektor.

• Sebuah pelindung detektor biasanya ada pada detektor untuk mengurangi

kebocoran detektor lebih lanjut. Pelindung detektor menghadang kebocoran

arus dan mengarahkannya untuk mengalir ke ground melewati elektroda

pengumpul. Hal ini juga memastikan peningkatan keseragaman lapangan

dalam volume aktif atau sensitifitas detektor dengan keuntungan dalam

pengumpulan arus.

• Pengukuran dengan detektor kamar ionisasi diudara membutuhkan koreksi

temperature dan tekanan untuk mengoreksi perubahan massa udara didalam

volume detektor yang berubah karena temperatur dan tekanan sekitar

Insulator Central electrode Outer electrode

Gambar 2.7 Desain Dasar Detektor Kamar Ionisasi Silinder Tipe Farmer (Khan,
2003)

Detektor kamar ionisasi silinder yang paling populer adalah 0,6 cm3.

Detektor ini dirancang oleh Farmer dan awalnya diproduksi oleh Baldwin tetapi

sekarang tersedia dari beberapa vendor untuk kalibrasi berkas dalam dosimetri

radioterapi. Volum sensitif ruang menyerupai thimble (bidal) sehingga detector

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


farmer juga dikenal sebagai thimble chamber atau detektor bindal. Sebuah

diagram skematik farmer sebuah ditunjukkan pada Gambar 2.7. Dinding bindal

terbuat dari grafit murni dan pusat elektroda terbuat dari aluminium murni.

Isolator terdiri dari polytrichloroflourethylene (PTCFE) yang bisa melindungi

komponen elektronik. Ruang silinder diproduksi oleh berbagai produsen dengan

volume rongga ruangan antara 0,1 cm3 dan 1 cm3. Tipe ini biasanya memiliki

panjang internal yang kurang dari 25 mm dan diameter kurang dari 7 mm. dinding

material mempunyai nomor atom rendah (z setara dengan jaringan atau udara)

dengan ketebalan kurang dari 0,1 g/cm2. Sebuah ruang dilengkapi dengan buildup

cup dengan ketebalan sekitar 0,5 g/cm2 untuk kalibrasi bebas di udara

menggunakan radiasi Co60.

2.4.2 Kalibrasi Berkas Foton

Sebelum menggunakan pesawat Linac hal yang harus diperhatikan adalah

kalibrasi keluaran berkas yang berfungsi untuk menilai kinerja Linac sehingga

tepat dalam pemberian dosis pasien. Dalam menggunakan berkas foton telah

ditentukan panduan sebagai berikut (Khan, 2003):

a. Mengatur phantom air untuk kalibrasi.

b. Menentukan kualitas berkas yaitu % depth dose pada kedalam 10 cm

- Mengatur ukuran lapangan di permukaan, 10 cm x 10 cm, di SSD 100 cm.

- Mengukur % depth dose(10) dengan berkas terbuka. Untuk dosis

maksimum (D max ), chamber harus ditempatkan di mana bacaan untuk satu

set monitor unit (misalnya, 200 MU) adalah maksimum pada poros tengah.

Untuk dosis pada 10 cm kedalaman, pusat chamber harus ditempatkan

pada (10 + 0,6r cav ) cm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Mengambil rata-rata minimal tiga bacaan ruang ion konsisten

c. Tergantung pada model detector untuk menentukan k Q

Tabel 2.1 Nilai k Q untuk Accelerator pada Berkas Foton dari sebuah Fungsi
dari %dd (10) untuk Ion Chamber Cylindrical (IAEA, 2000).

d. Mengukur suhu dan tekanan untuk mendapatkan k TP

K TP =
(273,2 + T )P0 (2.7)
(273,2 + To )P

k TP adalah faktor koreksi temperatur dan tekanan udara terhadap standar

kondisi lingkungan (T 0 = 20o dan P 0 = 101,325 kPa ) dengan T dan P adalah

tekanan dan temperatur pada saat pengukuran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Mengukur M - dan M + untuk menentukan faktor polarisasi koreksi (k pol )

M + + M _)
K pol = (2.8)
2M

k pol adalah faktor koreksi respon detektor ionisasi terhadap efek pergantian

polaritas yang diberikan pada detektor dengan M + adalah bacaan pengukuran

pada polaritas positif (+) sedangkan M - merupakan bacaan pengukuran pada

polaritas negatif (-) yang digunakan untuk kalibrasi berkas.

f. Menghitung faktor koreksi saturasi (k s ):

2
M  M 
k s = a0 + a1  1  + a2  1  (2.9)
 M2   M2 

k s adalah koreksi respon detektor terhadap kurang lengkapnya pengumpulan

muatan pada ionisasi di udara dengan a 0 , a 1 dan a 2 adalah nilai konstanta.

Tabel 2.2. Koefisien kuadratik untuk perhitungan nilai k s oleh tehnik dua
tegangan dalam radiasi pulsed dan pulsed-scaned sebagai fungsi rasio
tegangan V 1 /V 2 (IAEA, 2000)

Sedangkan M 1 adalah bacaan pengukuran untuk tegangan yang biasa

digunakan dan M 2 adalah pengukuran tegangan untuk tegangan referensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Mengkoreksi dosimetri dengan membaca M Q.

MQ=M 1 .k TP .k ele .k pol .k s (2.10)

M Q adalah bacaan pada dosimetri yang telah dikoreksi dari tegangan,

pengaruh suhu dan tekanan, kalibrasi elektrometer, efek polaritas dan ionisasi

rekombinasi.

h. Menghitung dosis serap air pada kedalaman 10 cm :

D w,Q = M Q N D,w,Qo k Q,Qo (2.11)

D W,Q adalah besarnya dosis serap di kedalama referensi sedangkan

N D,w,Qo adalah faktor kalibrasi dalam hal dosis serap dalam air untuk dosimeter

pada kualitas referensi Q 0 dan k Q,Qo adalah faktor spesifik detektor untuk

mengoreksi perbedaan antara kualitas berkas referensi Q 0 dan kualitas berkas

sebenarnya Q.

i. Dosis serap perunit monitor yang di referensi d max

- Untuk source surface distance (SSD) kalibrasi

D w,Q ( z max )= 100 D w,Q ( z ref ) / PDD ( z ref )

(2.12)

- Untuk source axis distance (SAD) kalibrasi

D w,Q ( z max )= D w,Q ( z ref ) / TMR ( z ref )

(2.13)

2.4.3 Precentage Depth Dose (PDD)

Penyinaran dilakukan terhadap pasien maupun phantom akan memberikan

dosis yang di serap bervariasi sesuai dengan kedalaman. Variasi ini tergantung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada beberapa hal antara lain : berkas sinar, kedalaman, luas lapangan, jarak dari

sumber dan sistim kolimasi sinar. Demikian juaga kalkulasi dosis pada pasien

melibatkan pertimbangan dengan melihat parameter-parameter dan efek-efek lain

pada distribusi dosis kedalaman (Khan, 2003).

PDD adalah dosis serap yang diberikan pada sumbu utama berkas sebagai

presentase dosis serap pada kedalaman tertentu terhadap dosis maksimumnya.

Gambar 2.8 berikut ini adalah merupakan teknik Pengukuran Precentage Depth

Dose (PDD).

Gambar 2.8 Pengukuran Precentage Depth Dose (PDD) (Podgorsak, 2005).

Salah satu cara untuk karakteristik distribusi dosis sumbu utama adalah

untuk menormalisasikan dosis pada kedalaman sehubungan dengan dosis pada

kedalaman referensi. Persentase kuantitas kedalaman dosis dapat didefinisikan

sebagai hasil bagi, dinyatakan sebagai persentase dari dosis yang diserap setiap

kedalaman D Q untuk dosis yang diserap pada kedalaman referensi tetap lakukan

D P , sepanjang sumbu utama sinar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PDD dapat dirumuskan sebagai berikut :

DQ
PDD = x100% (2.14)
DP

Dengan D Q adalah dosis pada titk Q dan D P adalah dosis serap pada titik

maksimum.

Dalam praktek klinik puncak dosis serap sumbu utama disebut dosis

maksimum (d max ). Dosis maksimum dari dosis yang diberikan dapat dirumuskan

sebagai berikut :

DQ
P max = x100% (2.15)
PDD

PDD dipengaruhi oleh energi, luas lapangan penyinaran, SSD dan

kedalaman. Gambar 2.9 berikut ini adalah Kurva PDD di dalam air untuk area 10

× 10 cm2 pada SSD 100 cm untuk beberapa energi foton mulai dari sinar γ Co60

sampai dengan sinar-X 25 MV (Podgorsak, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.9 Kurva PDD di dalam air untuk area 10 × 10 cm2 pada SSD 100 cm
untuk beberapa energi foton mulai dari sinar γ Co60 sampai dengan
sinar-X 25 MV (Podgorsak, 2005).

Dari Gambar 2.9 PDD menurun setelah melewati kedalaman dosis

maksimum, namun ada penumpukan awal dosis yang menjadi lebih dan lebih

jelas sebagai energi meningkat. Dalam kasus orthovoltage atau sinar-X energi

yang lebih rendah, dosis meningkat hingga maksimum pada atau sangat dekat

dengan permukaan. Berkas energi yang lebih tinggi pada titik dosis maksimum

terletak lebih dalam pada jaringan atau phantom. Wilayah antara permukaan dan

titik dosis maksimum disebut dosis daerah build-up. Dosis efek build-up dari

berkas energi yang lebih tinggi menimbulkan efek yang secara klinis dikenal

dengan skin-sparing effect. Untuk berkas megavoltage seperti Cobalt 60 dan

energi yang lebih tinggi dosis permukaan jauh lebih kecil dibandingkan dengan

dosis maksimum, sehingga memberikan keuntungan yang berbeda dari berkas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


energi rendah pada dosis yang terjadi di permukaan kulit. Dengan demikian

dalam kasus berkas foton energi yang lebih tinggi, dosis yang lebih tinggi dapat

dikirim ke tumor yang lebih dalam tanpa melebihi toleransi kulit. Semakin tinggi

percent depth dose pada tumor maka dosis pada permukaan kulit. akan lebih

rendah.

2.5 Tissue Phantom Ratio (TPR)

Tissue Phantom Ratio (TPR) didefinisikan sebagai rasio dari dosis pada

titik tertentu dalam phantom untuk dosis pada titik yang sama pada kedalaman

referensi tetap. Gambar berikut ini menunjukkan teknik Pengukuran Tissue

Phantom Ratio (TPR).

Gambar 2.10 Pengukuran Tissue Phantom Ratio(TPR) (Podgorsak, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TPR dapat dirumuskan sebagai berikut :

DQ
TPR = x100% (2.16)
DQref

Dengan D Q adalah dosis pada titik di phantom dan D Qref adalah dosis pada titik

yang sama pada kedalaman referensi tetap. TPR dipengaruhi oleh energi,

kedalaman dan luas lapangan penyinaran.

2.6 Spesifikasi Kualitas Berkas pada Foton Energi Tinggi (IAEA, 2000)

2.6.1 Pemilihan Indek Kualitas Berkas

Untuk foton berenergi tinggi yang dihasilkan oleh akselerator klinis

kualitas berkas ditentukan oleh tissue phantom ratio (TPR 20 ,10 ) yang merupakan

rasio dari dosis yang diserap pada kedalaman 20 cm dan 10 cm di phantom air

diukur dengan jarak antara sumber chamber konstan 100 cm dan ukuran

lapangan 10 cm x 10 cm di bidang ruangan.

Sifat indek kualitas TPR 20,10 yang paling penting adalah terhindar dari

kontaminasi elektron dalam berkas insiden. TPR 20,10 merupakan ukuran

koefisien atenuasi efektif menggambarkan penurunan secara eksponensial dari

foton kedalaman kurva dosis melampaui kedalaman dosis maksimum. Rasio dosis

yang diperoleh tidak memerlukan penggunaan faktor koreksi perpindahan pada

dua kedalaman ketika chamber silinder digunakan.

Pengukuran TPR 20,10 pada aplikasi klinis tidak di pengaruhi oleh kesalahan kecil

penempatan dua buah chamber pada kedalaman yang berbeda.

2.6.2 Pengukuran Indeks Kualitas Berkas

Definisi TPR 20,10 telah dibuat dalam hal rasio dosis serap sehingga

penggunaan rasio ionisasi memberikan akurasi yang dapat diterima karena variasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lambat stopping power ratio di kedalaman air/udara dan diasumsikan faktor

gangguan luar di dalaman dosis maksimal. Pengaruh efek rekombinasi pada dua

kedalaman harus diselidiki dan dipertimbangkan jika ada variasi dengan

kedalaman. Tabel 2.3 berikut ini adalah merupakan Kondisi referensi untuk

menentukan kualitas berkas foton.

Tabel 2.3 Kondisi referensi untuk menentukan kualitas berkas foton (TPR20,10)
(IAEA, 2000)
Pengaruh kuantitas Nilai referensi atau karateristik normal refensi

Bahan phantom Air

Tipe detector Silinder atau keping sejajar

Pengukuran kedalaman 20 g cm-2 dan 10 g cm-2

Titik referensi detektor untuk detektor silinder pada sumbu tengah di pusat dari

volume rongga

Untuk detektor keping sejajar pada permukaan bagian

dalam dipusat window

Posisi titik referensi detektor untuk detektor silinder dan detektor keping sejajar pada

pengukuran kedalaman

SCD 100 cm

Ukuran lapangan di SCD 10 cm x 10 cm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.11 Skema Penentuan Indek Kualitas Berkas Foton (TPR20,10)
(IAEA, 2000).

2.7 Hubungan antara PDD dan TPR (IAEA, 2000)

Untuk foton berenergi tinggi yang dihasilkan oleh akselerator klinis kualitas

berkas ditentukan oleh tissue phantom ratio (TPR 20 ,10 ). Ini adalah rasio dari

dosis yang diserap pada kedalaman 20 cm dan 10 cm di water phantom, diukur

jarak sumber dengan detektor konstan 100 cm dan ukuran lapangan 10 cm x 10

cm di bidang ruangan.

TPR 20,10 dapat diperoleh dari hubungan PDD 20,10 (Followil et. al., 1998) adalah

TPR 20,10 = 1,2661PDD 20,10 -0,0595 (2.17)

PDD 20,10 adalah perbandingan presentase dosis pada kedalaman 20 cm dan

kedalaman 10 cm untuk ukuran lapangan 10 cm x 10 cm pada permukaan

phantom dengan SSD 100 cm.

Persamaan empiris ini diperoleh dari sampel hampir 700 akselerator dan telah

mengkonfirmasi formulasi sebelumnya digunakan dalam TRS-277(IAEA, 1997).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TPR 20,10 juga dapat diperkirakan ada kesesuaian dengan data untuk

percentage depth dose pada kedalaman 10 cm atau PDD(10), diukur dengan luas

lapangan penyinaran 10 cm x 10 cm pada SSD dari 100 cm . Untuk data tersebut

diperoleh persamaan matematis (BJR-25, 1996) :

TPR 20,10 = - 07898 + 0,329 PDD (10) – 0,000166PDD (10)2 (2.18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Vina

Estetica Medan dan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat dan Bahan di Instalasi RSU Vina Estetica Medan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pesawat Linear Accelerator (Linac) terdapat di Lampiran 1.

Pesawat terapi berkas eksterna

- Merk : Siemens

- Tipe : Primus Mid Energy

- No.Seri : 5782

- Kondisi Maksimum :10 MV dan 14 Mev

b. Dosimetri (Alat Ukur Radiasi):

1. Water Phantom 1D Scanner SUN NUCLEAR (Dimensi = 30x30x50) cm

2. Chamber :

- Merk : SUN NUCLEAR

- Model/ Tipe : 1047

- No. Seri : 1047400Z-AW-107834001

3. Extension Kabel 1 pcs

4. Elektrometer :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Merk : IBA, Germany

- Model : Dose 1

- No. Seri : 16083

5. Termometer 1 Pcs

6. Barometer 1 Pcs

7. Water Laveling 1 Pcs

8. Komputer Pengukuran:

- Software PDD : Omnipro

- Software Absolute : TRS-398 (MS Excel Worksheet) standard IAEA

3.2.2 Alat dan Bahan di Instalasi RSU Pusat H Adam Malik Medan

a. Pesawat Linear Accelerator (Linac) terdapat di Lampiran 1.

Pesawat terapi berkas eksterna

- Merk : Elekta, Great Britain

- Tipe : Precise Treatment System

- No.Seri : 151614

- Kondisi Maksimum :10 MV dan 15 Mev

b. Dosimetri (Alat Ukur Radiasi):

1. Water Phantom MP3 Phantom Tank (Dimensi = 30 x 30 x 50) cm

2. Chamber :

- Merk : Semiflex

- Model/ Tipe : PTW 31013/31001

3. Elektrometer :

- Model/ Tipe : T10015TNC

4. Termometer 1 Pcs

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Barometer 1 Pcs

6. Komputer Pengukuran:

- Software PDD : Mepysto

- Software Absolute : TRS-398 (MS Excel Worksheet) standard IAEA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian dari persiapan alat sampai analisa data dan

kesimpulan dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut :

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Mengkalibrasi berkas foton

Mengukur PPD Mengukur PPD


6 MV dan 10 MV Elekta 6 MV dan 10 MV Siemens

Mengukur TPR 6 MV dan 10 MV Elekta pada Mengukur TPR 6 MV dan 10 MV Siemens


kedalamam 10 cm dan 20 cm pada kedalamam 10 cm dan 20 cm

Analisa data dan kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alir Penelitian Perbandingan Indek Kualitas Berkas


Energi Foton pada Pesawat Linac Siemens dan Elekta dengan
Metode Precentage Depth Dose (PDD) dan Tissue Phantom
Ratio (TPR)”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.1 Mengkalibrasi Berkas Foton

Prosedur kalibrasi berkas foton sesuai panduan digital accelerator

installation manual dan TRS-398 adalah sebagai berikut :

a. Mengatur phantom air untuk kalibrasi.

b. Menentukan jenis berkas.

c. Tergantung pada model detektor untuk menentukan k Q .

d. Mengukur suhu dan tekanan untuk mendapatkan k TP .

e. Mengukur M - dan M + untuk menentukan k pol.

f. Menghitung faktor koreksi saturasi k s .

g. Mengkoreksi dosimetri dengan membaca M Q .

h. Menentukan dosis serap air pada kedalaman 10 cm.

i. Menentukan dosis per unit monitor yang di referensi d max .

Hasil dari kalibrasi berkas foton energi 6 MV dan 10 MV terdapat di

lampiran 4.

3.3.2 Mengukur PDD 6 MV dan 10 MV Siemens dan Elekta

Menempatkan detektor semiflex tepat ditengah-tengah phantom pada

permukaan air dan satu lagi detektor semiflex di area penyinaran bagian atas

phantom air karena mengukur dosis relatif sehingga perlu pembanding. Mengatur

luas lapangan di permukaan 10 cm x 10 cm dengan SSD 100 cm. Penyinaran

dilakukan dengan SSD tetap 100 cm dengan menurunkan chamber dari

permukaan dengan kedalaman 0 cm sampai kedalaman 25 cm dapat dilihat pada

Gambar 3.2. berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SSD = 100 cm

10 cm x 10 cm

25 cm

Gambar 3.2. Set up Pengukuran PDD

3.3.3 Mengukur TPR 6 MV dan 10 MV Siemens dan Elekta

Menempatkan detektor tepat ditengah-tengah phantom air dan satu lagi

detektor di area penyinaran bagian atas phantom air sebagai pembanding.

Mengatur ukuran lapangan di permukaan 10 cm x 10 cm dengan SSD 100 cm.

Menurunkan chamber sampai kedalama 25 cm dari permukaan dengan SAD 100

cm. Melakukan penyinaran dengan menurunkan permukaan air di phantom mulai

ke dalaman chamber 25 cm dari permukaan sampai 0 cm dengan SAD tetap 100

cm. Gambar 3.3 berikut adalah Set up pengukuran TPR.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Source Source

SCD = 100 cm

10 cm

25 cm
25 cm
10 cm x 10 cm
10 cm
10xcm
10 cm

Gambar 3.3 Set up Pengukuran TPR

3.4. Variabel dan Data yang Diperoleh

Variabel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Perbandingan PDD pada energi foton 6 MV Siemens dan Elekta

b. Perbandingan PDD pada energi foton 10 MV Siemens dan Elekta

c. Perbandingan TPR pada energi foton 6 MV Siemens dan Elekta

d. Perbandingan TPR pada energi foton 10 MV Siemens dan Elekta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Data yang akan diperoleh pada penelitian ini adalah:

a. Hasil pengukuran PDD energi foton 6 MV pesawat Linac Siemens dan

Elekta pada kedalaman 0 sampai 25 cm.

b. Hasil pengukuran PDD energi foton 10 MV pesawat Linac Siemens dan

Elekta pada kedalaman 0 sampai 25 cm

c. Hasil pengukuran TPR pada kedalaman 10 cm dan 20 cm energi foton 6 MV

pesawat Linac Siemens dan Elekta

d. Hasil pengukuran TPR pada kedalaman 10 cm dan 20 cm energi foton 10

MV pesawat Linac Siemens dan Elekta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PDD pada Energi Foton 6 MV Siemens

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 6 MV pada pesawat Siemens

M5782 terdapat di Lampiran 6 Tabel 6.1. Pada Gambar 4.1 berikut ini

memperlihatkan distribusi kedalaman dosis metode PDD pada energi foton 6 MV

Siemens. D max pada energi foton 6 MV Siemens terjadi pada kedalaman 15 mm.

Kemudian presentase distribusi dosis akan turun secara berangsur-angsur karena

radiasi yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada medium

yang dilaluinya.

Gambar 4.1 Grafik PDD Siemens pada Energi Foton 6 MV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 PDD pada Energi Foton 6 MV Elekta

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 6 MV pada pesawat Linac Elekta

Pricise 151614 terdapat di Lampiran 6 Tabel 6.2. Pada Gambar 4.2 berikut ini

memperlihatkan distribusi kedalaman dosis metode PDD pada energi foton 6 MV

Elekta. D max pada energi foton 6 MV Elekta terjadi pada kedalaman 16 mm.

Kemudian presentase distribusi dosis akan turun secara berangsur-angsur karena

radiasi yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada medium

tersebut. Kemudian presentase distribusi dosis akan turun secara berangsur-angsur

karena radiasi yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada

medium yang dilaluinya.

16 mm

Gambar 4.2 Grafik PDD Elekta pada Energi Foton 6 MV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3 PDD pada Energi Foton 10 MV Siemens

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 10 MV pada pesawat Siemens

M5782 terdapat di Lampiran 6 Tabel 6.3. Pada Gambar 4.3 berikut ini

memperlihatkan distribusi kedalaman dosis metode PDD pada energi foton 10

MV Siemens. D max pada energi foton 10 MV Siemens terjadi pada kedalaman 20

mm. Kemudian presentase distribusi dosis akan turun secara berangsur-angsur

karena radiasi yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada

medium yang dilaluinya.

Gambar 4.3 Grafik PDD Siemens pada energi foton 10 MV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4 PDD pada Energi Foton 10 MV Elekta

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 10 MV pada pesawat Linac

Elekta Pricise 151614 terdapat di Lampiran 6 Tabel 6.4. Pada Gambar 4.3 berikut

ini memperlihatkan distribusi kedalaman dosis metode PDD pada energi foton 10

MV Elekta. D max pada energi foton 10 MV Elekta terjadi pada kedalaman 21 mm.

Kemudian presentase distribusi dosis akan turun secara berangsur-angsur karena

radiasi yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada medium

yang dilaluinya.

21 mm

Gambar 4.4 Grafik PDD Elekta pada Energi Foton 10 MV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5 PDD pada Energi Foton 6 MV Siemens dan Elekta

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 6 MV dan 10 MV pada pesawat

Linac Siemens M5782 dan Elekta Pricise 151614, terdapat di Lampiran 6 Tabel

6.5. Pada Gambar 4.5 berikut ini memperlihatkan distribusi kedalaman dosis

metode PDD pada energi foton 6 MV Siemens dan 6 MV Elekta. Pada daerah

build up distribusi dosis hampir sama terlihat pada grafik garis hampir berhimpit

setelah sampai dosis maksimum (d max ) baru berjauhan. D max pada energi foton 6

MV Siemens terjadi pada kedalaman 15 mm sedangkan pada energi foton 6 MV

Elekta terjadi pada kedalaman 16 mm, Kemudian presentase distribusi dosis akan

turun secara berangsur-angsur karena radiasi yang mengenai medium akan

menyerahkan energinya kepada medium yang dilaluinya.Dari kedua pesawat

15
Linac ini pada energi yang sama sebesar 6 MV terdapat perbedaan sebesar ( )
16

x 100% = 0,94%, dengan standar BATAN yang diperbolehkan sebesar 3%.

16 mm

Gambar 4.5 Grafik PDD Siemens dan Elekta pada Energi Foton 6 MV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.6 PDD pada Energi Foton 10 MV Elekta dan Siemens

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 10 MV pada pesawat Linac

Siemens M5782 dan Elekta Pricise 151614 terdapat di Lampiran 6 Tabel 6.6.

Pada Gambar 4.6 berikut ini memperlihatkan distribusi kedalaman dosis metode

PDD pada energi foton 6 MV Siemens dan 6 MV Elekta. Pada daerah build up

distribusi dosis hampir sama terlihat pada grafik garis hampir berhimpit setelah

sampai dosis maksimum (d max ) baru berjauhan. D max pada energi foton 10 MV

Siemens terjadi pada kedalaman 20 mm sedangkan pada energi foton 10 MV

Elekta terjadi pada kedalaman 21 mm. Kemudian presentase distribusi dosis akan

turun secara berangsur-angsur karena radiasi yang mengenai medium akan

menyerahkan energinya kepada medium yang dilaluinya. Dari kedua pesawat

Linac ini pada energy yang sama sebesar 10 MV terdapat perbedaan sebesar

20
( ) x 100 % = 0,95%, dengan standar BATAN yang diperbolehkan sebesar
21

3%

21 mm

Gambar 4.6 Grafik PDD Siemens dan Elekta pada Energi Foton 10 MV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kalau dilihat secara fisis dosis build up adalah sebagai berikut :

a. Sebagai berkas berenergi tinggi, foton masuk ke dalam tubuh pasien atau

phantom mengeluarkan elektron yang searah dengan foton saat melewati

permukaan dan lapisan berikutnya.

b. Elektron ini menyimpan energi pada suatu jarak tertentu dari posisi

normalnya/awalnya sehingga fluens elektron dan dosis meningkat hingga

nilai maksimum dosis tercapai.

c. Fluens foton terus menurun dengan bertambahnya kedalaman maka

produksi elektron pun juga ikut menurun.

d. Efek setelah melampui kedalaman tertentu dosis akan menurun dengan

bertambahnya kedalaman.

Dengan melihat fenomena tersebut maka pada daerah build up dari kedua

energi tersebut pasti akan berhimpit karena pola dosis permukaan hampir sama

kecuali pada daerah d max pasti akan berbeda karena dipengaruhi oleh energinya.

Pada energi foton 10 MV d max akan lebih dalam dibandingkan dengan energi

foton 6 MV karena penyerapan energi di dalam medium. Demikian juga setelah

melewati d max pada energi foton 10 MV presentase dosisnya akan lebih besar

pada kedalaman yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.7 Perhitungan TPR pada Energi Foton 6 MV Siemens dan Elekta

Untuk foton berenergi tinggi yang dihasilkan oleh akselerator klinis

kualitas berkas ditentukan oleh tissue phantom ratio (TPR 20 ,10 ). Ini adalah rasio

dari dosis yang diserap pada kedalaman 20 cm dan 10 cm di water phantom,

diukur jarak sumber dengan detektor konstan 100 cm dan ukuran lapangan 10

cm x 10 cm di bidang ruangan.

TPR 20,10 dapat diperoleh dari hubungan PDD 20,10 (Followil et. al., 1998) adalah:

TPR 20,10 = 1,2661PDD 20,10 - 0,0595

(2.17)

PDD 20,10 adalah perbandingan presentase dosis pada kedalaman 20 cm dan

kedalaman 10 cm untuk ukuran lapangan 10 cm x 10 cm pada permukaan

phantom dengan SSD 100 cm. Persamaan empiris ini diperoleh dari sampel

hampir 700 akselerator dan telah mengkonfirmasi formulasi sebelumnya

digunakan dalam TRS-277 (IAEA, 1997).

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 6 MV pada pesawat Siemens

M5782 terdapat di Lampiran 6, pada kedalaman 20 cm distribusi dosis diperoleh

sebesar 38,92, pada kedalaman 10 cm distribusi dosis diperoleh sebesar 67,17 %,

Sesuai rumus TPR 20,10 = 1,2661PDD 20,10 - 0,0595 diperoleh TRP pada energi

foton 6 MV Siemens sebesar 0,66 % sesuai Lampiran 7.1.

Sedangkan dari hasil pengukuran PDD energi foton 6 MV pada pesawat

Elekta terdapat di lampiran 6, pada kedalaman 20 cm distribusi dosis diperoleh

sebesar 39,76, dan kedalaman 10 cm distribusi dosis diperoleh sebesar 68,04 %,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sesuai rumus TPR 20,10 = 1,2661PDD 20,10 - 0,0595 diperoleh TRP pada

energi foton 6 MV Elekta sebesar 0,67 % sesuai Lampiran 7.2.

Dari hasil yang diperoleh TPR 6 MV Siemens sebesar 0,66 %, sedangkan


0,66
TPR 6 MV Elekta 0,67 % maka terdapat perbedaan x 100% = 0,98%
0,67
dengan standard BATAN yang diperbolehkan sebesar 3 % .

4.8 Perhitungan TPR pada Energi Foton 10 MV Siemens dan Elekta

Untuk foton berenergi tinggi yang dihasilkan oleh akselerator klinis

kualitas berkas ditentukan oleh tissue phantom ratio (TPR 20 ,10 ). Ini adalah rasio

dari dosis yang diserap pada kedalaman 20 cm dan 10 cm di water phantom,

diukur jarak sumber dengan detektor konstan 100 cm dan ukuran lapangan 10

cm x 10 cm di bidang ruangan.

TPR 20,10 dapat diperoleh dari hubungan PDD 20,10 (Followil et. al., 1998) adalah:

TPR 20,10 = 1,2661PDD 20,10 - 0,0595 (2.17)

PDD 20,10 adalah perbandingan presentase dosis pada kedalaman 20 cm dan

kedalaman 10 cm untuk ukuran lapangan 10 cm x 10 cm pada permukaan

phantom dengan SSD 100 cm.

Persamaan empiris ini diperoleh dari sampel hampir 700 akselerator dan telah

mengkonfirmasi formulasi sebelumnya digunakan dalam TRS-277(IAEA, 1997).

Dari hasil pengukuran PDD energi foton 10 MV pada pesawat Siemens

M5782 terdapat di Lampiran 6, pada kedalaman 20 cm distribusi dosis diperoleh

sebesar 47,9, pada kedalaman 10 cm distribusi dosis diperoleh sebesar 73,5 %,

Sesuai rumus TPR 20,10 = 1,2661PDD 20,10 - 0,0595 diperoleh TRP pada

energi foton 10 MV Siemens sebesar 0,75 % sesuai Lampiran 7.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sedangkan dari hasil pengukuran PDD energi foton 10 MV pada pesawat

Elekta terdapat di Lampiran 6, pada kedalaman 20 cm distribusi dosis diperoleh

sebesar 45,94, dan kedalaman 10 cm distribusi dosis diperoleh sebesar 73,27%,

Sesuai rumus TPR 20,10 = 1,2661PDD 20,10 - 0,0595 diperoleh TRP pada

energi foton 10 MV Elekta sebesar 0,73% sesuai Lampiran 7.4.

Dari hasil yang diperoleh TPR 10 MV Siemens sebesar 0,75%, sedangkan


0,73
TPR 10 MV Elekta 0,73% maka terdapat perbedaan x 100 % = 0,97%
0,75
dengan standard BATAN yang diperbolehkan sebesar 3%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Perbandingan Indeks Kualitas Energi Foton Pada

Pesawat Linac Siemens Dan Elekta Dengan Metode Precentage Depth Dose

(PDD) dan Metode Tissue Phantom Ratio (TPR) diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada energi foton 6 MV metode PDD, D max Pesawat Linac Elekta lebih besar

sejumlah 0,94% dibandingkan D max Pesawat Linac Siemens, sesuai hasil

penelitian D max Pesawat Linac Siemens terdapat pada kedalaman 15 mm

sedangkan Elekta terdapat pada kedalaman 16 mm dan pada energi foton 10

MV metode PDD, D max Pesawat Linac Elekta lebih besar sejumlah 0,95%

dibandingkan D max Pesawat Linac Siemens, sesuai hasil penelitian D max

Pesawat Linac Siemens terdapat pada kedalaman 20 mm sedangkan Elekta

terdapat pada kedalaman 21 mm (standar BATAN yang diperbolehkan

sebesar 3%).

2. Pada energi foton 6 MV metode Tissue Phantom Ratio (TPR), TPR Pesawat

Linac Elekta lebih besar 0,98%, sesuai hasil penelitian diperoleh TPR

Pesawat Linac Siemens diperoleh 0,66% sedangkan Pesawat Linac Elekta

0,67 % dan pada energi foton 10 MV metode Tissue Phantom Ratio (TPR),

TPR Pesawat Linac Siemens lebih besar 0,97%, sesuai hasil penelitian TPR

Pesawat Linac Siemens diperoleh 0,75% sedangkan Pesawat Linac Elekta

0,73 % (standar BATAN yang diperbolehkan sebesar 3%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Dari penelitian yang telah dilakukan pada pesawat Linac Siemens dan Elekta

dapat disimpulkan bahwa:

a. Energi foton 6 MV metode PDD Pesawat Linac Elekta lebih baik dari

Siemens dan energi foton 10 MV metode PDD Pesawat Linac Elekta

lebih baik dari Siemens, namun masih dalam batas toleransi dibawah 3%

sesuai standar BATAN 3%.

b. Energi foton 6 MV metode TPR Pesawat Linac Elekta lebih baik dari

pesawat Linac Siemens dan energi foton 10 MV metode TPR Pesawat

Linac Siemens lebih baik dari Elekta, namun masih dalam batas toleransi

dibawah 3% sesuai standar BATAN 3%.

c. Disimpulkan Pesawat Linac Siemens dan Elekta dinyatakan layak pakai.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian maka penulis merekomendasikan saran

sebagai berikut :

a. Berharap dilakukan penelitian selanjutnya dibandingkan dengan pesawat

Linac lebih dari 2 unit pesawat dengan merek yang berbeda.

b. Berharap penelitian selanjutnya dengan pesawat Linac lebih dari 2 unit

dengan tahun yang sama dan jumlah pasien yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003, Digital Accelerator Instalation, Electa Limited, no.


4513370187105 (08.03), Electa Limited Linac House Flaming Way, Red
Crawley West Sussex RH109RR, UK. 6-30

Anonim, 1996, Central axis depth dose data for use in Radiotherapy, British
Journal Radiologi, Supplement no. 25, The British Institute of Radiology,
London.

Alam M. J., Rabbani Z., Hussain A., Baig A. K. V., 2007, A modified formula for
defining tissue phantom ratio of photon beams, Bangladesh Medical
Research Council. 33: 92-97

Butson M. J., Cheung T., Yu P., 2002, Calculation of electron contamination


doses produced using blocking trays for 6 MV X-rays, Pegamon,
Department of Physics and Materials Science, City University of Hong
Kong. Radiation Measurements 35 : 99–102

Buzdar S. A., Rao A., Aalia N., 2009, An Analyis 0f Depth Dose Charateristik of
Photon in Water, Journal Ayub Med Coll Abbottabad, The Islamia
University, Bahawalpur, Pakistan. 21(4)

Chen C., 2007, Principles and requirements of external beam dosimetry,


Elselvier, Department of Therapeutic Radiology, Yale University School of
Medicine, New Haven, Connecticut, USA. S2 – S21

Followill D.S., Toilor R.C., Tello V.M., Hanson W.F., 1998, An empirical
relationship for determining photon beam quality in TG-21 from a ratio of
percent depth doses, Med Phys. 25 : 1202-1205.

IAEA, 1997, Absorbed Dose Determination in Photon and Electron Beams: An


International Code of Practice, Technical Report Series, TRS-277, IAEA,
Vienna, Austria.

IAEA, International Atomic Energy Agency, 2000, Absorbed Dose Determination


in External Beam Radiotherapy : An International Code of Practice for
Dosimetry based on Standards of Absorbed Dose to Water, International
Atomic Energy Agency, Technical Reports Series, TRS-398, IAEA,
Vienna, Austria. (62-63, 157-164)

Khan F. M., 2003, Title : Physics of Radiation Therapy, The 3rd Edition,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA(136-137,164)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kriˇzan P., Rihard H., 2008, Teleradiography Dose Calculation, Faculty of
Mathematics and Physics, University of Ljubljana.

Li G., Huaqing Z., Guangyao S. and Wu Y., 2011, Photon Energy Spectrum
Recontruction Based on Monte Carlo and Measured Precentage Depth
Dose in Acurate Radiotheraphy, Institut Plasma Physic,Chinese Academy
of Science, China. Vol. 2, pp.160-164

Natto S. A., 2007, A Comparative Study of Measured Percentage Depth Doses for
two Medical Linear Accelerators, Umm Al-Qur a Univ. Journal Science
Med. Eng, Saudi Arabi. Vol.19,No.2, pp.145 -151

Podgorsak E.B., 2005, Radiation Oncology Physics: A Handbook for Teachers


and Students, International Atomic Energy Agency, Technical Editor,
Vienna. Thirth Edition.(179-191)

Richmond N., Robert B., 2014, A Comparison of Small-Field Tissue Phantom


Ratio Data Generation Methods for an Elekta Agility 6 MV Photon Beam,
Elsevier, Medical Physics Department, The James Cook University
Hospital, Middlesbrough, United Kingdom.60-63

Suharni, Kusminarto, Diah F.I., Aggraita P., 2012, Perhitungan Eefisiensi Daya
Berdasarkan Presentase Kedalama Dosis (PDD) pada Linac Medis RS dr.
Sarjito, Program Pasca Sarjana Fisika – UGM, PTAPB – BATAN,
Yogyakarta. Volume 14. ISSN 1411-1349

Ślosarek K., Agata R., 2005, Comparison of Percent Depth Doses for Various
Linear Accelerators, Journal Medical Physics Eng, Polandia. 11(1):39-50.
PL ISSN 1425-4689

Sardari D., Maleki R., Samavat H., Esmaeeli A., 2009, Measurement of depth-
dose of linear accelerator and simulation by use of Geant4 computer
code, Elselvier, Department of Medical Physics, Hamadan University of
Medical Science, Hamadan, Iran. Reports of practical oncology and
radiotherapy 15 (2010)64–68

Tammasebi B., Karbalaee, 2009, Calculation of Expressieon for Measured


Precentage Depth Dose Data in Megavoltage Photon Theraphy, Iranian
Red Crescent Medical Journal, Iran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1. GAMBAR ALAT DAN BAHAN

1.1. Pesawat Linac Siemens dan Phantom Air

1.2 Pesawat Linac Elekta dan Phantom Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.1.1. Chamber Farmer Siemens 1.2.1. Chamber Farmer Elekta

1.1.2. Elektrometer Siemens 1.2.2. Elektrometer Elekta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.1.3. Meja kontrol Siemens

1.2.3. Elektrometer Elekta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2. HASIL PENGUKURAN POLARISASI TEGANGAN

Tabel 2.1 Hasil pengukuran polaritas tegangan pesawat Linac Siemens


dengan dosis energy = 200 MU (Monitor Unit)

M1 M2
Energy +300 V -300 V +100
(M + ) (M - )
6 MV 26.58 nC -26.6 nC 26.42 nC
26.58 nC -26.6 nC 26.42 nC
Depth : 51.86 mm
26.58 nC -26.6 nC 26.42 nC
Rata2 26.58 nC -26.6 nC 26.42 nC
10 MV 28.89 nC -28.9 nC 28.7 nC
28.89 nC -28.9 nC 28.7 nC
Depth : 101.86 mm
28.89 nC -28.9 nC 28.7 nC
Rata2 28.89 nC -28.9 nC 28.7 nC

Tabel 2.2 Hasil pengukuran polaritas tegangan pesawat Linac Elekta


Dengan dosis energy = 200 MU (Monitor Unit)

M1 M2
+400 V -400 V +100
(M + ) (M - )
6 MV 29.51 nC -29.50 nC 29.47 nC
29.57 nC -29.56 nC 29.49 nC
Depth : 51.86 mm
29.59 nC -29.55 nC 29.50 nC
Rata2 29.56 nC -29.54nC 29.49 nC
10 MV 24.88 nC -24.78 nC 24.61 nC
24.84 nC -24.81 nC 24.72 nC
Depth : 101.86 mm
24.86 nC -24.85 nC 24.74 nC
Rata2 24.86 nC -24.81 nC 24.69 nC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 3. TABEL TRS 398

Tabel 3.1. TRS 398 Pesawat Linac Siemes 6 MV

Worksheet for the determination of the absorbed dose to water


in a high-energy photon-beam
User: RS.Vina Estetica Medan Date: 25/03/2017

1. Radiation treatment unit and reference conditions for D w,Q determination


Accelerator: Siemens Primus M5782
Nominal Acc Potential: 6 MV
Nominal dose rate: 200,0 MU min-1 Beam quality, Q (TPR 20,10 ) 0,670
Reference phantom: water Set up: SSD SAD
Reference field size: 10 x 10 cm cm x cm Reference distance: 100 cm
Reference depth z ref : 10,0 g cm-2

2. Ionization chamber and electrometer


Ion. chamber model Wellhöfer IC 70 Farmer Serial No.: 1047400Z
Chamber wall material: graphite thickness: 0,068 g cm-2
Waterproof sleeve material: thickness: g cm-2
Phantom window material: thickness: g cm-2

Abs. dose-to-water calibration factor a


N D ,w ,Q0 = 0,05 Gy/nC Gy/rdg

-2
Calibration quality Q 0 : Co-60 photon beam Calibration depth: g cm
If Q 0 is photons, give TPR 20,10 :

Reference conditions for calibration


P0: 101,3 kPa T 0: 20,0 °C Rel. humidity: 50 %

Polarizing potential V 1 : 300 V


Calibration polarity: +ve -ve corrected for polarity effect
User polarity: +ve -ve

Calibration laboratory: BATAN Date: 15-Agust-16


Electrometer model: Serial no.:
Calib. separately from chamber: yes no Range setting:
If yes Calibration laboratory: Date:

b
3. Dosimetry reading and correction for influence quantities
Uncorrected dosimeter reading at V 1 and user polarity: 26,58 nC rdg

Corresponding accelerator monitor units: 200 MU


Ratio of dosimeter reading and monitor units: M1 = 0,1329 nC/MU rdg/MU

(i) P: 100,5 kPa T: 23,8 °C Rel. humidity: 42 %


( 273.2 + T ) P0
kT , P = = 1,021
( 273.2 + T0 ) P

(ii) Electrometer calibration factor k elec : nC/rdg dimensionless

d
(iii) Polarity correction rdg at +V 1 M+ = 26,58 rdg at -V 1 : M- = 26,6

M+ + M−
k pol = = 1,000
2M

(iv) Recombination correction (two-voltage method)


Polarizing voltages: V 1 (normal) = 300 V V 2 (reduced) = 100 V
Readings at each e V: M1 = 26,58 M2 = 26,42
Beam type: pulsed pulsed-scanned
Voltage ratio V 1 / V 2 = 3,0000 Ratio of read. M 1 / M 2 = 1,006
a0 = 1,1980 a1 = -0,8753 a2 = 0,6773
2
 M1   M1 
k s = a0 + a1 
M  
 + a2  
 = 1,003 f,g

 2   M2 

Corrected dosimeter reading at the voltage V 1 :

M Q = M 1 kT P kelec k p o l k s = 0,1362 nC / MU rdg / MU

4. Absorbed dose rate to water at the reference depth, z ref


Beam quality corr. factor for user quality Q : k Q ,Q0 = 0,9940
taken from Table 6.III Other, specify:

Dw ,Q ( z ref ) = M Q N D ,w ,Q0 k Q ,Q0 = 0,0068 Gy / MU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.2. TRS 398 Pesawat Linac Siemes 10 MV
in a high-energy photon-beam
User: RS.Vina Estetica Medan Date: 25/03/2017

1. Radiation treatment unit and reference conditions for D w,Q determination


Accelerator: Primus
Nominal Acc Potential: 10 MV
Nominal dose rate: 300,0 MU min-1 Beam quality, Q (TPR 20,10 ) 0,750
Reference phantom: water Set up: SSD SAD
Reference field size: 10 x10 cm x cm Reference distance: 100 cm
Reference depth z ref : 10,0 g cm-2

2. Ionization chamber and electrometer


Ion. chamber model Wellhöfer IC 70 Farmer Serial No.: 1047400Z
Chamber wall material: graphite thickness: 0,068 g cm-2
Waterproof sleeve material: thickness: g cm-2
Phantom window material: thickness: g cm-2

Abs. dose-to-water calibration factor a


N D ,w ,Q0 = 0,05 Gy/nC Gy/rdg

-2
Calibration quality Q 0 : Co-60 photon beam Calibration depth: 5 g cm
If Q 0 is photons, give TPR 20,10 :

Reference conditions for calibration


P0: 101,3 kPa T 0: 20,0 °C Rel. humidity: 50 %

Polarizing potential V 1 : 300 V


Calibration polarity: +ve -ve corrected for polarity effect
User polarity: +ve -ve

Calibration laboratory: BATAN Date: 15-Agust-16


Electrometer model: Serial no.:
Calib. separately from chamber: yes no Range setting:
If yes Calibration laboratory: Date:

b
3. Dosimetry reading and correction for influence quantities
Uncorrected dosimeter reading at V 1 and user polarity: 28,89 nC rdg

Corresponding accelerator monitor units: 200 MU


Ratio of dosimeter reading and monitor units: M1 = 0,1445 nC/MU rdg/MU

(i) P: 100,5 kPa T: 23,8 °C Rel. humidity: 42 %


( 273.2 + T ) P0
kT , P = = 1,021
( 273.2 + T0 ) P

(ii) Electrometer calibration factor k elec : nC/rdg dimensionless

d
(iii) Polarity correction rdg at +V 1 M+ = 28,89 rdg at -V 1 : M- = 28,9

M+ + M−
k pol = = 1,000
2M

(iv) Recombination correction (two-voltage method)


Polarizing voltages: V 1 (normal) = 300 V V 2 (reduced) = 100 V
Readings at each e V: M1 = 28,89 M2 = 28,7
Beam type: pulsed pulsed-scanned
Voltage ratio V 1 / V 2 = 3,0000 Ratio of read. M 1 / M 2 = 1,007
a0 = 1,1980 a1 = -0,8753 a2 = 0,6773
2
 M1   M1 
k s = a0 + a1 
M  + a2 
 M 
 = 1,003 f,g

 2   2 

Corrected dosimeter reading at the voltage V 1 :

M Q = M 1 kT P kelec k pol k s = 0,1480 nC / MU rdg / MU

4. Absorbed dose rate to water at the reference depth, z ref


Beam quality corr. factor for user quality Q : k Q ,Q0 = 0,9830
taken from Table 6.III Other, specify:

Dw ,Q ( z ref ) = M Q N D ,w ,Q0 k Q ,Q0 = 0,0073 Gy / MU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.3. TRS 398 Pesawat Linac Elekta 6 MV

Worksheet for the determination of the absorbed dose to water


in a high-energy photon-beam
User: LAZ/TATY Date: 25/02/2017

1. Radiation treatment unit and reference conditions for D w,Q determination


Accelerator: Elekta Precise Treatment System
Nominal Acc Potential: 6 MV
Nominal dose rate: 500,0 MU min-1 Beam quality, Q (TPR 20,10 ) 0,680
Reference phantom: water Set up: SSD SAD
Reference field size: 10x10 cm x cm Reference distance: 100 cm
-2
Reference depth z ref : 10,0 g cm

2. Ionization chamber and electrometer


Ion. chamber model PTW 30006 / 30013 Serial No.: 2923
Chamber wall material: PMMA thickness: 0,057 g cm-2
Waterproof sleeve material: thickness: g cm-2
Phantom window material: thickness: g cm-2

Abs. dose-to-water calibration factor a


N D ,w ,Q0 = 0,0529 Gy/nC Gy/rdg

Calibration quality Q 0 : Co-60 photon beam Calibration depth: 5 g cm-2


If Q 0 is photons, give TPR 20,10 :

Reference conditions for calibration


P0: 101,3 kPa T 0: 20,0 °C Rel. humidity: 60 %

Polarizing potential V 1 : 400 V


Calibration polarity: +ve -ve corrected for polarity effect
User polarity: +ve -ve

Calibration laboratory: BATAN Date: 17-Okt-16


Electrometer model: Serial no.:
Calib. separately from chamber: yes no Range setting:
If yes Calibration laboratory: Date:

b
3. Dosimetry reading and correction for influence quantities
Uncorrected dosimeter reading at V 1 and user polarity: 25,33 nC rdg

Corresponding accelerator monitor units: 200 MU


Ratio of dosimeter reading and monitor units: M1 = 0,1267 nC/MU rdg/MU

(i) P: 1015,0 kPa T: 20,2 °C Rel. humidity: 49 %


( 273.2 + T ) P0
kT , P = = 0,100
( 273.2 + T0 ) P

(ii) Electrometer calibration factor k elec : nC/rdg dimensionless

d
(iii) Polarity correction rdg at +V 1 M+ = 25,33 rdg at -V 1 : M- = 25,35

M+ + M−
k pol = = 1,000
2M

(iv) Recombination correction (two-voltage method)


Polarizing voltages: V 1 (normal) = 400 V V 2 (reduced) = 100 V
Readings at each e V: M1 = 25,33 M2 = 25,21
Beam type: pulsed pulsed-scanned
Voltage ratio V 1 / V 2 = 4,0000 Ratio of read. M 1 / M 2 = 1,005
a0 = 1,0220 a1 = -0,3632 a2 = 0,3413
2
 M1   M1 
k s = a0 + a1 
M  + a2 
 M 
 = 1,002 f,g

 2   2 

Corrected dosimeter reading at the voltage V 1 :

M Q = M 1 kT P kelec k p o l k s = 1,2677E-02 nC / MU rdg / MU

4. Absorbed dose rate to water at the reference depth, z ref


Beam quality corr. factor for user quality Q : k Q ,Q0 = 0,9900
taken from Table 14 Other, specify:

Dw ,Q ( z ref ) = M Q N D ,w ,Q0 k Q ,Q0 = 6,6393E-04 Gy / MU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.4. TRS 398 Pesawat Linac Elekta 10 MV

Worksheet for the determination of the absorbed dose to water


in a high-energy photon-beam
User: RSUP Adam Malik Date: 25/02/2017

1. Radiation treatment unit and reference conditions for D w,Q determination


Accelerator: Elekta Precise Treatment System
Nominal Acc Potential: 10 MV
Nominal dose rate: 477,0 MU min-1 Beam quality, Q (TPR 20,10 ) 0,730
Reference phantom: water Set up: SSD SAD
Reference field size: 10x10 cm x cm Reference distance: 100 cm
-2
Reference depth z ref : 10,0 g cm

2. Ionization chamber and electrometer


Ion. chamber model PTW 30006 / 30013 Serial No.: 2923
Chamber wall material: PMMA thickness: 0,057 g cm-2
Waterproof sleeve material: thickness: g cm-2
Phantom window material: thickness: g cm-2

Abs. dose-to-water calibration factor a


N D ,w ,Q0 = 0,0529 Gy/nC Gy/rdg

Calibration quality Q 0 : Co-60 photon beam Calibration depth: 5 g cm-2


If Q 0 is photons, give TPR 20,10 :

Reference conditions for calibration


P0: 101,3 kPa T 0: 20,0 °C Rel. humidity: 60 %

Polarizing potential V 1 : 400 V


Calibration polarity: +ve -ve corrected for polarity effect
User polarity: +ve -ve

Calibration laboratory: BATAN Date: 17-Okt-16


Electrometer model: Serial no.:
Calib. separately from chamber: yes no Range setting:
If yes Calibration laboratory: Date:

b
3. Dosimetry reading and correction for influence quantities
Uncorrected dosimeter reading at V 1 and user polarity: 27,42 nC rdg

Corresponding accelerator monitor units: 200 MU


Ratio of dosimeter reading and monitor units: M1 = 0,1371 nC/MU rdg/MU

(i) P: 1015,0 kPa T: 20,2 °C Rel. humidity: 49 %


( 273.2 + T ) P0
kT , P = = 0,100
( 273.2 + T0 ) P

(ii) Electrometer calibration factor k elec : nC/rdg dimensionless

d
(iii) Polarity correction rdg at +V 1 M+ = 27,42 rdg at -V 1 : M- = 27,44

M+ + M−
k pol = = 1,000
2M

(iv) Recombination correction (two-voltage method)


Polarizing voltages: V 1 (normal) = 400 V V 2 (reduced) = 100 V
Readings at each e V: M1 = 27,42 M2 = 27,16
Beam type: pulsed pulsed-scanned
Voltage ratio V 1 / V 2 = 4,0000 Ratio of read. M 1 / M 2 = 1,010
a0 = 1,0220 a1 = -0,3632 a2 = 0,3413
2
 M1   M1 
k s = a0 + a1 
M  
 + a2  
 = 1,003 f,g

 2   M2 

Corrected dosimeter reading at the voltage V 1 :

M Q = M 1 kT P kelec k p o l k s = 1,3744E-02 nC / MU rdg / MU

4. Absorbed dose rate to water at the reference depth, z ref


Beam quality corr. factor for user quality Q : k Q ,Q0 = 0,9820
taken from Table 14 Other, specify:

Dw ,Q ( z ref ) = M Q N D ,w ,Q0 k Q ,Q0 = 7,1399E-04 Gy / MU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4. SERTIFIKAT KALIBRASI OUTPUT DAN DOSIMETER
SIEMENS DAN ELEKTA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 5. DATA MENTAH PENELITIAN

TABEL 5.1. DATA MENTAH PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) PHOTON


6 MV SIEMENS

Depth (mm) 10 x 10 (cm)


6 MV PDD (%)
400 13.30
397,9 13.45
395,9 13.51
393,9 13.73
391,8 13.80
389,9 14.01
387,8 14.11
385,9 14.25
383,8 14.46
381,8 14.58
379,9 14.70
377,8 14.89
375,8 15.01
373,8 15.16
371,8 15.36
369,8 15.50
367,8 15.67
365,8 15.89
363,9 15.98
361,8 16.18
359,9 16.34
357,9 16.50
355,9 16.76
353,9 16.93
351,9 17.08
349,9 17.28
347,9 17.40
345,9 17.62
343,9 17.76
341,9 18.00
339,9 18.16
337,9 18.39
335,9 18.56
333,8 18.73
331,9 18.99
329,9 19.15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


327,9 19.40
325,9 19.57
323,9 19.82
321,9 20.05
319,9 20.25
317,9 20.43
315,9 20.70
313,9 20.89
311,9 21.08
309,9 21.35
307,9 21.58
305,9 21.86
303,9 22.08
301,9 22.22
299,9 22.53
297,9 22.73
295,9 23.07
293,9 23.22
291,9 23.52
289,9 23.76
287,9 24.07
285,9 24.28
283,9 24.55
281,9 24.79
279,9 25.13
277,9 25.37
275,9 25.70
273,9 25.95
271,9 26.21
269,9 26.46
267,9 26.82
265,9 27.11
263,9 27.38
261,9 27.64
259,9 28.00
257,9 28.21
255,9 28.57
253,9 28.96
251,9 29.22
249,9 29.61
247,9 29.92
245,9 30.19
243,9 30.52
241,9 30.89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


239,9 31.24
237,9 31.51
235,9 31.91
233,9 32.20
231,9 32.62
229,9 32.94
227,9 33.34
225,9 33.68
223,9 34.12
221,9 34.49
220 34.73
217,9 35.18
215,9 35.67
213,9 36.03
211,9 36.36
209,9 36.74
207,9 37.23
205,9 37.65
203,9 38.00
201,9 38.47
199,9 38.92
197,9 39.32
195,9 39.80
194 40.18
191,9 40.61
189,9 41.06
187,9 41.59
185,9 41.99
183,9 42.51
181,9 43.01
179,9 43.44
177,9 43.94
175,9 44.39
173,9 44.84
171,9 45.41
169,9 45.77
167,9 46.41
165,9 46.90
163,9 47.52
161,9 47.97
159,9 48.47
157,9 49.18
156 49.59
153,9 50.14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


152 50.70
149,9 51.23
147,9 51.73
146 52.50
143,9 52.97
141,9 53.56
139,9 53.98
138 54.66
136 55.23
133,9 55.94
132 56.47
130 57.21
128 57.78
126 58.38
124 59.04
121,9 59.74
120 60.47
118 60.97
115,9 61.53
114 62.36
112 63.10
110 63.67
108 64.37
105,9 65.22
104 65.75
102 66.54
99,9 67.19
98 67.90
95,9 68.61
94 69.40
92 70.13
89,9 70.92
87,9 71.59
85,9 72.49
83,9 73.16
81,9 73.95
79,9 74.61
77,9 75.59
75,9 76.28
73,9 77.04
71,9 77.89
69,9 78.62
67,9 79.43
65,9 80.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63,9 81.03
61,9 81.95
59,8 82.72
57,9 83.52
55,8 84.40
53,9 85.23
51,9 85.93
49,9 87.00
47,8 87.83
45,8 88.64
43,8 89.61
41,8 90.35
39,8 91.10
37,8 91.85
35,8 92.87
33,8 93.75
31,8 94.64
29,8 95.37
27,8 96.15
25,8 97.04
23,7 97.90
21,7 98.64
19,7 99.28
17,8 99.78
15,8 100.10
13,8 99.75
11,7 98.92
9,7 96.59
7,8 92.50
5,7 84.67
3,7 72.38
1,7 54.99
-0,3 47.85
-0,5 47.07

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TABEL 5.2. DATA MENTAH PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD)
PHOTON 10 MV SIEMENS

Depth (mm) 10 x 10 (cm)


10 MV PDD (%)
400 18.93
397,8 19.20
395,8 19.26
393,8 19.49
391,8 19.65
389,8 19.77
387,8 20.08
385,8 20.24
383,8 20.35
381,8 20.59
379,8 20.86
377,8 20.93
375,8 20.99
373,9 21.21
371,8 21.58
369,8 21.74
367,8 21.81
365,8 22.13
363,8 22.26
361,8 22.66
359,9 22.75
357,8 22.97
355,9 23.04
353,9 23.43
351,9 23.53
349,9 23.64
348 23.90
345,9 24.25
343,9 24.39
341,9 24.62
339,9 24.80
337,9 25.22
335,9 25.36
333,9 25.60
331,9 25.75
329,9 26.06
327,8 26.15
325,9 26.42
323,9 26.78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


321,9 26.83
319,9 27.20
317,9 27.43
315,9 27.62
313,9 27.89
311,9 28.15
309,9 28.47
307,9 28.67
305,9 28.89
303,9 29.29
301,9 29.44
300 29.78
298 30.11
295,9 30.14
293,9 30.84
291,9 30.71
289,9 31.02
287,9 31.41
285,9 31.75
283,9 32.15
281,9 32.44
279,9 32.71
277,9 32.84
275,9 33.26
273,9 33.77
271,9 33.87
269,9 34.00
267,9 34.24
265,9 34.80
263,9 35.05
261,9 35.35
259,9 35.80
257,9 35.93
255,9 36.57
254 36.79
251, 9 37.11
249,9 37.64
247,9 37.68
245,9 38.16
243,9 38.36
241,9 38.75
240 39.21
237,9 39.48
235,9 39.97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


233,9 40.33
231,9 40.90
229,9 40.98
228 41.44
225,9 41.77
223,9 41.84
222 42.56
219,9 42.95
218 43.21
216 43.68
213,9 44.10
211,9 44.54
209,9 44.95
207,9 45.38
205,9 45.90
204 46.21
202 46.70
199,9 47.09
197,9 47.60
195,9 47.93
194 48.16
192 48.67
190 49.18
187,9 49.61
185,9 50.12
183,9 50.65
181,9 51.47
179,9 51.65
177,9 52.32
176 52.28
173,9 52.91
172 53.53
170 54.06
167,9 54.43
165,9 55.20
164 55.64
162 55.86
159,9 56.67
158 57.32
156 57.66
153,9 57.85
152 58.95
150 59.13
147,9 59.69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


145,9 60.36
143,9 60.92
141,9 61.46
140 62.18
138 62.71
135,9 63.01
133,9 63.82
132 64.77
129,9 64.68
128 65.71
126 66.10
123,9 66.58
122 67.27
120 67.81
117,9 68.48
116 69.42
114 69.82
112 70.38
110 70.91
108 71.59
105,9 72.05
104 72.64
102 73.43
99,9 73,5
98 74.53
96 75.41
94 76.21
92 76.98
90 78.11
87,9 79.13
85,9 80.05
84 80.18
81,9 80.93
79,9 82.07
77,9 82.77
75,9 83.12
73,9 84.38
71,9 84.62
69,9 85.59
67,9 86.36
65,9 86.77
63,9 88.13
61,9 89.41
59,9 88.90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57,9 89.95
55,9 90.52
53,9 91.06
51,9 92.17
49,9 92.98
47,9 93.22
45,9 94.56
43,8 95.67
41,8 96.27
39,8 97.47
37,8 97.07
35,8 98.42
33,8 98.26
31,8 99.30
29,8 99.96
27,8 100.33
25,8 100.90
23,8 100.91
21,7 100.50
19,8 100.24
17,7 98.87
15,8 97.22
13,8 94.92
11,8 91.47
9,8 85.98
7,7 77.74
5,7 68.11
3,7 53.91
1,7 38.50
-0,3 32.84
-0,5 32.12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TABEL 5.3. DATA MENTAH PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD)
PHOTON 6 MV ELEKTA

Depth (mm) 10 x 10 (cm)


6 MV PDD (%)
400 13.30
397,9 13.45
395,9 13.51
393,9 13.73
391,8 13.80
389,9 14.01
387,8 14.11
385,9 14.25
383,8 14.46
381,8 14.58
379,9 14.70
377,8 14.89
375,8 15.01
373,8 15.16
371,8 15.36
369,8 15.50
367,8 15.67
365,8 15.89
363,9 15.98
361,8 16.18
359,9 16.34
357,9 16.50
355,9 16.76
353,9 16.93
351,9 17.08
349,9 17.28
347,9 17.40
345,9 17.62
343,9 17.76
341,9 18.00
339,9 18.16
337,9 18.39
335,9 18.56
333,8 18.73
331,9 18.99
329,9 19.15
327,9 19.40
325,9 19.57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


323,9 19.82
321,9 20.05
319,9 20.25
317,9 20.43
315,9 20.70
313,9 20.89
311,9 21.08
309,9 21.35
307,9 21.58
305,9 21.86
303,9 22.08
301,9 22.22
299,9 22.53
297,9 22.73
295,9 23.07
293,9 23.22
291,9 23.52
289,9 23.76
287,9 24.07
285,9 24.28
283,9 24.55
281,9 24.79
279,9 25.13
277,9 25.37
275,9 25.70
273,9 25.95
271,9 26.21
269,9 26.46
267,9 26.82
265,9 27.11
263,9 27.38
261,9 27.64
259,9 28.00
257,9 28.21
255,9 28.57
253,9 28.96
251,9 29.22
249,9 29.61
247,9 29.92
245,9 30.19
243,9 30.52
241,9 30.89
239,9 31.24
237,9 31.51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


235,9 31.91
233,9 32.20
231,9 32.62
229,9 32.94
227,9 33.34
225,9 33.68
223,9 34.12
221,9 34.49
220 34.73
217,9 35.18
215,9 35.67
213,9 36.03
211,9 36.36
209,9 36.74
207,9 37.23
205,9 37.65
203,9 38.00
201,9 38.47
199,9 38.92
197,9 39.32
195,9 39.80
194 40.18
191,9 40.61
189,9 41.06
187,9 41.59
185,9 41.99
183,9 42.51
181,9 43.01
179,9 43.44
177,9 43.94
175,9 44.39
173,9 44.84
171,9 45.41
169,9 45.77
167,9 46.41
165,9 46.90
163,9 47.52
161,9 47.97
159,9 48.47
157,9 49.18
156 49.59
153,9 50.14
152 50.70
149,9 51.23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


147,9 51.73
146 52.50
143,9 52.97
141,9 53.56
139,9 53.98
138 54.66
136 55.23
133,9 55.94
132 56.47
130 57.21
128 57.78
126 58.38
124 59.04
121,9 59.74
120 60.47
118 60.97
115,9 61.53
114 62.36
112 63.10
110 63.67
108 64.37
105,9 65.22
104 65.75
102 66.54
99,9 67.19
98 67.90
95,9 68.61
94 69.40
92 70.13
89,9 70.92
87,9 71.59
85,9 72.49
83,9 73.16
81,9 73.95
79,9 74.61
77,9 75.59
75,9 76.28
73,9 77.04
71,9 77.89
69,9 78.62
67,9 79.43
65,9 80.29
63,9 81.03
61,9 81.95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59,8 82.72
57,9 83.52
55,8 84.40
53,9 85.23
51,9 85.93
49,9 87.00
47,8 87.83
45,8 88.64
43,8 89.61
41,8 90.35
39,8 91.10
37,8 91.85
35,8 92.87
33,8 93.75
31,8 94.64
29,8 95.37
27,8 96.15
25,8 97.04
23,7 97.90
21,7 98.64
19,7 99.28
17,8 99.78
15,8 100.10
13,8 99.75
11,7 98.92
9,7 96.59
7,8 92.50
5,7 84.67
3,7 72.38
1,7 54.99
-0,3 47.85
-0,5 47.07

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TABEL 5.4. DATA MENTAH PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) PHOTON
10 MV ELEKTA

Depth (mm) 10 x 10 (cm)


10 MV PDD (%)
400 18.93
397,8 19.20
395,8 19.26
393,8 19.49
391,8 19.65
389,8 19.77
387,8 20.08
385,8 20.24
383,8 20.35
381,8 20.59
379,8 20.86
377,8 20.93
375,8 20.99
373,9 21.21
371,8 21.58
369,8 21.74
367,8 21.81
365,8 22.13
363,8 22.26
361,8 22.66
359,9 22.75
357,8 22.97
355,9 23.04
353,9 23.43
351,9 23.53
349,9 23.64
348 23.90
345,9 24.25
343,9 24.39
341,9 24.62
339,9 24.80
337,9 25.22
335,9 25.36
333,9 25.60
331,9 25.75
329,9 26.06
327,8 26.15
325,9 26.42
323,9 26.78
321,9 26.83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


319,9 27.20
317,9 27.43
315,9 27.62
313,9 27.89
311,9 28.15
309,9 28.47
307,9 28.67
305,9 28.89
303,9 29.29
301,9 29.44
300 29.78
298 30.11
295,9 30.14
293,9 30.84
291,9 30.71
289,9 31.02
287,9 31.41
285,9 31.75
283,9 32.15
281,9 32.44
279,9 32.71
277,9 32.84
275,9 33.26
273,9 33.77
271,9 33.87
269,9 34.00
267,9 34.24
265,9 34.80
263,9 35.05
261,9 35.35
259,9 35.80
257,9 35.93
255,9 36.57
254 36.79
251,9 37.11
249,9 37.64
247,9 37.68
245,9 38.16
243,9 38.36
241,9 38.75
240 39.21
237,9 39.48
235,9 39.97
233,9 40.33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


231,9 40.90
229,9 40.98
228 41.44
225,9 41.77
223,9 41.84
222 42.56
219,9 42.95
218 43.21
216 43.68
213,9 44.10
211,9 44.54
209,9 44.95
207,9 45.38
205,9 45.90
204 46.21
202 46.70
199,9 47.09
197,9 47.60
195,9 47.93
194 48.16
192 48.67
190 49.18
187,9 49.61
185,9 50.12
183,9 50.65
181,9 51.47
179,9 51.65
177,9 52.32
176 52.28
173,9 52.91
172 53.53
170 54.06
167,9 54.43
165,9 55.20
164 55.64
162 55.86
159,9 56.67
158 57.32
156 57.66
153,9 57.85
152 58.95
150 59.13
147,9 59.69
145,9 60.36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


143,9 60.92
141,9 61.46
140 62.18
138 62.71
135,9 63.01
133,9 63.82
132 64.77
129,9 64.68
128 65.71
126 66.10
123,9 66.58
122 67.27
120 67.81
117,9 68.48
116 69.42
114 69.82
112 70.38
110 70.91
108 71.59
105,9 72.05
104 72.64
102 73.43
99,9 73,5
98 74.53
96 75.41
94 76.21
92 76.98
90 78.11
87,9 79.13
85,9 80.05
84 80.18
81,9 80.93
79,9 82.07
77,9 82.77
75,9 83.12
73,9 84.38
71,9 84.62
69,9 85.59
67,9 86.36
65,9 86.77
63,9 88.13
61,9 89.41
59,9 88.90
57,9 89.95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55,9 90.52
53,9 91.06
51,9 92.17
49,9 92.98
47,9 93.22
45,9 94.56
43,8 95.67
41,8 96.27
39,8 97.47
37,8 97.07
35,8 98.42
33,8 98.26
31,8 99.30
29,8 99.96
27,8 100.33
25,8 100.90
23,8 100.91
21,7 100.50
19,8 100.24
17,7 98.87
15,8 97.22
13,8 94.92
11,8 91.47
9,8 85.98
7,7 77.74
5,7 68.11
3,7 53.91
1,7 38.50
-0,3 32.84
-0,5 32.12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 6. DATA PENELITIAN

Tabel 6.1 Data hasil penelitian PDD dan TPR 6 MV Siemens

PDD (%) 6 TPR 6 MV Siemens


Depth MV D10 D20
(mm) No. Seri (%) (%) D20/D10 TPR20,10
Siemens
Siemens 67,19 38,92 0,57 0,66
0 47,85
15 100
30 95,37
45 88,64
60 82,72
75 76,28
90 70,92
115 65,22
130 57,21
145 52,97
160 48,47
175 44,39
190 41,06
205 37,65
220 34,73
235 31,91
250 29,61

Tabel 6.2 Data hasil penelitian PDD dan TPR 10 MV Siemens


PDD (%) 10
Depth MV
(mm)
Siemens TPR 10 MV Siemens
D10 D20
0
32,84 No. Seri (%) (%) D20/D10 TPR20,10
20 100,24 Siemens 73,5 47,09 0,64 0,75
40 97,47
60 88,9
80 82,07
100 73,5
120 67,81
140 62,18
160 56,67
180 51,65
200 47,09
220 42,95
250 37,64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.3 Data hasil penelitian PDD dan TPR 6 MV Elekta
PDD (%) 6
Depth MV TPR 6 MV ELEKTA
(mm) No. D10 D20
Elekta
Seri (%) (%) D20/D10 TPR20,10
0 47,85
Elekta 68,04 39,76 0,58 0,67
16 100
30 95,37
45 88,64
60 82,72
75 76,28
90 70,92
105 65,22
120 60,47
135 55,94
150 51,23
165 46,9
180 43,44
195 39,8
210 36,74
225 33,68
240 31,24
250 29,61

Tabel 6.4 Data hasil penelitian PDD dan TPR 10 MV Elekta

PDD (%) 10 TPR 10 MV ELEKTA


Depth MV
(mm) No. D10 D20
Elekta Seri (%) (%) D20/D10 TPR20,10
0 40,64 Elekta 73,27 45,94 0,62 0,73
20 99,36
40 95,35
60 87,57
80 80,15
100 73,27
120 66,83
140 60,84
160 55,45
180 50,55
200 45,94
220 41,83
250 36,44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.5 Data hasil penelitian PDD Siemens dan Elekta 6 MV
PDD (%) 6 PDD (%) 6
Depth MV MV
(mm)
Siemens Elekta
0 47,85 47,85
15 100
16 100
30 95,37 95,37
45 88,64 88,64
60 82,72 82,72
75 76,28 76,28
90 70,92 70,92
115 65,22 65,22
130 57,21 60,47
145 52,97 55,94
160 48,47 51,23
175 44,39 46,9
190 41,06 43,44
205 37,65 39,8
220 34,73 36,74
235 31,91 33,68
250 29,61 31,24

Tabel 6.6 Data hasil penelitian PDD Siemens dan Elekta 10 MV


PDD (%) 10 PDD (%) 10
Depth MV MV
(mm)
Siemens Elekta
0 32,84 47,85
20 100
21 100
40 96,47 95,37
60 88,9 88,64
80 82,07 82,72
100 73,5 76,28
120 67,81 70,92
140 62,18 65,22
160 56,67 60,47
180 51,65 55,94
200 47,09 51,23
220 42,95 46,9
250 39,21 43,44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 7 PERHITUNGAN TPR

LAMPIRAN 7.1 PERHITUNGAN TPR 6 MV SIEMENS


Rumus TRS 2.13 (IAEA 2000) yaitu
* TOR 20,10 = 1,2661PDD 2010 , - 0,0596
 PDD 20 
= 1,2661  - 0.0596
 PDD10 
 0,38 
= 1,2661  - 0.0596
 0,67 
= 1,2661(0,57 ) − 0.0595
= 0,72 − 0.0595
= 0,66 %

LAMPIRAN 7.2 PERHITUNGAN TPR 6 MV ELEKTA


Rumus TRS 398 yaitu

*TPR 20,10 = 1,2661PDD 2010 , - 0,0596


 39,76 
= 1,2661  − 0.0595
 68,04 
= 1,2661(0,58) − 0.0595
= 0,7343 − 0.0595
= 0,67 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 7.3 PERHITUNGAN TPR 10 MV SIEMENS
Rumus TRS 398 yaitu

*TPR 20,10 = 1,2661PDD 2010 , - 0,0596


 47,09 
= 1,2661  − 0.0595
 73,5 
= 1,2661(0,6409 ) − 0.0595
= 0,8114 − 0.0595
= 0,75 %

LAMPIRAN 7.4 PERHITUNGAN TPR 6 MV ELEKTA

Rumus TRS 398 yaitu

*TPR 20,10 = 1,2661PDD 2010 , - 0,0596


 45,94 
= 1,2661  − 0.0595
 73,27 
= 1,2661(0,62 ) − 0.0595
= 0,7849 − 0.0595
= 0,73 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai