Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA CERVIKS

Tugas Mata Kuliah Maternitas II


Ibu Ns. Lilla Maria, M. Kep

Disusun Oleh :
WAHYU PUJI ASTUTIK
NIM. 2014314201038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Ca Cerviks”.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Lilla Maria, M. Kep . selaku Dosen
Pengampu pada Mata Kuliah Maternitas II yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini khususnya tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca
Cerviks” ini dengan tepat waktu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan- kebaikan semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam pembuatan makalah
ini.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari dan mengakui, bahwa isi
dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya,
institusi pendidikan, dan para pembaca pada umumnya.

Malang, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------1
1.2 Rumusan Masalah-------------------------------------------------------------------1
1.3 Tujuan Penulisan--------------------------------------------------------------------1
1.3.1 Tujuan Umum-------------------------------------------------------------1
1.3.2 Tujuan Khusus-------------------------------------------------------------2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biografi Dorothea E. Orem--------------------------------------------------------3
2.2 Definisi Keperawatan---------------------------------------------------------------3
2.3 Keyakinan Dan Nilai Nilai---------------------------------------------------------4
2.3.1 Individu/Klien------------------------------------------------------------4
2.3.2 Sehat-----------------------------------------------------------------------4
2.3.3 Lingkungan---------------------------------------------------------------4
2.3.4 Keperawatan--------------------------------------------------------------5
2.4 Konsep Utama-----------------------------------------------------------------------5
2.4.1 Universal Self – Care Requisites---------------------------------------5
2.4.2 Developmental self-care requisites------------------------------------5
2.4.3 Health deviation self-care requisites-----------------------------------6
2.4.4 Therapeutic self-care demand------------------------------------------6
2.4.5 Self Care Agency--------------------------------------------------------7
2.4.6 Agent----------------------------------------------------------------------7
2.5 Asumsi Dasar------------------------------------------------------------------------8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------14
3.2 Saran---------------------------------------------------------------------------------14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi
data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010.
Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada
tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke- 7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki
urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun
2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan
RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per
100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari penderitanya
dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor pembiayaan
kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya penanganan kanker
serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan
oleh setiap pihak yang terlibat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian kanker serviks?
2. Apa saja stadium kanker serviks?
3. Apa klasifikasi dari kanker serviks?
4. Apa etiologi dari kanker serviks?
5. Bagaimana patofisiologi kanker serviks?
6. Bagaimana WOC dari kanker serviks?
7. Apa saja manifestasi klinis kanker serviks?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kanker serviks?
9. Apa saja penatalaksanaan dari kanker serviks?
10. Apa saja pencengahan dari kanker serviks?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kanker serviks?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kanker serviks?
2. Untuk mengetahui apa saja stadium kanker serviks?
3. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari kanker serviks?
4. Untuk mengetahui apa etiologi dari kanker serviks?
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi kanker serviks?
6. Untuk mengetahui bagaimana WOC dari kanker serviks?
7. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis kanker serviks?
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari kanker serviks?
9. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan dari kanker serviks?
10. Untuk mengetahui apa saja pencengahan dari kanker serviks?
11. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien kanker serviks?

1.4 Manfaat
1. Bagi masyarakat umum
Memberikan informasi pada masyarakat umum tentang kanker serviks
2. Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang didapat dalam
perkuliahan dan lebih waspada dini mengenai penyakit kanker serviks.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kepustaakaan tentang asuhan keperawatan mengenai kanker
serviks
4. Bagi lahan praktek
Memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk mempertahankan dan
menguatkan serta meningkatkan asuhan keperawatan secara profesional agar
terhindar dari komplikasi yang mungkin timbul.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kanker Serviks


Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks,
sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya dan merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks. (Sukaca,2009)
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks, kanker
serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim dan dari sel-sel mulut rahim atau
keduanya. (Suheimi,2010)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
meruak jaringan normal di sekitarnya. (sofian, 2012)
Kanker serviks adalah penyakit ganas pada serviks uterus yang disebabkan
oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi terutama
HPV 16 dan HPV18 serta filogeniknya (Himpunan Obstetri Ginekologi Indonesia,
2013)

2.2 Stadium
Stadium kanker ( FIGO 2000 )
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepithelial
Stadium 1 Karsinoma masih terbatas diserviks ( penyebaran
kekorpus uteri diabaikan )
Stadium 1A Invansi kanker ke stroma hanya dapat didagnosis secara
mikroskopik. lesi yang dapat dilihat secara
makroskopik walau dengan invasi yang superficial
dikelompokkan pada stadium 1B
Stadium I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm
da lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm
Stadium I A2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5
mm dan perluasan horizontal tidak lebih 7 mm
Stadium 1B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara
mikroskopik lesi lebih luas stadium I A2
Stadium I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4cm dari dimensi
terbesar
Stadium I B2 Lesi tampak lebih dari 4 cm diameter terbesar
Stadium 2 Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi belum
mengenai dinding panggul atau sepertiga distal / bawah
vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Stadium 3 Tumor telah meluas ke dinding panggual dan mengenai
sepertiga bawah vagina dan menyebabkan hidronefrosis
atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium III A Tumor telah meluas kesepertiga bawah vagina dan tidak
invasi parinterium tidak sampai ke dinding panggul
Stadium III B Tumor telah meluas ke dinding pangul dan
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya
ginjal
Stadium 4 Tumor meluas keluar dari organ reproduksi
Stadium IV A Tumor menginvasi kemukosa kandung kemih atau
rectum dan keluar dari rongga panggul minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif : invasi stroma
dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membrae
basalis epitel tanpa invasi kerongga pembuluh limfe /
darah atau melekat dengan lesi kanker serviks

2.3 Klasifikasi
A. Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapian
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
3. Stadium karsinoma mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membran basalis, biasanya
tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma seviks pertumbuhan
eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi
setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik,
biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progresif meluas ke forniks,
posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan
nodul, biasanya dijumpaimpada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus
B. Makroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengurusan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya sepetri
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudal berdarah

2.4 Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
b) Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma
serviks.
c) Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d) Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
e) Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongansosil ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f) Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g) Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
h) HPV
HPV (Human Popiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak sebagai
tambahan perikok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. wanita
perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin did alam serviks mereka
yang merusak sel. laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada
bahan secret genitalnya dan dapat memenuhi serviks selama intercourse.
Definisi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan serviks dispalasia.
National Cencer Institute mengkomendasikan bahwa wanita sebaiknya
mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda
tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan
antioksida seperti vitamin E atau karoten setiap hari.

2.5 Patofisiologi
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastic terjadi
pada seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia
serviks intraepithelial (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I
ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker
serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata tetapi gejala ini
hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedangkan unuk tahap awal tidak.
CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar
dan mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara
pemeriksaan panggul rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan.
Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk memperoleh
jaringan guna pemeriksaan sitologik. Sedang alat biopsy yang digunakan dalam
biopsy kolposkop fungsinya mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil
sample, biopsy kerucut juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan
histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invasive
dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena. Vagina
ligamentum kardinale. Endomestrium penanganan yang dapat dilaksanankan yaitu
radioterapi atau histerektum radiaki dengan mengangkat uterus atau ovarium jika
terkena kelenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi (Price, Sylvia a, 2006).
2.6 WOC
Berhubungan seks diusia dini, merokok, hygine
seks yang kurang, virus HPV

Proses metaplasia

Dysplasia serviks

CA Serviks

Tahapan lanjut Terapi

vaskularasi Menembus sel epitel Merusak struktur


jaringan jaringan serviks
Struma serviks
Peradangan
Rektum Vagina
endo dan Meluas ke jaringan
eksoserviks
Fisula rektum Infiltrasi ke uretra

Gangguan Pembuluh limfe


konsep diri dan vena Infiltrasi Gangguan
ke saraf eliminasi
Dinding pembuluh
BAK
terdesak Gangguan
rasa
Perdarahan spontan nyaman /
nyeri
Defisit vol.
cairan

Pembedahan Non pembedahan

Aktifitas
Radiasi Kemotherapi
fisik
terbatas
Rusaknya
jaringan
Mempercepat
Intoleransi
pertumbuhan sel normal
aktifitas
Gangguan
Kulit Memperpendek usia
integritas
keringkulit akar rambut

Alopecia

Gangguan citra tubuh

2.7 Manifestasi Klinis


Tanda tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan
tetapi dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti : ( Sarwono, 2011 )
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang terjadi diluar senggama ( tingkat i dan ii )
3. Perdarahan yang dialami setelah senggama ( 75-80% )
4. Perdarahan spontan saat defekasi
5. Perdarahan pervaginam
Pada tahap lanjut keluhan berupa : ( Sarwono, 2011)
1. Cairan pervaginam berbau busuk
2. Nyeri panggul
3. Nyeri pinggang dan pinggul
4. Sering berkemih
5. Buang air kecil atau buang air besar yang sakit
6. Gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan
obstuksi ureter)
7. Anemi akibat perdarahan berulang
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

2.8 Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada
pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada
sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai
dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga
tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90%
kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal,
akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai
lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya
menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama
3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka
pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali.
B. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar
mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA HPV yang negatif
mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi
pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena
prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada
usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini
meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun
infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi
nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV
yang positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang
persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua
maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
C. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch
biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang
ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal.
Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau
hanya tumor saja. (Prayetni, 1997).
D. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear,
karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis
dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni, 1997).
E. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung
kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada
glikogen (Prayetni, 1997).
F. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi
kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena
(IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional
(Gale & charette, 1999).

2.9 Penalataksanaan
A. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil
lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah
satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan
yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan
yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu
tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks
(total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium
klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum
menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang
berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum
(resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.
B. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan
dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan
kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya
atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar
seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis
kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker
sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang
diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk
mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi
eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu
dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal
yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke
dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita
dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan
vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi
(Gale & Charette, 2000).
C. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi
diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama
walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase
akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas
hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum
memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada
kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin
Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain (Prayetni, 1997).

2.10 Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004) :
A. Menghindari berbagai faktor risiko yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan
akan terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
B. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak
perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut
petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini
kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan
biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk
melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan
seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap
berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali
setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik
pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan
teknologi Hybrid Capture II System (HCII).
C. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom,
karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
D. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan
yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak
mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan
kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin
banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin
kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim.
E. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe
16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan
cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki
sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini
juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11
yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini
baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26
tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali
dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks
bisa menurun hingga 75%.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

3.1 Pengkajian
Ny. A datang ke rumah sakit dengan perdarahan, sebelumnya Ny. A diketahui
sering ganti-ganti pasangan. Tanggal 11 Maret 2021, jam 11.00 WIB, di B3
Ginecology – RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, diperoleh data sebagai berikut:

1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat : Singosari-Malang
Tanggal Masuk : 11 Maret 2021
Diagnosa Medis : Ca Serviks Stadium III B
Register : 105667717
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Singosari-Malang
Hub dg px : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat dikaji pasien mengatakan nyeri.
b. Riwayat kesehatan Sekarang
Mulai tanggal 11 Maret 2021, pasien dirawat di RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang dengan diagnosis medis Ca. Serviks stadium III B di ruang B3
Ginecology. Dengan pengobatan terapi radiasi 25 kali dan kemoterapi 5
kali. Sampai pengkajian klien sudah mendapat kemoterapi ke-5 dan
radiasi ke-22. Saat dikaji pasien mengatakan masih keputihan dan
terkadang perdarahan.
c. Riwayat Ksehatan Dahulu
Pasien mengatakan bulan oktober 2020, mengalami perdarahan
mrongkol-mrongkol 7 hari, perdarahan terjadi setelah melakukan
hubungan suami istri. Pasien juga mengatakan pernah keputihan 1
minggu sebelum perdarahan. oleh karena perdarahan tersebut pasien
dirawat di RSUD Lawang dengan diagnos Ca Servic stadium III B.
Sebelum di rujuk ke RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Pasien mendapat
terapi Asam Mefenamat dan vitamin penambahan darah, dikatakan
pasien seingatnya.
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
sama.
e. Riwayat Ginekologi
1) Karakteristik mentruasi : warna merah, encer
2) Menarche : diusia 12 tahun
3) Perdarahan tengah siklus : px mengatakan pernah perdarahan
tengah
siklus
4) Kontrasepsi : px mengatakan tidak menggunakan
kontrasepsi
5) Penyakit Menular seksual : px mengatakan tidak mempunyai riwayat
tersebut.
f. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan
Pasien mengatakan Pasien hamil pertama pada umur 20 tahun.
Pasien memiliki anak 3 orang. Pasien selama hamil mengalami
siklus yang normal.
2) Riwayat persalinan
Pasien mengatakan melahirkan secara normal dan tidak pernah
mengalami keguguran. Persalin ditolong oleh dukun kampung.
3) Riwayat nifas dan menyusui
Pasien mengatakan masa nifas selama 2 minggu. Menyusui selama 2
Tahun
g. Data Keluarga Berencana
1) Pernah ikut KB/tidak
Pasien mengatakan tidak pernah ikut karna susah untuk hamil.

3. Data Psikologis
Pasien mengatakan tidak cemas dan pasien mengatakan ingin pulang ke
rumah yang di kampung

4. Data Spritual
Pasien mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji. Pasien
tampak melakukan ibadah

5. Data Sosial Ekonomi


Pasien mengatakan berobat menggunakan BPJS

6. Aktivitas Sehari-hari sebelum sakit dan perbandingan dengan selama di


rawat
a) Dapat menolong diri sendiri
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas secara
mandiri. Selama di rawat di rumah sakit pasien tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri.

b) Ditolong dengan bantuan minimum


Pasien mengatakan selama di rawat di rumah sakit di bantu oleh
anaknya untuk menolong aktivitas seperti makan, minum, bantu untuk
berdiri dan duduk serta membantu ke kamar mandi.
c) Ditolong dengan bantuan maksimum
Pasien tidak dibantu dengan bantuan maksimum
d) Nafsu makan
Sehat : pasien mengatakan nafsu makan seperti biasa, porsi makan
habis.
Sakit : pasien mengatakan selama di rawat nafsu makan menurun
karena efek samping dari kemoterapi dan mulut terasa kebas
e) Makan / minum
Sehat :
 Makan : 3 kali sehari (nasi+lauk pauk+sayuran), porsi makan
habis
 Minum : 6-7 kali sehari ( minum air putih )
Sakit :
 Makan : 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran + buah-
buahan)
 Minum : 6-7 kali sehari ( minum air putih )
f) Istirahat dan pola tidur
Sehat :
 Siang : 2-3 jam sehari ( nyenyak )
 Malam : 7-8 jam sehari ( nyenyak )
Sakit :
 Siang : 2-3 jam sehari ( nyenyak )
 Malam : 7-8 jam sehari ( yenyak )
g) Personal hygiene
 Sehat : mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
 Sakit : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
h) Eliminasi (BAB dan BAK)
Sehat :
 BAK : 4-6 kali sehari, warna bening, bau khas
 BAB : 1 kali sehari
Sakit :
 BAK : 4-6 kali sehari
 BAB : 1 kali sehari
 Keluhan : tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tekanan Darah : 100/80 mmHG
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 360C
Berat Badan : 49,5 kg
Tinggi Badan : 152 cm
b. Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Bentuk mesocepal
Rambut : Warna hitam, ikal, mudah rontok
Mata : Konjungtiva tanemis
Hidung : Simetris, tidak ada sputum
Telinga : Simetris, ada serumen
Mulut : Bibir kering, tidak ada siansis, mukosa bibir kering
Leher : Tidak ada pembesaran tiriod dan tidak ada
pembesaran getah bening.
Dada
I : Simetris
Pa : vocal fremtus simetri kanan dan kiri
Pc : Sonor seluruh lapang paru
Aus : Vesikuler
Cardiac
I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba
Pc : pekak
Aus : tidak ada bising
Abdomen
I : Datar, ada gambar untuk radioterapi
Aus : bising usus 5-15x/ detik
Pc : Tympani
Pa : tidak ada nyeri tekan
Gentitalia : Ada lesi bekas di garuk dibagian monsfeneris, tidak
terpasang kateter, PPV (perdarahan tidak normal
yang biasanya normalnya 3-5 hari tetapi pasien
tersebut mengalami perdarahan lebih dari 7 hari)
dan masih mengeluarkan cairan seperti nanah yang
berbau busuk (lokea kuru lenta) serta mengalami
keputihan dengan jumlah yang banyak
menimbulkan warna seperti kekuningan hingga
keabu-abu dan berbau.
Anus : ada lesi di lipatan bokong
Ekstermitas : tidak terpasang infus
Kulit : Turgor kulit kembali > 3 detik

4. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laborat
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hemoglobin 9,0 g/dL 12-16
3
Leukosit 3.280 5.000-10000
11 Maret 2021
Trombosit 442.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 28 % 37-43
Hemoglobin 13,0 g/dL 12-16
3
13 Maret 2021 Leukosit 3.190 5.000-10000
Trombosit 306.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 38 % 37-43

5. Terapi
a) Metoclorpramid 3 x 1 tablet
b) SF/ BC / C 2 x 1 tablet
c) Vitamin A 1 x 50.000 unit
d) Antasid syirup 3 x 1 sendok maka
3.2 Analisa Data
Nama : Ny. A
No. Reg : 105667717
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds : Merusak struktur Gangguan rasa
Pasien mengeluh tidak jaringan serviks nyaman karena nyeri
nyaman karena
merasakan nyeri
Rektum
Do :
- Pasien terlihat
Fisula rektum
merintih kesakitan
- Pasien tampak
gelisah Infiltrasi ke
saraf
- TD: 100/80 mmHG
- Nadi: 88 x/menit
- RR: 20 x/menit
- Suhu: 360C
- P : Kerusakan yang
ditimbulkan pada
jaringan dekat
kanker
- Q : Seperti tertusuk
tusuk
- R : Di perut bagian
bawah atau
panggul
- S : Skala 7
- T : Setiap saat dan
terus menerus.
2 Ds : Devisit vol cairan
Menembus sel epitel
Pasien mengatakan
perdarahan di tengah
Struma serviks
siklus, dan merasa lemas
Do :
Meluas ke jaringan
- Pasien terlihat
lemas
- Mukosa bibir Pembuluh limfe
dan vena
kering
- Turgor kulit lebih
dari 3 dtk Dinding pembuluh
terdesak
- Conjungtiva anemis

Perdarahan spontan

3 Ds : Gangguan eliminasi
Merusak struktur
Pasien mengatakan jaringan serviks urine
sering buang air kecil
Pasien mengatakan
anyang anyangan dan Vagina
tekadang nyeri saat
buang air kecil
Do : Infiltrasi ke uretra
- Distensi kandung
kemih pasien
meningkat
- volume residu urin
meningkat
- berkemih tidak
tuntas
- kandung kemih
teraba keras
4 Ds : Kemoterapi Gangguan citra tubuh
Pasien mengatakan
sedih karena rambutnya Mempercepat
rontok banyak dan pertumbuhan sel
hampir botak. normal
Do:
- Rambut rontok Memperpendek usia
banyak setelah akar rambut
terkena kemoterapi
sebanyak 5 kali. Alopecia

3.3 Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri akut
2. Devisit volume cairan b.d perdarahan spontan
3. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi mekanik
4. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan terapi penyakit
3.4 Intervensi

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : Merasa kurang nyaman Pasien membaik dengan kriteria hasil : kecemasan)
senang, lega, dan  Mampu mengontrol kecemasan  Gunakan pendekatan yang
sempurna dalam dimensi  Status lingkungan yang nyaman menenangkan
fisik, psikospiritual,  Mengontrol nyeri  Nyatakan dengan jelas harapan
lingkungan, dan social.  Kualitas tidur dan istirahat adekuat terhadap pelaku pasien
 Agresi pengendalian diri  Jelaskan semua prosedur dan apa
Batasan Karakteristik :  Respon terhadap pengobatan yang dirasakan selama prosedur
 Ansietas  Control gejala  Pahami prespektif pasien terhadap
 Menangis  Status kenyamanan meningkat situasi stres
 Ganguan pola  Dapat mengontrol ketakutan  Temani pasien untuk memberikan
tidur  Support social keamanan dan mengurangi takut
 Takut  Keinginan untuk hidup  Dorong keluarga untuk menemani
 Ketidakmampuan anak
untuk rileks  Lakukan back/neck rub
 Iritabilitas  Dengarkan dengan penuh perhatian
 Merintih  Identifikasi tingkat kecemasan
 Melaporkan  Bantu pasien mengenal situasi yang
merasa dingin menimbulkan kecemasan
 Melaporkan  Dorong pasien untuk mengungkapkan
merasa panas perasaan, ketakutan, persepsi
 Melaporkan  Instruksikan pasien menggunakan
perasaan tidak teknik relaksasi
nyaman  Berikan obat untuk mengurangi
 Melaporkan gejala kecemasan
distress Environment Management Confort
 Melaporkan rasa Pain Management
lapar
 Melaporkan rasa
gatal
 Melaporkan
kurang puas dengan
keadaan
 Melaporkan
kurang senang
dengan situasi
tersebut
 Gelisah
 Berkeluh kesah

Faktor Yang
Berhubungan:
 Gejala terkait
penyakit
 Sumber yang
tidak adekuat
 Kurang
pengendalian
Iingkungan
 Kurang privasi
 Kurang kontrol
situasional
 Stimulasi
lingkungan yang
mengganggu
 Efek samping
terkait terapi
(mis.medikasi,
radiasi)

2 Defisit Volume Cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, status cairan a. Fluid manajemen
berhubungan dengan Pasien baik dengan kriteria hasil : 1. Monitor status dehidrasi (kelembapan
perdarahan spontan a. Keseimbangan Cairan membrane mukosa)
Indicator : 2. Monitor vital sign
1. Tekanan darah dipertahankan pada skala 4 3. Memelihara IV line
ditingkatkan ke skala 5 4. Motivasi keluarga untuk membantu
2. Denyut nadi radial dipertahankan pada skala 4 pasien makan
ditingkatkan ke skala 5 b. Hipovolemia manajement
3. Kelembaban membrane mukosa dipertahankan 1. Mencek tingkat Hb dan Hematokrit
pada skala 4 ditingkatkan ke skala 5 2. Monitor tanda-tanda vital
4. Pusing dipertahankan pada skala 4 ditingkatkan ke
skala 5
b. Hidrasi Indicator :
1. Membrane mukosa lembab dipertahankan
padaskala 4 ditingkatkan pada skala 5
2. Haus dipertahankan pada skala 4 ditingkatkan
pada skala 5
3. Nadi cepat dan lemah dipertahankan pada skala 4
ditingkatkan pada skala 5

3.5 Implementasi
N IMPLEMENTASI RESPON
O
1. 1. Mengkaji secara komprehensip terhadap
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
presipitasi
2. Mengobservasi reaksi ketidaknyaman secara
nonverbal
3. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik
untuk mengungkapkan pengalaman nyeri dan
penerimaan klien terhadap respon nyeri
4. Menentukan pengaruh pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup( napsu makan, tidur,
aktivitas,mood, hubungan sosial)

2. 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab


ketidakseimbangan elektrolit
2. Memonitori adanya kehilangan cairan dan
elektrolit
3. Memonitori adanya mual,muntah dan diare

3. 1. Memonitori frekuensi kalimat yang mengkritik


diri sendiri
2. Membantu klien untuk mengenali tindakan yang
akan meningkatkan penampilannya
3. Memfasilitasi hubungan klien dengan individu
yang mengalami perubahan citra tubuh yang
serupa
4. Mengidentifikasi dukungan kelompok yang
tersedia untuk klien

4. 1. Memonitori frekuensi kalimat yang mengkritik


diri sendiri
2. Membantu klien untuk mengenali tindakan yang
akan meningkatkan penampilannya
3. Memfasilitasi hubungan klien dengan individu
yang mengalami perubahan citra tubuh yang
serupa
4. Mengidentifikasi dukungan kelompok yang
tersedia untuk klien

3.6 Evaluasi
Tgl/Jam No DP Evaluasi
12 Maret 2007 1 S : Pasien mengatakan nyeri masih tapi hilang timbul
11:00 am O : TTV
TD :120/70 mmHg - RR : 20 x/mnt
Nadi :95 x/menit - Suhu : 36 oC
Turgor kulit jelek kembali dalam < 3 detik
Mukosa bibir kering
Sedikit pucat
Konjungtiva anemis
Pasien masih lemah
Hb : 9 gr/dl
Hematokrit : 36%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
I : 1. Mengkaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi ketidaknyaman secara
nonverbal
3. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
mengungkapkan pengalaman nyeri dan penerimaan
klien terhadap respon nyeri
13 Maret 2007 2 4. Menentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap
05:30 am kualitas hidup( napsu makan, tidur, aktivitas,mood,
hubungan sosial)
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : TTV
TD :120/70 mmHg - RR : 20 x/mnt
Nadi :95 x/menit - Suhu : 36 oC
Turgor kulit jelek kembali dalam < 3 detik
Mukosa bibir kering
Sedikit pucat
Konjungtiva anemis
Pasien masih lemah
Hb : 9 gr/dl
Hematokrit : 36%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
I : 1. Mengkaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi ketidaknyaman secara
nonverbal
3. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
15 Maret 2007 3 mengungkapkan pengalaman nyeri dan penerimaan
17:00 p.m klien terhadap respon nyeri
4. Menentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup( napsu makan, tidur, aktivitas,mood,
hubungan sosial)
S: Pasien mengatakan sudah tidak nyeri
O : TTV
TD :120/70 mmHg - RR : 20 x/mnt
Nadi :95 x/menit - Suhu : 36 oC
Turgor kulit jelek kembali dalam < 3 detik
Mukosa bibir kering
Sedikit pucat
Konjungtiva anemis
Pasien masih lemah
Hb : 9 gr/dl
Hematokrit : 36%
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
12 Maret 2007 1 S : Pasien mengatakan pendarahan mulai berkurang.
11:00 a.m O : TTV
TD :120/70 mmHg - RR : 20 x/mnt
Nadi :95 x/menit - Suhu : 36 oC
Turgor kulit jelek kembali dalam < 3 detik
Mukosa bibir kering
Sedikit pucat
Konjungtiva anemis
Pasien masih lemah
Hb : 9 gr/dl
Hematokrit : 36%
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

12 Maret 2007 1 S : Paien mengatakan sudah tidak sering buang air kecil
11:00 a.m dan sudah tidak anyang anyangen lagi
O : - Distensi kandung kemih pasien menurun
- volume residu urin menurun
- berkemih tidak tuntas
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

12 Maret 2007 1 S : Pasien mengatakan bahwa rambutnya rontok banyak


11:00 a.m O : Rambut rontok banyak
A : Masalah belum teratasi karena pasien masih kemoterapi
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
I : 1. Memonitori frekuensi kalimat yang mengkritik diri
sendiri
2. Membantu klien untuk mengenali tindakan yang
akan meningkatkan penampilannya
3. Memfasilitasi hubungan klien dengan individu yang
mengalami perubahan citra tubuh yang serupa
4. Mengidentifikasi dukungan kelompok yang tersedia
untuk klien
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks.
(Sukaca,2009)
Kanker serviks di klasifikasikan menjadi dua yaitu Mikroskopis (Displasia,Stadium karsinoma insitu, Stadium karsinoma
mikroinvasif, Stadium karsinoma invasive) dan Makroskopis (Stadium preklinis, Stadium permulaan, Stadium setengah lanjut dan
Stadium lanjut).
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, infeksi virus, hygiene dan
sirkumsisi, merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) , dan HPV.
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor- faktor penyebab kanker
meliputi (Dalimartha, 2004) diantaranya : Menghindari berbagai faktor risiko yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada
usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks, memilih kontrasepsi dengan metode barrier, dan memperbanyak makan sayur dan
buah segar.
4.2 Saran
Karena kanker serviks ini adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian maka penyakit ini patut kita hindari
dengan cara menjaga menghindari seks bebas dan cek kandungan secara rutin setiap 6 bulan sekali agar jika terdapat bibit penyakit
dapat segera diobati namun sesungguhnya mencegah lebih baik daripada mengobati jagalah sehat anda sebelum masa sakit anda
karena sehat itu mahal.

Daftar Pustaka
Amin, Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Jogjakarta:Penerbit Mediaction
Effendi, sofian. 2012. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
Prawirohardjo, sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Payetni. 1997. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi Pusdiknes. Jakarta
Sukaca, S. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta: Genius Printika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai