Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan joyful learning berbasis multimedia
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 8 I
Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu (quasy experiment) yang menggunakan non equivalent
control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus 8 I Gusti
Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 330 siswa yang
tersebar dalam 8 kelas. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik random
sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS siswa, menggunakan tes hasil
belajar IPS dalam bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji t. Rata-rata hasil
belajar IPS yang diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan joyful learning
berbasis multimedia lebih dari siswa yang dibelajarkan secara konvensional yaitu X =
80,18 > X = 74,38. Analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning
berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan
thitung = 3,648 > ttabel (α=0,05;78) = 2,00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan joyful learning berbasis multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran
2013/2014.
Kata-kata kunci : Pendekatan joyful learning berbasis multimedia, hasil belajar, IPS.
Abstract
The purpose of this study is to determine significant differences of social science (IPS)
result of students who follow joyful approach of multimedia based learning and
conventional learning in the fifth grade on SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014. This study is a quasi-experimental study that uses
non equivalent control group design. Population of this study is the fifth grade of SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan academic year of 2013/2014 amounted to
330 students spread in the eight classes. The sampling uses random sampling. The data
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
collected is social science students learning result, using social studies test results in the
form of multiple-choices answer. Data were analyzed by t test.The average results of
students social science who learned with multimedia based joyful learning approach is
higher than students who learned by conventional learning with X = 80.18 > X = 74.38.
The results showed that there were significant differences in learning results of students
social science who took multimedia based joyful learning approach than conventional
learning with t count = 3.648 > t table ( α = 0.05, 78 ) = 2.00. From these results it can be
concluded that multimedia based joyful learning approach effect on learning outcomes
social science of fifth grade students of SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014.
Key words : multimedia based joyful learning approach, learning outcomes , IPS
PENDAHULUAN
Pembelajaran pada dasarnya pembelajaran yang pasif. Pembelajaran
merupakan suatu cara untuk merubah tersebut hanya bertumpu pada seberapa jauh
perilaku yang terjadi akibat hasil dari pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Siswa
pengalaman yang tidak disengaja ataupun hanya memperhatikan guru dan mendengar
sengaja dirancang. Dapat dikatakan informasi yang diberikan oleh guru.
pembelajaran telah terjadi ketika seorang Pembelajaran ini lebih berpusat pada guru
individu berperilaku, bereaksi, dan merespon (teacher center) artinya gurulah yang aktif
sebagai hasil dari pengalaman dengan satu pada proses pembelajaran. Pembelajaran
cara yang berbeda dari caranya berperilaku saat ini sudah mulai melangkah maju dimana
sebelumnya. Pada suatu pembelajaran dapat sebelumnya pembelajaran tradisional yang
melibatkan interaksi dari dua belah pihak pembelajaran berpusat pada guru masih
yang merupakan siswa sebagai pembelajar serentak dilakukan, namun saat ini
dan guru sebagai fasilitator. Tetapi saat ini pembelajaran tradisional sudah mulai
interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran ditinggalkan dan melangkah ke pembelajaran
guru secara fisik, melainkan siswa dapat yang menganut paham konstruktivistik
belajar melalui media cetak, media elektronik, dimana pembelajaran berpusat pada siswa
atau media lainnya. Tentunya guru (student center). Banyak para ahli
memegang peranan penting dalam mengemukakan teori pembelajaran yang
merancang setiap kegiatan pembelajaran. membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran terdapat lima Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran
konsep yang terkandung di dalamnya, yakni tentunya akan menambah pengalaman yang
interaksi, peserta didik, pendidik, sumber dimilikinya sehingga siswa akan cepat dalam
belajar, dan lingkungan belajar (Winatapura, memahami materi dan tentunya tidak mudah
2007:1.20). Dalam interaksi antara siswa dan dilupakan.
guru pada suatu pembelajaran, seorang guru Pembelajaran yang aktif tentunya
akan berusaha secara maksimal dengan memerlukan interaksi yang terjadi di
menggunakan berbagai keterampilan dan dalamnya. Baik antara siswa dengan guru
kemampuannya, hal tersebut juga didukung maupun siswa dengan sumber belajar atau
dengan sumber belajar yang variatif serta lingkungan belajarnya. Sumber belajar yang
lingkungan belajar yang rileks dan variatif tentunya dapat membantu siswa
menyenangkan agar siswa dapat mencapai dalam memahami materi, sebab setiap siswa
tujuan yang diharapkan. Jika dibandingkan memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
dengan pembelajaran tradisional tentu hal Tahap awal yang harus dilakukan oleh guru
tersebut sangat berlawanan. Pembelajaran untuk mengenali gaya belajar siswa adalah
tradisional yang dari dulu sudah diterapkan mengenali modalitas belajar siswa sebagai
oleh banyak guru merupakan suatu modalitas visual, auditorial, atau kinestetik
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
(DePorter, 1999). Jika guru hanya bertumpu dapat mempertahankan suasana yang tetap
dengan media visual maka siswa dengan hangat dan menarik, sehingga para siswa
modalitas belajar auditorial dan kinestik tentu tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan.
akan merasa tidak tertarik dan tidak fokus Pembelajaran IPS yang menyenangkan
pada pembelajaran. Tetapi dengan dapat meningkatkan motivasi dalam diri
menggunakan media yang variatif siswa tentu siswa sehingga akan terjadi interaksi dan
akan fokus dalam pembelajaran sehingga pembelajaranpun akan menjadi aktif. Sejalan
akan tercipta suasana yang nyaman dan dengan pembelajaran yang berlandaskan
tentunya menyenangkan bagi siswa. teori kosnruktivisme, guru berperan penuh
Lingkungan atau suasana belajar yang sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat
nyaman dan menyenangkan akan pada siswa (student center). Terlihat bahwa
memotivasi siswa untuk aktif dalam penerapan pendekatan joyful learning dalam
pembelajaran, berbeda dengan pembelajaran pembelajaran IPS akan berdampak postif
tradisional yang lebih cenderung dalam proses pembelajarannya.
menggunakan metode ceramah sehingga Pembelajaran IPS di SD sebaiknya
siswa cepat merasa jenuh dan bosan. memperhatikan kebutuhan siswa yang sesuai
Motivasi yang ada dalam diri siswa ditunjang dengan usianya. Piaget (dalam Winatapura,
dengan guru yang memfasilitasi motivasi 2007:3.40) berpendapat bahwa
tersebut akan membawa keberhasilan dalam perkembangan kognitif anak dibagi menjadi
pencapaian target. Target tersebut tentunya empat tahap yaitu tahap sensori motor, pra-
merupakan hasil belajar yang tinggi. operasional, konkret operasional, dan formal
Selama melakukan observasi di SD operasi. Anak yang berada pada kisaran
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar umur 7-11 tahun berada pada perkembangan
Selatan , terlihat masih banyak para guru kognitif dalam tingkatan konkret operasional.
yang menggunakan pembelajaran tradisional. Berdasarkan tingkatan tersebut siswa masih
Selain itu guru juga tidak memfasilitasi siswa berpikir secara konkret dan belum cukup
dengan media pembelajaran yang variatif, mampu untuk berpikir secara abstrak,
tentunya akan menimbulkan suasana yang sedangkan dari segi mata pelajaran bahan
tidak nyaman dan membosankan. Demikian materi IPS penuh dengan pesan-pesan atau
pula akan memberatkan siswa dalam materi yang abstrak. Konsep-konsep seperti
memahami materi pelajaran yang waktu, arah mata angin, ritual, lingkungan,
cakupannya cukup luas, salah satu demokrasi, nilai dan yang lainnya merupakan
contohnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial konsep-konsep abstrak yang terdapat dalam
(IPS). Pada dasarnya dalam mata pelajaran mata pelajaran IPS dimana harus
IPS diperlukan ketekunan dalam membaca dibelajarkan kepada siswa di SD.
sebab IPS mencakup informasi yang sangat Untuk mengimbangi hal tersebut
luas dan siswa cenderung diharuskan guru harus memiliki kemampuan dan
menghapal materi. Pembelajaran IPS keterampilan dalam memilih bahan,
menuntut penguasaan atas konsep-konsep menciptakan lingkungan belajar yang
dasar berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan berkualitas serta memfasilitasi siswa seperti
fakta-fakta dari masyarakat serta lingkungan media pembelajaran yang variatif sehingga
alam sekitar. Cabang ilmu-ilmu sosial mampu meningkatkan proses pembelajaran
tersebut mencakup geografi, ekonomi, IPS. Dalam proses pembelajaran IPS, ragam
sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata pendekatan dan metode yang diterapkan
negara. Pembelajaran IPS di SD yang cukup disesuaikan dengan kondisi lingkungan
luas menuntut siswa untuk mengahapal masyarakat serta aspek kehidupan sosial
materi pelajaran. Untuk melekatkan yang menjadi pokok bahasan. Keragaman
pemahaman ke dalam diri siswa diperlukan pendekatan dan metode yang diterapkan
keragaman pendekatan dan metode pada pada proses pembelajaran IPS, dapat
proses pembelajaran IPS, hal tersebut juga mempertahankan suasana yang tetap hangat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan menarik, sehingga para siswa tidak fokus secara penuh dalam pembelajaran.
dihinggapi kejenuhan dan kebosanan Didukung pendapat dari DePorter (1999)
(Sumaatmadja, 2008:1.33). yang menyatakan kegembiraan membuat
Untuk dapat mengatasinya guru siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan
harus bisa merancang pembelajaran yang bahkan dapat mengubah sikap negatif pada
sesuai sehingga siswa bisa memahami diri siswa. Pada hakikatnya joyful learning
materi dengan mudah. Siswa dapat belajar tidak mengharuskan siswa untuk tertawa
dengan baik dalam lingkungan yang ditandai terbahak-bahak, melainkan joyful learning
dengan adanya minat dan kebahagiaan serta menciptakan interaksi antar guru dan siswa
kesenangan bukan dalam lingkungan yang dalam suasana yang rileks dan tanpa
ditandai dengan rasa stres, intimidasi, tekanan. Rusman (2011:326) menyatakan
kebosanan. Bagi siswa yang tidak merasa joyful learning adalah adanya pola hubungan
senang dalam pembelajaran akan membuat yang baik antara guru dengan siswa dalam
perhatiannya tidak fokus pada materi yang proses pembelajaran. Kosasih (2010)
sedang dibelajarkan, jika seluruh siswa mengemukakan pembelajaran yang
merasa bosan, maka penyampaian materi menyenangkan dalam pelaksanaannya perlu
akan mengalami kesulitan. Apabila memperhatikan hal-hal berikut : memahami
berlangsung secara terus menerus tentu sifat yang dimiliki siswa, mengenal siswa
akan mempengaruhi motivasi pada diri siswa secara perorangan, menguasai substansi
sehingga akan mempengaruhi hasil belajar ilmu, metodologi dan teknologi, memiliki sikap
yang dicapai. Guru harus mampu nilai dan kebiasaan berpikir produktif,
memberikan pembelajaran yang diinginkan memutahirkan ilmu pengetahuan,
oleh siswa, seperti yang dijelaskan keterampilan dan sikap.
sebelumnya guru merupakan fasilitator dalam Suasana pembelajaran perlu
pembelajaran. Guru harus mampu diperhatikan dengan baik oleh guru, sebab
merancang pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan
membuat siswa nyaman, senang, dan fokus dan jauh dari rasa tertekan dapat
sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan membangkitkan motivasi siswa. Untuk
pembelajaran. Jika siswa sudah merasa merealisasikan hal tersebut guru harus
senang dalam mengikuti kegiatan bertindak kreatif dengan merancang kegiatan
pembelajaran, maka akan mempermudah yang dapat membuat siswa tertarik untuk
tercapainya tujuan pembelajaran. Keragaman berinteraksi dalam pembelajaran sehingga
pendekatan dan metode yang diterapkan tidak akan muncul kebosanan dalam diri
pada proses pembelajaran IPS, dapat siswa. Maka dari itu dalam pendekatan joyful
mempertahankan suasana yang tetap hangat learning media berperan sangat penting agar
dan menarik, sehingga para siswa tidak tercipta kesenangan dan interkasi pada diri
dihinggapi kejenuhan dan kebosanan siswa. Perlu diperhatikan bahwa semakin
(Sumaatmadja, 2008:1.33). Pernyataan banyak jenis media yang digunakan akan
tersebut sejalan dengan joyful learning membuat siswa semakin tertarik dalam
dengan berbantuan multimedia yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut
tentunya mengedepankan rileksasi dan rasa Asyhar (2012:5) menyatakan bahwa media
senang pada diri siswa sehingga memotivasi memiliki peranan yang sangat penting, yaitu
siswa untuk aktif dalam pembelajaran. suatu sarana atau perangkat yang berfungsi
Sejalan dengan pendapat dari Suyono dan sebagai perantara atau saluran dalam suatu
Hariyanto (2012:238-239) pembelajaran proses komunikasi antara komunikator dan
disebut menyenangkan jika suasana komunikan. Media merupakan salah satu
pembelajaran dapat menciptakan gairah komponen yang sangat penting dalam
belajar, menggembirakan hati siswa, pembelajaran dan dapat dipandang sebagai
membuat siswa nyaman di kelas atau di salah satu alternatif strategi yang efektif
tempat belajar yang lain, sehingga siswa dalam membantu pencapaian tujuan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang diberikan. Soal yang dijawab benar = 2,37 sedangkan pada kelas kontrol
mendapatkan nilai 1 dan soal yang dijawab diperoleh X2hit = 1,97 dan untuk X2tabel =
salah mendapatkan nilai 0, sehingga rentang 11,07. Kriteria data sampel berdistribusi
nilai tes hasil belajar tersebut berada pada normal apabila X2hit < X2tabel .Oleh karena X2hit
skor 0-100. Butir soal yang berjumlah 50 < X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa
yang diberikan pada siswa kelas V terlebih sebaran data pada kelompok eksperimen
dahulu harus dilakukan validasi agar dapat dan kelompok kontrol telah berdistribusi
dipergunakan untuk mengumpulkan data normal.
hasil belajar IPS. Data tentang hasil belajar Setelah melakukan uji normalitas,
merupakan hasil dari post test yang telah kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
diberikan kepada siswa. Untuk menganalisis homogenitas. Uji homogenitas data dianalisis
data dalam penelitian ini, digunakan uji t. dengan menggunakan rumus uji F.
Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung = 1,03.
yang meliputi uji normalitas dan homogenitas. Sedangkan untuk Ftabel dengan derajat
Dalam uji prasyarat analisis menggunakan uji kebebasan (dk) pembilang dan penyebut
normalitas sebaran data dengan uji Chi- adalah 39 diperoleh Ftabel = 1,76, oleh karena
Kuadrat, uji homogenitas varians Fhitung<Ftabel (1,03<1,76), Ini berarti bahwa
menggunakan uji F, dan uji hipotesis varians antar kelompok eksperimen dan
menggunakan uji-t separated varians. kelompok kontrol adalah homogen.
Berikut adalah hipotesis pada
HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian ini Ha: terdapat perbedaan yang
Dari hasil perhitungan yang telah signifikan hasil belajar IPS siswa yang
dilakukan diperoleh rata-rata nilai hasil mengikuti pembelajaran melalui pendekatan
belajar IPS pada kelompok eksperimen yang joyful learning berbasis multimedia dengan
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan siswa yang mengikuti pembelajaran
joyful learning berbasis multimedia X = konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I
80,18 dengan varians S2 = 51,79 dan standar Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun
deviasi S = 7,19. Sedangkan rata-rata nilai ajaran 2013/2014. Ho: tidak terdapat
hasil belajar IPS pada kelompok kontrol yang perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
mengikuti pembelajaran konvensional X = pendekatan joyful learning berbasis
74,38 dengan varians S2 = 50,29 dan standar multimedia dengan siswa yang mengikuti
deviasi S = 7,09. Berdasarkan data tersebut pembelajaran konvensional siswa kelas V SD
maka kelompok eksperimen yang Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
dibelajarkan menggunakan pendekatan joyful Selatan tahun ajaran 2013/2014. Uji
learning berbasis multimedia memiliki nilai Hipotesis dilakukan dengan menggunakan
rata-rata hasil belajar yang lebih dari uji-t Separated Varians, dengan kriteria
kelompok kontrol yang dibelajarkan
pengujian adalah H0 ditolak jika thit t(1 ) ,
menggunakan pembelajaran konvensional.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih di mana t (1 ) di dapat dari tabel distribusi t
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak
varians.
Uji normalitas sebaran data dilakukan jika t hit t (1 ) . Hipotesis penelitian yang
pada kedua kelompok yaitu kelompok diuji adalah hipotesis nol (H0). Adapun
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam uji hipotesis nol yang diajukan adalah tidak
normalitas ini digunakan rumus chi square terdapat perbedaan yang signifikan hasil
(X2) pada taraf signifikan 5% dan derajat belajar IPS siswa yang mengikuti
kebebasan db = k-1. Berdasarkan uji chi pembelajaran melalui pendekatan joyful
square pada kelas eksperimen diperoleh X2hit learning berbasis multimedia dengan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Kelas 51,79 40
Eksperimen 78 3,648 2,000 Ha diterima
Kelas 50,29 40
Kontrol
Berdasarkan tabel 1, terlihat thitung lebih dari pendekatan joyful learning berbasis
ttabel yaitu 3,648 > 2,000 pada derajat multimedia dan siswa yang dibelajarkan
kebebasan 78. Sehingga dari hasil tersebut dengan pembelajaran konvensional terdapat
Ho diterima dan Ha ditolak. Hipotesis yang perbedaan signifikan dalam hasil belajar IPS
diterima adalah terdapat perbedaan yang siswa.
signifikan hasil belajar IPS siswa yang Perbedaan hasil belajar yang
mengikuti pembelajaran melalui pendekatan diperoleh antara kelas eksperimen dan kelas
joyful learning berbasis multimedia dengan kontrol merupakan dampak dari bagaimana
siswa yang mengikuti pembelajaran proses pembelajaran berlangsung. Pada
konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I proses pembelajaran dalam pendekatan
Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun joyful learning siswa diarahkan untuk aktif
ajaran 2013/2014. berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,
Pada hasil penelitian yang telah sehingga pembelajaran akan berpusat pada
dilakukan pada siswa kelas V semester 1 SD siswa. Sedangkan dalam pembelajaran
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar konvensional guru cenderung lebih aktif
Selatan mengenai mata pelajaran IPS dalam pembelajaran, pembelajaran yang
terdapat perbedaan hasil belajar yang diraih berpusat pada guru membuat siswa
siswa antara siswa yang mengikuti cenderung tidak aktif dan hanya
pendekatan joyful learning berbasis mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
multimedia dengan siswa yang mengikuti guru. Pada pembelajaran konvensional,
pembelajaran konvensional. Dari penelitian aktivitas belajar hanya berpedoman pada
yang telah dilakukan diketahui bahwa buku pelajaran saja, begitu juga sumber
terdapat pengaruh pendekatan joyful learning pengetahuan yang utama adalah guru
berbasis multimedia terhadap hasil belajar sehingga pengetahuan siswa akan berbatas
IPS. Adanya pengaruh tersebut dapat dilihat pada buku pelajaran yang ada dan seberapa
pada hasil post test siswa. Siswa yang pengetahuan yang dimiliki guru. Metode dan
dibelajarkan dengan pendekatan joyful media yang digunakan cenderung tidak
learning berbasis multimedia mendapatkan bervariasi, penggunaan metode ceramah
hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan media sering terjadi
dengan siswa yang dibeajarkan dengan pada pembelajaran konvensional. Tentunya
pembelajaran konvensional. hal tersebut mempengaruhi suasana
Dari perhitungan yang telah pembelajaran di kelas, siswa akan cenderung
dilakukan didapatkan hasil rata-rata kelas cepat merasa bosan dan pasif dalam
eksperimen lebih dari kelas kontrol yaitu X = kegiatan pembelajaran. Siswa akan sulit
dalam memecahkan permasalahan dalam
80,18 > X = 74,38, sedangkan dalam uji t kegiatan pembelajaran dan akan berdampak
didapatkan hasil nilai thitung > ttab yaitu 3,648 > pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
2,000. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa siswa yang dibelajarkan dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)