Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH PENDEKATAN JOYFUL LEARNING BERBASIS


MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA
SISWA KELAS V SD GUGUS 8 I GUSTI NGURAH RAI
DENPASAR SELATAN

Dwi Hermawan1, Made Putra2, Ni Wayan Suniasih3


1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: dwi.hermawan666@gmail.com1, putra_made56@yahoo.com2,
wyn_suniasih@yahoo.com3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan joyful learning berbasis multimedia
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 8 I
Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu (quasy experiment) yang menggunakan non equivalent
control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus 8 I Gusti
Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 330 siswa yang
tersebar dalam 8 kelas. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik random
sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS siswa, menggunakan tes hasil
belajar IPS dalam bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji t. Rata-rata hasil
belajar IPS yang diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan joyful learning
berbasis multimedia lebih dari siswa yang dibelajarkan secara konvensional yaitu X =
80,18 > X = 74,38. Analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning
berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan
thitung = 3,648 > ttabel (α=0,05;78) = 2,00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan joyful learning berbasis multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran
2013/2014.

Kata-kata kunci : Pendekatan joyful learning berbasis multimedia, hasil belajar, IPS.

Abstract

The purpose of this study is to determine significant differences of social science (IPS)
result of students who follow joyful approach of multimedia based learning and
conventional learning in the fifth grade on SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014. This study is a quasi-experimental study that uses
non equivalent control group design. Population of this study is the fifth grade of SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan academic year of 2013/2014 amounted to
330 students spread in the eight classes. The sampling uses random sampling. The data
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

collected is social science students learning result, using social studies test results in the
form of multiple-choices answer. Data were analyzed by t test.The average results of
students social science who learned with multimedia based joyful learning approach is
higher than students who learned by conventional learning with X = 80.18 > X = 74.38.
The results showed that there were significant differences in learning results of students
social science who took multimedia based joyful learning approach than conventional
learning with t count = 3.648 > t table ( α = 0.05, 78 ) = 2.00. From these results it can be
concluded that multimedia based joyful learning approach effect on learning outcomes
social science of fifth grade students of SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014.

Key words : multimedia based joyful learning approach, learning outcomes , IPS

PENDAHULUAN
Pembelajaran pada dasarnya pembelajaran yang pasif. Pembelajaran
merupakan suatu cara untuk merubah tersebut hanya bertumpu pada seberapa jauh
perilaku yang terjadi akibat hasil dari pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Siswa
pengalaman yang tidak disengaja ataupun hanya memperhatikan guru dan mendengar
sengaja dirancang. Dapat dikatakan informasi yang diberikan oleh guru.
pembelajaran telah terjadi ketika seorang Pembelajaran ini lebih berpusat pada guru
individu berperilaku, bereaksi, dan merespon (teacher center) artinya gurulah yang aktif
sebagai hasil dari pengalaman dengan satu pada proses pembelajaran. Pembelajaran
cara yang berbeda dari caranya berperilaku saat ini sudah mulai melangkah maju dimana
sebelumnya. Pada suatu pembelajaran dapat sebelumnya pembelajaran tradisional yang
melibatkan interaksi dari dua belah pihak pembelajaran berpusat pada guru masih
yang merupakan siswa sebagai pembelajar serentak dilakukan, namun saat ini
dan guru sebagai fasilitator. Tetapi saat ini pembelajaran tradisional sudah mulai
interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran ditinggalkan dan melangkah ke pembelajaran
guru secara fisik, melainkan siswa dapat yang menganut paham konstruktivistik
belajar melalui media cetak, media elektronik, dimana pembelajaran berpusat pada siswa
atau media lainnya. Tentunya guru (student center). Banyak para ahli
memegang peranan penting dalam mengemukakan teori pembelajaran yang
merancang setiap kegiatan pembelajaran. membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran terdapat lima Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran
konsep yang terkandung di dalamnya, yakni tentunya akan menambah pengalaman yang
interaksi, peserta didik, pendidik, sumber dimilikinya sehingga siswa akan cepat dalam
belajar, dan lingkungan belajar (Winatapura, memahami materi dan tentunya tidak mudah
2007:1.20). Dalam interaksi antara siswa dan dilupakan.
guru pada suatu pembelajaran, seorang guru Pembelajaran yang aktif tentunya
akan berusaha secara maksimal dengan memerlukan interaksi yang terjadi di
menggunakan berbagai keterampilan dan dalamnya. Baik antara siswa dengan guru
kemampuannya, hal tersebut juga didukung maupun siswa dengan sumber belajar atau
dengan sumber belajar yang variatif serta lingkungan belajarnya. Sumber belajar yang
lingkungan belajar yang rileks dan variatif tentunya dapat membantu siswa
menyenangkan agar siswa dapat mencapai dalam memahami materi, sebab setiap siswa
tujuan yang diharapkan. Jika dibandingkan memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
dengan pembelajaran tradisional tentu hal Tahap awal yang harus dilakukan oleh guru
tersebut sangat berlawanan. Pembelajaran untuk mengenali gaya belajar siswa adalah
tradisional yang dari dulu sudah diterapkan mengenali modalitas belajar siswa sebagai
oleh banyak guru merupakan suatu modalitas visual, auditorial, atau kinestetik
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

(DePorter, 1999). Jika guru hanya bertumpu dapat mempertahankan suasana yang tetap
dengan media visual maka siswa dengan hangat dan menarik, sehingga para siswa
modalitas belajar auditorial dan kinestik tentu tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan.
akan merasa tidak tertarik dan tidak fokus Pembelajaran IPS yang menyenangkan
pada pembelajaran. Tetapi dengan dapat meningkatkan motivasi dalam diri
menggunakan media yang variatif siswa tentu siswa sehingga akan terjadi interaksi dan
akan fokus dalam pembelajaran sehingga pembelajaranpun akan menjadi aktif. Sejalan
akan tercipta suasana yang nyaman dan dengan pembelajaran yang berlandaskan
tentunya menyenangkan bagi siswa. teori kosnruktivisme, guru berperan penuh
Lingkungan atau suasana belajar yang sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat
nyaman dan menyenangkan akan pada siswa (student center). Terlihat bahwa
memotivasi siswa untuk aktif dalam penerapan pendekatan joyful learning dalam
pembelajaran, berbeda dengan pembelajaran pembelajaran IPS akan berdampak postif
tradisional yang lebih cenderung dalam proses pembelajarannya.
menggunakan metode ceramah sehingga Pembelajaran IPS di SD sebaiknya
siswa cepat merasa jenuh dan bosan. memperhatikan kebutuhan siswa yang sesuai
Motivasi yang ada dalam diri siswa ditunjang dengan usianya. Piaget (dalam Winatapura,
dengan guru yang memfasilitasi motivasi 2007:3.40) berpendapat bahwa
tersebut akan membawa keberhasilan dalam perkembangan kognitif anak dibagi menjadi
pencapaian target. Target tersebut tentunya empat tahap yaitu tahap sensori motor, pra-
merupakan hasil belajar yang tinggi. operasional, konkret operasional, dan formal
Selama melakukan observasi di SD operasi. Anak yang berada pada kisaran
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar umur 7-11 tahun berada pada perkembangan
Selatan , terlihat masih banyak para guru kognitif dalam tingkatan konkret operasional.
yang menggunakan pembelajaran tradisional. Berdasarkan tingkatan tersebut siswa masih
Selain itu guru juga tidak memfasilitasi siswa berpikir secara konkret dan belum cukup
dengan media pembelajaran yang variatif, mampu untuk berpikir secara abstrak,
tentunya akan menimbulkan suasana yang sedangkan dari segi mata pelajaran bahan
tidak nyaman dan membosankan. Demikian materi IPS penuh dengan pesan-pesan atau
pula akan memberatkan siswa dalam materi yang abstrak. Konsep-konsep seperti
memahami materi pelajaran yang waktu, arah mata angin, ritual, lingkungan,
cakupannya cukup luas, salah satu demokrasi, nilai dan yang lainnya merupakan
contohnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial konsep-konsep abstrak yang terdapat dalam
(IPS). Pada dasarnya dalam mata pelajaran mata pelajaran IPS dimana harus
IPS diperlukan ketekunan dalam membaca dibelajarkan kepada siswa di SD.
sebab IPS mencakup informasi yang sangat Untuk mengimbangi hal tersebut
luas dan siswa cenderung diharuskan guru harus memiliki kemampuan dan
menghapal materi. Pembelajaran IPS keterampilan dalam memilih bahan,
menuntut penguasaan atas konsep-konsep menciptakan lingkungan belajar yang
dasar berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan berkualitas serta memfasilitasi siswa seperti
fakta-fakta dari masyarakat serta lingkungan media pembelajaran yang variatif sehingga
alam sekitar. Cabang ilmu-ilmu sosial mampu meningkatkan proses pembelajaran
tersebut mencakup geografi, ekonomi, IPS. Dalam proses pembelajaran IPS, ragam
sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata pendekatan dan metode yang diterapkan
negara. Pembelajaran IPS di SD yang cukup disesuaikan dengan kondisi lingkungan
luas menuntut siswa untuk mengahapal masyarakat serta aspek kehidupan sosial
materi pelajaran. Untuk melekatkan yang menjadi pokok bahasan. Keragaman
pemahaman ke dalam diri siswa diperlukan pendekatan dan metode yang diterapkan
keragaman pendekatan dan metode pada pada proses pembelajaran IPS, dapat
proses pembelajaran IPS, hal tersebut juga mempertahankan suasana yang tetap hangat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dan menarik, sehingga para siswa tidak fokus secara penuh dalam pembelajaran.
dihinggapi kejenuhan dan kebosanan Didukung pendapat dari DePorter (1999)
(Sumaatmadja, 2008:1.33). yang menyatakan kegembiraan membuat
Untuk dapat mengatasinya guru siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan
harus bisa merancang pembelajaran yang bahkan dapat mengubah sikap negatif pada
sesuai sehingga siswa bisa memahami diri siswa. Pada hakikatnya joyful learning
materi dengan mudah. Siswa dapat belajar tidak mengharuskan siswa untuk tertawa
dengan baik dalam lingkungan yang ditandai terbahak-bahak, melainkan joyful learning
dengan adanya minat dan kebahagiaan serta menciptakan interaksi antar guru dan siswa
kesenangan bukan dalam lingkungan yang dalam suasana yang rileks dan tanpa
ditandai dengan rasa stres, intimidasi, tekanan. Rusman (2011:326) menyatakan
kebosanan. Bagi siswa yang tidak merasa joyful learning adalah adanya pola hubungan
senang dalam pembelajaran akan membuat yang baik antara guru dengan siswa dalam
perhatiannya tidak fokus pada materi yang proses pembelajaran. Kosasih (2010)
sedang dibelajarkan, jika seluruh siswa mengemukakan pembelajaran yang
merasa bosan, maka penyampaian materi menyenangkan dalam pelaksanaannya perlu
akan mengalami kesulitan. Apabila memperhatikan hal-hal berikut : memahami
berlangsung secara terus menerus tentu sifat yang dimiliki siswa, mengenal siswa
akan mempengaruhi motivasi pada diri siswa secara perorangan, menguasai substansi
sehingga akan mempengaruhi hasil belajar ilmu, metodologi dan teknologi, memiliki sikap
yang dicapai. Guru harus mampu nilai dan kebiasaan berpikir produktif,
memberikan pembelajaran yang diinginkan memutahirkan ilmu pengetahuan,
oleh siswa, seperti yang dijelaskan keterampilan dan sikap.
sebelumnya guru merupakan fasilitator dalam Suasana pembelajaran perlu
pembelajaran. Guru harus mampu diperhatikan dengan baik oleh guru, sebab
merancang pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan
membuat siswa nyaman, senang, dan fokus dan jauh dari rasa tertekan dapat
sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan membangkitkan motivasi siswa. Untuk
pembelajaran. Jika siswa sudah merasa merealisasikan hal tersebut guru harus
senang dalam mengikuti kegiatan bertindak kreatif dengan merancang kegiatan
pembelajaran, maka akan mempermudah yang dapat membuat siswa tertarik untuk
tercapainya tujuan pembelajaran. Keragaman berinteraksi dalam pembelajaran sehingga
pendekatan dan metode yang diterapkan tidak akan muncul kebosanan dalam diri
pada proses pembelajaran IPS, dapat siswa. Maka dari itu dalam pendekatan joyful
mempertahankan suasana yang tetap hangat learning media berperan sangat penting agar
dan menarik, sehingga para siswa tidak tercipta kesenangan dan interkasi pada diri
dihinggapi kejenuhan dan kebosanan siswa. Perlu diperhatikan bahwa semakin
(Sumaatmadja, 2008:1.33). Pernyataan banyak jenis media yang digunakan akan
tersebut sejalan dengan joyful learning membuat siswa semakin tertarik dalam
dengan berbantuan multimedia yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut
tentunya mengedepankan rileksasi dan rasa Asyhar (2012:5) menyatakan bahwa media
senang pada diri siswa sehingga memotivasi memiliki peranan yang sangat penting, yaitu
siswa untuk aktif dalam pembelajaran. suatu sarana atau perangkat yang berfungsi
Sejalan dengan pendapat dari Suyono dan sebagai perantara atau saluran dalam suatu
Hariyanto (2012:238-239) pembelajaran proses komunikasi antara komunikator dan
disebut menyenangkan jika suasana komunikan. Media merupakan salah satu
pembelajaran dapat menciptakan gairah komponen yang sangat penting dalam
belajar, menggembirakan hati siswa, pembelajaran dan dapat dipandang sebagai
membuat siswa nyaman di kelas atau di salah satu alternatif strategi yang efektif
tempat belajar yang lain, sehingga siswa dalam membantu pencapaian tujuan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

pembelajaran. Pentingnya peran media belajar yang digunakannya. Suyono dan


dalam pembelajaran mengharuskan guru Hariyanto (2012:147) mengemukakan bahwa
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam dengan mengetahui gaya belajar setiap
memanfaatkan berbagai sumber belajar dan siswa, guru akan mampu mengorganisasikan
media. kelas sedemikian rupa sebagai respon
Melihat perkembangan dunia pendidikan terhadap kebutuhan individu siswanya. Gaya
yang sudah maju dengan berbagai atau modalitas belajar siswa ada tiga macam
banyaknya teori-teori pembelajaran yang yaitu visual, audio, dan kinetik (VAK). Tetapi
telah dikemukakan para ahli, ternyata sering terjadi siswa memiliki gabungan dari
kenyataannya masih banyak guru yang gaya belajar tersebut, maka guru sebaiknya
menggunakan pembelajaran konvensional. menggunakan metode dan media
Sebagaimana dikatakan oleh Wallace (dalam pembelajaran yang bervariasi sehingga
Sunarto,2009) tentang Pendekatan seluruh gaya belajar akan difasilitasi. Dalam
konservatif, pendekatan konvensional penggunaan multimedia akan dapat
memandang bahwa proses pembelajaran membangkitkan motivasi dalam diri siswa.
yang dilakukan sebagai mana umumnya guru Multimedia akan menciptakan interaksi baik
mengajarkan materi kepada siswanya. Guru itu siswa dengan siswa lainya maupun siswa
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, dengan guru. Tentunya jika interaksi dalam
sedangkan siswa lebih banyak sebagai pembelajaran dapat berjalan dengan baik
penerima. Selain itu Nasution (dalam akan menciptakan suasana pembelajaran
Widyanto, 2011) berpendapat bahwa dalam yang menyenangkan. Tidak terlepas dari
pembelajaran konvensional, komunikasi yang pengaruh yang ditimbulkan pada hasil
terjadi satu arah, siswa pasif, siswa hanya belajar, pembelajaran menyenangkan akan
menggunakan satu alat indra yaitu memberikan suatu pengalaman kepada
pendengaran, siswa tidak diharuskan berpikir siswa sehingga siswa akan terus
dan mengutamakan hapalan. Dilihat dari bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
pendapat-pendapat tersebut jelas selanjutnya.
pembelajaran konvensional menganut paham Sebagai seorang guru yang berperan
behaviorisme. Behavioristik berasal dari kata penting dalam keberhasilan suatu
behavior yang berarti perilaku, oleh sebab itu pembelajaran sebaiknya memperhatikan
aliran pembelajaran ini sangat menekankan kondisi fisik dan psikis siswa. Sebab banyak
kepada perlunya perilaku yang dapat diamati. faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
Dalam teori belajar behavioristik, belajar siswa baik itu dari faktor internal maupun
merupakan perubahan tingkah laku hasil eksternal siswa. Jika siswa merasa
interaksi antara stimulus dan respons, yaitu terganggu dan tidak nyaman dalam
proses manusia untuk memberikan respon pembelajaran pastinya akan mempengaruhi
tertentu berdasarkan stimulus yang datang hasil belajarnya. Suasana dalam
dari luar (Winataputra, 2007). Maka dari hal pembelajaran seperti membosankan dan
tersebut siswa hanya mendapat pengetahuan atau tidak menyenangkan akan memicu
dari guru artinya apa yang diketahui oleh reaksi dari siswa. Reaksi yang terlihat dari
guru itulah yang akan dipelajari oleh siswa siswa biasanya muncul stress, bosan,
yang tidak lain merupakan karakterisitk mengantuk, dan hilang motivasi
pembelajaran konvensional. (Darmansyah, 2011:6). Hal tersebut tentunya
Dengan mulai berubahnya paradigma mempengaruhi hasil belajar siswa, dan
pembelajaran yang berlandaskan teori sebagai seorang guru hendaknya
behavioristik menuju pembelajaran yang memperhatikan dan memahami karakteristik
berlandaskan teori konstruktivistik, perlu dari setiap siswanya untuk mencapai
adanya pemahaman yang harus diketahui keberhasilan dalam pembelajaran serta
oleh guru. Dalam setiap diri siswa memiliki meningkatnya hasil belajar siswa.
karakter yang berbeda-beda, seperti gaya
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Dari penjelasan di atas terlihat sampel seluruhnya adalah 80 orang siswa.


bahwa suasana yang menyenangkan dalam Setelah dilakukan pengundian untuk
pembelajaran memiliki dampak yang tinggi mendapatkan 2 kelompok, selanjutnya
pada motivasi dalam diri siswa. Juga dilakukan lagi pengundian untuk menentukan
penggunaan sumber belajar yang bervariasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
akan menciptakan pembelajaran yang Sebelum melakukan pengundian perlu
menyenangkan sehingga siswa tidak akan dilakukan uji kesetaraan antar kelompok
merasa jenuh dan bosan. Hal tersebut sangat tersebut, setelah didapatkan kedua kelompok
mendukung dalam membantu proses setara maka dilakukan pengundian. Dari
pembelajaran IPS yang memiliki cakupan pengundian yang telah dilakukan didapatkan
materi yang luas. Maka diharapkan SDN 10 Sanur menjadi kelompok eksperimen
dengan pendekatan joyful learning berbasis dan SDN 3 Sanur menjadi kelompok kontrol.
multimedia akan dapat menciptakan suasana Pada penelitian ini variabel bebas
pembelajaran yang menarik dan bermakna yang digunakan adalah pendekatan joyful
bagi siswa sehingga dapat meningkatkan learning berbantuan multimedia yang
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. diterapkan pada kelas eksperimen dan
pendekatan pembelajaran konvensional yang
METODE diterapkan pada kelas kontrol. Sedangkan
Dalam melakukan penelitian, desain Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
yang digunakan adalah nonequivalent control hasil belajar IPS. Untuk menghindari terjadi
group design, dan pada rancangan perbedaan dalam menginterpretasikan
penelitiannya diberikan pretest, lalu diberi variabel yang diteliti maka dikemukakan
perlakuan kemudian terakhir diberikan post definisi operasional variabel sebagai berikut.
test. Dantes (2012:97) menyatakan bahwa Pendekatan joyful learning berbantuan
pada penelitian bentuk ini, pemberian pretest multimedia yang dimaksud dalam penelitian
biasanya digunakan untuk mengukur ini merupakan pembelajaran yang
ekuivalensi atau penyetaraan kelompok. menggunakan media variatif untuk
Berdasarkan hal tersebut data yang diperoleh menciptakan rasa nyaman dan senang
pada pretest tidak akan dilakukan analisis, sehingga memotivasi siswa serta
hanya data yang diperoleh pada post test menciptakan interaksi saat proses
yang dilakukan analisis. Populasi pada pembelajaran. Hasil Belajar yang dimaksud
penelitian ini adalah Siswa Kelas V di SD dalam penelitian ini adalah kemampuan,
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar kecakapan yang di peroleh siswa setelah
Selatan Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri melakukan serangkaian proses pembelajaran
dari empat sekolah yaitu SDN 3 Sanur, SDN yang diukur dengan menggunakan instrumen
4 Sanur, SDN 10 Sanur dan SDN 11 Sanur. berupa tes hasil belajar. IPS yang dimaksud
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dalam penelitian ini merupakan mata
pendekatan joyful learning berbasis pelajaran yang mencakup ilmu-ilmu sosial
multimedia dan untuk variabel terikat yaitu dimana diantaranya yaitu geografi, ekonomi,
hasil belajar IPS. sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata
Dalam pengambilan sampel negara yang di dalamnya mengandung
menggunakan sampel random (random konsep, fakta, generalisasi.
sampling) yang merupakan pemilihan sampel Tes yang digunakan dalam
sedemikian rupa sehingga semua orang mengumpulkan data adalah tes objektif. Tes
dalam populasi mempunyai kesempatan dan objektif yang dimaksud adalah tes pilihan
kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai ganda (multiple choice) yang menggunakan
sampel (Sugiyono, 2012:118). Dari satu jawaban yang benar dan berjumlah 50
pengundian yang dilakukan didapatkan SDN butir tes. Pada setiap soal memiliki empat
10 Sanur yang berjumlah 40 siswa dan SDN pilihan jawaban dan hanya salah satu yang
3 Sanur yang berjumlah 40 siswa, jumlah benar ( A, B, C, D) untuk melengkapi soal
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

yang diberikan. Soal yang dijawab benar = 2,37 sedangkan pada kelas kontrol
mendapatkan nilai 1 dan soal yang dijawab diperoleh X2hit = 1,97 dan untuk X2tabel =
salah mendapatkan nilai 0, sehingga rentang 11,07. Kriteria data sampel berdistribusi
nilai tes hasil belajar tersebut berada pada normal apabila X2hit < X2tabel .Oleh karena X2hit
skor 0-100. Butir soal yang berjumlah 50 < X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa
yang diberikan pada siswa kelas V terlebih sebaran data pada kelompok eksperimen
dahulu harus dilakukan validasi agar dapat dan kelompok kontrol telah berdistribusi
dipergunakan untuk mengumpulkan data normal.
hasil belajar IPS. Data tentang hasil belajar Setelah melakukan uji normalitas,
merupakan hasil dari post test yang telah kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
diberikan kepada siswa. Untuk menganalisis homogenitas. Uji homogenitas data dianalisis
data dalam penelitian ini, digunakan uji t. dengan menggunakan rumus uji F.
Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung = 1,03.
yang meliputi uji normalitas dan homogenitas. Sedangkan untuk Ftabel dengan derajat
Dalam uji prasyarat analisis menggunakan uji kebebasan (dk) pembilang dan penyebut
normalitas sebaran data dengan uji Chi- adalah 39 diperoleh Ftabel = 1,76, oleh karena
Kuadrat, uji homogenitas varians Fhitung<Ftabel (1,03<1,76), Ini berarti bahwa
menggunakan uji F, dan uji hipotesis varians antar kelompok eksperimen dan
menggunakan uji-t separated varians. kelompok kontrol adalah homogen.
Berikut adalah hipotesis pada
HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian ini Ha: terdapat perbedaan yang
Dari hasil perhitungan yang telah signifikan hasil belajar IPS siswa yang
dilakukan diperoleh rata-rata nilai hasil mengikuti pembelajaran melalui pendekatan
belajar IPS pada kelompok eksperimen yang joyful learning berbasis multimedia dengan
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan siswa yang mengikuti pembelajaran
joyful learning berbasis multimedia X = konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I
80,18 dengan varians S2 = 51,79 dan standar Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun
deviasi S = 7,19. Sedangkan rata-rata nilai ajaran 2013/2014. Ho: tidak terdapat
hasil belajar IPS pada kelompok kontrol yang perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
mengikuti pembelajaran konvensional X = pendekatan joyful learning berbasis
74,38 dengan varians S2 = 50,29 dan standar multimedia dengan siswa yang mengikuti
deviasi S = 7,09. Berdasarkan data tersebut pembelajaran konvensional siswa kelas V SD
maka kelompok eksperimen yang Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
dibelajarkan menggunakan pendekatan joyful Selatan tahun ajaran 2013/2014. Uji
learning berbasis multimedia memiliki nilai Hipotesis dilakukan dengan menggunakan
rata-rata hasil belajar yang lebih dari uji-t Separated Varians, dengan kriteria
kelompok kontrol yang dibelajarkan
pengujian adalah H0 ditolak jika thit  t(1 ) ,
menggunakan pembelajaran konvensional.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih di mana t (1 ) di dapat dari tabel distribusi t
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang pada taraf signifikan (  ) 5% dengan derajat
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak
varians.
Uji normalitas sebaran data dilakukan jika t hit  t (1 ) . Hipotesis penelitian yang
pada kedua kelompok yaitu kelompok diuji adalah hipotesis nol (H0). Adapun
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam uji hipotesis nol yang diajukan adalah tidak
normalitas ini digunakan rumus chi square terdapat perbedaan yang signifikan hasil
(X2) pada taraf signifikan 5% dan derajat belajar IPS siswa yang mengikuti
kebebasan db = k-1. Berdasarkan uji chi pembelajaran melalui pendekatan joyful
square pada kelas eksperimen diperoleh X2hit learning berbasis multimedia dengan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

yang mengikuti pembelajaran konvensional Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014.


siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis


Kelas Varians N Dk thitung ttabel Kesimpulan

Kelas 51,79 40
Eksperimen 78 3,648 2,000 Ha diterima
Kelas 50,29 40
Kontrol

Berdasarkan tabel 1, terlihat thitung lebih dari pendekatan joyful learning berbasis
ttabel yaitu 3,648 > 2,000 pada derajat multimedia dan siswa yang dibelajarkan
kebebasan 78. Sehingga dari hasil tersebut dengan pembelajaran konvensional terdapat
Ho diterima dan Ha ditolak. Hipotesis yang perbedaan signifikan dalam hasil belajar IPS
diterima adalah terdapat perbedaan yang siswa.
signifikan hasil belajar IPS siswa yang Perbedaan hasil belajar yang
mengikuti pembelajaran melalui pendekatan diperoleh antara kelas eksperimen dan kelas
joyful learning berbasis multimedia dengan kontrol merupakan dampak dari bagaimana
siswa yang mengikuti pembelajaran proses pembelajaran berlangsung. Pada
konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I proses pembelajaran dalam pendekatan
Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun joyful learning siswa diarahkan untuk aktif
ajaran 2013/2014. berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,
Pada hasil penelitian yang telah sehingga pembelajaran akan berpusat pada
dilakukan pada siswa kelas V semester 1 SD siswa. Sedangkan dalam pembelajaran
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar konvensional guru cenderung lebih aktif
Selatan mengenai mata pelajaran IPS dalam pembelajaran, pembelajaran yang
terdapat perbedaan hasil belajar yang diraih berpusat pada guru membuat siswa
siswa antara siswa yang mengikuti cenderung tidak aktif dan hanya
pendekatan joyful learning berbasis mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
multimedia dengan siswa yang mengikuti guru. Pada pembelajaran konvensional,
pembelajaran konvensional. Dari penelitian aktivitas belajar hanya berpedoman pada
yang telah dilakukan diketahui bahwa buku pelajaran saja, begitu juga sumber
terdapat pengaruh pendekatan joyful learning pengetahuan yang utama adalah guru
berbasis multimedia terhadap hasil belajar sehingga pengetahuan siswa akan berbatas
IPS. Adanya pengaruh tersebut dapat dilihat pada buku pelajaran yang ada dan seberapa
pada hasil post test siswa. Siswa yang pengetahuan yang dimiliki guru. Metode dan
dibelajarkan dengan pendekatan joyful media yang digunakan cenderung tidak
learning berbasis multimedia mendapatkan bervariasi, penggunaan metode ceramah
hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan media sering terjadi
dengan siswa yang dibeajarkan dengan pada pembelajaran konvensional. Tentunya
pembelajaran konvensional. hal tersebut mempengaruhi suasana
Dari perhitungan yang telah pembelajaran di kelas, siswa akan cenderung
dilakukan didapatkan hasil rata-rata kelas cepat merasa bosan dan pasif dalam
eksperimen lebih dari kelas kontrol yaitu X = kegiatan pembelajaran. Siswa akan sulit
dalam memecahkan permasalahan dalam
80,18 > X = 74,38, sedangkan dalam uji t kegiatan pembelajaran dan akan berdampak
didapatkan hasil nilai thitung > ttab yaitu 3,648 > pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
2,000. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa siswa yang dibelajarkan dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Menurut pendapatnya, Darmansyah learning berbasis multimedia dengan siswa


(2011:12) menyatakan bahwa pembelajaran yang mengikuti pembelajaran konvensional
yang menyenangkan atau joyful learning pada hasil belajar IPS.
akan dapat meningkatkan pemahaman, Dari uraian tersebut dapat terlihat
mempertinggi daya ingat dan memberi keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful
peluang kepada siswa untuk memfungsikan learning berbasis multimedia antara lain
otak memori dan otak berpikirnya secara pengkondisian suasana kelas yang
optimal. Pendekatan joyful learning yang membuat siswa rileks sehingga siswa
dipadukan dengan penggunaan multimedia berani aktif untuk berinteraksi dalam
membuat siswa tertarik perhatiannya untuk proses pembelajaran ditambah pula
ikut serta berinteraksi pada proses penggunaan multimedia yang membuat
pembelajaran seperti pendapat yang proses pembelajaran menjadi menarik dan
dikemukakan Riyana (dalam Asyhar, dapat menimbulakan suasana
2012:29), melalui media suatu proses pembelajaran yang menyenangkan.
pembelajaran bisa lebih menarik dan Dibandingkan pembelajaran konvensional
menyenangkan. Secara umum manfaat yang yang hanya berpedoman pada guru
dapat diperoleh dari pembelajaran multimedia sebagai sumber belajar selain itu metode
adalah proses pembelajaran lebih menarik, yang digunakan lebih banyak pada
lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat ceramah sehingga timbul rasa bosan pada
dikurangi, kualitas belajar siswa dapat siswa dan berdampak pasifnya siswa
ditingkatkan (Daryanto, 2010:52). Melihat dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
pernyataan tersebut terlihat kaitan antara memperlihatkan bagaimana perbedaan
pendekatan joyful learning dengan yang terjadi antara siswa yang mengikuti
multimedia yang saling terintegrasi untuk pembelajaran melalui pendekatan joyful
mengembangkan pembelajaran sehingga learning berbasis multimedia dengan siswa
bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu yang mengikuti pembelajaran konvensional
pembelajaran yang menyenangkan akan pada hasil belajar IPS.
terwujud jika guru bisa menggunakan media
yang variatif dan inovatif. SIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian tersebut dapat terlihat Berdasarkan penelitian yang telah
keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful dilaksanakan dan diperoleh hasilnya maka
learning berbasis multimedia antara lain dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengkondisian suasana kelas yang perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
membuat siswa rileks sehingga siswa siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
berani aktif untuk berinteraksi dalam pendekatan joyful learning berbasis
proses pembelajaran ditambah pula multimedia dengan siswa yang mengikuti
penggunaan multimedia yang membuat pembelajaran konvensional siswa kelas V SD
proses pembelajaran menjadi menarik dan Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
dapat menimbulakan suasana Selatan tahun ajaran 2013/2014. Hal ini
pembelajaran yang menyenangkan. dapat terlihat dari skor rata-rata yang
Dibandingkan pembelajaran konvensional diperoleh pada siswa yang mengikuti
yang hanya berpedoman pada guru pendekatan joyful learning berbasis
sebagai sumber belajar selain itu metode
multimedia yaitu X = 80,18 dan siswa yang
yang digunakan lebih banyak pada
menguikuti pembelajaran konvensional yaitu
ceramah sehingga timbul rasa bosan pada
siswa dan berdampak pasifnya siswa X = 74,38. Demikian pula hasil
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut penghitungan uji t diperoleh ttab (α=0,05;78) =
memperlihatkan bagaimana perbedaan 2,000 dan thitung = 3,648. Ternyata diperoleh
yang terjadi antara siswa yang mengikuti nilai thitung = 3,648 > ttab (α=0,05;78) = 2,000,
pembelajaran melalui pendekatan joyful dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

pendekatan joyful learning berbasis Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran


multimedia berpengaruh terhadap hasil Menyenangkan dengan Humor.
belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Jakarta: Bumi Aksara.
Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran
2013/2014. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.
Adapun saran pada penelitian ini Yogyakarta: Gava Media
yaitu bagi guru Sebelum memulai proses
pembelajaran guru hendaknya Deporter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum
memperhatikan kondisi kelas, buatlah Teaching. Terjemahan Ary Nilandari.
suasana kelas menjadi nyaman sehingga Bandung: Kaifa
siswa merasa rileks dan siap untuk memulai Kosasih, Andreas. 2011. Joyful Learning.
proses pembelajaran. Suasana yang Tersedia pada
menegangkan atau membosankan dapat http://www.ikawinamadiun.com/news
menggangu siswa dalam kegiatan 2.php?op=7 (diakses tanggal 7
pembelajaran, tentunya akan mempengaruhi januari 2013)
hasil belajarnya. Guru bisa menerapkan
pendekatan joyful learning berbasis Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran.
multimedia untuk menciptakan pembelajaran Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
yang menyenangkan, juga tentunya akan
menarik perhatian siswa untuk ikut serta aktif Sumaatmadja, Nursid, dkk. Konsep Dasar
dalam kegiatan pembelajaran di kelas. IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dengan demikian siswa akan bisa
membangun pengetahuannya sendiri Sunarto. 2009. Pembelajaran Konvensional
sehingga pembelajaran akan berpusat pada Banyak Dikritik Namun Paling
siswa. Disukai. Tersedia pada
Bagi siswa yaitu siswa harus aktif http://sunartombs .wordpress.com
dalam kegiatan pembelajaran, jangan takut /2009/03/02/pembelajaran-
untuk bertanya atau memberikan tanggapan. konvensional-banyak-dikritik-namun-
Semakin aktif siswa dalam kegiatan paling-disukai/ (diakses tanggal 7
pembelajaran, tentunya akan semakin januari 2013)
interaktif proses pembelajaran.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis.
Kepada peneliti lain bahwa penelitian
Bandung: Alfabeta
ini terbatas hanya mata pelajaran IPS kelas V
dengan materi peninggalan-peninggalan Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan
sejarah dari masa Hindu, Budha, dan Islam di Pembelajaran. Bandung: Remaja
Indonesia serta menghargai keragaman suku Rosdakarya.
bangsa dan budaya di Indonesia tahun
ajaran 2013/2014. Untuk penelitian Widyanto, Putu. 2011. Pembelajaran
selanjutnya diharapkan agar dilakukan pada Konvensional. Tersedia pada
mata pelajaran dan materi yang berbeda http://putuwidyanto.wordpress.com/2
sehingga dapat menguatkan teori pada 011/01/14/pembelajaran-
penelitian ini. konvensional/ (diakses pada tanggal
7 januari 2013)
Daftar Rujukan
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Winataputra, Udin S., dkk. 2007. Teori
Mengembangkan Media Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Universitas Terbuka.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.


Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai