Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Inklusif Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi
Dosen Pengampu :
Oleh :
Omarius Halawa
NPM 221530001
Saya menyadari bahwa apa yang tersusun dalam makalah ini jauh dari apa
yang diharapkan secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman yang saya miliki. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati saya selaku penyusun menerima kritik, saran, bimbingan, dan
petunjuk – petunjuk dari semua pihak sangat saya harapkan guna kelengkapan dan
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Teknologi Informasi yang membahas dan
mengkaji seputar tentang pendidikan inklusif
Omarius Halawa
221530001
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Inklusif ?.........................3
B. Maksudnya anak berkebutuhan khusus bisa bersekolah
di sekolah umum ?..............................................................................3
C. Apa bedanya Pendidikan (Sekolah) Inklusif dengan Sekolah
Luar Biasa (SLB) ?.............................................................................4
D. Apa tujuan diselenggarakannya pendidikan inklusif ?..................5
E. Kekhususan seperti apa saja yang tergolong dalam kategori
anak inklusif ?.....................................................................................7
F. Dimana sekolah inklusif bisa ditemukan..........................................
BAB II PENUTUP..........................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................9
B. Saran....................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif merupakan seseuatu yang baru di dunia
pendidikan Indonesia. Istilah pendidikan inklusif atau inklusi ,mulai
mengemuka sejak tahun 1990, ketika konferensidunia tentang pendidikan
untuk semua, yang diteruskan dengan pernyataan tentang pendidikan inklusif
pada tahun 1994.
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu,
untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan
belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana
dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya media
pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Seiring dengan perjalanan kehidupan sosial bermasyarakat, ada
pandangan bahwa mereka anak-anak penyandang dissabilitas dianggap
sebagai sosok individu yang tidak berguna, bahkan perlu diasingkan. Namun,
seiring dengan perkembangan peradaban manusia, pandangan tersebut mulai
berbeda. Keberadaannya mulai dihargai dan memiliki hak yang sama seperti
anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa
Negara memberikan jaminan sebenarnya kepada anak-anak berkebutuhan
khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas. Hal ini
menunjukkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan
kesempatan yang sama dengan anak-anak normal lainnya dalam pendidikan.
Hanya saja, jika ditinjau dari sudut pandang pendidikan, karena
karakteristiknya yang berbeda dengan anak normal pada umumnya
menyebabkan dalam proses pendidikannya mereka membutuhkan layanan
pendekatan dan metode yang berbeda dengan pendekatan khusus.
Pemerintah sebagai faktor utama dalam membuat kebijaksanaan
pendidikan mengupayakan program pemerataan pendidikan dengan
penyelenggaraan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif adalah suatu
kebijaksanaan pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang bisa
1
dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh pendidikan tanpa
memandang anak berkebutuhan khusus dan anak normal agar bisa bersekolah
dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk masa depan
hidupnya.
Ruang lingkup media pendidikan inklusif sebaiknya mencakup
semua jenis media pendidikan untuk semua peserta didik termasuk
didalamnya anak berkebutuhan khusus,seperti: Tunanetra, Tuna rungu,
Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, Tuna Wicara, Tunaganda,HIV/AIDS,
Gifeted, Talented, Kesulitan Belajar, Lamban Belajar, Autis, Korban
Penyalahgunaan Narkoba, Indigo, dan lain sebagainya.
Dengan dilatarbelakangi hal tersebut maka dirasa perlu untuk
mempelajari lebih mendalam tentang kajian seputar pendidikan inklusif.
B. Rumusan Masalah
Membahas dan mengkaji seputar tentang pendidikan inklusif
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Inklusif ?
2. Maksudnya anak berkebutuhan khusus bisa bersekolah
di sekolah umum ?
3. Apa bedanya Pendidikan (Sekolah) Inklusif dengan Sekolah
Luar Biasa (SLB) ?
4. Apa tujuan diselenggarakannya pendidikan inklusif ?
5. Kekhususan seperti apa saja yang tergolong dalam kategori
anak inklusif ?
6. Dimana sekolah inklusif bisa ditemukan ?
C. Tujuan
Memahami dan mendalami pertanyaan pertanyaan seputar tentang pendidikan
inklusif
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Inklusif ?
3
tampa diskriminasi, termasuk bagi anak yang penyandang cacat
fisik/mental serta anak yang memerlukan pelayanan khusus sehingga
mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh aksesbilitas
pendidikan.
4
D. Apa tujuan diselenggarakannya pendidikan inklusif ?
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 70 Tahun
2009 menyebutkan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta
didik pada umumnya.
Pengertian yang lain menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa pendidikan inklusif adalah
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk belajar
bersama-sama dengan peserta didik lain pada satuan pendidikan umum
dan satuan pendidikan kejuruan dengan cara menyediakan sarana dan
prasarana, pendidik, tenaga kependidikan dan kurikulum yang disesuaikan
dengan kebutuhan individu peserta didik.
Gambaran pokok pelaksanaan Pendidikan Inklusif dalam
Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
Didik yang memiliki Kelainan dan memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau
Bakat Istimewa, adalah:
1. Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya.
2. Pendidikan inklusif bertujuan:
a. memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;
b. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta
didik.
5
3. Pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit 1 (satu)
sekolah dasar, dan 1 (satu) sekolah menengah pertama pada
setiap kecamatan dan 1 (satu) satuan pendidikan menengah
untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib
menerima peserta didik.
4. Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya
pendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
5. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif
menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik
sesuai dengan bakat, minat, dan potensinya.
6. Pembelajaran pada pendidikan inklusif mempertimbangkan
prinsip- prinsip pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik belajar peserta didik.
7. Pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan paling sedikit 1
(satu) orang guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan
yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif.
8. Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan
pendidikan inklusif sesuai dengan kewenangannya.
9. Pemerintah memberikan penghargaan kepada pendidik dan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan inklusif, satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan inklusif, dan/atau pemerintah daerah yang secara
nyata memiliki komitmen tinggi dan berprestasi dalam
menyelenggarakan pendidikan inklusif.
10. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif yang
terbukti melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini diberi sanksi sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
6
E. Kekhususan seperti apa saja yang tergolong dalam kategori
anak inklusif ?
Kekhususan yang tergolong dalam kategori anak inklusif adalah
Anak-anak yang memiliki kekhususan seperti tunanetra; tunarungu;
tunawicara; tunagrahita; tunadaksa; tunalaras; berkesulitan belajar; lamban
belajar; autis; memiliki gangguan motorik; menjadi korban
penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya;
tunaganda.
Secara umum, siswa berkebutuhan khusus adalah individu yang
memiliki karakteristik menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal:
Kemampuan sensorik
Kemampuan fisik & neuromuskular
Kemampuan mental
Perilaku sosial dan emosional
Kemampuan berkomunikasi
Sebutan atau istilah berkebutuhan khusus semua dikenal dengan
istilah : abnormal, cacat, disabilitas, dan sebagainya. Berikut adalah
beberapa istilah ataupun sebutan yang berkaitan dengan siswa
berkebutuhan khusus:
1. Impairment
Dikaitkan dengan adanya suatu penyakit atau kerusakan suatu
jaringan. Contoh: cerebral palsy
2. Disability
Menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu
fungsi yang secara objektif dapat diukur atau dilihat, karena
adanya kehilangan atau kelainan dari bagian tubuh atau organ
seseorang. Contoh: tidak ada tangan, lumpuh.
3. Handicapped
Merupakan masalah atau akibat dari kerusakan (impaired)
ketika berinteraksi dengan lingkungan atau tuntutan fungsional
yang dibebankan pada seseorang anak luar biasa, pada situasi
tertentu. Bisa jadi tidak mampu pada suatu situasi tapi tidak
pada situasi yang lain.
7
4. Kategori Ketunaan
Di Indonesia dikenal beberapa kategori ketunaan, sebagai
berikut ;
Tunanetra: masalah gangguan penglihatan, bersekolah di
SLB A
Tunarungu: masalah gangguan pendengaran, bersekolah
di SLB B
Tunawicara: masalah gangguan bicara, bersekolah di
SLB B
Tunagrahita: masalah keterbalakangan mental ,
bersekolah di SLB D
Anak dengan kesukaran belajar khusus
Tunadaksa: masalah keterbatasan fisik
Tunalaras: masalah perilaku
Tunaganda: dua atau lebih ketunaan
Anak Berbakat
8
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan
yang sistemik. Pendidkan inklusif mengakomodasi semua anak
berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ normal, diperuntukan bagi
yang memiliki kelainan, bakat istimewa, kecerdasan istimewa dan atau
yang memerlukan pendidkan layanan khusus.
2. Manfaat pendidikan inklusif antara lain: Membangun kesadaran dan
konsensus pentingnya pendidikan inklusif sekaligus menghilangkan sikap
dan nilai yangdiskriminatif, melibatkan dan memberdayakan masyarakat
untuk melakukananalisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan
informasi semua anak pada setiapdistrik dan mengidentifikasi alasan
mengapa mereka tidak sekolah,mengidentifikasi hambatan berkaitan
dengan kelainan fisik, sosial dan masalahlainnya terhadap akses dan
pembelajaran, melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan
monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami isi
darimakalah ini dan tentu dapat menambah pengetahuan seputar dunia
pendidikan inklusif. Semoga pembaca bisa terus menggali wawasanya dengan
terus mencari referensi lainselain dari makalah ini.
9
10