Anda di halaman 1dari 11

MODEL PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IV SDN 19 KAYUARA

Abstrak.

Bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan syarat mutlak bagi siswa untuk aktif belajar.
Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Menulis adalah kemampuan mengekspresikan ide, pikiran, dan gagasan ke dalam bentuk tulisan.
Dalam pembelajaran menulis diperlukan strategi yang tepat agar pembelajaran lebih efektif. Salah
satu strategi pembelajaran bahasa yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi adalah
strategi metakognitif. Model penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis narasi
dideskripsikan melalui tiga tahapan yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pada tahap
perencanaan penting dilakukan untuk mengetahui katrakteristik siswa, mengidentifikasi kemampuan
awal siswa dan persiapan yang matang dalam pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan dapat diketahui
seberapa banyak siswa yang telah menerapkan strategi metakognitif dan keaktifan dalam
pembelajaran. Sedangkan pada tahap penilaian, tergambar proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran.

Kata Kunci: model penerapan, strategi metakognitif, menulis narasi

Bahasa merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan saling meningkatkan kemampuan intelektual.
Bahasa merupakan syarat mutlak bagi siswa untuk aktif belajar. Untuk mengetahui dan memahami apa
yang dipelajari, seorang siswa terutama harus mengerti bahasa yang digunakan, sehingga dengan
mengerti bahasa yang digunakan dalam buku-buku, maka memudahkan baginya untuk aktif belajar.
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami
oleh siswa. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan kreativitas bagi penulis.
Pembelajaran bahasa ragam tulis adalah bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa agar
terampil menulis.

Keterampilan menulis diperlukan kemampuan yang kompleks. Sebelum menulis, seorang penulis
harus memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Selain itu untuk menulis
sebuah angan, secara teknis juga diperlukan pesyaratan dasar yang harus dipenuhi, misalnya
memilih topik, membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikan dalam kalimat dan paragraf,
yang harus disusun secara logis, dan komunikatif.

Keterampilan menulis perlu dilatihkan siswa sejak dini. Terutama bagi siswa sekolah dasar,
mereka masih memerlukan banyak bimbingan dan latihan untuk menumbuhkan minat dan
melatihkan keterampilan menulis. Selain membimbing keterampilan menulis, strategi pembelajaran
yang tepat penting diperlukan untuk mengefektifkan pembelajaran menulis bagi siswa. Menurut Oxford
(1990) Strategistrategi metakognitif adalah penting untuk keberhasilan pembelajaran bahasa.

Dengan strategi metakognitif setiap individu siswa dapat menilai kemampuan diri mereka masing-
masing dalam belajar, setiap siswa dapat menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 1


belajar mereka sendiri. Dengan strategi metakognitif ini pula setiap siswa dapat belajar efektif dengan
memberdayakan modalitas belajar dirinya sendiri yang unik dan tak terbandingkan.

Bagaimana model penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis narasi akan dapat
memberikan gambaran pada para guru dalam mengembangkan strategi metakognitif dalam
pembelajaran dan mengetahui keefektivan strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis narasi.
Berdasar latar belakang tersebut dalam artikel ini akan diuraikan halhal sebagai berikut.
Menulis didefinisikan sebagaimenurunkan ataumelukiskan lambang-lambanggrafik yang
menggambarkan suatu bahasa dan dipakai oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambanglambang grafik tersebut. Dengan demikian, jelas bahwa penanda dan petanda merupakan suatu
sistem dalam bahasa (tulis-lisan) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Tarigan dalam Erdina (2007:11) menjadikan tanda-tanda grafis
sebagai ciri dalam menentukan hakikat menulis disekolah. Apabila dikaitkan dengan pengajaran menulis
di sekolah, definisi tersebut memang dapat digunakan untuk menggambarkan kegiatan menulis, tetapi
tampaknya hanya untuk pengajaran menulis di sekolah dasar kelas rendah (keterampilan menulis awal).
Pada fase awal pengajaran menulis tersebut sangatlah dipentingkan penggambaran huruf-huruf secara
tepat oleh siswa.

Pembelajaran menulis di kelas-kelas tinggi, merupakan kegiatan yang tidak hanya menghafalkan
imbol-simbol, melainkan kegiatan yang mengekspresikan ide, pikiran, dan gagasan ke dalam bentuk
bahasa tulis (Razak dalam Erdina, 2007:11). Lebih lanjut Razak menyatakan bahwa menulis pada
hakikatnya menggunakan lambang-lambang bahasa untuk melukiskan ide, gagasan, pikiran, dan
sebagainya.
Menulis memerlukan keterampilan khusus. Syafiie (1998:45) mengemukakan bahwa untuk
menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus memiliki kemampuan khusus kearah itu. Kemampuan
yang dimaksud adalah
(a) kemampuan menemukan masalah yang akan ditulis,
(b) kepekaan terhadap kondisi pembaca,
(c) menyusun perencanaan penulisan,
(d) kemampuan menggunakan bahasa Indonesia, (
e) memulai menulis, dan
(f) memeriksa naskah karangan sendiri.
Proses menulis adalah salah satu cara untuk memahami perintah baca yang menekankan pada usaha
untuk melihat produk tulisan yang dibuat oleh siswa tentang apa yang merekan pikirkan dan kerjakan
saat mereka menulis. Menurut Tompkins (1994:7) tahap-tahap proses menulis adalah :
(1) pra menulis,
(2) pengonsepan,
(3) revisi,
(4) penyuntingan, dan
(5) pemajangan.

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 2


Sejalan dengan pendapat tersebut Syafiie (1988:47) menyatakan menulis bukanlah pekerjaan yang
sekali jadi , melainkan pekerjaan “berulangulang” artinya kegiatan menulis yang dilakukan dalam
penyusunan naskah dikerjakan dengan menuliskan bagian yang berkelanjutan, dan membuka kembali
setiap bagian yang selesai ditulis untuk memperbaikinya jika terdapat kesalahan.

Menurut (Graves dalam Tompkins 1994:8) membagi kegiatan menulis dalam tahapan pramenulis, tahap
menulis, dan tahap pasca menulis. Berdasar pendapat tersebut, proses menulis yang dimaksudkan dalam
penelitian ini tahap proses menulis meliputi (
1) tahap pra menulis,
(2) tahapmenulis dan
(3) tahap pasca menulis akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1) Tahap Pramenulis

Tahap pra menulis adalah tahapan yang dilakukan sebelum kegitan menulis. Tahapan ini yang berupa
pemilihan topik, mengorganisasikan ide dengan pemetaan konsep yang akan ditulis, dan pembuatan
draft atau kerangka tulisan.
2) Tahap menulis
Pada tahap menyusun konsep ini siswa merangkum ide-ide yang ada relevansinya dengan kegiatan
yang disusun sebelumnya. Tahap ini tepat digunakan oleh guru untuk menjelaskan kepada siswa dalam
engungkapkan isi gagasan, menyusun kalimat, menggunakan kosa kata menggunakan ejaan, dan
menggunakan tanda baca.

Disamping hal tersebut, tahapan ini merupakan tahapan untuk menuangkan seluruh ide gagasan yang
dimiliki oleh siswa sesuai dengan perencanaannya. Kegiatan ini disebut kegiatan penulisan draft kasar
karena hasil tulisan baru bersifat sementara. Pada tahap ini, siswa hanya menulis ide tanpa
memperhatikan aspek mekanik dan konsepsi isi secara intensif.
3) Tahap Pasca Menulis
Pada tahap pascamenulis meliputi
(1) perbaikan,
(2) penyuntingan, dan
(3) pemajangan.
Tahap perbaikan siswa belajarmelihat kembali atau menghaluskan kembali ide-ide tulisannya dengan
cara menambah, menguarangi, mengganti, menghilangkan, atau pun menyusun kembli konsep yang
pertama.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara (revisi berpasangan atau pengembangan perasaan pembaca.

Tahap penyuntingan ini menetapkan tahap penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan. Tahap ini
terutama difokuskan pada kesalahan mekanik, kesalahan mengungkapkan isi gagasan, kesalahan
menyusun kalimat, kesalahanmenggunakan kosa kata, kesalahan menggunakan ejaan, dan kesalahan
menggunakan tanda baca dalam karangan.
Karangan narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa-peristiwa sehingga seolaholah pembaca melihat atau mengalami peristiwa itu (Keraf,

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 3


1992:135). Demikian pula Nurudin (2010:71) menyatakan bahwa narasi pada umumnya merupakan
himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang berisi rangkaian
suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Karangan narasi biasanya diceritakan secara
kronologis dan mengandung plot atau rangkaian cerita. Dalam narasi terdapat tokoh dan konflik yang
diceritakan. Tokoh tersebut bisa berwujud manusia atau bukan manusia.

Menurut Sunendar (2011:2) strategi adalah teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan
strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih oleh pengajar dalam proses pembelajaran yang
dapat membantu dan memudahkan peserta didik ke arah tercapainya tujuan pembelajaran.

Strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir peserta didik tentang cara berpikir mereka sendiri
dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat. Metakognitif ini memiliki dua komponen
yaitu pengetahuan tentang kognisi dan dan mekanisme pengendalian atau pemantauan kognisi.
Metakognitif mementingkan how to learn, yaitu belajar bagaimana seharusnya belajar (Subyantoro
dalam Sunendar: 2011).
Dengan kata lain metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak
diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui
kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar
efektif
Menurut oxford (1990:6) Ada 3 strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih
kesuksesan belajar siswa, seperti berikut.

1) Memusatkan Pembelajaran

Penggunaan strategi ini memberikan suatu fokus pada pembelajaran bahasa, meliputi;
Pemandangan umum dan penghubungan dengan material yang telah diketahui. Strategi ini dapat
diselesaikan dengan banyak cara 3 langkah, yaitu;
(a) mempelajari mengapa suatu kegiatan dilakukan,
(b) membangun kosa kata yang dilakukan, dan
(c) membuat asosiasi/ hubungan.

2) Menyusun dan Merencanakan Pembelajaran

Rangkaian ini berisi6 strategi,. Strategi tersebut meliputi: mencari tahu tentang pembelajaran bahasa,
mengatur, menentukan sasaran dan tujuan, mengidentifikasi maksud tugas, merencanakan tugas, serta
mencari kesempatan praktik.

3) Mengevaluasi pembelajaran

Di dalam mengevaluasi pembelajaran ada dua strategi terkait, keduanya membantu para pembelajar
dalam memeriksa kinerja bahasa mereka. Strategi yang satu meliputi mencatat dan belajar dari

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 4


kesalahan, dan strategi lainnya berkaitan dengan pengevaluasian perkembangan bahasa keseluruhan.
Kedua strategi tersebut adalah pengawasan diri dan pengevaluasian diri.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Model penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis narasi siswa kelas IVA SDN
19 Kayua pada penelitian ini akan diuraikan dalam 3 tahap.
Tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Model penerapan strategi
metakognitif pada tahap perencanaan dilaksanakan melalui kegiatan wawancara, pretes, dan menyiapkan
instrument pembelajaran.

Wawancara dilakukan dengan guru bahasa Indonesia dengan menggunakan pedoman wawancara.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik siswa, situasi pembelajaran, dan strategi yang
telah digunakan guru dalam pembelajaran sebelum dilaksanakan penelitian.

Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang menulis narasi. Data kemampuan
awal ini digunakan untuk acuan keefektifan penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran
menulis narasi.

Penyiapan instrument pembelajaran penting dilakukan. Dengan persiapan instrument yang baik akan
mempermudah proses pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang perlu dipersiapkan dalam model
penerapan strategi metakognitif meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan
siswa, format penilaian oleh siswa maupun oleh guru, dan lembar pengamatan.

Silabus dan RPP yang digunakan dalam penelitian dengan kompetensi dasar (menyusun karangan
tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan). Pada RPP tersebut
pembelajaran dirancang untuk dua kali pertemuan atau 5 jam pelajaran.

Model penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran narasi pada tahap pelaksanaan menerapkan
3 strategi pada dua kali pertemuan. Strategi tersebut meliputi: memusatkan pembelajaran, menyusun
dan merencanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi diri.

a) Pertemuan Ke-1

Pada pertemuan ke-1 kegiatan pembelajaran menulis narasi siswa kelas IVA dilaksanakan pada
30 April 2020 pukul 09.0010.45 WIB menerapkan tiga strategi metakognitif. Penerapan strategi
metakognitif tersebut diuraikan sebagai berikut.

1) Memusatkan pembelajaran

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 5


Dalam pembelajaran menulis narasi dilaksanakan dengan strategi yang tepat, sehingga tidak terjadi
kebingungan. Siswa melakukan senam katak terlebih dahulu untuk memusatkan perhatian. Menurut
Hasan (2012:27) seorang penulis perlu pikiran yang rileks, kesenangan hati dan kemauan yang timbul
dari dalam hati. Dengan kegiatan senam katak diiringi musik yang menyenangkan siswa merasa rileks
dan perhatiannya terpusat pada pembelajaran.
Peninjauan prinsip- prinsip dasar menulis narasi dilaksanakan untuk menghubungkan dengan apa yang
diketahui siswa. Selain hal tersebut sebagai persiapan menulis disertai tanya jawab untuk
menghubungkan materi menulis narasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

2) Menyusun dan Merencanakan Pembelajaran


Menurut Jauhari (2020: 17) persiapan menulis yang baik akan menghasilkan tulisan yang baik pula.
Dalam melakukan persiapan menulis perlu mencari informasi-informasi tambahan sesuai dengan tulisan
yang akan dibuat dan mensistematiskannya agar tulisan tersusun dengan baik.
Tahap persiapan menulis pada pembelajaran meliputi fase mencari, menemukan, dan mengingat
kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya
untuk mengembangkan ide-ide yang akan ditulis agar isinya tersaji dengan baik dan enak dibaca.
Dalam kegiatan ini siswa kelas IVA mencari ide dengan kelompok kecil untuk menentukan
topik, embuatmind mapping dan membuat kerangka karangan.
Kegiatan ini bertujuan agar siswa menuangkan ide-ide sebelum menulis. Disamping hal tersebut
aktifitas semacam ini membantu siswa mengeluarkan ide-idenya sendiri dan mulai mengembangkannya
dalam bentuk kerangka karangan sebagai persiapan untuk tugas menulis narasi.

Keterampilan pemusatan perhatian diterapkan dengan memperhatikan cara membuat mind mapping
pada layar LCD, belajar berkelompok untuk menentukan topik dan membuat mind mapping dengan
bolpen warna-warni, mengurangi gangguan dalam kelas dengan mengingatkan murid berkonsentrasi,
dan memberikan penghargaan pada siswa yang mematuhinya.

Pada kegiatan ini siswa begitu asyik mengerjakan tugasnya, diskusi dengan serius, dan menyelesaikan
tugas dengan baik. Namun terdapat tiga siswa yang kurang konsentrasi dalam mengerjakan tugas.
Setelah diteliti mereka adalah siswa yang kurang adanya persiapan menulis, belum memahami prasyarat
menulis narasi. Hal ini disebabkan kurangnya memperhatikan penjelasan tentang aspek-aspek menulis,
dan kurangnya kegiatan membaca.

Sunendar (2011: 248) menyatakan dalam kegiatan menulis seorang penulis memiliki lebih banyak
kesempatan untuk mengatur diri baik dalam hal apa yang akan diungkapkan maupun bagaimana cara
mengungkapkannya. Jelas dalam menulis aspek kebahasaan sangatlah penting. Strategi ini dilaksanakan
dengan menemukan apa yang termasuk dalam pembelajaran menulis narasi. Hal-hal yang dilakukan
adalah memanfaatkan waktu dalam kelas untuk berdiskusi menyusun mind mapping yang memuat
unsur-unsur cerita yang akan ditulis dalam bentuk narasi. Dalam mind mapping mencantumkan unsur-
unsur cerita yang dikembangkan melalui diskusi serta mempelajari cara menulis narasi.

Perencanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menyiapkan berbagai peralatan, seperti menyiapkan


lingkungan fisik sebaik mungkin, penjadwalan yang baik, dan penyimpanan buku catatan pembelajaran
bahasa. Pertama, dengan menyiapkan lingkungan fisik yang baik. Siswa dibentuk kelompok kecil

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 6


beranggotakan 3 orang sebanyak 12 kelompok, sedangkan dua kelompok lagi beranggotakan 4 orang
siswa dengan duduk satu deret bersama kelompoknya agar mendapat tempat yang nyaman untuk
pembelajaran menulis dan berdiskusi.

Kedua, siswa dibantu untuk mengatur waktu dalam menyelesaikan tugas dalam kelas. Selain dalam
kelas siswa juga dibimbing menyusun jadwal kegiatan di luar kelas. Di luar kelas siswa dibimbing agar
banyak membaca cerita, mengidentifikasi unsurunsurnya, serta memperhatikan struktur kalimat yang
digunakan dalam cerita. Selain buku cerita siswa juga dibimbing untuk mengagendakan waktu untuk
membaca buku EYD untuk mempelajari penggunaan tanda baca dan ejaan. Dengan banyak membaca
maka siswa akan banyak mendapat inspirasi dalam kegiatan menulis narasi pada pertemuan berikutnya.
Ketiga, buku catatan pembelajaran bahasa digunakan siswa untuk bantuan pengaturan jadwal bagi siswa.
Buku catatan selain mencatat hasil kegiatan di luar kelas juga digunakan untuk mencatat hal-hal penting
untuk diingat, misalnya penggunaan tanda baca dan ejaan yang dijelaskan guru atau dari hasil membaca
buku yang dilakukan secara mandiri.

Oxford (1990:28) menyatakan bahwa sasaran dan tujuan adalah ekspresi dari target siswa untuk
pembelajaran menulis narasi. Sasaran dan tujuan dicatat dalam buku pembelajaran bahasa, bersama
batasan waktu penyelesaian. Target menulis siswa adalah menyelesaikan tugas menulis narasi tepat
waktu.

Tujuan tugas menulis ditetapkan oleh siswa sebelum menyiapkan perangkat menulis.
Tujuan siwa menulis diantaranya menghibur teman dengan membuat cerita yang lucu,
menginformasikan kepada teman tentang tempat yang dikunjungi, atau membangkitkan perasaan
gembira. Hal ini diketahui dari kegiatan tanya jawab guru dengan siswa. Dengan menetapkan tujuan
menulis, siswa akan dapat menghasilkan tulisan dengan sistematis dan mudah dipahami pembaca.

Khusus untuk tugas menulis narasi siswa dipersyaratkan agar menguasai unsur-unsur cerita, penggunaan
huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan cara penulisan karangan. Setelah memahami unsur-unsur
cerita, halhal tersebut ditulis dan pengemangan ide-idenya dituangkan dalam bentuk mind mapping
secara berdiskusi. Siswa juga telah mendapat pengetahuan yang diperlukan untuk pembelajaran menulis
narasi dari penjelasan guru maupun kegiatan di luar jam sekolah untuk membaca buku yang dimiliki
atau mencari sumber bacaan di perpustakaan.

Kegiatan berikutnya siswa diberi tugas untuk berlatih menulis karangan di rumah dengan memanfaatkan
waktu sesuai jadwal yang dibuat. Strategi ini diterapkan untuk melatih tanggungjawab siswa supaya
memanfaatkan kesempatankesempatan mereka untuk berlatih. Agar siswa bisa menulis dengan baik
maka perlu banyak membaca cerpen kemudian berlatih menulis. Menurut Hasan (2012:33) penulis yang
baik adalah pembaca yang baik. Jika tidak, seorang penulis akan mengalami kebuntuan atau stagnasi
saat menggoreskan pena di atas kertas.

3) Mengevaluasi pembelajaran

Pada tahap evaluasi pembelajaran ini siswa melakukan evaluasi diri terhadap hasil karyanya.

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 7


Siswa menilai mind mapping dan kerangka karangan hasil kerja kelompok mereka. Penilaian yang
dilakukan berdasar kriteria yang sudah ditetapkan pada lembar penilaian yang disediakan untuk tiaptiap
kelompok.
Lembar penilaian mind mapping maupun penilaian kerangka karangan oleh siswa disusun secara
sederhana berupa pernyataanpernyataan kemudian siswa hanya memberi tanda cek pada kolom ya atau
tidak. Pada penilaian mind mapping maupun penilaian kerangka karangan memuat 6 pernyataan.
Setelah melakukan evaluasi diri, siswa secara berkelompok menganalisa hasil evaluasi. Langkah
berikutnya
melakukan perbaikan karyanya berdasar kriteria penilaian yang belum terpenuhi.

b) Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 pembelajaran menulis narasi siwa kelas IVA dilaksanakan pada 3 mei 2020 pukul
09.00–10.10 WIB. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke-2 menerapkan tiga tahapan
strategi metakognitif seperti berikut.

1) Memusatkan Pelajaran

Langkah pemusatan perhatian dilaksanakan dengan menerapkan tiga langkah strategi. Ketiga langkah
strategi tersebut meliputi kegiatankegiatan menghubungkan materi pembelajaran dengan pengetahuan
siswa, memperhatikan penjelasan tentang tugas menulis narasi, dan menunda pembicaraan dengan
mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti pada uraian berikut.
Mengubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan siswa dilakukan dengan Tanya jawab
tentang topik karangan yang telah ditentukan, mind mapping, dan kerangka karangan. Sebelum menulis,
siswa membaca dan mempelajari kembali mind mapping dan kerangka karangan mereka.

Langkah berikutnya siswa memperhatikan penjelasan tentang tugas menulis narasi. Kegiatan
yang dilakukan siswa adalah mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
dan langkah-langkahnya, serta teknik menulis narasi.

Menunda pembicaraan dilakukan siswa dengan mencatat hal-hal penting dan langkah-langkah
pembelajaran pada buku catatan. Setelah itu siswa membaca buku tentang teknik penulisan karangan
maupun penggunaan ejaan dan tanda baca.

2) Menyusun dan merencanakan pembelajaran

Pada langkah strategi menyusun dan merencanakan pembelajaran pada pertemuan ke-2 ini meliputi lima
langkah kegiatan. Lima langkah kegiatan tersebut meliputi
(a) mengatur tempat duduk yang nyaman dan menyiapkan alat tulis;
(b) Mencari informasi dengan bertanya guru tentang tugas yang belum dipahami;
(c) menentukan tujuan menulis narasi;
(d) memahami langkah-langkah melaksanakan tugas menulis narasi;
(e) mencari kesempatan praktik.

Berikut ini uraian dari langkah-langkah kegiatan tersebut.

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 8


Sebelum menulis siwa duduk berkelompok sesuai kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan ke-1.
Mereka duduk berderet bersama kelompoknya agar merasa nyaman dalam pembelajaran. Halini
dilakukan mengingat tugas menulis pada pertemuan ini masih berkaitan dengan tugas sebelumnya.
Selanjutnya siswa menyiapkan alat yang telah disediakan guru berupa LKS untuk menulis karangan
maupun lembar penilaian karangan oleh siswa.

Siswa mencari informasi dengan bertanya kepada guru tentang tugas yang belum dipahami melalui
kegiatan membaca kerangka karangan yang telah dibuat berkelompok. Kemudian siswa
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan tugas menulis.

Pada tahap menentukan tujuan,langkah pembelajaran yang dilakukan guru adalah memotivasi siswa
dengan menunjukkan tugas mengarang serta Tanya jawab tentang tujuan mengarang. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tahapan memahami langkahlangkah melaksanakan tugas menulis karangan dilakukan siswa dengan
memperhatikan penjelasan guru tentang lagkah-langkah mengarang dan membaca instruksi di LKS.
Setelah siswa mempelajari kerangka karangan, baru mengembangkan kerangka karangan menjadi draft
karangan narasi.

Tahap mencari kesempatam praktik dilakukan siswa dengan menulis draf karangan narasi secara
individu. Semua siswa berusaha menulis yang terbaik sesuai criteria karangan yang telah ditetapkan.
Draf karangan siswa ditulis dengan berdasar kerangka karangan yang telah disusun.

3) Pengevaluasian diri

Penerapan strategi ini dilakukan siswa dengan menyunting karangan dan melakukan
perbaikan karangan. Setelah menulis draft karangan narasi, siswa mulai
merevisi draft ,strategi ini dilaksanakan dengan kegiatan memperhatikan dan memperbaiki kesalahan-
kesalahan mereka sendiri dalam menulis narasi berdasar format penilaian oleh siswa. Siswa mencatat
kesalahan –kesalahan dalam buku catatan mereka. Dengan mengingat kesalahan tertentu siswa akan
menjadi sangat sadar diri akan pekerjaannya yaitu karangan narasi yang telah ditulis.

Siswa saling bantu dalam memonitor kesulitan-kesulitannya. Suasana dibuat tenang sehingga teman
sebaya atau antar kelompok saling membaca dan memberi komentar karangan narasi mereka. Siswa
mengoreksi karya temannya dengan kriteria penilaian yang sederhana kemudian memberi tanda cek
pada tabel. Tabel tersebut berisikan kriteria untuk memonitor penulisan judul, penggunaan huruf besar,
dan tanda baca.

Dari proses tersebut ada lima siswa yang melakukan kesalahan dalam melakukan penilaian. Siswa yang
penulisan huruf kapital belum benar ternyata dalam penilaian dicek kolom ya atau sudah benar.
Demikian juga kesalahan pada penulisan nama tokoh, atau pun penggunaan tanda baca.

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 9


Mengevaluasi diri ini juga dilaksanakan dengan meninjau kembali tulisan mereka berdasar
komentar teman atau penilaian teman berdasar format penilaian. Disamping hal tersebut siswa
juga membandingkan tulisannya dengan tulisan temannya. Setelah mengetahui kesalahan pada draft
karangannya, siswa melakukan perbaikan dengan menghapus bagian-bagian yang salah dan
membetulkannya. Bagi siswa yang menulis dengan pensil mereka cukup dengan cara menghapus dan
menulis pembetulannya. Sedangkan mereka yang menulis dengan bolpen melakukan perbaikan karya
dengan menghapus tulisan dengan tipex atau bahkan menulisnya kembali.
\
Penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis narasi pada tahap penilaian meliputi
penilaian proses atau unjuk kerja dan penilaian hasil atau produk.
Pada penilaian proses guru memonitor proses pembelajaran siswa saat berdiskusi berdasar format
penilaian. Aspek yang diamati pada penilaian proses adalah penerapan strategi metakognitif siswa dalam
proses pembelajaran dan aspek dalam kerja kelompok yang mengintegrasikan pendidikan karakter.

Penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil belajar siswa berupa karangan narasi. Adapun
aspek yang dinilai pada karangan narasi meliputi penokohan, alur, isi, kebahasaan, dan ejaan.

Berdasar hasi penelitian terdapat beberapa temuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
strategi metakognitif ditemukan ada
5 kelompok melaksanakan keterampilan metakognitif dengan sangat baik. Ada 7 kelompok
melaksanakan keterampilan metakognitif cukup baik.Terdapat 2 kelompok belum mengoptimalkan
keterampilan metakognitifnya.
Penilaian hasil menunjukkan 26 siswa telah mencapai KKM. Siswa yang mengalami
peningkatan hasil belajar menulis narasi sebanyak
31 siswa atau 76 %. Dengan demikian penerapan strategi metakognitif efektif dalam pembelajaran
menulis narasi siswa kelas IVA SDN Sukun 1 Kota Malang.

SIMPULAN DAN SARAN

Model penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran narasi pada tahap perencanaan penting
dilakukan untuk mengetahui katrakteristik siswa, mengidentifikasi kemampuan awal siswa dan
persiapan yang matang dalam pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan dapat diketahui seberapa banyak
siswa yang telah menerapkan strategi metakognitif dan keaktifan dalam pembelajaran. Sedangkan pada
tahap penilaian, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran dapat diketahui secara nyata. Hal ini dapat
digunakan untuk mengukur kefektifan pembelajaran menulis narasi dengan strategi metakognitif.

Dengan artikel model penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis narasi, disarankan
kepada para guru bahasa Indonesia dapat membelajarkan siswa untuk belajar mandiri dengan strategi ini
dalam pembelajaran menulis. Bagi peneliti lain strategi metakognitif ini dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut pada keterampilan berbahasa yang lain dengan jenis penelitian yang berbeda.

Daftar Rujukan
Erdina,Sinta. 2007. Melatih Anak Pandai Mengarang. Bandung: PPPTK dan PLB

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 10


Hasan, Abdillah. 2012. Jadi Penulis Top? Gampang!. Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Jauhari, Heri. 2020. Terampil Mengarang. Bandung: Nuansa.
Keraf, Gorys.1992. Argumentai dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama.
Nurudin. 2010. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press.
Oxford, Robecca L. 1990. Language Learning Strategies. New York: Universitas Alabama.
Sunendar, Dadang dan Iskandarwassid. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Syafie, Imam. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tompkins,G.E. 1994. Teaching Writing: Balancing process and product. New York: Macmillan Collage
Publishing Company.

LENI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2021 ___________________________Halaman | 11

Anda mungkin juga menyukai