Teaching english as a second language means teaching four skills, they are listening, reading, speking
and writting. In fact, it is hard for teachers to teach writting. As we know teaching writting is not
only produce a write but also gramatical form and syntatic pattern based on the difficulty of teaching
writting. In this articles the writer offers a model to teach writting which calls Chain writting. A
model is used to produce a write in a group as a train for student to produce individually.
A. Pendahuluan
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sentral dalam meningkatkan perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan diharapkan mampu menunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.oleh sebab itu pembelajaran bahasa terutama bahasa
Inggris sebagai bahasa kedua hendaknya mengajarkan keempat kemampuan yang harus dimiliki oleh
peserta didik.
Pembelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Belajar tidak hanya sekedar
menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Anak belajar
mengalami, mencatat sendiri pola pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja
oleh guru
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini siswa
membangun makna dan pemahaman dengan bimbimgan guru. Kegiatan belajar mengajar hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal hal secara lancar dan termotivasi.
Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di, sekolah terutama guru
diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik materi, siswa, guru dan sumber daya
yang tersedia di sekolah.
Pada kenyataannya di sekolah untuk bisa mengajarkan keempat kemampuan secara seimbang
bukanlah cara yang mudah, terutama dalam mengajar kemampuan menulis (writting), kemampuan
yang satu ini sering sulit untuk diajarkan. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
tulisan.Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan
tulisan yang runtut dan padu. Agar dapat mengajarkan pembelajaran dengan baik diperlukan suatu
kejelian dari pengajar untuk dapat memilih dan menggunakan strategi maupun metode pembelajaran.
Penulis menawarkan suatu metode pembelajaran yang bisa dipakai sebagai alternatif dalam
pembelajaran menulis (writting). Metode ini dinamakan Chain writting, metode ini sangat effektif
untuk menumbuhkan kebiasaan menulis bagi peserta didik.
B. Pembahasan.
Pada Zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi contoh lukisan
yang sudah jadi dan baik, yang mana lukisan tersebut dibuat oleh seorang master, yaitu seorang ahli
melukis yang sudah terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi sampai sebisa-
bisanya, semirip mungkin. Sesudah sepuluh-dua puluh kali mencoba, sang murid akan mendapatkan
sebuah master baru untuk ditiru. Begitulah seterusnya sampai sang calon pelukis itu bisa melukis
sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas yang sesuai dengan kepribadiannya. Metode ini
dinamakan Copy the Master, yang artinya menirukan tulisan seorang ahli (Marahimin, 2001:21).
Lain di Cina, lain pula di Barat. Kata orang kalau kita belajar melukis cara Barat, kita belajar
mulai dari garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna, dan sebagainya menurut
urutan-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar.
Pembelajaran menulis karangan pun mengenal kedua metode itu, yaitu melalui kaidah-kaidah
yang disuruh hafalkan, dan copy the master. Belajar menulis karangan melalui kaidah-kaidah
menurut hemat penulis adalah ibarat belajar berenang di darat, dan juga cara copy the master yang
justru mematikan kreativitas siswa.
Tujuan orang menulis adalah untuk menjelaskan dan melaporkan responnya atas suatu
pengalaman yang menarik, menyenangkan atau menyedihkan dalam hidup ini (Barnet, 1979: 27).
Sesuatu pengalaman yang menarik, menyenangkan ataupun menyedihkan itu bisa berbentuk sesuatu
yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun dalam bentuk yang lain. Berangkat dari pemikiran
inilah, memperdengarkan karangan atau menayangkan cerita pengalaman adalah merupakan sumber
pembelajaran menulis yang sangat efektif.
Secara teori, Chain Writing adalah dikerjakan dalam kelompok-kelompok yang akan
memberikan kesempatan istimewa pada siswa siswi untuk aktif menulis (Nystrand, 1986), adalah
merupakan teknik yang direkomendasikan dalam rekonstruksi sekolah (Newmann, 1986). Teknik
kelompok ini juga secara luas direkomendasikan sebagai cara memperoleh derajat rasa persamaan
dalam kelas (Oakes and Lipton, 1990). Manfaat dari Chain Writing yang dilaksanakan secara
berkelompok ini adalah tersedianya peningkatan kesempatan komunikasi yang besar sesama siswa
(Kerr, 1985)
Barness dan Todd (1977) menyimpulkan bahwa belajar secara berkelompok lebih efektif dari
cara atau teknik yang lain. Dibanding dengan metode yang lain, kompetisi dan individual, teknik
bekerja secara berkelompok mempunyai nilai lebih (Johnson, 1984). Dalam teknik kompetisi, murid
bekerja berlawanan dengan yang lain dengan tujuan mencapai sesuatu yang hanya bisa diperoleh oleh
seorang siswa, yaitu juara 1. Tentu saja tujuan ini tercapai kalau saja dan jika saja siswa yang lain
gagal. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang aktif karena mereka mengira hanya merekalah yang
bisa mencapai tujuan itu, sementara sebagian besar siswa yang lain hanya ogah-ogahan karena mereka
yakin tidak memperoleh kesempatan sebagai juara 1.
Secara singkat perbedaan antara metode Chain Writing dengan teknik tradisional adalah:
Adapun strategi pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan Chain Writing ini
adalah sebagai berikut:
4. Penilaian
Merespon secara positif terhadap usaha maupun kelebihan peserta didik dalam latihan
menulis merupakan hal yang harus dilakukan pengajar agar dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa
percaya diri peserta didik dalam proses menulis.
Penilaian dilakukan baik ketika proses penyusunan maupun hasil yang telah diselesaikan oleh
peserta didik. Sesuai Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian menggunakan
Penilaian Autentik dimana dalam penilaian ini guru mengukur, memonitor dan menilai semua aspek
hasil belajar (yang mencakup dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor) baik yang tampak
sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan
aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun di luar kelas.
Tema : …………………………
Aspek Pengamatan
Mengkomunikasi
Pendapat Teman
maksimum)x100
Nilai=(Jumlah
kan Pendapat
Jumlah Skor
Jumlah skor
Menghargai
Keaktifan
Toleransi
skor/
1
2
3
KeteranganSkor: Kriteria Nilai
Masing masing kolom diisi dengan kriteria A = 80 - 100 : Baik sekali
4 = Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik
3 = Baik C = 60 – 69 : Cukup
2 = Cukup D = < 60 : Kurang
1 = Kurang
Aspek Penilaian
maksimum)x100
Jumlah Skor
Komunikasi
Keberanian
Wawasan
Antusias
1
2
Kategori
No. Aspek Perilaku
4 3 2 1 Keterangan
1
2
3
4
Keterangan:
4 = Sangat Baik / selalu
3 = Baik / sering
2 = Cukup / kadang kadang
1 = Kurang / Tidak pernah
C, Penutup
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.
2.1. Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi antar pribadi
dengan guru dan teman.
2.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.
2.3. Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam
melaksanakan komunikasi fungsional.
3.7. Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks deskriptif sederhana
tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, sesuai dengan konteks
penggunaannya.
4.10 Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, sederhana, tentang orang, tempat wisata, dan
bangunan bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
C. INDIKATOR
4.10.1. Memberikan contoh teks yang berbentuk diskriptif
4.10.2. Menyusun teks diskriptif tulis dengan menggunakan teknik chain writting , sederhana
tentang tempat wisata
D. MATERI POKOK
Menyusun teks deskriptif tentang tempat wisata
E. TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui model pembelajaran cooperativs learning dengan
tipe chain writting, peserta didik dapat:
1. Berperilaku baik (jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli/kasih sayang, dan percaya
diri) dalam berinteraksi dengan guru
2. Berperilaku patuh pada aturan/kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sehari – hari di
sekolah.
3. Menyusun teks diskriptif tulis dengan menggunakan teknik chain writting sesuai dengan
kaidah yang ada dengan baik dan benar.
F. MATERI PELAJARAN
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan 15 menit
masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)
2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
3. Mengajak berdinamika dengan melakukan Brain gym
4. Mengajak siswa untuk memahami manfaat Brain gym
5. Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang materi tentang teks
deskriptif yang telah didiskusikan sebelumnya
Keterangan:
Diharapkan diskusi akan berkembang pada pembahasan teks
diskriptif dengan media yang lain disekitar siswa sehingga siswa
memiliki gambaran untuk dapat menghasilkan teks yang lebih
baik dan bervariasi.
J. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
a. Penilain Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari
kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
a. Penilaian Proses
1) Penilaian Kinerja
2) Penilaian Produk
.................................................... ...............................................
Barnet, Sylvan.1979. A short Guide to Writting about Literature. Fourth edition. Boston
Toronto:Little, Brown and Company.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2013), Kurikulum 2013 dan Materi Sosialisasi kurikulum
2013.