Anda di halaman 1dari 13

Model Pembelajaran Chain Writting sebagai

alternatif Pembelajaran Menulis


(Bahan Pengayaan Diklat Guru Bahasa Inggris)
Abstrac

Teaching english as a second language means teaching four skills, they are listening, reading, speking
and writting. In fact, it is hard for teachers to teach writting. As we know teaching writting is not
only produce a write but also gramatical form and syntatic pattern based on the difficulty of teaching
writting. In this articles the writer offers a model to teach writting which calls Chain writting. A
model is used to produce a write in a group as a train for student to produce individually.

Key word: second language, chain writting.

A. Pendahuluan

Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sentral dalam meningkatkan perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan diharapkan mampu menunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.oleh sebab itu pembelajaran bahasa terutama bahasa
Inggris sebagai bahasa kedua hendaknya mengajarkan keempat kemampuan yang harus dimiliki oleh
peserta didik.

Pembelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Belajar tidak hanya sekedar
menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Anak belajar
mengalami, mencatat sendiri pola pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja
oleh guru

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini siswa
membangun makna dan pemahaman dengan bimbimgan guru. Kegiatan belajar mengajar hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal hal secara lancar dan termotivasi.
Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di, sekolah terutama guru
diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik materi, siswa, guru dan sumber daya
yang tersedia di sekolah.

Pada kenyataannya di sekolah untuk bisa mengajarkan keempat kemampuan secara seimbang
bukanlah cara yang mudah, terutama dalam mengajar kemampuan menulis (writting), kemampuan
yang satu ini sering sulit untuk diajarkan. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
tulisan.Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan
tulisan yang runtut dan padu. Agar dapat mengajarkan pembelajaran dengan baik diperlukan suatu
kejelian dari pengajar untuk dapat memilih dan menggunakan strategi maupun metode pembelajaran.
Penulis menawarkan suatu metode pembelajaran yang bisa dipakai sebagai alternatif dalam
pembelajaran menulis (writting). Metode ini dinamakan Chain writting, metode ini sangat effektif
untuk menumbuhkan kebiasaan menulis bagi peserta didik.

B. Pembahasan.

1. Sejarah Chain Writting

Pada Zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi contoh lukisan
yang sudah jadi dan baik, yang mana lukisan tersebut dibuat oleh seorang master, yaitu seorang ahli
melukis yang sudah terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi sampai sebisa-
bisanya, semirip mungkin. Sesudah sepuluh-dua puluh kali mencoba, sang murid akan mendapatkan
sebuah master baru untuk ditiru. Begitulah seterusnya sampai sang calon pelukis itu bisa melukis
sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas yang sesuai dengan kepribadiannya. Metode ini
dinamakan Copy the Master, yang artinya menirukan tulisan seorang ahli (Marahimin, 2001:21).

Lain di Cina, lain pula di Barat. Kata orang kalau kita belajar melukis cara Barat, kita belajar
mulai dari garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna, dan sebagainya menurut
urutan-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar.

Pembelajaran menulis karangan pun mengenal kedua metode itu, yaitu melalui kaidah-kaidah
yang disuruh hafalkan, dan copy the master. Belajar menulis karangan melalui kaidah-kaidah
menurut hemat penulis adalah ibarat belajar berenang di darat, dan juga cara copy the master yang
justru mematikan kreativitas siswa.

Tujuan orang menulis adalah untuk menjelaskan dan melaporkan responnya atas suatu
pengalaman yang menarik, menyenangkan atau menyedihkan dalam hidup ini (Barnet, 1979: 27).
Sesuatu pengalaman yang menarik, menyenangkan ataupun menyedihkan itu bisa berbentuk sesuatu
yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun dalam bentuk yang lain. Berangkat dari pemikiran
inilah, memperdengarkan karangan atau menayangkan cerita pengalaman adalah merupakan sumber
pembelajaran menulis yang sangat efektif.

2. Metode metode pembelajaran writing menurut para ahli

Chandrasegaran (2002) menjabarkan bahwa pada pengajaran menulis terdapat prinsip


prinsip umum.Adapun prinsip prinsip tersebut dikategorikan dengan Bagaimana (How), Apa (What)
dan mengapa (Why). Dalam “ bagaimana” ditekankan cara pengajar membantu peserta didik untuk
memperbaiki tulisannya sebelum diserahkan. Untuk pertanyaan “apa” pelajar perlu memerinci aspek
mana yang menjadi perhatian bagi peserta didik dalam tulisannya sebelum diserahkan. Paada
pertanyaan “kapan” meliputi saat yang tepat untuk memberikan penjelasan.
Hedge (2002) berpendapat bahwa ketika menulis, peserta didik harus selalu memikirkan
pembacanya dan selalu mencoba menghasilkan tulisan yang meletakkan fokus pada pembacanya.
Dengan kata lain peserta didik perlu memikirkan apa yang pembaca butuhkan untuk diketahui,
bagaimana membuat informasi yang diungkapkan menjadi jelas dan dapat dimengerti serta kesesuaian
gaya bahasa yang diperlukan.
Ditambahkan Hedge (2001) peserta didik perlu waktu yang cukup untuk belajar menentukan
jenis teks yang berbeda guna mengembangkan ketrampilan menulisnya dalam memahami sebuah
tulisan yang baik. Peserta didik perlu banyak praktik menulis. Selain itu Hedge mengingatkan untuk
memberikan latihan menulis yang cukup terutama jika peserta didik merasa lemah dalam
menulis.Mereka harus mulai mengembangkan rasa percaya dirinya agar mau latihan baik di dalam
maupun di luar kelas. Pengajar perlu menumbuhkan motivasi peserta didik untuk mengembangkan
aktivitas menulis.
Ziv (1984) menyampaikan bahwa beberapa pengajar memulai prosedur dalam mengajar
menulis bahasa asing dengan menugaskan peserta didik menyusun suatu karangan. Pada umumnya
peserta didik mengumpulkan karangannya untuk dibaca pengajar. Pengajar memberikan penilaian atas
komentar atas karangan tersebut dan biasanya hasil tersebut dikembalikan kepada peserta didik.
Peserta didik akan memulai lagi karangan yang lain dengan prosedur yang sama.
Disis lain Hedge (2002) menyatakan bahwa prosedur tradisional pengajaran menulis dengan
memberi tugas kepada peserta didik untuk menulis, menilainya, dan mengembalikan tulisan tersebut,
kurang mengakibatkan efek positif. Prosedur yang sekarang banyak diterapkan oleh praktisi adalah
menggunakan pendekatan proses. Selanjutnya beliau menyampaikan dua metode pengajaran proses
menulis yang banyak diterapkan yaitu conferencing dan reformulation. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut :
Conferencing merupakan pengajaran menulis yang mendiskusikan permasalahan dengan tiap
individu peserta didik yang sedang menyelesaikan tulisannya. Dengan pertanyaan yang cermat
pengajar dapat membantu peserta didik memperoleh ide bersama.Sesudah itu peserta didik menyusun
ide ide untuk mencaribentuk bentuk bahasa yang tepat guna penyususnan karangan.
Reformultion dilakukan dengan cara pemberian sebuah model karangan peserta didik ketika
mengerjakan proses pembuatan draft pertama dari karangannya dapat mengacu kepada model
karangan tersebut. Selanjutnya peserta didik dapat meneruskan karangannya sendiri untuk melakukan
beberapa perbaikan. Peserta didik dapat membandingkan model yang diberikan pengajar dengan hasil
tulisan mereka.
Sejalan dengan cara reformultion diatas, Doff (1999) menyarankan agar aktivitas pengajaran
menulis serupa yang dilakukan secara terkontrol. Dalam pembelajaran menulis terkontrol, peserta
didik jangan hanya menyalin dan hanya mengerjakan latihan berdasarkan model yang telah diberikan.
Mereka juga harus diberikan tugas lain untuk mengembangkan model tersebut, sehingga peserta didik
memikirkan kelanjutannya berdasarkan ide ide mereka sendiri.
Cara pengajaran konvensional lainnya dijelaskan oleh Hedge (2002) melalui aktivitas yang
diawali dengan Perencanaan (planning), perbaikan (revising) dan menghasilkan tulisan berdasarkan
pembaca (producing “reader-based” process). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
Peserta didik harus berkonsentrasi pada keseluruhan makna dan organisasi teks serta terlibat
dalam perencanaan.langkah ini meliputi pemikiran tentang tujuan penulisan karangan. Lamanya
waktu untuk perencanaan akan bervariasi dari penulisan yang spontan sampai dengan yang
membutuhkan pemikiran mendalam.
Peserta didik ketika menulis melakukan beberapa perubahan pada tulisannya setelah
melakukan refleksi. Selama refleksi, peserta didik embaca kembali kalimat kalimat yang telah
ditulisnya. Peserta didik melihat kembali rencana yang telah disusun sebelumnya dengan apa yang
terjadi dan apa yang akan dilakukan berikutnya. Oleh karena itu, peserta didik perlu untuk terus
melakukan revisi terhadap tulisan yang telah dibuatnya. Penulisan berakhir setelah beberapa revisi
dilakukan.
3. Metode Chain Writing
Sebuah penelitian yang diadakan oleh Cohen (1994) dari Stanford University, dengan judul:
Restructuring the Classroom, telah sampai pada kesimpulan bahwa kelompok kerja semacam Chain
Writing bisa diterima sebagai metode dalam mencapai peningkatan tujuan pembelajaran. Cara seperti
ini menghasilkan pemerolehan belajar, pengembangan daya pikir yang lebih tinggi, perkembangan
perilaku sosial, cara mengadakan interaksi dan merupakan sebuah cara untuk memanage
keheterogenan akademis dalam kelas.

Secara teori, Chain Writing adalah dikerjakan dalam kelompok-kelompok yang akan
memberikan kesempatan istimewa pada siswa siswi untuk aktif menulis (Nystrand, 1986), adalah
merupakan teknik yang direkomendasikan dalam rekonstruksi sekolah (Newmann, 1986). Teknik
kelompok ini juga secara luas direkomendasikan sebagai cara memperoleh derajat rasa persamaan
dalam kelas (Oakes and Lipton, 1990). Manfaat dari Chain Writing yang dilaksanakan secara
berkelompok ini adalah tersedianya peningkatan kesempatan komunikasi yang besar sesama siswa
(Kerr, 1985)

Barness dan Todd (1977) menyimpulkan bahwa belajar secara berkelompok lebih efektif dari
cara atau teknik yang lain. Dibanding dengan metode yang lain, kompetisi dan individual, teknik
bekerja secara berkelompok mempunyai nilai lebih (Johnson, 1984). Dalam teknik kompetisi, murid
bekerja berlawanan dengan yang lain dengan tujuan mencapai sesuatu yang hanya bisa diperoleh oleh
seorang siswa, yaitu juara 1. Tentu saja tujuan ini tercapai kalau saja dan jika saja siswa yang lain
gagal. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang aktif karena mereka mengira hanya merekalah yang
bisa mencapai tujuan itu, sementara sebagian besar siswa yang lain hanya ogah-ogahan karena mereka
yakin tidak memperoleh kesempatan sebagai juara 1.

Secara singkat perbedaan antara metode Chain Writing dengan teknik tradisional adalah:

Chain Writing Tradisional

o kerja sama o tanpa kerjasama


o persamaan individu o tanpa persamaan individu
o heterogen o homogen
o pembagian kepemimpinan o tanpa pembagian kepemimpinan
o pembagian tanggung jawab pada o tanggung jawab hanya ada pada diri
masing-masing individu pribadi
o ditekankan pada tugas dan o ditekankan pada tugas individu saja
penyelesaiannya
o ketrampilan bersosialisasi diperoleh
o ketrampilan bersosialisasi diabaikan
langsung
o guru sebagai pusat pembelajaran
o guru sebagai fasilitator
(teacher centered)
o tanpa proses gruping
o grup memproses keaktifannya

Adapun strategi pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan Chain Writing ini
adalah sebagai berikut:

(1) Menyediakan kertas plano, marker (spidol), selotip, dan gunting.


(2) Menyiapkan contoh naskah/teks yang berisi tentang teks yang hendak di tugaskan.
(3) Memperdengarkan/mempertunjukkan kepada siswa contoh teks.
(4) Meminta siswa untuk memusatkan pikiran dan memperhatikan Tujuan penulisan teks,
Rhetorical structure dari text elements dalam genre yang dipilih tersebut (perlu diingat bahwa
masing masing genre memiliki text elemen yang berbeda).
(5) Mengamati dan merumuskan secara bersama penulisan Teks yang telah ditentukan.
(6) Mereview penjelasan tentang kriteria karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan kata-
kata yang tepat, penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan
sesudahnya yang harus nyambung, dan adanya kalimat penutup yang bagus.
(7) Membagi kelas menjadi kelompok kelompok, (menyesuaikan dengan jumlah siswa dalam
satu kelas).
(8) Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa pembuka, (bisa juga
dituliskan Judul atau tema dari karangan yang harus diselesaikan oleh peserta didik) di
dinding.
(9) Mempersilahkan masing masing kelompok untuk mengambil jarak sekitar 5 meter, dengan
cara berbaris berbanjar ke belakang pada masing masing kelompok yang telah ditentukan.
(10) Memulai Chain Writing (menuliskan satu kalimat secara bergantian, tiap anak mendapat satu
kali kesempatan, bisa disesuaikan dengan merumuskan aturan yang disepakati).
(11) Mendiskusikan hasil tulisan yang telah dibuat dalam kelompok (susunan kalimat, ejaan dan
keterkaitan kalimatnya,dsb).
(12) Menilai bersama sama hasil menulis teks.
(13) Mengadakan refleksi secara bersama-sama.
Pembelajaran ini disebut Chain Writing karena fokusnya adalah menulis secara berantai
untuk menghasilkan suatu teks (written text). Di dalam proses ini ditumbuhkan kepada peserta didik
bahwa untuk menghasilkan suatu karangan atau tulisan tidak sesulit dan serumit apa yang mereka
bayangkan.

4. Penilaian

Merespon secara positif terhadap usaha maupun kelebihan peserta didik dalam latihan
menulis merupakan hal yang harus dilakukan pengajar agar dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa
percaya diri peserta didik dalam proses menulis.

Penilaian dilakukan baik ketika proses penyusunan maupun hasil yang telah diselesaikan oleh
peserta didik. Sesuai Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian menggunakan
Penilaian Autentik dimana dalam penilaian ini guru mengukur, memonitor dan menilai semua aspek
hasil belajar (yang mencakup dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor) baik yang tampak
sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan
aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun di luar kelas.

Adapun lembar penilaian bisa menggunakan tabel berikut:

Lembar Pengamatan Proses Lembar Kegiatan Diskusi

Tema : …………………………

Aspek Pengamatan
Mengkomunikasi

Pendapat Teman

maksimum)x100
Nilai=(Jumlah
kan Pendapat

Jumlah Skor

Jumlah skor
Menghargai

No. Nama Siswa


Kerjasama

Keaktifan
Toleransi

skor/

1
2
3
KeteranganSkor: Kriteria Nilai
Masing masing kolom diisi dengan kriteria A = 80 - 100 : Baik sekali
4 = Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik
3 = Baik C = 60 – 69 : Cukup
2 = Cukup D = < 60 : Kurang
1 = Kurang

Lembar Penilaian Presentasi


Tema : ..........................................
Kelas/Semester : …………………………

Aspek Penilaian

Nilai=(Jumlah skor/Jumlah skor


Sistematika penyampaian

Gesture dan Penampilan


No. Nama Siswa

maksimum)x100
Jumlah Skor
Komunikasi

Keberanian
Wawasan

Antusias

1
2

KeteranganSkor: Kriteria Nilai


Masing masing kolom diisi dengan kriteria A = 80 - 100 : Baik sekali
4 = Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik
3 = Baik C = 60 – 69 : Cukup
2 = Cukup D = < 60 : Kurang
1 = Kurang
Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa di kelas
KD : ………………………………………………
Tema : ………………………………………………
Nama :…………………………

Kategori
No. Aspek Perilaku
4 3 2 1 Keterangan

1
2
3
4

Keterangan:
4 = Sangat Baik / selalu
3 = Baik / sering
2 = Cukup / kadang kadang
1 = Kurang / Tidak pernah

C, Penutup

Demikianlah sebuah sumbangan pemikiran kecil tentang metode pembelajaran menulis


(writting) mudah mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Di bawah ini saya berikan contoh RPP
yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis (Writting) sesuai dengan kurikulum
2013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan pendidikan : SMA


Kelas / semester : X/1
Tema / topik : Teks Deskriptif
Petemuan ke : 2
Alokasi waktu : 2x 45 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.
2.1. Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi antar pribadi
dengan guru dan teman.
2.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.
2.3. Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam
melaksanakan komunikasi fungsional.
3.7. Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks deskriptif sederhana
tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, sesuai dengan konteks
penggunaannya.

4.10 Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, sederhana, tentang orang, tempat wisata, dan
bangunan bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

C. INDIKATOR
4.10.1. Memberikan contoh teks yang berbentuk diskriptif
4.10.2. Menyusun teks diskriptif tulis dengan menggunakan teknik chain writting , sederhana
tentang tempat wisata

D. MATERI POKOK
Menyusun teks deskriptif tentang tempat wisata

E. TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui model pembelajaran cooperativs learning dengan
tipe chain writting, peserta didik dapat:
1. Berperilaku baik (jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli/kasih sayang, dan percaya
diri) dalam berinteraksi dengan guru
2. Berperilaku patuh pada aturan/kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sehari – hari di
sekolah.
3. Menyusun teks diskriptif tulis dengan menggunakan teknik chain writting sesuai dengan
kaidah yang ada dengan baik dan benar.

F. MATERI PELAJARAN

Menyusun teks Diskriptif

G. PENDEKATAN & METODE


Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning(Pakem)
Teknik : Chain writting
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi Dan Ceramah

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan 15 menit
masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)
2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
3. Mengajak berdinamika dengan melakukan Brain gym
4. Mengajak siswa untuk memahami manfaat Brain gym
5. Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang materi tentang teks
deskriptif yang telah didiskusikan sebelumnya

Inti 1. Mencermati Contoh teks deskriptif (Mengamati) 60 menit

2. Bertanya tentang ciri-ciri teks deskriptif, ( menanya) al:


 Mendengarkan jawaban siswa tentang teks deskriptif
 Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab.
 Pemerataan siswa dalam menjawab (tidak di dominasi oleh
salah satu siswa saja).
 Memperhatikan siswa lain yang tidak berani memberikan
jawaban.
 Mendorong keberanian siswa dalam menjawab dan sikap
siswa dalam memberikan klarifikasi tentang benar dan
tidaknya jawaban.

3. Membagi kelas menjadi kelompok kelompok, (menyesuaikan


dengan jumlah siswa dalam satu kelas).
4. Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa
pembuka, (bisa juga dituliskan Judul atau tema dari karangan
yang harus diselesaikan oleh peserta didik) di dinding.
5. Mempersilahkan masing masing kelompok untuk mengambil
jarak sekitar 5 meter, dengan cara berbaris berbanjar ke belakang
pada masing masing kelompok yang telah ditentukan.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
6. Memulai Chain Writing (menuliskan satu kalimat secara
bergantian, tiap anak mendapat satu kali kesempatan, bisa
disesuaikan dengan merumuskan aturan yang
Penilaian proses:
a. Guru berkeliling mengamati kerjasama anak dalam
mengerjakan tugas.
b. Menilai kerjasamanya, tanggung jawabnya, kedisiplinannya,
ke aktifannya, mendominasi atau tidak dsb)
c. Menilai dengan lembar pengamatan perilaku.

7. Mendiskusikan hasil tulisan yang telah dibuat dalam kelompok


(susunan kalimat, ejaan dan keterkaitan kalimatnya,dsb).
(eksplorasi)
8. Menilai bersama sama hasil menulis teks.
9. Mengadakan refleksi secara bersama sama (mengasosiasi)
10. Mempresentasikan Hasil teks diskriptif yang dihasilkan oleh
kelompok (mengkomunikasikan)

Keterangan:
Diharapkan diskusi akan berkembang pada pembahasan teks
diskriptif dengan media yang lain disekitar siswa sehingga siswa
memiliki gambaran untuk dapat menghasilkan teks yang lebih
baik dan bervariasi.

Penutup 1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil 15 menit


belajar selama sehari
2. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk
mengetahui hasil ketercapaian materi)
3. Melakukan penilaian hasil belajar
4. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)

 Mengamati sikap siswa dalam berdo’a (sikap duduknya, cara


membacanya, cara melafalkannya dsb)
 Apabila ada siswa yang kurang benar dan kurang sempurna
dalam berdo’a, maka setelah selesai kegiatan berdo’a,
langsung diberi nasehat agar besok kalau berdoa lebih
disempurnakan

I. SUMBER DAN MEDIA


 Diri siswa
 Buku bahasa Inggris KelasX
 Video/slide/gambar tentang Teks diskriptif
 Gambar/contoh langsung karya cetak beberapa tempat wisata yang ada di daerah peserta
didik

J. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
a. Penilain Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari
kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir

b. Penilaian Hasil Belajar


Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan

2. Instrumen Penilaian (terlampir dihalaman sebelumnya)

a. Penilaian Proses
1) Penilaian Kinerja
2) Penilaian Produk

b. Penilaian Hasil Belajar


 Pilihan ganda
 Isian singkat
 Esai atau uraian

Mengetahui Guru Bahasa Inggris Kelas X


Kepala Sekolah,

.................................................... ...............................................

NIP ............................................. NIP ........................................


Daftar Pustaka

Barnet, Sylvan.1979. A short Guide to Writting about Literature. Fourth edition. Boston
Toronto:Little, Brown and Company.

Brown, H.D.1994. Principles of Language Learning and Teaching.New Jersey: PrenticeHall


Regents Englewood Clifft. San Fransisco State University.

Freeman-Larsen, Diana.1986. Techniques and Principles in Language Teachin.London: Oxford


University press

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2013), Kurikulum 2013 dan Materi Sosialisasi kurikulum
2013.

Nur, Muhammad 2001. Model Pembelajaran Langsung. Surabaya: Unesa Press.

Silberman, Mel.1996. Active Learning. Diterjemahkan oleh H. Sardjuli,Dkk Massacusetts: A. Simon


& Schuster Company.

Anda mungkin juga menyukai