Anda di halaman 1dari 27

12

BAB II
DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakekat MenuIis
a. MenuIis
Menurut Jago Tarigan menulis berarti mengekspresikan secara tertulis
gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal
itu adalah bahasa. si ekspresi melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain
atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis,
sederhana, dan mudah dimengerti.
1

Senada dengan Gere dan Crimmon yang berpendapat bahwa menulis
dalam arti komunikasi ialah menyampaikan pengetahuan atau informasi
tentang subjek. Menulis berarti mendukung ide. Menulis adalah kerja keras,
dan merupakan kesempatan untuk menyampaikan sesuatu tentang diri
sendiri. Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain, bahkan dapat
mempelajari sesuatu yang belum diketahui.
2

Kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain
dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus

1
Elina SyariI dkk, Pembelafaran Menulis, akarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h.5
2
Ibid, h.5
13

didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan, selain komponen kosa
kata dan gramatikal, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh
konteks dan penggunaan ejaan yang baik.
Donn Byrne menyatakan bahwa menulis bukan sesuatu yang
diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar "menuliskan
kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan dan mengatur.
3

Menulis tidak hanya membuat satu kalimat atau hanya beberapa hal yang
tidak berhubungan, tetapi menghasilkan serangkaian hal yang teratur, yang
berhubungan satu dengan yang lain, dan dalam gaya tertentu. Rangkaian
kalimat itu bisa pendek, mungkin hanya dua atau tiga kalimat, tetapi kalimat
itu diletakkan secara teratur dan berhubungan satu dengan yang lain, dan
berbentuk kesatuan yang masuk akal.
Menurut Lado menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili
bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol
grafis itu, jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari ekspresi bahasa.
Dalam sumber yang sama, Semi juga mengatakan bahwa menulis pada
hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk
lambang bahasa.
4

Lebih lanjut Rusyana memberikan batasan bahwa kemampuan
menulis atau mengarang adalah kemampuan menggunakan pola-pola

3
Pembelafaran Menulis, h.5
4
Ibid, h.5
14

bahasa dalam tampilan tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau
pesan.
5
Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan, seperti
kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan
menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya, dan
kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca.
Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis
merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran
atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca
seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.
Mengkombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam
sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah
akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam
menciptakan sebuah karangan yang efektif.
6
Kosakata dan kalimat yang
digunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh
pembaca. Di samping itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat
menentukan arah penulisan sebuah karya tulis atau karangan yang
berkualitas. Dengan kata lain hasil sebuah karangan yang berkualitas
umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan yang dimiliki seorang
penulis.

5
Pembelafaran Menulis, h.6
6
Ibid, h.6
15

Seperti halnya kemampuan membaca, kemampuan menulis
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk menulis surat,
menulis pesan, menulis isian/formulir, dan sebagainya. Demikian pula di
sekolah, anak memerlukan kemampuan menulis, misalnya untuk
menuliskan pendapatnya tentang buku yang telah selesai dibacanya,
membuat catatan, menulis ringkasan, menuliskan laporan setelah selesai
melakukan percobaan PA atau setelah melakukan wawancara, atau
menuliskan pengalamannya agar dibaca teman lain. Dengan kata lain,
kemampuan menulis ini mutlak dilakukan oleh anak, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun di sekolah untuk sarana belajar.
Anak-anak sudah terdorong untuk menulis jauh sebelum anak masuk
TK. Mereka sering kelihatan memegang alat tulis dan sibuk menulis. Hasil
tulisannya walaupun masih berupa corat-coret atau gambar, jika ditanya
menulis apa, mereka akan menjawab sesuai dengan apa yang akan mereka
maksudkan. Mereka menulis dengan cara mereka sendiri. Burn menyatakan
bahwa hal ini adalah sebagai bukti bahwa anak belajar bahasa,
berkembangnya pengetahuan, membaca-menulis secara alami di rumah
dan di masyarakat berkembang secara bersamaan.
7

Bagi siswa yang sudah melek-huruf, hakikat menulis itu akan dimaknai
lebih luas, sebagai mana dikatakan oleh Murray bahwa menulis adalah

7
Saleh Abbas, Pembelafaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar, akarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2006), h.125
16

proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba, dan sampai
dengan mengulas kembali.
8
Menulis sebagai proses berpikir berarti bahwa
sebelum dan atau saat setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara
tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir. Proses berpikir menurut
Pappas merupakan aktivitas yang bersifat aktif, konstruktif, dan
menuangkan gagasan berdasarkan skemata, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan
kesungguhan mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis dan
menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar
tulisan yang dihasilkan dapat dipahami pembaca dengan baik.
Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara perlahan-lahan,
dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan
menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Combs
mengemukakan bahwa perkembangan menulis mengikuti prinsip-prinsip
berikut:
1) Prinsip keterulangan (recurring principle): anak menyadari bahwa
dalam suatu kata bentuk yang sama terjadi berulang-ulang. Mereka
memperagakannya dengan cara menggunakan suatu bentuk secara
berulang-ulang.
2) Prinsip generatif (generative principle); anak menyadari bentuk-
bentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf
dalam kombinasi dan pola yang beragam. Mereka mulai
memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata.


8
Pembelafaran Bahasa Indonesia yang Efektif di sekolah Dasar, h.127
17

3) Konsep tanda (8ign concept); anak memahami tanda-tanda dalam
bahasa tulis. Untuk mempermudah kegiatan komunikasi, orang
dewasa perlu menghubungkan benda tertentu dengan kata yang
mewakilinya.
4) Fleksibilitas (flexibility): anak menyadari bahwa suatu tanda secara
fleksibel dapat berubah menjadi tanda yang lain. Dengan
menambahkan tanda-tanda tertentu, huruf dapat berubah menjadi
huruf T, E, F, dsb.
5) Arah tanda (directionality); anak menyadari bahwa tulisan bersifat
linier, bergerak dari satu huruf ke huruf yang lain sampai
membentuk suatu kata, dari arah kiri menuju ke arah kanan,
bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain.
9


Dalam kegiatan tulis-menulis banyak persyaratan yang harus dipenuhi.
Sebuah tulisan yang baik memiliki beberapa ciri, di antaranya bermakna,
jelas/lugas, merupakan satu kesatuan, singkat dan padat, serta memenuhi
kaidah kebahasaan.Di samping itu, tulisan yang baik harus bersifat
komunikatif.
Untuk menghasilkan tulisan seperti di atas, dituntut beberapa
kemampuan sekaligus. Agar dapat menulis sebuah esai misalnya, kita
harus memiliki pengetahuan tentang apa yang akan ditulis. Di samping itu
kita juga harus mengetahui bagaimana menuliskannya. Pengetahuan yang
pertama menyangkut isi karangan, sedangkan yang kedua menyangkut
kemampuan menggunakan baha8a dan teknik penuli8annya. Baik isi
maupun penggunaan bahasa bertalian erat dengan proses berpikir.
10


9
Ahmad RoIi`udin dan Darmayati Zuhdi, Pendidikan Bahasa dan Sarana Indonesia di Kelas Tinggi,
akarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998/1999), h.77
10
Sabarti Akhadiah dkk, Bahasa Indonesia I, akarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1993), h.103
18

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting
dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi
juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Seperti manfaat
keterampilan menulis bagi siswa, yaitu agar siswa dapat mengungkapkan
atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan
yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas
siswa dalam menulis.
Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Bahwa menulis adalah suatu
kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang
teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang
untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Menulis
dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara
maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta
pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan
tanda baca. Pemahaman berbagai jenis karangan serat pemahaman
berbagai jenis paragraf dan pengembangannya.
Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis
merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah
pengetahuan dan keterampilan sekaligus. Untuk menulis sebuah karangan
yang sederhana pun secara teknis sudah dituntut untuk memenuhi
19

persyaratan dasar seperti kalau kita menulis sebuah karangan yang rumit.
Kita dituntut mencari topik yang terbatas, mengembangkannya dengan
kalimat dan paragraf yang tersusun dengan logis, serta dapat pula memiliki
kata yang tepat dan menuliskannya dengan ejaan yang berlaku.
Kemampuan menulis seperti juga halnya dengan kemampuan
berbahasa yang lain, dapat dimiliki melalui latihan dan bimbingan yang
intensif. Kemampuan menulis ini sudah mulai dilatihkan di tingkat sekolah
dasar. Di tingkat SD, sudah mulai ditanamkan dasar-dasar kemampuan
menulis agar dasarnya kuat dan kokoh, jika sudah begitu tantu bentuk
karangan yang bagaimana pun akan dapat dikembangkan.
Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra ndonesia, dalam
Kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
pembelajaran Bahasa dan Sastra ndonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa ndonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Standar kompetensi
Bahasa dan Sastra ndonesia yang merupakan kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra
ndonesia.Selain itu, standar kompetensi adalah dasar bagi siswa untuk
dapat memahami dan mengakses perkembangan lokal, regional, dan
global.
20

Berbeda dengan kemampuan berbahasa yang lain, khusus pada
kemampuan menulis siswa sudah disuruh menulis atau mengarang; semua
komponen yang membangun karangan itu sekaligus sudah dituntut. tulah
sebabnya kemampuan menulis dikatakan sangat kompleks. Khusus pada
siswa kelas V, siswa sudah dituntut mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk,
cerita, dan surat. Siswa juga dituntut untuk dapat menulis karangan,
pengumuman dan pantun anak.
11

Kemampuan menulis siswa kelas V sudah mulai dengan pe-
ngembangan ide atau gagasan dengan menggunakan ejaan yang benar,
misalnya menulis karangan berbentuk prosa narasi sederhana, menulis
karangan prosa deskripsi, dan membuat surat pribadi.
Dari uraian panjang di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif,
karena penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan
kosa kata dalam kegiatan menulis. Keterampilan menulis ini tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang
banyak dan teratur.

11
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,akarta: Media Makmur Maju Mandiri, 2006),
h.71-72
21

-. Tujuan MenuIis
Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan objektif yang bisa
dipertanggungjawabkan dihadapan publik pembacanya. Karena tulisan
pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan
agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian
menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien
untuk menjangkau khalayak masa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah,
maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang
cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradaban dan
kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun
peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data
dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan
dan pemahaman baru tentang berbagai hal yangdapat maupun
yang terjadi di muka bumi ini.
b) Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula
pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau
mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk
dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa
yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan
akandapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan
dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah
dicerna.
c) Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan.
Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang
akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada
akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang
berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh
toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja
cenderung lebih rasional.
22

d) Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan
monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat
pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-
tulisan atau bacaan-bacaan "ringan yang kaya dengan anekdot,
cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan pelipur lara
atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk
beraktifitas.
12


Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig
merangkumkannya sebagai berikut:
a) 88ignment purpo8e (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan adalah ketika penulis ditugaskan untuk menulis
sesuatu bukan atas kemauan sendiri, misalnya para siswa yang
diberi tugas merangkumkan buku.
b) ltrui8tic purpo8e (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para
pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalaannya.
c) Per8ua8ive purpo8e (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan
kebenaran gagasaddn yang diutarakan.
d) Informational purpo8e (tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca.
e) Self-expre88ive purpo8e (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarangan kepada para pembaca.
f) Creative purpo8e (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai
kesenian.
g) Problem-8olving purpo8e (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan ini penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi
serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-
gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima oleh para
pembaca.
13


12
Pembelafaran Menulis, h.6
13
H.G.Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, andung: Angkasa, 2008), h.25-26
23

Dalam buku Bahasa ndonesia 2 karya Sabarti Akhadiah disebutkan
bahwa tujuan menulis adalah agar siswa dapat menulis dan mengutarakan
ide/pesan secara tertulis. Menulis juga ditekankan agar siswa dapat
menggunakan ejaan yang benar.
14
Dengan demikian, diharapkan lulusan
siswa sekolah dasar ini telah memiliki kemampuan dasar dalam menulis
yang dapat dilanjutkan ke jenjang pendidikan lanjut dengan memperhatikan
kesinambungan, keluasan dan kedalaman.
Khusus untuk siswa kelas V pokok bahasan menulis dilanjutkan
dengan menulis lanjut, sesuai dengan prinsip keluasan dan kedalaman.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai dapat dikelompokkan seperti di bawah
ini:
a) Siswa memahami cara menulis percakapan dengan memperhatikan
penggunaan ejaan (tanda titik dua dan petik)
b) Siswa memahami cara menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu
atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu
c) Siswa mampu melengkapi bagian cerita yang hilang hingga menjadi
cerita yang padu
d) Siswa memahami cara menulis surat pribadi dengan ejaan yang
benar dan dapat menyatakan ide/pesan secara tertulis
e) Siswa memahami cara menyusun karangan tentang berbagai topik
sederhana khususnya narasi dan deskripsi, dengan memperhatikan
penggunaan ejaan
f) Siswa memahami cara menulis pengumuman dengan bahasa yang
baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan
g) Siswa mampu membuat pantun anak yang menarik tentang
berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll) sesuai
dengan ciri-ciri pantun

14
Sabarti Akhadiah, Bahasa Indonesia 2, akarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993),
h.69
24

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, siswa kelas V SD sudah
dituntut untuk mampu menggunakan ejaan, kosakata, dan mampu membuat
kalimat dan menghubung-hubungkan kalimat dalam suatu paragraf
khususnya narasi dan deskripsi.
. Hakekat Karangan Narasi
a. Karangan Narasi
Narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah
pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur
yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau
tindakan.
15

Narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk karangan yang sasaran
utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi
sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Dan merupakan
bentuk karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi.
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu (atau
serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu ada tokoh (atau
beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami suatu konflik atau tikaian.
Kejadian, tokoh, atau konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan

15
Gorys KeraI, rgumentasi dan Narasi, akarta: Gramedia, 1997), h.135-136
25

ketiganya secara kesatuan biasa disebut plot/alur. Dengan demikian narasi
adalah sebuah cerita berdasarkan alur.
16

Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaan yang dikhayalkan
pengarangnya. Narasi yang berisi fakta adalah biografi (riwayat hidup
seseorang), otobiografi (riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri),
kisah-kisah sejati seperti "Pengalaman Yang Tak Terlupakan dan lainnya.
Narasi fiksi atau rekaan ialah karangan yang dinamakan novel, cerita
pendek, cerita bersambung, atau pun cerita bergambar.
-. Struktur Narasi
Sesuatu dikatakan mempunyai struktur, bila ia terdiri dari bagian-
bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain. Struktur narasi
dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, seperti:
pembuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang. Tetapai dapat juga
dianalisa berdasarkan alur (plot) narasi.
Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada
kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu. Ada bagian yang
mengawali narasi, dan ada pula yang menjadi perkembangan dari situasi
awal, ada pula bagian yang mengakhiri narasi tersebut. Alurlah yang
menandai kapan sebuah narasi mulai dan kapan akan berakhir. Seperti
sebuah pola sederhana yang berasal dari Aristoteles (Abad V sebelum
Masehi), bawa sebuah narasi harus terdiri dari tiga bagian: awal, tengah,

16
Ismail Murahimin, Menulis Secara Populer, akarta: Dunia Pustaka aya, 1994), h. 93
26

dan akhir.
17
Ketika menulis, mulailah dari awal, lanjutkan menulis bagian
tengah, dan berhenti menulis ketika sudah dituliskan akhirnya.
Jadi, narasi adalah sebuah cerita baik yang terjadi sebenarnya
maupun fikri/rekaan. Narasi selalu berputar di sekitar konflik/tikaian yang
terjadi di antara para tokoh di dalam cerita. Latar, konflik, tokoh dan semua
yang terkait dalam cerita secara keseluruhan disebut alur/plot.
B. Teknik Scramble
1. Hakekat Teknik Scramble
a. Teknik Scramble
stilah 8cramble" berasal dari bahasa nggris yang berarti "pe-rebutan,
pertarungan, atau perjuangan. Teknik 8cramble biasanya dipakai oleh
anak-anak sebagai permainan yang pada dasarnya merupakan latihan
pengembangan dan peningkatan wawasan pemilikan kosakata-kosakata
dan huruf-huruf yang tersedia.
Scramble menurut Soeparno adalah permainan yang berupa aktivitas
menyusun kembali suatu struktur bahasa yang sebelumnya telah dikacau-
balaukan.
18
Teknik permainan ini pada prinsipnya menghendaki siswa
supaya melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa
yang sebelumnya dengan sengaja telah dikacaukan susunannya.


17
Menulis Secara Populer, h.104
18
Soeparno.edia Pengajaran Baha8a.(Jakarta: ntan Pariwara, 1988) h. 77
27

-. Bentuk Scramble
Berdasarkan sifat jawabannya, 8crambleterdiri atas bermacam-macam
bentuk, yaitu:
a. Scramble kata, yakni sebuah permainan yang menyusun kata-kata
dari huruf-huruf yang telah dikacaukan letak huruf-hurufnya sehingga
membentuk suatu kata tertentu yang bermakna. Misalnya dari huruf-
huruf:
- Lewerkala kelelawar
- Opmketru komputer
b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari
kata-kata yang diacak. Bentukan kalimat hendaknya logis, bermakna,
tepat dan benar.
Misalnya:
- Sunda kapal itu selat di berlabuh air
Kapal air itu berlabuh di selat Sunda
c. Scramble paragraf, yakni sebuah permainan menyusun paragraph
dari kalimat-kalimat yang telah diacak. Susunan paragraph
hendaknya logis dan bermakna, tepat dan benar urutan kalimatnya.
Misalnya:
- Aku dan adikku pun jadi gemar membaca.
- Ternyata cara ibu kali ini benar-benar berhasil.
28

- "ni, ibu pinjamkan majalah anak-anak milik Om Haris. Nanti
kalau kalian sudah mau membaca akan ibu belikan majalah
baru, kata ibu.
- Suatu hari ibu membawa sesuatu untukku.
Susunan kalimat yang tepat ialah:
Suatu hari ibu membawa sesuatu untukku."ni, ibu bawakan
majalah anak-anak milik Om Haris.Nanti kalau kalian sudah mau
membaca akan ibuu belikan majalah baru, kata ibu. Ternyata cara
ibu kali ini benar-benar berhasil. Aku dan adikku pun jadi gemar
membaca.
d. Scramble wacana/karangan, yakni sebuah permainan menyusun
wacana logis berdasarkan kalimat atau paragraf acak. Hasil susunan
wacana dalam permainan 8cramble hendaknya logis dan bermakna.
Misalnya:
- bu melihat bakat menariku, oleh sebab itu aku dimasukkan ke
sanggar tari "Ananda. Di sanggar itu, aku dididik oleh pelatih-
pelatih yang handal. Aku bersyukur dapat menjadi siswa di
sanggar itu.
- Aku suka menari. Sejak aku duduk di taman kanak-kanan, aku
sudah mulai menari. Tarian-tarian sederhana dengan mudah ku
hafal. Sampai sekarang aku masih hafal tari-tarian itu.
29

- Sekarang aku sudah menguasai tarian Bali maupun Jawa.
Walaupun sangat sulit tapi aku berusaha untuk dapat mengikuti
gerakan-gerakan dari pelatih. Aku ingin sekali menjadi penari
yang terkenal. Oleh sebab itu, aku selalu tekun berlatih.
- Setiap ada pentas seni aku selalu ikut menari. Aku sangat
senang apabila seusai menari penonton bertepuk tangan. Hatiku
sangat bangga karena dapat tampil dengan baik.
Susunan paragraf yang tepat adalah:
Aku suka menari.Sejak aku duduk di taman kanak-kanak, aku
sudah mulai menari. Tarian-tarian sederhana dengan mudah ku
hafal.Sampai sekarang aku masih hafal tari-tarian itu.
Setiap ada pentas seni aku selalu ikut menari.Aku sangat senang
apabila seusai menari penonton bertepuk tangan.Hatiku sangat
bangga karena dapat tampil dengan baik.
bu melihat bakat menariku, oleh sebab itu aku dimasukkan ke
sanggar tari "Ananda.Di sanggar itu, aku dididik oleh pelatih-pelatih
yang handal.Aku bersyukur dapat menjadi siswa di sanggar itu.
Sekarang aku sudah menguasai tarian Bali dan Jawa.Walaupun
sangat sulit tapi kau berusaha untuk dapat mengikuti gerakan-
gerakan dari pelatih.Aku ingin sekali menjadi penari yang
terkenal.Oleh sebab itu, aku selalu tekun berlatih.
30

.. KeIe-ihan Teknik Scramble
1) Permainan bahasa merupakan media pengajaran bahasa yang
cocok untuk penerapan Kurikulum Bahasa. Aktivitas yang dilakukan
siswa dalam permainan bahasa ini bukan saja aktivitas fisik, tetapi
juga aktivitas mental.
2) Permainan bahasa dapat dipakai untuk membangkitkan kembali
kegairahan belajar siswa yang sudah mulai lesu.
3) Sifat kompetitif yang ada dalam permainan dapat mendorong siswa
berlomba-lomba maju.
4) Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih ketrampilan
tertentu , permainan bahasa juga dapat memupuk rasa solidaritas
(terutama untuk permainan beregu)
5) Materi yang dikomunikasikan lewat permainan bahasa biasanya
mengesan sehingga sukar dilupakan.
/. Kekurangan Teknik Scramble
1) Pada umumnya jumlah siswa dalam satu kelas terlalu besar. Hal
tersebut akan menimbulkan kesulitan untuk melibatkan seluruh
siswa dalam permainan. Siswa yang tidak terlibat itu justru
mengganggu permainan yang sedang berlangsung.
2) Tidak semua materi pelajaran dapat dikomunikasikan lewat media
permainan.
31

3) Permainan bahasa biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal
tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan.
4) Banyak yang memperlakukan permainan bahasa sebagai kegiatan
untuk mengisi waktu kosong saja.
5) Permainan bahasa banyak mengandung unsur spekulasi. Siswa
yang menang dalam suatu permainan belum dapat dijadikan ukuran
bahwa siswa tersebut lebih pandai daripada siswa lain.
19

Teknik permainan bahasa seperti 8cramble dapat sesekali digunakan
agar siswa tidak merasa jenuh dan agar siswa dapat merasakan bahwa
belajar bahasa juga dapat menyenangkan. Jika siswa sudah merasa
senang belajar bahasa, maka siswa akan lebih mudah menangkap
pelajaran yang didapatnya ketika belajar bahasa.
. Pem-eIajaran MenuIis Karangan Narasi Dengan Teknik Scramble
a. Pem-eIajaran Bahasa /engan Teknik Scramble
Rendahnya aktivitas belajar siswa dan kemandirian belajar siswa
harus disikapi dengan serius, sehingga berbagai upaya kearah perbaikan
terhadap strategi, metode serta teknik pembelajaran terus dilakukan.
Dengan menggunakan permainan bahasa berupa teknik 8cramble
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemandirian
belajar siswa, teknik ini juga sekaligus menumbuhkan kesenangan siswa.

19
Ibid. h. 64-65
32

Hal ini sama dengan prinsip dari belajar serta pengalaman yang
dimaksudkan yaitu pengalaman yang didapat oleh seorang siswa selama
proses belajar. Pemikiran dasar yang melandasi konsep belajar mandiri
adalah keinginan seseorang untuk belajar dalam usaha mencapai tujuan
yang lebih baik. Hasil yang akan diperoleh dapat menjadi faktor
pendorong atau menjadi faktor yang akan menghambat seseorang untuk
belajar lagi. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab bila
ada motivasi yang cukup untuk melakukannya. Seseorang akan merasa
senang apabila setelah mengalami proses belajar mendapatkan hasil
belajar yang maksimal.
Scramble adalah salah satu permainan bahasa. Pada hakikatnya
permainan bahasa merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh
keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.
20
Dengan bermain
siswa akan memperoleh kegembiraan atau kesenangan, selain itu
keterampilan tertentu akan diperolehnya dengan tidak sengaja. Dalam
setiap permainan terdapat unsur rintangan dan tantangan yang harus
dihadapi dan dipecahkan. Secara tidak langsung permainan juga dapat
memupuk berbagai sifat yang positif misalnya: solidaritas, sportivitas,
kreativitas, dan rasa percaya diri.

20
Soeparno, Ibid. h.77
33

Selain kelebihan di atas ada kelemahan dalam permainan,yaitu tidak
baik untuk evaluasi hasil belajar siswa sebab mengandung unsur spekulasi
yang besar. Siswa yang menang belum tentu siswa yang pandai.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dalam permainan bahasa di
atas, teknik 8cramble dapat dimanfaatkan untuk kepentingan menulis
karangan/ wacana sederhana. Dalam pengajaran menulis karangan
berbentuk narasi, anak diajak untuk berlatih menyusun suatu organisasi
tulisan yang secara sengaja sebelumnya dikacaukan. Anak diminta menata
ulang susunan tulisan yang kacau menjadi suatu organisasi tulisan yang
utuh dan bermakna. Teknik 8cramble ini dapat melatih anak memprediksi
jalan pikiran tulisan aslinya dan melatih anak berkreasi dengan susunan
baru yang mungkin lebih baik.
-. Langkah-Iangkah Pem-eIajaran
Langkah pembelajaran yang akan direncanakan adalah susunan
pembelajaran menulis karangan narasi sederhana, dengan jumlah kalimat
per paragraph adalah 4 hingga 5 kalimat. Secara umum rambu-rambu
pembelajaran dengan teknik 8cramble ini terbagi ke dalam tiga kegiatan,
yakni (1) persiapan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan tindak lanjut. Adapun
rincian kegiatannya adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam persiapan ini yakni:
34

a) Menyiapkan teks bacaan, kemudian keluarkan paragraph dari
kartu wacana/ karangan. dealnya guru menyiapkan kartu-kartu
wacana/karangan sebanyak kelompok siswa yang ada.
b) Setiap kartu hanya mengandung satu paragraf acak.
c) Kartu-kartu paragraf telah diberi nomor urut yang susunan
pengurutannya sengaja dikacaukan.
d) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4
sampai 5 orang siswa dalam satu kelompok.
e) Mengatur posisi tempat duduk agar kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain tidak saling mengganggu,dan tidak saling
terganggu.
f) Merencanakan langkah-langkah kegiatan serta menentukan jatah
waktu yang dibutuhkan untuk setiap fase kegiatan yang akan
dilalui dalam kegiatan inti.
) Kegiatan Inti
Beberapa kegiatan yang harus dilalui anak dalam kegiatan inti:
a) Setiap kelompok siswa siap dengan perangkat kartu
wacana/karangan yang telah diacak paragrafnya dan dibagikan
guru untuk didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing.
b) Setiap kelompok siswa melakukan diskusi kecil untuk mencari
susunan kartu-kartu kalimat hingga membentuk wacana/
karangan yang dianggap baik dan logis oleh kelompok yang
35

bersangkutan. Alasan-alasan pemilihan susunan kartu-kartu
wacana/ karangan harus dibicarakan dalam kelompok kecil.
c) Guru memimpin diskusi kelompok besar untuk menganalisis dan
mendengarkan pertanggung jawaban setiap kelompok kecil atas
hasil kerja masing-masing kelompok yang telah disepakati dalam
kelompok.
d) Setelah seluruh kelompok tampil, dilanjutkan perbincangan
tentang pendapat dan komentar perseorangan dipimpin guru.
e) Setelah diskusi kelompok besar menghasilkan kesepakatan ber-
sama tentang susunan teks yang dianggap paling logis, kemudian
guru menunjukkan teks aslinya.
f) Satu orang diminta untuk membacakan teks asli tersebut secara
bergantian. Selanjutnya, melalui kegiatan diskusi kelompok besar
siswa membandingkan, mengkaji, menilai dan memutuskan
susunan teks mana yang paling baik dan logis.
g) Pada akhir kegiatan inti, satu dua orang siswa diminta untuk
menceritakan kembali isi teks dengan kata-kata sendiri.
) Tin/ak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut tergantung hasil belajar siswa. Contoh kegiatan
tindak lanjut yang dapat dilakukan antara lain :
a) Kegiatan pengayaan berupa pemberian tugas serupa dangan
bahan yang berbeda.
36

b) Kegiatan menyempurnakan susunan teks asli, jika terdapat
susunan yang tidak memperlihatkan kelogisan.
c) Kegiatan mengubah materi bacaan (memparafrase atau me-
nyederhanakan bacaan).
d) Mencari makna kosakata baru di dalam kamus dan mengaplikasi-
kan dalam pemakaian kalimat.
e) Membetulkan kesalahan-kesalahan tata bahasa yang mungkin
ditemukan dalam teks wacana latihan.
Satu hal yang penting dalam teknik ini,siswa tidak sekedar berlatih
memahami dan menemukan susunan teks yang baik dan logis, melainkan
juga dilatih untuk berpikir kritis-analitis. Hal-hal yang berkenaan dengan
aspek kebahasaan, kebenaran, ketepatan struktur kalimat, tanda baca, diksi
dapat menjadi perhatian dan perbincangan siswa.
Teknik 8cramble dapat menambah pemahaman siswa terhadap
karangan narasi yang coba disusunnya. Karangan narasi yang disusun
menggunakan teknik ini akan mendorong siswa untuk memahami lebih
dalam tentang alu/plot yang terkandung dalam karangan tersebut. Usaha
siswa dalam memikirkan susunan karangan yang tepat akan menuntut
siswa untuk dapat mempelajari segala hal mengenai alur/plot.

37

. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis merupakan hal yang sangat penting bagi siapa
saja yang ingin meraih kemajuan dan kesuksesan, tetapi untuk memperoleh
keterampilan ini bukanlah perkara yang mudah.Kegiatan menulis dan
pembelajaran menulis adalah pekerjaan membosankan dan
menjenuhkan.Hal ini mengakibatkan keterampilan menulis siswa
rendah.Rendahnya tingkat keterampilan menulis paragraf siswa merupakan
kendala untuk mendapatkan nilai yang memuaskan.
Permainan merupakan obat yang dapat menghilangkan kebosanan
dan kejenuhan. Salah satu permainan yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pengajaran menulis adalah 8cramble. Scramble adalah
permainan yang mengharuskan siswa untuk melakukan penyusunan atau
pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya telah dengan sengaja
dikacaukan susunannya.
Alternatif lain mengajak siswa bermain sambil belajar bukan belajar
sambil bermain, selain ada unsur rekreasi ada unsur belajar dan berpikir.
Metode pengajaran ini memungkinkan siswa belajar secara santai dan
melakukannya dengan senang hati sehingga ada perubahan perilaku siswa
dalam proses belajar mengajar dan keterampilan siswa pun meningkat.



38

D. Hipotesis Tin/akan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan ini adalah
sebagai berikut "Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan
teknik 8cramble terhadap keterampilan menulis karangan narasi pada siswa
kelas V Sekolah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai