Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu untuk memberikan gambaran
dan sekaligus mana kemampuan Mahasiswa dalam menyampaikan kalimat tanya retoris. Jenis
pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif populasi dalam penelitian adalah seluruh
Mahasiswa semester I. Berdasarkan hasil penelitian kemampuan tentang pemahaman mengenai ejaan
merupakan kemampuan yang terbaik, yakni 79,33%, kemudian pilihan kata 75,2%, struktur kata dan
kalimat 74,93%, dan terakhir keterpaduan paragraf, yaitu 68,67%. Dalam hal kemampuan perorangan
dalam setiap aspek kelompok penguasaan kosa kata, Mahasiswa yang memperoleh nilai 95 (95%) ada
satu orang. Sedangkan nilai terendah ada 12 Mahasiswa yaitu memperoleh nilai 60 (60%). Secara
Umum dapat dikatakan bahwa Nilai rata-rata Mahasiswaadalah 74,53 (74,53%). Dengan demikian
kemampuan mengenai Kemampuan menyunting karangan eksposisi berdasarkan ketepatan ejaan,
pilihan kata, ketepatan stuktur kata dan keterpaduan paragraf Mahasiswa, berkualifikasi baik karena
masih berada di antara rentang kualifikasi 61 – 80%
1
Eli Marlina Harahap, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Tapanuli
Selatan
ISSN 2086 – 1397 Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 36
Eli Marlina Harahap, Kemampuan Menyunting Karangan…
berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi menyunting karangan harus menguasai
kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi pengetahuan tentang kebahasaan dan
mengarang adalah menuangkan buah pikiran pengetahuan tentang isi tulisan. Di samping
ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat itu, harus menguasai ejaan, tanda baca, pilihan
yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas kata, keefektifan kalimat dan ketepatan
sehingga buah pikiran tersebut dapat paragraf sehingga memperoleh suntingan yang
dikomunikasikan kepada pembaca. baik.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Kegiatan menyunting karangan
kegiatan karang mengarang, menggunakan merupakan langkah yang baik untuk
bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan menghadirkan karangan yang baik dan benar
buah pikiran pengarang secara menarik kepada secara ketatabahasaan dan bernalar. Seorang
pembaca. Oleh karena itu, selain menguasai penyunting yang baik, tentu memiliki
topik dan permasalahnya yang akan ditulis, kemampuan dalam hal penyusunan karangan
penulis dituntut untuk mengusai komponen- yang benar, mengetahui jenis-jenis karangan
komponen menulis diantaranya grafologi, dan karakternya masing-masing, kohesi dan
stuktur, kosa kata dan kelancaran. koherensi yang digunakan oleh pengarang,
Begitu juga dalam menyunting serta keberanian untuk mengatakan salah atau
karangan merupakan bagian dari pembelajaran benar berdasarkan teori yang dapat
bahasa Indonesia, khususnya dalam pelajaran dipertanggungjawabkan. Setelah karangan
menulis. Maka jelaslah kegiatan berbahasa itu selesai dikerjakan agar memperoleh hasil yang
mempunyai hubungan yang erat dengan baik harus dilakukan penyuntingan. Sebelum
menyunting karangan. diadakan penyuntingan, hendaknya diadakan
Dalam menyunting karangan terlebih kegiatan perbaikan terhadap naskah tersebut..
dahulu harus memahami dua hal yang sangat Penyuntingan ini fokusnya pada hal yang lebih
penting yaitu memahami ejaan atau tanda baca mikro, seperti penggunaan bahasa: pilihan
dan memahami unsur kebahasaan diantaranya kata, kebenaran struktur kalimat, ketepatan
meliputi kata, kalimat dan paragraf. Tanpa transisi, penyingkatan/pemanjangan, ejaan,
menguasai itu semua maka sulitlah untuk dan mekanis (masalah penggunaan tanda baca
menjadi penyunting /editor. / format / struktur karangan). Pada kegiatan
Menyunting karangan atau mengedit penyuntingan ini kita harus memberikan
karangan adalah memperbaiki tulisan atau perhatian khusus terhadap beberapa hal, yaitu :
naskah agar terhindar dari kesalahan sehingga kata-kata yang mempunyai awalan dan akhiran
layak dibaca atau layak terbit. Dalam (pebelajar, memelajari), kata yang
menunjukkan makna jamak (misalnya banyak, tergantung kepada bagaimana proses belajar
sejumlah, beberapa) kata yang berulang saling, dapat berlangsung secara efektif. Belajar
berkali-kali tingkatan intensitas (sangat, termasuk juga kebutuhan hidup manusia yang
kurang, agak) penggunaan tanda baca, yang vital dalam mempertahankan hidup.
kecil sekali pun dapat mengganggu pengertian, Banyak para ahli mendefinisikan kata
dan berikan pengertian pada ungkapan yang belajar, diantaranya Tim Dosen Wawasan
kelihatannya sama tetapi maknanya berbeda Pendidikan Dasar, (2009:35) mendefinisikan
(tidak harus berbeda dengan harus tidak). bahwa belajar merupakan suatu proses
Dalam kehidupan sehari-hari, masih perubahan, yaitu perubahan tingkah laku
banyak Mahassiswa yang kurang mampu sebagai hasil interaksi antara diri dengan
menggunakan bahasa yang benar dan teratur lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
baik dalam berdialog langsung ataupun dalam hidupnya. Dan dapat dikatakan juga “Belajar
menulis, apalagi dalam menulis sebuah adalah suatu proses yang dilakukan oleh
karangan, karena dalam menulis karangan individu untuk memperoleh perubahan tingkah
antara ejaan, kata-kata dan penyusunan laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
kalimat harus mempunyai daya tarik bagi hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
pembaca. Di samping itu juga harus ada interaksi dengan lingkungannya”.
keterpaduan antara paragraf yang satu dengan Oemar Hamalik (2003:36)
yang lainnya. mendefinisikan bahwa belajar adalah
Berdasarkan alasan di atas maka merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
penulis ingin mengadakan penelitian dengan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
judul Kemampuan Menyunting Karangan hanya mengingat tetapi lebih luas dari pada
Eksposisi Berdasarkan Ejaan, Pilihan Kata, itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan
dan Keterpaduan Paragraf Mahasiswa suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
semester I Prodi Pendidikan Bahasa Dan sastra perubahan kelakuan.
Indonesia Universitas Muhammadiyah Dari beberapa definisi belajar di atas,
Tapanuli Selatan. maka dapat disimpulkan bahwa definisi belajar
KERANGKA TEORETIS dilandasi dari beberapa prinsip yakni :
Pengertian Belajar a. Belajar sebagai suatu proses perubahan
Dalam keseluruhan proses pendidikan perilaku, dengan ciri-ciri perubahan yang
di sekolah, belajar merupakan aktivitas yang disadari, kontinu, fungsional, aktif,
paling utama, ini berarti bahwa keberhasilan permanen serta bertujuan dan terarah.
pencapaian tujuan pendidikan banyak
b. Perubahan yang mencakup perilaku secara dilakukan dalam proses belajar yaitu
keseluruhan. dalam tindak balas (respon).
c. Belajar merupakan suatu proses e. Melaksanakan tindak balas (Respon) yaitu
d. Proses belajar terjadi karena adanya melakukan aktivitas untuk memenuhi
sesuatu yang mendorong dan ada suatu kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai
tujuan yang ingin dicapai. dengan yang telah dirancangnya dalam
e. Belajar merupakan bentuk pengalaman fase ketiga dan keempat.
Dalam rumusan di atas, terkandung f. Adanya akibat atau hasil pembelajaran dan
makna bahwa belajar adalah merupakan suatu tinjak lanjut.
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil Dari beberapa pengertian yang telah
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, dikemukakan, terdapat banyak persamaan.
akan tetapi lebih luas daripada itu yakni Berkenan dengan kesamaan pandangan
mengalami. Maka dapat dikatakan belajar tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa
merupakan proses individu untuk mengubah belajar adalah suatu proses perubahan yang
tingkah laku dalam upaya memenuhi terjadi pada diri seseorang. Perubahan itu
kebutuhan. Hal ini mengandung arti bahwa dapat terjadi dalam bidang keterampilan,
individu akan melakukan kegiatan belajar kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan dan
apabila ia menghadapi semua kebutuhan. apresiasi.
Karena belajar merupakan suatu proses maka Pengertian Hasil Belajar
mempunyai tahapan-tahapan tertentu yang Bukti bahwa seseorang telah
saling berkaitan tahapan-tahapan tersebut melakukan pembelajaran adalah adanya
diantaranya : perubahan tingkah laku pada orang tersebut.
a. Individu merasakan adanya kebutuhan dan Misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu,
melihat tujuan yang ingin dicapai. dari yang tidak mengerti menjadi mengerti,
b. Adanya kesiapan individu untuk dan lainnya. Tingkah laku manusia terdiri dari
memenuhi kebutuhan dan mencapai sejumlah aspek. Adapun aspek-aspek yang
tujuan. dimaksud adalah: pengetahuan, pemahaman,
c. Memahami situasi yang ada di lingkungan kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
dan memang berkaitan dengan aktivitas hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap,
individu dalam memenuhi kebutuhan dan lainnya. Kalau sesearang telah melakukan
mencapai tujuan. kegiatan belajar maka pada diri yang telah
d. Menafsirkan situasi untuk merancang melakukan pembelajaran akan terjadi
berbagai arternatif aktivitas yang akan
perubahan pada salah satu atau beberapa aspek bidang pengetahuan hapalan, pemahaman,
tingkah laku tersebut di atas. penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi, 2)
Hal-hal yang berhubungan dengan Hasil belajar afektif, antara lain: sikap dan
hasil belajar juga diungkapkan oleh Oemar nilai (misalnya: atensi atau perhatian terhadap
Hamalik, (2003:31) dalam mengungkapkan pelajaran, disiplin motivasi belajar,
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: menghargai guru, dan teman serta kebiasaan
a. Hasil belajar adalah pola-pola belajar. 3. Hasil belajar bidang psikomotor,
perbuatan, nilai-nilai, pengertian- antara lain: keterampilan dan kemampuan
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, bertindak individu.
abilitas serta keterampilan. Dari penjelasan di atas dapat ditarik
b. Hasil-hasil belajar diterima murid kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
apabila memberi kepuasan pada perubahan yang terjadi pada diri seseorang
kebutuhan dan berguna serta setelah melalui proses belajar. Dengan
bermakna baginya. demikian, hasil pengajaran bahasa Indonesia
a. Hasil-hasil belajar dilengkapi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh
dengan jalan serangkaian siswa sebagai akibat adanya pengajaran bahasa
pengalaman-pengalaman yang Indonesia. Dan tentunya hasil pengajaran
dapat dipersamakan dan dengan dapat dilihat dari hasil evaluasi, dan sangat
pertimbangan yang baik. dipengaruhi oleh banyak faktor, yang salah
b. Hasil-hasil belajar itu lambat laun satunya adalah kemampuan komunikasi
dipersatukan menjadi kepribadian interpersonal.
dengan kecepatan yang berbeda- Kemampuan Menyunting Karangan
beda. Menyunting atau mengedit adalah
c. Hasil-hasil belajar yang dicapai mempersiapkan naskah siap cetak, siap
adalah bersifat kompleks dan diterbitkan, atau siap digunakan dengan
dapat berubah-ubah (adaptable), memperhatikan segi ejaan, diksi, dan struktur
jadi tidak sederhana dan statis.” kalimat. Kegiatan menyunting karangan
merupakan langkah yang baik untuk
Menurut Engkoswara dalam buku menghadirkan karangan yang baik dan benar
karangan Tabrani Rusyan, (1997:7) jika secara ketatabahasaan dan bernalar. Seorang
ditinjau dari bidang kognitif, afektif dan penyunting yang baik, tentu memiliki
psikomotorik, maka hasil belajar dapat kemampuan dalam hal penyusunan karangan
berupa:1) Hasil belajar kognitif antara lain: yang benar, mengetahui jenis-jenis karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan
dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan persuasi. Secara sederhana, narasi dikenal
gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa
tulis kepada pembaca untuk dipahami. atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di
Menurut Gie, (2002:3) beliau menyatakan dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
bahwa karangan adalah hasil perwujudan menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur
gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang berupa kejadian, tokoh, dan konflik
dibaca dan dimengerti oleh masyarakat merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika
pembaca. ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu
Selain itu, Widyamartaya, (1990:9) disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita
mengatakan, mengarang adalah keseluruhan yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
gagasan dan menyampaikan melalui bahasa Narasi yang berisi fakta disebut narasi
tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi
seperti yang dimaksud pengarang. disebut narasi sugestif. Contoh narasi
Karangan adalah rangkaian tuturan ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau
atau tulisan yang mengungkapkan suatu kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi
maksud dengan lengkap dan utuh. Dengan sugestif adalah novel, cerpen, cerbung,
demikian karangan lebih luas tingkatannya ataupun cergam.
daripada satuan bahasa lainnya dari pada Karangan deskripsi adalah karangan
kalimat ataupun paragraf. Dalam suatu ini berisi gambaran mengenai suatu hal atau
karangan pada umumnya meliputi beberapa keadaan sehingga pembaca seolah-olah
kalimat ataupun beberapa paragraf. Karangan melihat, mendengar, atau merasakan hal
disebut juga wacana atau bacaan berbentuk tersebut. Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri
tulisan, misalnya bacaan dalam buku, majalah seperti: menggambarkan atau melukiskan
ataupun koran. sesuatu, penggambaran tersebut dilakukan
Dari pendapat di atas dapat sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan
disimpulkan bahwa karangan adalah indera, dan membuat pembaca atau pendengar
perwujudan atau gagasan seseorang dalam merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
bahasa tulis Contoh Narasi / karangan deskripsi :
a. Jenis-jenis karangan Tepat pukul 06.00 aku terbangun, diiringi
Karangan yang umum dijumpai dengan suara-suara ayam yang berkokok
dalam keseharian terdiri lima jenis yaitu: seolah menyanyi sambil membangunkan
orang- orang yang masi tidur. serta dapat ku perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai
lihat burung - burung yang berterbangan dengan yang dianjurkan penulis dalam
meninggalkan sarangnya untuk mencari karangannya. Contoh karangan persuasi pada
makan. umumnya: Salah satu penyakit yang perlu kita
“Karangan Eksposisi adalah waspadai di musim hujan ini adalah infeksi
Karangan yang berisi uraian atau saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk
penjelasan tentang suatu topik mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi
dengan tujuan memberi informasi makanan yang bergizi, minum vitamin dan
atau pengetahuan tambahan bagi antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat
pembaca. Untuk memperjelas yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah
uraian, dapat dilengkapi dengan raga.
grafik, gambar atau statistik. Sunarti, (2005:290) mendefinisikan
Sebagai catatan, tidak jarang bahwa karangan eksposisi adalah karangan
eksposisi ditemukan hanya berisi yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau
uraian tentang inpormasi yang bertujuan agar pembaca
langkah/cara/proses kerja. mendapat inpormasi dan pengetahuan yang
Eksposisi demikian lazim disebut sejelas-jelasnya. Dikemukakan data dan fakta
paparan proses”.Karangan yang menyakinkan.
argumentasi adalah karangan Eksposisi merupakan karangan yang
yang bertujuan membuktikan bertujuan untuk menginformasikan tentang
kebenaran suatu sesuatu sehingga memperluas pengetahuan
pendapat/kesimpulan dengan pembaca. Karangan eksposisi bersifat
data/fakta sebagai alasan/bukti. ilmiah/nonfiksi. Sumber karangan ini dapat
Dalam argumentasi pengarang diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian
mengharapkan pembenaran atau pengalaman. Perbedaan karangan
pendapatnya dari pembaca. eksposisi dengan karangan deskripsi.
Adanya unsur opini dan data, Karangan deskripsi bertujuan
juga fakta atau alasan sebagai menggambarkan/melukiskan sesuatu sehingga
penyokong opini tersebut. seolah-olah pembaca mengatakannya sendiri.
Karangan persuasi adalah bertujuan Karangan deskripsi dapat bersifat ilmiah atau
mempengaruhi pembaca untuk berbuat nonilmiah. Sumber karangan diperoleh dari
sesuatu. Dalam persuasi pengarang hasil pengamatan, penelitian, dan imajinasi
mengharapkan adanya sikap motorik berupa Contoh Wacana Eksposisi
Kriteria Penilaian
Rumusan Penilaian :
N = Skor Mentah x 100% = 100
Skor Maksimum
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR DARI ASPEK KETEPATAN EJAAN (A)
GAMBAR 1
HISTROGRAM SKOR ASPEK KETEPATAN EJAAN
30
25 27
20
20
17
15
28
13 15
10
Linear (28)
0
17 28 15
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR DARI ASPEK KETEPATAN KATA (B)
GAMBAR 2
HISTROGRAM SKOR ASPEK PILIHAN KATA
30
25 27
20
20
26
15
29
13 5
10
0
26 29 4
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR DARI ASPEK KETEPATAN STURKTUR KATA DAN
KALIMAT (C)
GAMBAR 3
HISTROGRAM SKOR ASPEK KETEPATAN STURKTUR KATA DAN KALIMAT
30
25 27
20
20
21
15
35
13 4
10
0
21 35 4
TABEL V
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR DARI ASPEK KETERPADUAN PARAGRAF (D)
GAMBAR 4
HISTROGRAM SKOR ASPEK KETERPADUAN PARAGRAF
30
25 27
20
20
20
15
36
13 4
10
0
20 36 4
TABEL
NILAI KEMAMPUAN MENYUNTING KARANGAN EKSPOSISI
13 13 20 15 15 15 65 65
14 14 20 15 15 15 65 65
15 15 20 20 20 15 75 75
16 16 25 20 20 20 85 85
17 17 20 25 20 15 80 80
18 18 20 20 20 15 75 75
19 19 15 19 19 15 68 68
20 20 25 25 20 20 90 90
21 21 25 20 20 20 85 85
22 22 20 20 24 15 79 79
23 23 20 25 20 15 80 80
24 24 20 20 20 15 75 75
25 25 25 20 20 20 85 85
26 26 20 25 20 15 80 80
27 27 20 20 20 15 75 75
28 28 25 20 20 20 85 85
29 29 25 20 20 20 85 85
30 30 20 18 18 15 71 71
31 31 15 15 24 15 69 69
32 32 25 20 20 20 85 85
33 33 25 25 25 20 95 95
34 34 25 2 25 20 72 72
Jumlah 1190 1128 1124 1030 4472 4472
Tabel
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF
GAMBAR 5
HISTROGRAM SKOR PENGUASAAN MENYUNTING KARANGAN
100
90
91
80
82
70
73 20
60 64 11
50
23
40
6
30
20
10
0
20 11 23 6
TABEL
PERBANDINGAN KUALITATIF KEMAMPUAN MENYAMPAIKAN KALIMAT TANYA
RETORIS SETIAP ASPEK YANG DIUJIKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN
Unsur Bacaan Ejaan Pilihan kata Struktur kata dan Keterpadua
kalimat paragraph
Persentase (%) 79,33 75,2 74,93 68,67
Kualifikasi “ baik” “ baik” “ baik” “Baik”
ISSN 2086 – 1397 Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 54
Eli Marlina Harahap, Kemampuan Menyunting Karangan…
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa 74,93%, dan terakhir keterpaduan paragraf
Kemampuan mahasiswa tentang meyampaikan yaitu 68,67%.
kemampuan menyunting karangan eksposisi 2. Dalam hal kemampuan perorangan dalam
berdasarkan ketepatan ejaan, pilihan kata, setiap aspek kelompok penguasaan kosa
ketepatan stuktur kata dan keterpaduan kata, Mahasiswa yang memperoleh nilai
paragraf yang diujikan tergolong “Baik” 95 (95%) ada satu orang. Sedangkan nilai
Sedangkan nilai rata-rata keseluruhan terendah ada 12 Mahasiswa yaitu
aspek adalah sebagai berikut: memperoleh nilai 60 (60%).
4472 : 60 3. Secara Umum dapat dikatakan bahwa
S= x100 %
100 Nilai rata-rata Mahasiswa adalah 74,53
74 ,53 (74,53%). Dengan demikian kemampuan
S= x100 %
100 atas (nilai tes intonasi, ejaan, kosa kata dan
S = 74,53 penggunakan kata tanya), mengenai
Kemampuan menyunting karangan
SIMPULAN DAN SARAN eksposisi berdasarkan ketepatan ejaan,
Simpulan pilihan kata, ketepatan stuktur kata dan
Simpulan yang dapat penulis keterpaduan paragraf berkualifikasi baik
kemukakan di sini tentang menyunting karena masih berada di antara rentang
karangan eksposisi berdasarkan ketepatan kualifikasi 61 – 80%
ejaan, pilihan kata, ketepatan stuktur kata dan Saran
keterpaduan paragraf oleh Mahasiwa Sebagai penutup penelitian ini, penulis
Semester I Fakultas Keguruan Dan Ilmu mengajukan beberapa saran yang berhubungan
Kependidikan Prodi Pendidikan Bahasa Dan dengan kemampuan menyunting karangan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah eksposisi, yakni sebagai berikut:
Tapanuli Selatan secara terperinci sebagai 1. Berdasarkan pengalaman ketika menyusun
berikut: intrumen, bahwa sangat sukar menentukan
1. Berbeda dengan teori ternyata kemampuan jenjang/tingkat kesulitan sesuatu tes.
tentang pemahaman mengenai ejaan, Karena kemampuan menyunting karangan
merupakan kemampuan yang terbaik yakni eksposisi merupakan keterampilan yang
79,33%, kemudian baru diikuti pilihan sangat penting, hendaknya dalam
kata 75,2%, struktur kata dan kalimat pengajaran Bahasa Indonesia,
keterampilan ini perlu diperhatikan dengan sarana, baik perpustakaan, alat atau
sungguh-sungguh. metode kiranya perlu ditingkatkan,
2. Untuk perwujudan peningkatan sehingga pengajaran terssebut dapat
kemampuan ini, hendaknya pengadaan mencapai sasaran yang kita harapkan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
Ali Muhammad, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Raja Grafindo, Persada: Jakarta,
1982.
Simanjuntak, P, Pembaharuan dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1990.
Surachmas Winarno, Pengantar Penelitian ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1985.
.
Tarigan, H. G, Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung ; Angksa, 1986.