PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Keberadaan Cybersastra dalam Masyarakat Pluralistik
Masyarakat dunia merupakan masyarakat pluralistik (beragam) sehingga
merupakan masyarakat multikultur (multibudaya). Beragam bangsa, bahasa, agama, dan
budaya tersebar di seluruh penjuru dunia. Keragaman tersebut seharusnya tidak menjadi
salah satu penyebab perpecahan. Sebaliknya, keragaman tersebut seharusnya semakin
memperkaya. Keberadaan masyarakat pluralistik dan multibudaya dapat digambarkan
melalui karya sastra. Pada dasarnya sastra merupakan ciptaan sebuah kreasi, bukan
semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989 : 5). Karya sastra sebagai bentuk
dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia.
Sastra dan masyarakat memiliki relasi segitiga yang saling terkait. Relasi tersebut
terbentuk atas konstruksi sosial yang menyebabkan kenyataan bahwa seorang sastrawan
dihadapkan pada budaya tertentu dan menjadikan sebuah interpretasi muncul di dalam
teks. Karya sastra dan kehidupan nyata selain memiliki otonomi tersendiri, keduanya
memiliki hubungan timbal balik. Hal inilah yang menjadikan sastra tidak pernah lepas
dari persoalan kehidupan.
Keberadaan cybersastra menjadi lahan strategis untuk menunjukkan pikiran dan
memberi subtansi tentang realitas. Hal itu disebabkan oleh perbedaan pandangan, baik
mengenai kebiasaan, tradisi, budaya maupun persepsi yang ditimbulkan berdasarkan sisi
subjektivitas manusia itu sendiri. Sebagai contoh, Hasan Aspahani dengan (http://sejuta-
puisi.blogspot.com) telah banyak mengirimkan karya-karyanya ke media Jakarta.
Sekarang dia telah menjadi bagian penting kesusastraan Indonesia.
Peranan cybersastra dalam khazanah kesusastraan dunia adalah sebagai media
publikasi dan sarana berkreasi untuk mampu melahirkan karya sesuai dengan perubahan
masyarakat. Sastra pada dasarnya berusaha untuk menerangkan pemikiran, perasaan,
pengalaman, baik empiris maupun metafisis yang telah diketahui oleh sastrawan. Setiap
sastrawan berharap karya yang diciptakannya dapat dimengerti dan diapresiasi oleh
pembaca, tetapi masih dalam koridor lisensia puitika. Cybersastra juga bermanfaat
dalam mengangkat tulisan-tulisan mengenai sastra yang menumpuk di gudang-gudang
hingga dapat dinikmati oleh banyak orang. Internet juga dapat menjadi media alternatif
menggantikan peran perpustakaan di Indonesia yang cenderung monoton dan
membosankan.
3
Cybersastra dapat dijadikan sebagai perlawanan atas legitimasi bahwa kapabilitas
seorang sastrawan ditentukan oleh kemampuannya menembus media massa. Seorang
sastrawan dikatakan sastrawan internasional apabila karyanya pernah muncul di media
massa bertaraf internasional. Selain itu, cybersastra juga dapat dijadikan sebagai wahana
inovasi karya sastra. Cybersastra menurut Nanang Suryadi (dalam Faruk, 2001) dapat
membuka kemungkinan-kemungkinan lain dan menjadi media alternatif dalam
pengembangan sastra. Cybersastra memberikan kemudahan dalam mengakses informasi
langka sehingga dapat memacu kreativitas dan mutu karya kreatif. Hanya saja diperlukan
penguasaan berbagai bahasa karena informasi di internet disajikan dalam berbagai
bahasa. Namun, justru adanya berbagai bahasa itu, cybersastra dapat menjadi media
komunikasi antarbangsa yang mampu menembus batas agama, kultur, maupun bahasa.
Cybersastra menjadi jembatan bagi peradaban multikultural. Melalui cybersastra itu
para pengarang muda memublikasikan karya-karyanya untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya termasuk semangat multikultural antarbangsa.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan pada tulisan ini adalah pertama,
Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat terobosan baru di dunia sastra, di
mana, para penulis terbantu dengan adanya teknologi yang membuat mereka tidak
kesulitan dalam mempublikasi karyanya. Hal itu membuat perkembangan sastra begitu
pesat dan banyak masyarakat beralih ke sastra digital. Dengan ada perkembangan
teknologi dan komunikasi, muncullah cybersastra. Sebagai bahan kajian, cybersastra
menyuguhkan fenomena yang unik, kreatif, dan menantang seorang peneliti sastra.
Kedua, keberadaan masyarakat dunia yang pluralistik dan multibudaya dapat
digambarkan melalui karya sastra. Sastra memegang peran penting, misalnya, dalam
proses pembangunan kesadaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai kesatuan, baik
komunitas lokal, komunitas negara-bangsa, maupun komunitas dalam satu kawasan
regional. Peranan cybersastra dalam khazanah kesusastraan dunia adalah sebagai media
publikasi dan sarana berkreasi untuk mampu melahirkan karya sesuai dengan perubahan
masyarakat. Cybersastra menjadi jembatan bagi peradaban multikultural. Melalui
cybersastra itu para pengarang muda memublikasikan karya-karyanya untuk
mengekspresikan gagasan-gagasannya termasuk semangat multikultural antarbangsa.
3.2 Saran
Saran untuk pembaca adalah kita sebagai masyarakat yang pluralistik dan
multibudaya dapat berkontribusi dalam perkembangan kesusastraan di Indonesia maupun
di dunia. Tidak hanya itu, keberadaan sastra siber membuat masyarakat juga dapat
bergerak ke arah lebih modern dan dapat mengikuti pesatnya perkembangan teknologi.
Dengan kepopuleran sastra siber, komunitas-komunitas sastra siber bermunculan dan
memanfaatkan teknologi internet untuk mengembangkan ide-ide mereka di berbagai
situs online secara gratis.
5
DAFTAR PUSTAKA
Karnadi, Mita Carina. “Sastra Siber dalam Perkembangan Karya Sastra”. Diakses pada
Kamis 23 Februari 2023. https://kumparan.com/mita-carina-karnadi/sastra-siber-dalam-
perkembangan-karya-sastra-1x8uJ0YxnL4/full
Trisanti, Anis Surya. “Sastra Cyber sebagai Eksistensi Generasi Milenial dalam
Mengembangkan Literasi”. Diakses pada Kamis 23 Februari 2023.
http://kreskit.pbsi.uad.ac.id/sastra-cyber-sebagai-eksistensi-generasi-milenial-dalam-
mengembangkan-literasi/