Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring dengan berkembangnya zaman, sastra terus mengalami inovasi dan
berkembang serta menyesuaikan diri dengan era di mana ia berada. Hal ini dapat dilihat
dari munculnya istilah-istilah baru, seperti cybersastra yang semakin popular.
Cybersastra dapat dikatakan sebagai sastra yang ditulis menggunakan media internet
atau teknologi informatika lainnya. Cybersastra ini dijadikan sebagai wadah dan wahana
untuk berkreasi di bidang sastra yang dapat dilakukan oleh siapapun, bahkan dengan
berkembangnya cybersastra ini memberi keuntungan bagi para penulis atau sastrawan
untuk memublikasikan karyanya. (Firtiyani, 2018: 69) mengemukakan bahwa
Cybersastra muncul sebagai jawaban atas kegelisahan para penulis pemula dan
sastrawan.
Cybersastra ini menjadi wadah penyalur segala bentuk inspirasi bagi penulis
pemula yang menjadi tongak baru atas kehadiran sastra yang bersifat ‘bebas’ tak
mengenal ruang, waktu, bahasa dan mendobrak sekat-sekat Negara sehingga tulisan yang
dimuat dengan cepat terekspos ke seluruh belahan dunia. Kemunculan sastra lahir dilatar
belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya
(dalam Sarjidu, 2004 : 2). Fenomena cybersastra di Indonesia agaknya membutuhkan
perhatian yang lebih besar lagi karena dipercaya dapat berkontribusi bagi perkembangan
kesusastraan di Indonesia. Tidak hanya itu, keberadaan cybersastra sendiri dipercaya
sebagai refleksi realitas dinamika masyarakat yang ada saat ini. Masyarakat yang
senantiasa bergerak ke arah yang lebih modern ikut memberikan kontribusi bagi
kemunculan cybersastra dengan mengikuti pesatnya perkembangan teknologi komputer
dan internet yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan rumusan
masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan cybersastra terhadap karya sastra ?
2. Bagaimana keberadaan cybersastra di kalangan masayarakat?

1.2 Tujuan Masalah


Sejalan dengan rumusan masalah yang dimunculkan di atas, maka tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan fenomena perkembangan cybersastra terhadap karya sastra.
2. Mendeskripsikan keberadaan cybersastra di masyarakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seluk Beluk Cybersastra


Istilah cybersastra mulai populer memang baru belakang ini. Sejak tahun 2001
baru merebak istilah demikian yakni pada saat budaya internet mulai berkembang di
Negara kita. Istilah cybersastra, dapat dirunut dari asal katanya. Cyber, dalam bahasa
inggris tidaklah berdiri sendiri, Melainkan terjalin dengan kata lain seperti cyberspace,
cybernate, cybernetics. Cyberspace berarti ruang (berkomputer) yang saling terjalin
membentuk budaya dikalangan mereka. Cybernate, berarti pengendalian proses
menggunakan komputer. Cybernetics berarti mangacu pada sistem kendali otomatis, baik
dalam sistem computer (elektronik) maupun jaringan syaraf. Dari pengertian ini dapat
dikemukakan bahwa cybersastra adalah aktivitas sastra yang memanfaatkan komputer
atau internet.
Dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi, cybersastra tampaknya akan
semakin berkembang. Seiring dengan itu pula, perhatian peneliti sastra semakin
kerepotan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi dan akan terjadi melalui
cybersastra. Perkembangan cybersastra atau sastra dunia maya memunculkan polemik di
kalangan penikmat sastra. Polemik yang mempersoalkan definisi sastra itu sendiri.
Sebagian mengatakan bahwa cybersastra merupakan sesuatu yang keluar dari normatif
tentang sastra itu sendiri. Di pihak lain mengatakan bahwa cybersastra menjadi hal baru
akibat dari tuntutan perkembangan zaman, khususnya perkembangan teknologi.
Munculnya polemik atas cybersastra sebenarnya lebih didasarkan pada pandangan
konservatif bahwa sastra adalah karya agung. Sastra adalah karya yang memiliki muatan
khusus yang tidak sembarang dan dibuat dengan niat yang sekadar asal-asal.
Kemunculan cybersastra di tengah-tengah perkembangan dunia sastra memang
menimbulkan pendapat yang tidak homogen karena pada realitasnya ada beragam
penilaian yang menanggapi fenomena cybersastra tersebut. Namun sebenarnya tidak
dapat dipungkiri bahwa dengan adanya cybersastra, para penulis pemula dan tentu saja
pembaca diberikan kebebasan yang seluas-luasnya untuk menulis dan membaca karya
sastra yang mereka sukai. Dari sini, akan muncul pula sebuah komunitas baru dalam
sastra, yaitu komunitas cybersastra.

2
2.2 Keberadaan Cybersastra dalam Masyarakat Pluralistik
Masyarakat dunia merupakan masyarakat pluralistik (beragam) sehingga
merupakan masyarakat multikultur (multibudaya). Beragam bangsa, bahasa, agama, dan
budaya tersebar di seluruh penjuru dunia. Keragaman tersebut seharusnya tidak menjadi
salah satu penyebab perpecahan. Sebaliknya, keragaman tersebut seharusnya semakin
memperkaya. Keberadaan masyarakat pluralistik dan multibudaya dapat digambarkan
melalui karya sastra. Pada dasarnya sastra merupakan ciptaan sebuah kreasi, bukan
semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989 : 5). Karya sastra sebagai bentuk
dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia.
Sastra dan masyarakat memiliki relasi segitiga yang saling terkait. Relasi tersebut
terbentuk atas konstruksi sosial yang menyebabkan kenyataan bahwa seorang sastrawan
dihadapkan pada budaya tertentu dan menjadikan sebuah interpretasi muncul di dalam
teks. Karya sastra dan kehidupan nyata selain memiliki otonomi tersendiri, keduanya
memiliki hubungan timbal balik. Hal inilah yang menjadikan sastra tidak pernah lepas
dari persoalan kehidupan.
Keberadaan cybersastra menjadi lahan strategis untuk menunjukkan pikiran dan
memberi subtansi tentang realitas. Hal itu disebabkan oleh perbedaan pandangan, baik
mengenai kebiasaan, tradisi, budaya maupun persepsi yang ditimbulkan berdasarkan sisi
subjektivitas manusia itu sendiri. Sebagai contoh, Hasan Aspahani dengan (http://sejuta-
puisi.blogspot.com) telah banyak mengirimkan karya-karyanya ke media Jakarta.
Sekarang dia telah menjadi bagian penting kesusastraan Indonesia.
Peranan cybersastra dalam khazanah kesusastraan dunia adalah sebagai media
publikasi dan sarana berkreasi untuk mampu melahirkan karya sesuai dengan perubahan
masyarakat. Sastra pada dasarnya berusaha untuk menerangkan pemikiran, perasaan,
pengalaman, baik empiris maupun metafisis yang telah diketahui oleh sastrawan. Setiap
sastrawan berharap karya yang diciptakannya dapat dimengerti dan diapresiasi oleh
pembaca, tetapi masih dalam koridor lisensia puitika. Cybersastra juga bermanfaat
dalam mengangkat tulisan-tulisan mengenai sastra yang menumpuk di gudang-gudang
hingga dapat dinikmati oleh banyak orang. Internet juga dapat menjadi media alternatif
menggantikan peran perpustakaan di Indonesia yang cenderung monoton dan
membosankan.

3
Cybersastra dapat dijadikan sebagai perlawanan atas legitimasi bahwa kapabilitas
seorang sastrawan ditentukan oleh kemampuannya menembus media massa. Seorang
sastrawan dikatakan sastrawan internasional apabila karyanya pernah muncul di media
massa bertaraf internasional. Selain itu, cybersastra juga dapat dijadikan sebagai wahana
inovasi karya sastra. Cybersastra menurut Nanang Suryadi (dalam Faruk, 2001) dapat
membuka kemungkinan-kemungkinan lain dan menjadi media alternatif dalam
pengembangan sastra. Cybersastra memberikan kemudahan dalam mengakses informasi
langka sehingga dapat memacu kreativitas dan mutu karya kreatif. Hanya saja diperlukan
penguasaan berbagai bahasa karena informasi di internet disajikan dalam berbagai
bahasa. Namun, justru adanya berbagai bahasa itu, cybersastra dapat menjadi media
komunikasi antarbangsa yang mampu menembus batas agama, kultur, maupun bahasa.
Cybersastra menjadi jembatan bagi peradaban multikultural. Melalui cybersastra itu
para pengarang muda memublikasikan karya-karyanya untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya termasuk semangat multikultural antarbangsa.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan pada tulisan ini adalah pertama,
Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat terobosan baru di dunia sastra, di
mana, para penulis terbantu dengan adanya teknologi yang membuat mereka tidak
kesulitan dalam mempublikasi karyanya. Hal itu membuat perkembangan sastra begitu
pesat dan banyak masyarakat beralih ke sastra digital. Dengan ada perkembangan
teknologi dan komunikasi, muncullah cybersastra. Sebagai bahan kajian, cybersastra
menyuguhkan fenomena yang unik, kreatif, dan menantang seorang peneliti sastra.
Kedua, keberadaan masyarakat dunia yang pluralistik dan multibudaya dapat
digambarkan melalui karya sastra. Sastra memegang peran penting, misalnya, dalam
proses pembangunan kesadaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai kesatuan, baik
komunitas lokal, komunitas negara-bangsa, maupun komunitas dalam satu kawasan
regional. Peranan cybersastra dalam khazanah kesusastraan dunia adalah sebagai media
publikasi dan sarana berkreasi untuk mampu melahirkan karya sesuai dengan perubahan
masyarakat. Cybersastra menjadi jembatan bagi peradaban multikultural. Melalui
cybersastra itu para pengarang muda memublikasikan karya-karyanya untuk
mengekspresikan gagasan-gagasannya termasuk semangat multikultural antarbangsa.

3.2 Saran
Saran untuk pembaca adalah kita sebagai masyarakat yang pluralistik dan
multibudaya dapat berkontribusi dalam perkembangan kesusastraan di Indonesia maupun
di dunia. Tidak hanya itu, keberadaan sastra siber membuat masyarakat juga dapat
bergerak ke arah lebih modern dan dapat mengikuti pesatnya perkembangan teknologi.
Dengan kepopuleran sastra siber, komunitas-komunitas sastra siber bermunculan dan
memanfaatkan teknologi internet untuk mengembangkan ide-ide mereka di berbagai
situs online secara gratis.

5
DAFTAR PUSTAKA

Karnadi, Mita Carina. “Sastra Siber dalam Perkembangan Karya Sastra”. Diakses pada
Kamis 23 Februari 2023. https://kumparan.com/mita-carina-karnadi/sastra-siber-dalam-
perkembangan-karya-sastra-1x8uJ0YxnL4/full

Trisanti, Anis Surya. “Sastra Cyber sebagai Eksistensi Generasi Milenial dalam
Mengembangkan Literasi”. Diakses pada Kamis 23 Februari 2023.
http://kreskit.pbsi.uad.ac.id/sastra-cyber-sebagai-eksistensi-generasi-milenial-dalam-
mengembangkan-literasi/

Anda mungkin juga menyukai