Anda di halaman 1dari 5

Nama : MUHAMMAD KUSNUL RIDHO

Kelas : PPB/1B
No. Absen : 23

KETERAMPILAN BERBICARA
Kegiatan berbicara sebagai bagian dari keterampilan berbahasa sangat
penting, baik bagi pengajaran maupun di dalam kehidupan sehari-hari (Darmuki
dkk., 2018). Oleh karena itu, penguasaan keterampilan berbicara harus dimiliki
oleh setiap orang termasuk mahasiswa. Berkomunikasi secara lisan dengan
teman, mengikuti kuliah, diskusi, seminar, presentasi, MC dan debat menuntut
adanya kemahiran seseorang dalam berbicara. Sehubungan dengan pernyataan
di atas, maka dalam kegiatan belajar mengajar di Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, keterampilan berbicara menjadi salah satu bagian
yang wajib diajarkan kepada mahasiswa dan harus dikuasai oleh semua
mahasiswa tersebut.
Keterampilan berbahasa dapat juga disebut kemahiran berbahasa.
Keterampilan Berbahasa merupakan gabungan antara keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan
catur tunggal karena masing – masing saling berhubungan serta tidak
terpisahkan. Mahasiswa diharapkan memahami keempat keterampilan
berbahasa dan hubungannya satu sama lain.
Wahya dan Ernawati Walidah (2017 : 259) memberikan pengertian
tentang cara berbicara yang dicontohkan dengan pidato yaitu dengan suara yang
menjadi bagian terpenting saat berbicara, dengan suara yang baik, informasi
akan tersampaikan secara utuh serta dapat memberikan kesan yang baik bagi
pendengarnya. Unsur – unsur yang perlu diperhatikan saat berbicara : Intonasi
(Sampaikan pidato dengan suara yang berirama dan tidak datar), Artikulasi
(Ucapkan setiap kata dengan jelas dan benar sehingga mudah dipahami), Jeda
(Gunakan penjedaan kata atau kalimat dengan baik agar pendengar memahami
maksud yang ingin disampaikan), Penekanan (Berikan tekanan yang baik dalam
suara agar tidak menimbulkan kesan lemas).
Rendahnya keterampilan berbicara untuk mahasiswa disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu: (1) mahasiswa kurang berminat pada pembelajaran
berbicara. Sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa pembelajaran
berbicara merupakan materi yang tidak menyenangkan. Menurut mahasiswa
cara mengajar dosen dalam pembelajaran berbicara kurang menarik; (2)
sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan dan takut untuk
mengungkapkan pendapat/gagasan dengan Bahasa yang baik dan benar ketika
dosen memberi pertanyaan atau tampil berbicara di depan kelas. Dari dosen (1)
mengalami kesulitan untuk membangkitkan minat mahasiswa dalam
pembelajaran keterampilan berbicara; (2) dosen mengalami kesulitan untuk
menemukan alternatif metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan
keterampilan berbicara kepada mahasiswa.
Tujuan pengajaran berbicara adalah untuk mengembangkan kemampuan
berinteraksi atau berkomunikasi secara berhasil dalam Bahasa tersebut.
Keberhasilan penguasaan keterampilan bebicara seseorang ditunjang oleh faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan (Bygate, 2000: 10-14). Faktor kebahasaan
berkaitan dengan penguasaan unsur-unsur linguistik dan kaidah tata Bahasa
lainnya, sedangkan nonkebahasaan berhubungan dengan penguasaan diri, sikap,
dan hubungan sosial pembicara.
Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, antara
lain (Thornbury, 2001: 52), (1) ketepatan ucapan/vokal; (2) pengucapan
konsonan; (3) penempatan tekanan (4) penempatan persendian; (5) penggunaan
nada/irama; (6) pilihan kata (diksi); (7) ketepatan ungkapan; (8) tata bentukan
kata; (9) pola struktur kalimat. Sedangkan factor nonkebahasaan yang
mendukung keterampilan berbicara (Hughes, 2003: 43), antara lain: (1) Sikap
yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (2) Pandangan harus diarahkan kepada
lawan bicara; (3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain; (4) kinesik dan
mimik yang tepat; (5) Kenyaringan suara; (6) Kelancaran, relevansi/penalaran;
(7) Penguasaan topik; (8) kejelasan isi.
Ada unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan. Kelima
unsur tersebut terdiri dari; pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan
(message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau
medium), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback).
Hal yang paling penting dalam persiapan kita untuk berbicara di depan
umum adalah membangun rasa percaya diri, mengendalikan rasa takut dan
emosi. Kesiapan mental yang positif merupakan syarat mutlak bagi kita dalam
berbicara di depan umum. Ada beberapa prinsip dalam mempersiapkan mental
kita sebelum berbicara di depan umum:
a. Berusahalah untuk tetap tenang saat berbicara di depan umum, tanamkan
di hati bahwa tidak akan ada hal yang buruk yang akan terjadi setelah
presentasi atau penyampaian Anda. Jadi tenang dan santai saja.
b. Siapkan inti – inti pembicaraan atau pertanyaan, karena pendengar Anda
akan sulit untuk mengingat atau memperhatikan lebih dari tiga hal dalam
satu waktu.
c. Memiliki tujuan atau sasaran yang jelas dan terarah.
d. Jangan menganggap diri kita adalah seorang pembicara publik tapi
anggaplah sebagai menyampaikan pesan kepada hadirin.
e. Tidak perlu harus sepenuhya menguasai seluruh hadirin. Biarkan saja
kalau ada beberapa yang tidak menaruh perhatian. Fokuskan perhatian
kita pada mereka yang tertarik dan mendengarkan presentasi kita.
f. Tanamkan didiri kita bahwa Sebagian besar hadirin menginginkan kita
berhasil dalam presentasi atau penyampaian pesan kita.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menyampaikan pesan
di depan umum, diantaranya adalah kualitas suara. Pastikan bahwa suara Anda
cukup keras dan jelas terdengar bahkan oleh hadirin yang duduk paling jauh
dari Anda sekalipun. Jika tersedia, selalu gunakan pengeras suara, meskipun
Anda merasa suara anda sudah cukup keras.
Cobalah dengan berlatih mendengarkan suara anda sendiri. Caranya
dengan menutup mata, berbicaralah, kemudian perhatikan kualitas, kekuatan
dan kejelasan suara anda. Suara kita merupakan aset kita yang paling berharga
dalam berkomunikasi secara lisan. Oleh karena itu memelihara kualitas suara
dan berlatih secara berkesinambungan merupakan keharusan jika kita ingin
menjadi pembicara yang sukses. Jika suara kita kurang bagus dan sumbang, kita
dapat mencari pelatih suara profesional atau mengikuti kursus atau pendidikan.
Bahasa dan kata-kata yang kita gunakan merupakan faktor yang tidak
kalah penting guna menentukan kemampuan komunikasi kita. Bahasa yang baik
dan tepat dapat membantu memperjelas dan meningkatkan kualitas presentasi
atau pembicaraan kita. Oleh karena itu perlu sekali bagi kita untuk
memperhatikan kata – kata dan bahasa yang kita pilih.
Pikirkanlah kata – kata yang akan anda gunakan, karena kemampuan
berbahasa yang buruk akan tercermin pada kualitas penyampaian pesan kita.
Hindari menggunakan kata – kata yang tidak perlu, seperti: apa
namanya...ehm....you know.... Eeeee..... eehh... ajaahh.....dll. Jangan
mengucapkan kata – kata : maaf.....Jika anda salah mengucap, cukup anda
ulangi sekali lagi kalimat tersebut dengan benar. Penampilan yang baik juga
menjadi perhatian karena saat kita maju atau berdiri untuk berbicara, Hadirin
akan memperoleh kesan yang baik terhadap kita.
Pastikan bahwa penampilan kita membawa pesan yang positif dan kita
kelihatan lebih baik dan merasa lebih baik. Gunakan pakaian yang sesuai jenis
pertemuan dan sesuai dengan jenis pakaian yang digunakan oleh para hadirin
lainnya
Langkah – langkah praktis untuk meningkatkan kemampuan berbicara di
depan umum : Siap Sebelum Bicara, Mengapa: Menetapkan Sasaran
Pembicaraan, Siapa: Pendengar, Di Mana: Tempat dan Sarana, Kapan: Waktu,
Apa: Bahan yang Akan Digunakan, Bagaimana: Teknik Penyampaian.
Metode dalam penyampaian berbicara yang digunakan seseorang dalam
menyampaikan pembicaraannya, diantaranya adalah : Metode penyampaian
mendadak, Metode penyampaian naskah,Metode penyampaian catatan kecil dan
Metode penyampaian hafalan.
Cooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen (Slavin, 2010: 240). Metode Jigsaw merupakan salah satu bentuk
belajar kooperatif yang mensyaratkan adanya bahan ajar tertulis yang dapat
dipelajari mahasiswa.
Aspek keterampilan dapat dilihat dari segi kelancaran dan kewajaran
gerakan. Adapun aspek kognitif mencakup: (1) keakuratan informasi; (2)
hubungan antarinformasi; (3) ketepatan struktur dan kosakata; (4) kelancaran;
(5) kewajaran urutan wacana; (6) gaya pengucapan (Nurgiantoro, 2001: 278-
292).
Rubrik penskoran Bahasa lisan menggunakan model O’mally dan Pierce
(1996: 67) yang sejalan dengan konsep Bailey (2005: 42) penilaian kecakapan
berbicara meliputi unsur-unsur kebahasaan: pemahaman, pelafalan, kosakata,
tata bahasa dan kefasihan. Keberanian mahasiswa menyampaikan ide dan
informasi materi saat pembelajaran berbicara harus sering dilatih terus-menerus.
Salah satunya dengan cara mahasiswa harus berani berbicara
menyampaikan pendapatnya di depan teman-temannya. Berbicara merupakan
salah satu bagian dari komunikasi, dimana berbicara merupakan bentuk
kegiatan komunikasi lisan (Alibakhshi dan Padiz, 2011: 141). Menurut Bygate
(2000: 11), komunikasi adalah serangkaian perbuatan komunikasi yang
dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan atau mencapai maksud-
maksud tertentu. Dengan demikian, mahasiswa dituntut mampu berbicara/
menyampaikan sebuah informasi/materi agar dapat dipahami orang lain.
DAFTAR PUSTAKA :
Alibakhshi dan Padiz. 2011. “The Effect of Teaching Strategic Competence on
Speaking Performance of ELS Learners”. Journal of Langguage Teaching and
Research. Vol. 2 (4) pp. 941-947
Bygate, Martin. 2000. Speaking. Oxford: Oxford University Press.
Darmuki, A., Andayani, Joko Nurkamto, Kundharu Saddhono. 2018. The
Development and Evaluation of Speaking Learning Model by Cooperative
Approach. International Journal of Instruction. 11(2), 115-128.
Hughes, Arthur. 2003. Testing for Language Teacher. Second Edition.
Cambridge University Press.
Ning, H. 2010. Adapting Cooperative in Tertiary ELT. ELT Journal. 65(1). 60-
70. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media
Thornbury, Scott. 2001. How to Teach Speaking. Tanpa Kota: Longman
Wahya dan Ernawati Waridah. 2017. Buku Besar Bahasa Indonesia xUntuk
SD/SMP/SMA (Terori Bahasa, Teori Sastra dan Keterampilan Berbahasa).
Jakarta : Bmedia Imprint Kawan Pustaka
file:///C:/Users/user/Downloads/3343-10406-1-PB.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/BUKU_KETERAMPILAN_BERBICARA.pdf

Anda mungkin juga menyukai