Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah telah merumuskan tujuan mata pelajaran bahasa Arab dalam

peraturan Menteri Agama RI nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi

dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab (Hermawan, 2011:6).

Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab

adalah: 1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik

lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni

menyimak (istima‟), berbicara (kalam), membaca (qira‟ah), dan menulis

(kitabah). 2) Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai

salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam

mengkaji sumber-sumber ajaran Islam. 3) Mengembangkan pemahaman tentang

saling keterkaitannya antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala

budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas

budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.

Berbeda dengan realita yang ada saat ini. Pada umumnya setiap pengajaran

bahasa Arab di Indonesia, baik di Pondok Pesantren, lembaga-lembaga formal

bahkan Perguruan Tinggi sekalipun masih banyak yang sebatas menggunakan

metode qawaid wattarjamah yang hanya mampu menghasilkan kemampuan

reseptif (membaca dan mendengar), namun dalam kemampuan komunikatif

sebagai salah satu tuntutan zaman masih lemah.

1
Strategi serta sistem yang digunakan kebanyakan masih sangat tradisional

dengan pola-pola yang digunakan di masa lalu. Selain itu, dalam proses

pembelajarannya terjadi kerancauan antara mempelajari bahasa Arab sebagai

tujuan (kemahiran berbahasa) dan sebagai alat untuk menguasai pengetahuan

yang lain yang menggunakan bahasa Arab (seperti mempelajari tafsir, fiqh,

hadits, dan sebagainya), sehingga proses pembelajarannya tidak berjalan secara

maksimal dan terfokus (Hermawan, 2011:5). Oleh karenanya, tidak semua tujuan

yang telah dirumuskan tersebut di atas akan tercapai.

Dalam proses pembelajarn masa kini penulis merasa perlu bergeser dari

metode pembelajaran klasik yang hanya mampu menghasilkan kemampuan

reseptif (membaca dan mendengar), menjuju ke kemampuan komunikatif sebagai

salah satu tuntutan zaman dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Dari aspek - aspek yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah yang

akan dibahas dalam penulisan makalah ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana pentingnya pembelajaran maharah kalam?

2. Bagaimana langkah – langkah pembelajaran maharah kalam?

3. Strategi apa yang tepat digunakan dalam pembelajaran maharah kalam?

2
C. Tujuan Penulisan

Secara umum penulisan makalah ini bertujuan membahas pilar maharah

kalam, dan secara khusus tujuan penulis hendak :

1. Menguraikan praktik pembelajaran maharah kalam

2. Menjabarkan langkah – langkah pembelajaran maharah kalam

3. Menerapkan strategi yang tepat dalam pembelajaran maharah kalam

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Secara teoritis sebagai referensi bacaan di perpustakaan MTs Swasta Arafah

Kota Bitung

2. Secara praktis bagi penulis maupun bagi guru – guru bahasa Arab dapat

membantu meningkatkan spesifikasi kompetensi dalam melaksanakan tugas

sebagai guru bahasa Arab.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Maharah Kalam

Maharah adalah masdar dari fi’il (‫ارة‬88‫ر – مه‬88‫ر – يمه‬88‫ )مه‬yang bisa diartikan

keterampilan, ketangkasan, kecakapan, kepintaran, keahlian, ataupun kerajinan.

Isim faa’il nya (‫ )ماهر‬yang berarti orang yang pandai atau pintar.

Maharah secara umum menurut kamus Alma’any adalah kemampuan untuk

melakukan pekerjaan dengan ketangkasan dan keterampilan manual.

Acep Hermawan, (2011 : 135), mengatakan bahwa maharah kalam adalah

kemahiran mengucapkan suara atau kata untuk mengungkapkan pikiran tentang

pendapat, ide, keinginan, atau perasaan kepada lawan bicara.

Maharah kalam dalam bahasa arab adalah keterampilan mengungkapkan

dan mengucapkan suara secara sengaja dalam bahasa Arab dengan baik dan

benar dan bisa difahami oleh lawan bicara.

Keterampilan berbicara (maharah kalam/speaking skill) adalah kemampuan

mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan

pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara.

Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda

yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan

otot tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam langkah memenuhi

kebutuhannya.

4
B. Tujuan Mempelajari Maharah Kalam

Secara umum keterampilan berbicara bertujuan agar para pelajar mempu

berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari.

Secara baik dan wajar mengandung arti menyampaikan pesan kepada orang lain

dalam cara yang secara sosial dapat diterima. Namun tentu saja untuk mencapai

tahap kepandaian berkomunikasi diperlukan aktifitas-aktifitas latihan yang

memadai yang mendukung. Aktifitas-aktifitas tersebut bukan perkara mudah bagi

pembelajaran bahasa, sebab harus tercipta dahulu lingkungan bahasa yang

mengarahkan para pelajar ke arah sana.

Mempelajari maharah kalam bertujuan untuk mencapai hal-hal berikut:

1) Bertujuan agar peserta didik fasih dalam pengucapan, kefasihan dalam

berbahasa, dan mewakili makna.

2) Membiasakan peserta didik untuk berpikir logis, menyusun ide, dan

menghubungkan hal-hal tersebut satu sama lain.

3) Mendukung perbedaan level-level tuturan dalam bahasa Arab, sesuai dengan

indikasi kualitas-kualitas.

4) Mengembangkan rasa percaya diri dengan mempertemukan dengan teman di

dalam kelas atau sekolah atau di luar sekolah.

5) Memungkinkan siswa untuk mengekspresikan apa yang terjadi di sekitar

mereka dalam topik yang sesuai terkait dengan kehidupan, pengalaman, dan

pekerjaan mereka di dalam dan di luar sekolah, dalam frasa yang tepat.

5
6) Mengatasi beberapa cacat psikologis yang dapat mempengaruhi anak saat ia

masih kecil, seperti rasa malu, ceroboh dalam berbicara, atau introvert.

7) Meningkatnya pertumbuhan keterampilan dan kemampuan yang mulai

tumbuh di kalangan murid dalam seni ekspresi fungsional baik dari diskusi

dan penyajian gagasan dan pendapat, serta memberikan ceramah dan orasi.

8) Mendeteksi murid-murid yang berbakat pada bidang berbicara di depan

umum, improvisasi, ekspresif dalam pidato, dan akurasi dalam ide.

9) Memperkuat sisi lain dari ekspresi tertulis dengan apa yang diperoleh murid

dari kekayaan linguistik, struktur retorika, dan tradisi sastra memurnikan hati

nurani dan perasaan seorang pelajar, untuk menjadi bagian dari bangsa yang

berkontribusi bagi kemanusiaan.

10) Memotivasi pelajar untuk melatih imajinasi dan inovasi.

Dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbicara (maharah kalam) bertujuan

mengajarkan siswa mampu berkomunikasi melalui lisan dengan baik dan wajar

dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Tanpa

mengesampingkan pembelajaran maharah kalam penting lainnya yakni siswa

mampu mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi atau kata-kata untuk menyampaikan

ide-ide dan perasaan dengan menggunakan tata bahasa (qawaid nahwiyyah wa

sharfiyyah).

Di antara tujuan terpenting yang harus ada di dalam kurikulum dan

dijalankan oleh guru, untuk mencapai keterampilan berbicara, terutama pada

tahap pertama dalm tahap-tahap pendidikan dasar, adalah sebagai berikut:

6
1) Mengembangkan kesadaran anak akan kata-kata verbal sebagai kesatuan

bahasa.

2) Memperkaya kekayaan verbal dan lisannya.

3) Mengevaluasi hubungan makna yang difahami oleh peserta didik.

4) Memungkinkan dia untuk membentuk dan menyusun kalimat.

5) Mengembangkan kemampuannya untuk mengatur ide-ide ke dalam unit-unit

bahasa.

6) Meningkatkan ejaan dan pengucapannya.

7) Menggunakan keterampilan berbicara untuk ekspresi naratif yang menghibur.

Dikarenakan ungkapan atau ucapan lisan berbeda dari ungkapan tertulis, ia

memiliki tujuan khusus yang dapat dikenali, antara lain sebagai berikut:

1) Mendorong murid untuk menghadapi orang lain dan berbicara dengan mereka

dalam bahasa Arab yang tepat.

2) Penekanan pada faktor yang mencegah mereka mengklarifikasi ide dan makna

yang berkeliaran di benak mereka.

3) Mengembangkan kemampuan nalar, karena situasi kehidupannya yang

membutuhkannya untuk berkontribusi pada generasi ide dan pemikiran. 

4) Mengembangkan kemampuan berimprovisasi verbal dan mempertajam intuisi

untuk berkontribusi pada tahapan ide dan pemikiran.

5) Membangkitkan siswa untuk mengatur cara berbicara, mendengarkan dan

menghormati perkataan orang yang berbicara dengannya, bahkan jika mereka

tidak setuju dengannya dalam pendapat dan ketekunan.

7
C. Tahapan Belajar Maharah Kalam

Dalam belajar keterampilan berbicara atau maharah kalam dibutuhkan isi

dan makna penyampaian informasi secara lisan, dengan jenis bentuk dan metode

yang dapat digunakan sesuai dengan tingkat pemahaman keterampilan berbahasa

yang dimiliki siswa.

Suatu bentuk pengajaran bicara dapat mencakup aktivitas dalam penggunaan

bahasa lisan dengan tingkat kesulitan yang berbeda.

Maka, guru harus mengetahui tahapan kemampuan berbicara dan apa yang

harus dilakukan agar dapat menentukan jenis materi yang sesuai untuk

disampaikan dengan perkembangan peserta. Adapun tahapan mengajar maharah

kalam adalah sebagai berikut:

1. Tahap Dasar

Guru dapat menyajikan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa

sehingga mereka dapat belajar tentang bagaimana mengucapkan kata-kata,

menyusun kalimat dan menyampaikan gagasan dengan baik.

Guru harus mampu menyusun rangkaian pertanyaan sesuai dengan mata

pelajarannya, atau topik pembelajarannya secara komprehensif.

2. Tahap Menengah

Pada tahap ini, pengajar/guru dapat mengembangkan metode

penyesuaian dengan kondisi. Contohnya, dengan menggunakan gaya

bermain peran dan berbicara tentang peristiwa yang dihadapi siswa, dan

8
mengungkapkan kembali apa yang mereka dengar dari radio atau apa yang

mereka lihat di televisi dan sebagainya.

3. Tahap Lanjutan

Pada titik ini, guru dapat meminta siswa untuk menceritakan cerita

tentang hal-hal yang paling mereka sukai atau tidak sukai dengan alasan

yang cukup.

Kegiatan ini lebih sulit dari sekedar bercerita saja. Ini memiliki unsur

kegiatan analisis dan evaluasi. Jadi, siswa diarahkan ke arah untuk melatih

ekspresi gagasan pikirannya.

Untuk mencapai tahap ketrampilan komunikasi, dibutuhkan kegiatan

praktek yang memadai dan khusus.

Kegiatan seperti itu tidaklah mudah untuk mengajarkan bahasa, karena

lingkungan bahasa harus diciptakan terlebih dahulu yang mengarahkan

peserta didik untuk menggunakan bahasa tersebut secara lisan.

D. Metode Pembelajaran Maharah Kalam

Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

yang dipergunakan oleh pendidik atau instruktur. Pengertian lain mengatakan

bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh

pendidik untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik

di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu

dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik.

9
Metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara

untukmelakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari

pendidikdan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu

kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dan tujuan dari proses

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik.

Hal ini berarti metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi

pembelajaran yang telah ditetapkan. Keberhasilan dari implementasi strategi

pembelajaran sangat bergantung pada pendidik menggunakan metode

pembelajaran.

Noor Syam dalam Janawi secara teknis menerangkan bahwa metode adalah:

1) Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan. 2) Suatu teknik

mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu

metode tertentu. 3) Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu

prosedur.

Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang

cara-cara mengajar yang dipergunakanoleh pendidik atau instruktur. Pengertian

lain mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang

dikuasai oleh pendidik untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada

peserta didik di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok

agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik

dengan baik.

10
Metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk

melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari

pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu

kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dan tujuan dari proses

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik.

Hal ini berarti metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi

pembelajaran yang telah ditetapkan. Keberhasilan dari implementasi strategi

pembelajaran sangat bergantung pada pendidik menggunakan metode

pembelajaran.

a) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Maharah Kalam

Agar peserta didik maharah kalam baik bagi non Arab, maka guru

perlu memperhatikan hal berikut :

1) Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa

siswa dan bahasa Arab).

2) Hendaknya pengarang dan siswa memperhatikan tahapan dalam

pengajaran kalam, seperti memulai dengan lafadz-lafadz mudah yang

terdiri dari satu kalimat, dua kalimat dan seterusnya.

3) Memulai dengan kosa kata yang mudah.

4) Memfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara,

yaitu:.

o Cara mengucapkan bunyi dari makhrajnya dengan baik dan benar.

Membedakan pengucapan harakat panjang dan pendek.

11
o Mengungkapkan ide-ide dengan cara yang benar dengan

memperhatikan kaidah tata bahasa yang ada.

o Melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri

pembicaraan

dengan benar.

o Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan

pengucapan bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dan sebagainya.

Banyak teknik dan model latihan percakapan yang telah dikembangkan

oleh para pengajar bahasa. Setiap pendekatan atau metode memberikan tekanan

kepada teknik atau model tertentu. Metode audio-lingual misalnya, menekankan

perlunya pembelajar menghafal model dialog sebelum masuk ke dialog bebas.

Sementara metode komunikatif, menekankan pada pemahaman model dialog

termasuk fungsi setiap ungkapan dan konteks atau situasinya, kemudian langsung

masuk ke latihan komunikasi yang sesungguhnya.

Di antara model-model latihan percakapan itu ialah sebagai berikut:

a) Tanya Jawab

Tanya jawab dapat diartikan sebuah metode untuk dapat bercakap-

cakap dengan aktif dan termasuk kompetensi komunikatif yang

manakompetensi komunikatif merupakan kemampuan untuk menerapkan

kaidah gramatikal suatu bahasa dalam membentuk kalimat yang benar

dan untuk mengetahui kapan, di mana, dan kepada siapa kalimat itu

diujarkan.

12
Dengan berbekal kompetensi komunikatif, seseorang dapat

menyampaikan dan menginterpretasikan suatu pesan atau menegosiasikan

makna secara interpersonal dalam konteks yang spesifik. Krashen juga

menegaskan bahwa kompetensi komunikatif lebih menekankan fungsi

bahasa dalam komunikasi sesungguhnya daripada menguasai bentuk dan

kaidah kebahasaan. Kaidah-kaidah kebahasaan itu hanya berfungsi untuk

memonitor suatu bentuk ujaran.

b) Menghafalkan Metode Dialog.

Dalam materi percakapan ini guru mengajarkan bahan pelajaran

dalam bentuk dialog yang mengandung mufradāt baru dalam struktur

kalimat yang dipergunakan.

Guru memberikan model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh

siswa di rumah masing-masing. Pada pertemuan berikutnya secara

berpasangan mereka diminta tampil di muka kelas untuk

memeragakandialog tersebut. Untuk menghidupkan suasana dan melatih

kemahiran bercakap-cakap secara wajar, siswa diminta untuk tidak

sekedar menghafalkan dialog-dialog tersebut, tetapi juga

mendemonstrasikannya, dengan memperhatikan segi-segi ekspresi,

mimik, gerak-gerik, dan intonasi sesuai dengan teks yang ditampilkannya.

Dialog tersebut harus disesuaikan dengan tingkat kemahiran siswa, dan

harus bersifat situasional yang materinya diambil dari kehidupan sehari-

hari, misalnya di rumah, di sekolah, di pasar, di stasiun dan sebagainya.

13
Untuk menopang penciptaan situasi, dapat digunakan alat

bantu seperti gambar-gambar, slide dan film.

c) Percakapan Terpimpin.

Di dalam percakapan terpimpin, pengajar menentukan situasi atau

konteksnya. Siswa diharapkan mengembangkan imajinasi sendiri dalam

percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan topik yang telah

ditentukan.

Apabila siswa diberi kesempatan untuk mempersiapkannya di rumah,

maka sebaiknya jangan ditetapkan pasangannya terlebih dahulu. Ini untuk

menghindari kemungkinan siswa mempersiapkan dialog secara tertulis

dan kemudian menghafalkannya. Kalau ini terjadi akan mengurangi nilai

spontanitas.

d) Percakapan Bebas

Dalam kegiatan percakapan bebas, pengajar hanya menetapkan topik

pembicaraan. Siswa diberi kesempatan melakukan percakapan mengenai

topik tersebut secara bebas.

Sebaiknya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-

masing beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang, agar siswa punya

kesempatan yang cukup untuk berlatih. Pengajar dalam hal ini melakukan

pengawasan terhadap masing masing kelompok, dan memberikan perhatian

khusus kepada kelompok yang dinilai lemah atau terlihat kurang lancar dan

kurang bergairah dalam melakukan percakapan.

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. Praktik Pembelajaran Maharah Kalam

Tata bahasa yang bagus yang dipelajari siswa tak akan ada artinya kalau

siswa tidak pernah mempraktikkannya dalam keseharian.  Karena tujuan dari

bahasa adalah untuk berkomunikasi, maka siswa harus belajar untuk

mengkomunikasikan mufrradat maupun kalimat yang dipelajarinya.

Kuncinya adalah bagaimana guru mengoptimalkan praktek percakapan

dalam pembelajaran sehingga siswa terbiasa bercakap-cakap menggunakan

bahasa Arab. Jauh sebelum itu penguasaan perbendaharaan kosa kata (mufradat)

harus lebih awal dikuasai siswa. Kosa kata yang dipilih dalam maharah kalam

sebaiknya adalah kosa kata yang bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

Selain peluang terpakainya kosa kata lebih besar dalam aktivitas keseharian, kosa

kata tersebut mampu menjadi pemantik minat menghafal kosa kata bahasa arab

lainnya.

Setelah memiliki banyak kosa kata, hal yang perlu dilatih adalah

menimbulkan rasa percaya diri berbicara bahasa Arab secara intens. Terkadang

siswa merasa malu, canggung, dan takut salah dalam berbicara bahasa Arab.

Untuk menghindari kecanggungan siswa perlu adanya pembiasaan praktik

berbahasa seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, jika tetap bergulat dengan

takut salah untuk mencoba maka akan sulit melangkah ke tahap berkembang.

Salah adalah suatu hal yang lumrah bagi seorang siswa pembelajar pemula,

15
dengan kesalahan tersebut akan muncul pembenaran dengan bentuk saran,

teguran, ataupun kritik yang akan membantu perkembangan kemampuan

berbahasa Arab.

Dengan mengkombinasikan perbendaharaan kosa kata yang terus ditambah

dan berkembang ke penggunaan frasa maupun kalimat bahasa Arab maka akan

banyak membantu kepercayaan diri siswa dalam mempraktekan percakapan

keseharian tanpa rasa takut dan ragu akan membuat kemampuan maharoh kalam

terus meningkat sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

B. Langkah – Langkah Pembelajaran Maharah Kalam

Dua langkah pembelajaran maharah kalam yang perlu diperhatikan oleh

guru :

1) Latihan prakomunikatif tidak berarti bahwa latihan-latihan yang dilakukan

belum komunikatif, tetapi dimaksudkan membekali para pelajar

kemampuan-kemampuan dasar dalam berbicara yang sangat diperlukan

ketika terjun di lapangan, seperti latihan penerapan pola dialog, kosa kata,

kaidah, mimik muka dan sebagainya. Pada tahap ini keterlibatan guru dalam

latihan cukup banyak, karena tentu saja setiap unsur kemampuan yang

diajarkan perlu diberi contoh. Ada beberapa teknik yang mungkin dilakukan

dalam latihan pra-komunikatif, antara lain : dialog (al-hiwar), praktek pola

(tathbiq al-namudzaj), dan karangan lisan (al-tarkib al-syafawi), dramatisasi

tindakan (al-tamtsil al-suluki).

16
2) Latihan komunikatif yakni guru lebih mengandalkan kreativitas para pelajar

dalam melakukan latihan. Pada tahap ini keterlibatan guru secara langsung

mulai dikurangi untuk memberi kesempatan kepada mereka

mengembangkan kemampuan sendiri. Para pelajar pada tahap ini ditekankan

untuk lebih banyak berbicara daripada guru. Sedangkan penyajian latihan

diberikan secara bertahap, dan dianjurkan agar materi latihan dipilih sesuai

dengan kondisi kelas. Beberapa aktifitas yang memungkinkan di lakukan

dalam latihan komunikatif secara bertahap adalah sebagai berikut ;

a) Percakapan kelompok (al-hiwar al-jama’i)

Dalam satu kelas para pelajar dibagi ke dalam kelompok-kelompok

sesuai kebutuhan. Setiap kelompok diberi judul cerita yang sederhana.

b) Bermain peran (al-tamtsil)

Pada aktifitas ini guru memberikan tugas peran tertentu yang harus

dilakukan oleh para pelajar. Peran yang diberikan harus disesuaikan

dengan tingkat penguasaan bahasa para pelajar.

c) Praktek ungkapan sosial (tathbiq al-tabirat al-ijtima’iyyah)

Ungkapan sosial maksudnya adalah priaku-prilaku sosial saat

berkomunikasi yang diungkapkan secara lisan, misalnya memberi

hormat, mengungkapkan rasa kagum, gembira, ucapan perpisahan, dan

lain-lain.

d) Praktek lapangan (al-mumarasah fi al-mujtama’)

Praktik lapangan disini adaah bercakap-cakap dengan penutur asli

bahasa Arab di luar kelas.

17
Selanjutnya penulis memuat langkah – langkah pembelajaran maharah

kalam yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam hal

ini penulis mengambil salah satu topic materi pelajaran maharah kalam kelas 7

Madrasah Tsanawiyyah:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Madrasah : MTs Arafah Bitung

Mata Pelajaran : Bahasa Arab

Keterampilan : Kalam/Berbicara

Kelas/Semester : VII/Genap

Alokasi Waktu : 3 x 40 menit ( 1 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan procedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya

terkait fenomena dan kejadian tampak mata

18
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkrit (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di madrasah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar (KD)

1.1 Menunjukan rasa syukur dapat mempelajari bahasa Arab sebagai

bahasa pengantar komunikasi internasional dan bahasa pengantar

khazanah keislaman yang diwujudkan dalam semangat belajar

1.2 Meyakini adanya motivasi internal (intrinsik) sebagai anugerah

Allah untuk pengembangan

kemampuan berbahasa arab

1.3 Mengamalkan sikap amanah sebagai anugerah Allah untuk

mempraktikkan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi

internasional dan pengantar dalam mengkaji khazanah keislaman

2.1 Menunjukkan perilaku jujur dan percaya diri dalam berkomunikasi

dengan lingkungan sosial sekitar rumah dan sekolah

2.2 Menunjukkan perilaku motivasi internal (intrinsik) untuk

pengembangan

19
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mempraktikkan

bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi internasional dan

pengantar dalam mengkaji khazanah keislaman

4.1 Mendemonstrasikan ungkapan sederhana tentang topik 1) At-

Ta’aaruf, dengan memperhatikan struktur teks dan unsur

kebahasaan yang benar dan sesuai konteks

4.2 Menunjukkan contoh ungkapan sederhana untuk menyatakan,

menanyakan dan merespon tentang 1) At-Ta’aaruf, dengan

memperhatikan struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar dan

sesuai konteks

4.3 Mempresentasikan berbagai informasi lisan sederhana tentang 1) At-

Ta’aaruf

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1.1.1 Berdoa sebelum belajar

1.1.2 Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu

2.1.1 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

2.1.2 Mengerjakan / mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu

yang ditentukan

2.2.1 Melaksanakan tugas individu dengan baik

4.1.1 Menirukan contoh ungkapan sederhana

4.1.2 Menghafalkan ungkapan sederhana

20
4.1.3 Melakukan Tanya jawab sesuai contoh ungkapan yang

diprogramkan dengan benar

4.2.1 Memperagakan ungkapan sederhana untuk menyatakan,

menanyakan dan merespon dalam teks dialog baik tanpa

teks (hafalan) atau dengan teks

4.2.2 Memperagakan teks hiwar dengan tepat

4.2.3 Mampu bertanya dan menjawab dengan dengan

memperhatikan struktur teks dan unsur kebahasaan yang

benar dan sesuai konteks

4.2.4 Menggunakan / Mengucapkan mufrodat dengan tepat dalam

berbagai kalimat.

4.3.1 Menceritakan kembali tema yang dipelajari menggunakan

ungkapan sederhana dengan baik dan benar

21
D. Materi Pembelajaran

E. Kegiatan Pembelajaran

1). Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

a) Guru mengucapkan salam dan dijawab siswa dengan santun

b) Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa

22
c) Guru mengabsen siswa

d) Guru mengkondisikan kesiapan mental siswa dalam belajar

e) Guru mengajukan pertanyaan – pertanyaan tentang materi yang

sudah dipelajari

f) Guru mengantarkan siswa kepada suatu permasalahan yang

dihadapi kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD

yang akan dicapai

g) Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan

tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan serta bentuk

tes dan selesai pembelajaran

2). Kegiatan Inti (60 menit)

a) Mengamati

Siswa mengamati dengan teliti pelafalan kata, frasa, dan kalimat

bahasa Arab yang diperdengarkan tentang “1) At-Ta’aaruf,”.

b) Menanya

o Siswa melakukan tanya jawab dengan menggunakan kata,

frasa, dan kalimat bahasa Arab yang diperdengarkan tentang

“1) At-Ta’aaruf,” baik secara individu maupun kelompok.

o Siswa menanyakan materi tentang “1) At-Ta’aaruf,” yang

belum dipahami.

23
c) Mengumpulkan informasi/mencoba

Siswa mecoba menemukan huruf, kata, atau frasa lain tentang

“1) At-Ta’aaruf,” kemudian melafalkannya dengan

menampakkan perbedaan bunyinya ujarannya.

d) Menalar/mengasosiasi

Siswa menunjukkan teks yang sesuai dengan bunyi yang

dilafalkan teman

e) Mengomunikasikan

Siswa melafalkan beberapa teks hasil temuannya di depan teman

3). Kegitan Penutup (10 menit)

a) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang

sudah dipelajari

b) Guru meminta siswa agar membiasakan melafalkan huruf, kata

maupun frasa bahasa Arab dengan baik dan benar.

c) Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan latihan istima’ yang

terdapat dalam buku siswa.

F. Media/Alat dan Sumber Belajar

o Media : Papan tulis, speaker, dan laptop

o Alat : Spidol, kertas Lembar Kerja Siswa

o Sumber : Buku paket

o Papan tulis, Speaker, dan Laptop

24
G. Penilaian

o Penilaian Sikap

o Penilaian Performance.

H. Remedial

Menindaklanjuti hasil penilaian ketuntasan dengan mengulang kembali

indicator pembelajaran yang belum tuntas.

I. Interaksi Guru dan Orang Tua

Guru meminta siswa memperlihatkan lembar penilaian kepada orang tuanya

dengan memberikan komentar dan paraf.

Mengetahui Bitung, 15 April 2023


Kepala MTs Arafah Bitung, Guru Mata Pelajaran,

H. Muhadjir Mursida, S.Pd Nurcahaya, S.Ag


Pangindaheng, M.Pd.I
NIP. - NIP. 197906202006042033

C.

25
D. Penerapan Stategi Pembelajaran Maharah Kalam

Dalam suatu pembelajaran, strategi sangat menentukan tercapainya tujuan

pembelajaran. Strategi adalah salah satu diskursus yang sering kali disorot dalam

sistem pembelajaran bahasa. Sukses tidaknya suatu program pengajaran bahasa

senantiasa dinilai dari strategi pengajaran yang digunakan, karena strategilah

yang

menentukan tercapainya isi dan cara mengajarkan bahasa

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa strategi belajar mengajar

merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai

tujuan pengajaran tertentu sebagaimana suatu pendapat yang mengatakan bahwa

pada intinya strategi merupakan politik atau taktik yang digunakan guru dalam

melaksanakan/praktek mengajar di kelas melalui cara tertentu yang dinilai lebih

efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal

Berikut ini, penulis akan menyajikan tahapan kegiatan yang dilaksanakan

pada proses pembelajaran maharah kalam di kelas beserta pendekatan strategi

yang digunakan di dalamnya dan juga prinsip mengajar yang dilakukan guru

dalam pelaksanaan pembelajaran.

1. Tahap Pra Instuksional

Tahapan ini merupakan tahapan yang ditempuh guru pada saat memulai

proses pembelajaran. Pada tahapan ini, hal pertama dan paling utama yang

dilakukan oleh guru di madrasah dengan cara:

26
a) Masing-masing guru dan peserta saling memperkenalkan diri di depan

kelas secara bergantian.

b) Antara peserta satu dan yang lain harus saling menganal satu sama lain

tanpa terkecuali dan bagi peserta yang tidak hafal salah satu nama peserta,

akan mendapat hukuman di depan kelas.

c) Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru pada tahapan ini adalah:

a. Guru menanyakan peserta yang tidak hadir saja beserta alasannya.

b. Bertanya kepada peserta satu persatu tentang mufrodat-mufrodat yang

didapat pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini biasa disebut evaluasi

harian sesuai dengan keterangan Kepala Lembaga. Dan dari evaluasi harian

ini bisa diketahui ada tidaknya kebiasaan belajar peserta di rumah dan

seberapa kemampuan menghafal peserta secara perorangan.

c. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya mengenai mufrodat

yang belum dikuasai yang ditemukan peserta sebelum memulai

pembelajaran.

d) Mengulang kembali bahan pelajaran sebelumnya secara singkat tapi

mencakup semua bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah ini

khusus untuk pembelajaran materi „adad ma‟dud yang dilaksanakan pada

minggu terakhir. Tujuan dari tahapan prainstuksional ini pada hakikatnya

merupakan kegiatan pemanasan untuk mengungkapkan kembali ingatan

peserta terhadap bahan yang telah diterimanya.

27
2. Tahap Instruksional

Tahapan ini merupakan tahapan inti dari suatu pembelajaran, yaitu tahapan

terjadinya proses pembelajaran dan merupakan tahapan aplikasi strategi

pembelajaran maharah kalam yang dilakukan melalui tiga cara/metode, yaitu

taqdim (presentasi), muhawarah (latihan percakapan), dan tamtsiliyyah

(bermain peran). Selanjutnya membahas apa yang terkandung dalam hal yang

dipelajari. Misal, untuk kegiatan presentasi, maka yang dibahas adalah intisari

dari apa yang dipresentasikan oleh peserta terpilih dan membahas faedah yang

terkandung di dalamnya serta menghubungkannya dengan realita kehidupan

sehari-sehari. Serta membahas mufrodat-mufrodat baru yang didapat dalam

tahapan ini, yang harus dihafal sebagai bahan evaluasi pada pertemuan

selanjutnya.

Hal terpenting dan paling utama bagi guru adalah mampu menciptakan rasa

kekeluargaan dan rasa nyaman dalam pembelajaran.

28
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterampilan berbicara (maharah kalam) adalah kemampuan

mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan

pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara.

Ujung dari kemahiran berbahasa siswa adalah kemampuan

mengkomunikasikan bahasa yang dipelajarinya bersama dengan teman –

temannya maupun dengan orang lain.

Untuk mewujudkan kemampuan siswa berbahasa Arab secara aktif

(komunikatif) maka dalam pembelajaran kemahiran berbicara (maharah kalam)

ini seorang guru perlu 1) mengembangkan rasa percaya diri siswa, 2)

menggunakan materi mufradat yang kontekstual, 3) menerapkan langkah –

langkah dan strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat, 4) menciptakan

linkungan berbahasa Arab dengan pembiasaan praktek berbahasa Arab dalam

keseharaian.

B. Saran

Untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab khususnya aspek

maharah kalam yang optimal yakni mahir berbahasa Arab secara aktif

(komunikatif) bagi siswa, seyogyanya seorang guru dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas dapat bergeser dari metode pembelajaran tradisional

29
menuju ke metode pembelajaran modern sesuai tuntutan zaman dengan

menerapkan langkah – langkah, strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat

serta mengggunakan pendekatan saintifik dengan memilih materi yang bersifat

kontekstual sehingga siswa merasa pelajaran tersebut erat dengan kehidupan

kesehariannya.

Seorang guru juga perlu menciptakan lingkungan berbahasa yg intensif

melalui pembiasaaan praktek berbahasa dimulai dari tahap berbahasa yang

sederhana sampai berlanjut ke praktek berbahasa tingkat mahir.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Rossyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (malang: UIN Malang
Press,2009), hal. 65

Abdurrahman al-Fauzan, dkk, “Durus al- Daurat al- Tadribiyah li Mua’allimi al-
Lugah al- Arabiyah li Ghairi al- Natihiqin Biha” dalam Ahmad Muradi,
Pembelajaran Menulis Bahasa Arab dalam Perspektif Komunikatif, h. 5-6.

Acep Hermawan.metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.(Bandung: Rosda.2011).


hal.135

Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori
ke Praktik (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h. 105.

Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar


Peserta didik (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 176.

Hernawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya: 2011. hlm. 135.

Janawi, Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran (Yogyakarta: Penerbit Ombak,


2013), h.66.

Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN-Maliki


Press, 2011), hal. 137.

Zulhannan, Teknik Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: 2015)

31

Anda mungkin juga menyukai