Anda di halaman 1dari 141
MODUL ILMU QURAN MODUL PEMBELAJARAN Re N erol eT ar V eA JAD AIK i oY dG IAIN SYEKH NURJATI CIREBON MODUL ILMU QURAN hitps:fntine.tiphimi5.comwswihvomatisp=1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: PENGANTAR ILMU AL-QUR’AN A. Definisi Ulum al-Qur’an Ulum al-Que’an terdisi dati dua kata, ‘Ulum dan al-Quran. Kata Ulan merupakan bentuk jamak dari kata tunggal ‘ilm yang secara harfiah bermakna ilmu. Kata ‘ilmu, berasal dari kata ‘alima-ya lanucilman’, ‘Tm merupakan bentuk salar yang berarti pengetahuan dan pemahaman, maksudnya pengetahuan di sini adalah sesuai dengan makna dasar katanya, yaitu “alfabmu ma al-idrak” (pemabaman dan pengetahuan). Kemudian pengertiannya dikembangkan pada berbagai masalah yang beragam dengan standar ilmiah, Kata ‘lm juga berarti ““drud al-sya’s bi hagiqutid? (mengetahui dengan sebenarnya) Al-Quran secara etimologis berasal dati bahasa Arab gara’ajagra’s- qur'anan yang merupakan isi masdbar yang beraeti bacaan. Sebagian ulama berpendapat bahwa walaupun kata al-Qur’an adalah masdbar (bacaan), namun al-Quran bermakna zap (yang dibaea). Al-Que’an mecupakan wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril sebagai mukjizat yang di dalamnya terkandung, bacaan dan isi yang menarik untuk dijadikan studi schingga melahirkan beragai macam pengetahuan di antaranya adalah ‘Ulum al-Quean, Dengan demikian, Ulumul al-Que’an secara harfiah berart ilmu-Limu al- Quean atau ilmu-ilmu yang membahas al-Que’an. Penggunaan bentuk kata jama’ pada Ulum al-Qur’an, tidak menggunakan gufnid yaitu ‘Tm al-Qur’an, karena istilah tersebut tidak ditunjukkan pada satu cabang imu yang berkaitan dengan al-Qur’an saja, akan tetapi mencakup seluruh Imu yang mengkaji al-Qur’an dari seluruh aspeknya, baik aspek teks, lafziyah, dan maknawiyahnya. Gabungan kata ‘Ulum dengan kata al-Qur’an menunjukkan adanya penjelasan tentang jenis-jenis ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan al-Qur’an; ilmu yang bersangkutan dengan pembelaan tentang keberadaan al-Qus’an dan permasalahannya; berkenaan dengan proses hukum yang terkandung di dalamnya; berkenaan dengan penjelasan bentuk mufradat dan lafal al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai may of die tentunya memahami dinamika kehidupan, kemasyarakatan, hukum-hukum pidana dan sebagainya. Adapun ‘Ulum al-Qur’an secara terminologis memiliki definisi yang berbeda-beda. Abdul Adhim az-Zarqani mengungkapkan bahwa ‘Ulam al-Qui’an meupakan pembahasan-pembahasan yang bethubungan dengan al-Qur’an dari segi turunaya, urutan-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu'jizatannya, —nasikl Pengantar Ilmu al-Qur’an 1] 12 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sinat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN ‘mansukbnya, dan penolakan terhadap hal-hal yang menimbulkan keragu- raguan terhadap al-Qur’an dan lain sebagainya. Manna’ al-Qaththan mendefinisikan "Ulum al-Que’an sebagai IImu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan al- Quran, dati segi pengetahuan tentang sebab-sebab —turunnya, pengumpulan al-Qur’an dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, nasikt mansukl, mubkam dan mutasyabib, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan al-Que’an. Sedangkan menurut Ali ash-Shabuni, Ulum al-Quran adalah pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya, pengumpulannya, penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab turunnya, makkijah dan madaniyabnya, nasiklh dan mansukbnya, mubkam das. mutasyabihoya dan lain-lain pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an. Dati definisi-definisi tersebut jelaslah bahwa ‘Ulam al-Que’an merupakan gabungan dari sejumlah pembahasan ilmu-ilmu yang pada mulanya berdiri sendisi. pembahasan ilmu-ilmu ini mempunyai hubungan yang erat dengan al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai al- Quran maupun dari segi pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa ‘Ulum al-Que’an ini mempunyai ruang lingkup pembahasan yang sangat luas. Secara istilah, pengertian ‘Ulu al-Qur’an lebih menekankan pada ilmu-ilmu yang membahas masalah-masalah yang behubungan dengan al-Qui’an dari segi Qur’aniyah atau segi hidayah dan éjiagnya. Dengan demikian, ‘Ulum al-Qur’an menekankan pada konteks diniya/ dan hal-hal yang terkandung dalam kitab suci tersebut. Berdasarkan pengertian secara ctimologis dan istilah yang telah dipaparkan, maka ‘Ulum al-Qur'an memiliki makna ganda yaitu makna idgfidan makna ‘ala Jika dilihat dari makna fdlafi, penggabungan kata ‘Ulum dengan kata al-Qui’an menunjukkan arti yang sangat luas meliputi semua unsur yang ada dalam al-Que'an itu sendiri yang meliputi ilmu-ilmu dinjyah dan ilrmu- ilmu anniyab, inilah yang dinamakan makna idlafi. Hal ini: memiliki potensi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan al-Qur’an, ilmu yang bersangkutan dengan pembelaan tentang keberadaan al-Qur’an dan permasalahanaya, berkenaan dengan proses hukum yang terkandung di dalamaya, berkenaan dengan penjelasan bentuk mufradat lafal al-Que’an, al-Qur’an sebagai pandangan hidup dalam menjalani dinamika kehidupan, hukum-hukum, dan sebagainya. Tima pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut semua bersumber pada al-Qur’an dan sebagai salah satu metode untuk mengetahui kemukjizatan Aa-Qur’an, seperti ilmu-ilmu tafsic, tajwid, nasik-mansueb, igh, tauhid, faraid, ata bahasa, dan ilmu lainnya. Bahkan Pengantar Ilmu al-Qur’an 2] 12 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 ana 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN sebagian ulama ada yang memperluas jangkauan ilmu pengetahuan di luar lingkup ‘Ulum al-Qur’an, yakni ilmu-ilmu desain, falak, matematika, teknik, kedokteran, dan lain-lain, Esensi al-Qur’an penuh dengan titah riset dan ilmu pengetahuan, namun tidak memasukkan ilmu pengetabuan yang berkaitan dengan riset dan ilmu alamiyah ke dalam bagian dari ‘Ulum al-Qui’an, Karena iset dan ilmu kealaman bersifat umum yang dianjurkan al-Qur’an. Apabila makna idbafi ditransformasikan ke dalam makna ‘alamiyab, maka ilmu yang bersangkutan disebut sebagai cabang ilmu_ yang membicarakan metodologi kodifikasi ilmu-ilmu al-Que’an, dan objeknya menjadi lebih khusus dibandingkan objek ‘Ulum al-Qur’an ditinjau dari segi makna idhafi Oleh karena itu, definisi ‘Ulum al-Que’an ditinjau dasi makna ‘alam adalah suatu ilmu yang membahas al-Qui’an yang berkaitan dangan tujuan diturunkan, upaya pengumpulan bacaan, penafsiran, mnaieb- mansukch, asbab an-nusgl, ayat-ayat makkiyab dan madaniyab dan lain-lai. Pada prinsipnya, seluruh ilmu Allah yang ada di muka bumi ini merupakan sarana untuk memahami ilmu Allah yang ada dalam kitab suci al-Qui’an, Baik ayat-ayat qaudijah maupun ayat-ayat kauniyah semuanya menjadi sarana untuk bisa mendalami kandungan ayat-ayat Que’aniyah. Ulumul Que’an yang diartikan Iuas menyebabkan munculnya ilmu- ilmu dan pembahasan yang sangat banyak schingga perlu adanya batasan yang jelas dan merupakan bagian dari memfokuskan disi_ pada pembahasan yang konkrit sesuai dengan hakekat dari ‘Ulum al-Que’an itu sendit B. Ruang Lingkup ‘Ulum al-Qur'an Berkaitan dengan hal tersebut maka ‘Ulum al-Quean memiliki twang lingkup pembahasan sebagaimana yang diungkapkan olch M. Hasbi As- Shiddiegy bahwa ruang lingkup pembahasan ‘Ulum al-Qur’an terditi dati enam hal pokok berikut: a. Persoalan turunnya al-Que’an (sige! al-Qur'an) Persoalan ini menyangkut tiga hal : 1) Waktu dan tempat turunnya al-Que’an (augat mga na mawathin an-nucguh 2) Sebab-sebab turunnya AL-Qui’an (asbab an-nusgu) 3) Sejarah turunnya Al-Que’an (ariel an-nagu) b. Persoalan sanad (rangkaian para periwayat) Persoalan ini menyangkut enam hal : 1) Riwayat mutawatir 2) Riayat aad 3). Riwayat ady 4) Macam-macam gira'at Nabi Pengantar Ilmu al-Qur’an 3112 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sit4t 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN 5) Para perawi dan penghapal al-Que’an 6) Cara-cara penyebaran riwayat (fahammul) Persoalan gira'at (cara pembacaan al-Qur’an) Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini : 1) Cara berhenti (naga)) 2) Cara memulai (itida’) 3) Imalab 4) Bacaan yang dipanjangkan (madd) 5) Meringankan bacaan Juma 6) Memasukkan bunyi huruf yang sukun kepada bunyi sesudahnya (idbgam) |. Persoalan kata-kata al-Qur’an Persoalan ini menyangkut beberapa hal berikut : 1) Kata-kata al-Qur’an yang asing (ghuri) 2) Kata-kata al-Qur’an yang berubah-ubsh harakat akhisnya (mob) 3) Kata-kata al-Qur’an yang mempunyai makna serupa (bomonyni) 4) Padanan kata-kata al-Quy’an (sinomin) 5) Isti'arah 6) Penyerupaan (tasybih) Persoalan makna-makna -Que’an yang berkaitan dengan hukum Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut 1) Makan umum (‘an yang tetap dalam keamumanaya 2) Makan umum (‘am) yang dimaksudkan makna khusus 3) Makan umum (‘am) yang maknanya dikhususkan sunnah 4) Nash (teks) 5) Makna lahie 6) Makna global (myma) 7) Makan yang diperinei (mufashsba) 8) Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthug) 9) Makan yang dapat di pahami dari konteks pembicaraan (mafium) 10) Nash yang petunjukknya tidak melahirkan keraguan (muhkam) 11) Nash yang. muyAil ditafsickan Karena terdapat kesamaran di dalamaya (mutasyabil) 12) Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat pada kata itu sendixi (musykif) 13) Ayat yang menghapus dan dihapus (nasied-mansukb) 14) Yang didahulukan (mugaddani) 15) Yang diakhirkan (ma 'akhathar) Persoalan makna-makna al-Qur’an yang berpautan dengan kata-Kata al-Qur’an. Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut : 1) Berpisah (fash) Pengantar Ilmu al-Qur’an 4| 12 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 erat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN 2 Bersambung (wash!) Uraian singkat (Fs) Uraian panjang (ithnab) Uraian seimbang (musavah) Pendek (gash?) se oy Adapun Cabang-cabang (pokok bahasan) yang menjadi pembahasan dalam ‘Ulum al-Que’an adalah: mu adab tlawat al Qur'an mu fainid Timu manathin an-nuegul Tu fawarikh an-nuggd wu asbab an-nugl imu ginw'at mu gharib al-Qur'an mu Fab alQur'an mu myjuh wa an-nazha'ir Tom ma’ rift al-mubkam wa al-matasyabih mu nasikh ma al-mansukh mu bada’i al-Qur'an . imu Fag al Quran mu fanasub ayat al-Qur'an mu agsanm a-Qurian mu amsal alQur'an Tin jadal al-Qur'an Kajian-kajian di atas merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam bahasan ‘Ulum al-Quean. Oleh arena itu pembahasan yang komprehensif tentang kajian ‘Ulum al-Qur’an sangat_mempengaruhi kualitas pemahaman seseorang terhadap al-Que’an, oe a ee ee a C. Sejarah Perkembangan ‘Ulum al-Qur’an Munculaya ‘Ulum al-Que’an merupakan bagian yang penting dalam mengetahui dan memahami al-Qur'an yang harus diaplikasikan dalam kchidupan schasi-hasi. "Ulum al-Que’an sebagai pengetahuan tentang al- Qur'an fokus pada dua hal yaitu kajian yang berkaitan dengan mate materi yang terdapat dalam al-Qur’an seperti kajian tafsir al-Que’an; dan kajian yang berkenaan dengan materi-materi seputar al-Que’an tetapi lingkupnya di luar matesi dalam al-Que’an seperti kajian tentang Asbab an-Nuzul. Sejarah perkembangan ‘Ulum al-Que’an tidak terlepas waktu kapan al-Qur’an diturunkan pertama kali sampai dengan bagaimana al-Qur’an menjadi sebuah mushaf. Perkembangan ‘Ulum al-Qui’an secaca umum tidak ada yang tahu persis kapan istilah ‘Ulu al-Que’an pertama kali Pengantar Itmu al-Qur’an 5112 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 mat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN diperkenalkan dan menjadi sebuah disiplin ilmu, Namun_menurut beberapa ahli, istilah ‘Ulum al-Que’an pertama kali diperkenalkan oleh Tn Al-Marzuben (wafat 309 H). Perkembangan ‘Ulam al-Quran dikelompokan menjadi fase-fase sebagai berikut: 14 ay ‘Ulum al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW. Embrio awal ‘Ulum al-Qur’an pada masa ini berupa penafsiran at Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusias para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum- hukumnya. a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat. Dari Ugbah bin Amir ia berkata : Naku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata di atas mimbar, “Dam sigphan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kann sangeupi (Anfal : 60), ingatlab babma kekuatan di sini adalah memanah" (HR Muslim). b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajaci AL-Quran. Diriwayatkan dari Abu ‘Abdurrahman as-Sulami, ia mengatakan: "Mereka yang membacakan ALQur'an kepada kami, seperti Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bala mereka bila belajar dari Nabi sepulub ayat mercka tidak melanjutkannya, sebelum mengamallan ima dan anal sang ada di dalamaya, mereka berkata ‘kami mempelaiari ALQur‘an erik itm dan amalnya sekaligus.” cc. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain al-Qur'an, sebagai upaya menjaga kemurnian al-Que’an Dari Abu Saad al-Khudsi, bahwa Rasulullah SAW ersabda: “Janganlah Ramu tulic dari aku; baring sgpa -menuliskan tentang aku selain AL-Qur'an, hendaklab dibapus, Dan ceritakan apa yang dariku, dan itw tiada balangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaka, ia akan menempati tempainya di api neraka.” (HR Muslim). 2, ‘Ulum al-Qur’an pada masa Khalifah Ul kel hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) tum al-Qu’an mulai berkembang pesat, di antaranya dengan -bijakan-kebijakan para khalifah scbagaimana berikut: 1) Khalifah Abu Bakar, dengan Kebijakan Pengumpulan (Penulisan al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh ‘Umar bin Khaththab dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit. Pengantar Ilmu al-Qur’an 6] 12 ainat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN 2) Kekhalifahan Utsman Ra, dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. ‘Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikitimkan ke beberapa provinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rasm 'Usmani yaitu dinisbahkan ‘kepada Usman, dan ini dianggap scbagai permulaan dari ilmu Rasm al-Que'an. 3) Kekhalifahan Ali Ra, dengan kebijakan perintahnya kepada Abu ‘Aswad Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada Qur'an. ini juga disebut sebagai permulaan Imu I'rab al Quran. 3. ‘Ulumul Quran Masa Sahabat dan Tabi'in a) Peranan Sahabat dalam Penafsican al-Que’an dan ‘Tokoh- tokohnya. Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna al-Qur’an dan penafsiran ayat- ayat yang berbeda diantara mercka, sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW, hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para tabiin Dj antara para Mufasir yang termashur dati para sahabat adalah: 1) Empat orang Khalifah (Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali) 2) Thnu Mas’ud 3) Ibnu ‘Abbas, 4) Ubai bin Kalab, 3) Zaid bin Tsabit, 6) Abu Musa al-Asy'ari dan 7) ‘Abdullah bin Zubair. Banyak riwayat mengenai tafsie yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti merupakan sudah tafsic Quran yang sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global. b) Peranan ‘Tabi'in dalam penafsiran al-Qur’an dan Tokoh- tokohnya, Pengantar Ilmu al-Qur’an 7] 12 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 enna 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Mengenai para tabilin, di antara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat di samping mereka sendiri bersungguh-sungeuh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka, masing-masing sebagai berikut: 1) Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin ubair, Mujahid, “iKzimah bekas sahaya (mada) Tou Abbas, Tawus bin Kisan al-Yamani dan ‘Ata’ bin abu Rabah. 2) Murid Ubai bin Ka'ab, di Madinah : Zaid bin Aslam, Abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka’b al-Qurazi. 3) Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : Algamah bin Qais, Masrug al Aswad bin Yazid, Amir as Sya'bi, Hasan AL-Basyti dan Qatadah bin Difamah as-Sadusi. Dan yang disiwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ima Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan ilma Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan. 4. Masa pembukuan "Tadwin" Perkembangan selanjutnya dalam ‘Ulum al-Qur’an adalah masa pembukuan ‘Ulum al-Qur’an, yang juga melewati beberapa perkembangan sebagai berikut: 1. Pembukuan Tafsir al-Qur’an menurut siwayat dari Hadis, Sahabat dan Tabi‘in Pada abad kedua hijriaah tiba masa pembukuan (ladnir) yang dimulai dengan pembukuan hadis dengan segala babaya yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Qur'an yang diviwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in. Di antara mereka yang terkenal adalah Yazid bin Arun as-Sulami, (wafat 177 H), Syu'bah bin Hajjaj (wafat 160 H), Wag! bin Arrah (wafat 197 H), Sufyan bin "Uyainah (wafat 198 H), dan Abdurrazag bin Hammam (wafat 112). Mereka semua adalah para ahli hadis. Sedang tafsir yang mercka susun merupakan salah satu bagiannya, Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ketangan kita. 2. Pembukuan Tafsir berdasarkan susunan Ayat Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama, Mereka menyusun tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari (wafat 310 H). Demikianlah tafsir pada mulanya dinukil (dipindahkan) melalui penerimaan (dari mulut Pengantar Ilmu al-Qur’an 8] 12 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sorta 1016/22, 258 PM hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 MODUL ILMU QURAN kemulut) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu agian hadis, selanjutaya ditulis seeara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran Tafsir bi alsMa'sur (berdasarkan riwayat), lau diikuti oleh Tafir bi ar-Ra’yi (berdasarkan penalaran). 3. Munculnya Pembahasan Cabang-cabang ‘Ulum al-Que’an selain Tafsir Di samping ilmu tafsir Iabir pula karangan yang berdii senditi mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan Qur'an, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir, di antaran » 2) 3) Ulama abad ke-3 Hijsiah a) Ali bin al Madini (waft 234 H) guru Bukhari ‘menyusun karangannya mengenai asbub an-nuzzd b) Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang Nasikh Mansukh dan qira'at. ©) Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika Qur’an (Musykilatnl Qur'an). Ulama Abad Ke-4 Hijriah a) Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat 309 H) menyusun al: Hani fi'Ulum al Qur'an, b) Abumuhammad bin Qasim al Anbasi (wafat 751 H) juga menulis tentang ilmu-ilmu qur'an. ©) Abu Bakar as Sijistani (wafat 330 H) menyusun Gharib al-Qur an @) Muhammad bin Ali bin al-Adfawi (wafat 388) menyusun aldstighna fi "Ulum al-Qurlan Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya a) Abu Bakar al Bagalani (wafat 403 H) menyusun ‘Ijaz a/- Quran. b) Ali bin Ibrahim bin Said al Hufi (wafat 430) menulis mengenai ‘Irab al-Qurlan. ©) AbMawardi (wafat 450 H) menegenai amsit-tamtsil dalam Que'an (amtsal al-Qur'an), 4d) Al“Tzz bin Abdussalam (wafat 660 H) tentang regiax dalam Qur'an. @) Alamuddin As-Sakhawi (wafat 643 H) menulis mengenai ilmu gira'at (cara membaca al-Qur'an) dan Agsam al-Qur'an 4) Mulai pembukuan secara khusus ‘Ulum al-Qur’an dengan mengumpulkan cabang-cabangaya Pada masa sebelumaya, ilmu-ilmu al-Que’an dengan berbagai_pembahasannya di tulis secara khusus dan Pengantar Ilmu al-Qur’an 9] 12 nat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN terserak, masing-masing dengan judul Kitab tersendit Kemudian, mulailah masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang lengkap, yang dikenal kemudian dengan ‘Ulum al-Qur'an Abu Bakar al Bagalani (wafat 403 H) menyusun ‘Fag a/- Qur'an. Di antara ulama-ulama yang menyusun secara khusus “Ulum al-Quean adalah sebagai berikut: a) Ali bin Ibrahim Said (wafat 330 H) yang dikenal dengan al-Hlufi, dianggap sebagai orang pertama yang membukukan ‘Ulumul Qur'an, ilmu-ilmu Que’an. b) Tnul Jauzi (wafat 597 H) mengikulnya dengan menulis sebuah kitab berjudul Fiuma al-Afnan fi ‘Aja'ibi "Ulan al-Qur'an. ©) Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul af Burban fi ‘Ulm al- Qur'an. 4) Jalaluddin ALBalgini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas al-Burhan di dalam kitabnya Managivat-‘Ulum min Mawagi’ alNugjum. ©) Jalaluddin As-Suyuti (wafat 911 H) juga kemudian ‘menyusun sebuah kitab yang terkenal, yaitu al-igan fi ‘Ulu al Qur'an. 5. ‘Ulum al-Qur'an Masa Modern/Kontemporer Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ‘Ulam al-Que’an pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu al-Qur’an secara khusus dan tespisah, scbagaimana ada pula yang kembali membali menyusun atau _menyatukan cabang-cabang ‘Ulum al-Qur’an dalam. kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik terdahulu. 4) Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 ilmu al-Quean atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Qur’an di antaranya: 1. Kitab [jaz a/Qur'an yang ditulis olch Musthafa Shadig Ar Rafi 2. Kitab A-Tashwir al-Fanni fi a-Qur‘an dan Masyabid ale Qiyamah jal Quran oleb Sayyid Qutb. 3. Tayiamah al-Qur'an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al- Maraghi yang salah satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-Hatib. 4. Mas'alat at-Tarjamat al-Qur'an oleh Musthafa Sabri, Pengantar Ilmu al-Qur'an 10] 12 sana 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN 5. An-Naba‘ul ‘Adzim oleh Muhammad Abdullah Daraz 6. Mugaddimah Tafsir Mabasil Ta’wil oleh Amaluddin al- Qasimi. b) Kitab yang membahas secara umum ‘Ulum al-Qur’an dengan sistematis, di antaranya: 1. Syaikh ‘Thahir Aljazairy menyusun sebuah kitab dengan judul AtTibyaan fii Ulum al Quran. 2. Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhaj al- Furgan fi ‘Ulun al-Qur’an yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesie dengan spesialisasi da’ wah dan bimbingan masyarakat dan dliikuti oleh muridaya, 3. Muhammad Abdul ‘Adzim Manabid al rfan fi Une al-Qur an. 4. Syaikh Ahmad Ali menulis Mudyakirat ’Ulum al-Qur‘an yang disampaikan kepada mahasiswanya di Fakultas Ushuluddin jurusan Dakwah dan Bimbingan Masyarakat. 5. Kitab Mababits fi Ulin al Qur'an oleh Subbi As-Shalih. Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan ‘Ulum al- Qur'an, dan kata ini kini telah menjadi istilah atau nama Khusus bagi ilmu-ilmu tersebut. Zarqani yang menyusun D. Tujuan Mempelajari ‘Ulum al-Qur'an a. Untuk mengetahui secara ihwal kitab al-Qur’an sejak dati turunnya wahyu yang pertama kepada nabi Muhammad SAW, sampai keadaan kitab itu hingga sekarang. Sebab, dengan “Ulum al-Qur’an itu akan bisa diketahui bagaimana wahyu al-Que’an itu turun dan diterima oleh nabi Muhammad SAW, dan bagaimana beliau mencrima dan membacanya, serta bagaimana beliau mengajarkannya kedapa para sahabat serta menerangkan tafsiran ayat-ayatnya kepada mereka, Dan dengan ilmu itu dapat diketahui pula perhatian umat islam terhadap kitab sucinya pada tiap-tiap abad serta ustha-usaha mereka dalam memelihara, menghafalkan, menafsickan dan mengistimbatkan hukum-hukum ajaranal- Qur'an, dan sebagainya . Untuk dijadikan alat bantu dalam membaca lafal ayat-ayatny memahami isi kandungannya, menghayati dan mengamalkan aturan-aturan atau hukum ajarannya serta untuk menyelami rahasi dan hikmah disyasiatkannya sesuatu peraturan/hukum dalam Kitab itu. Sebab, hanya dengan mengetahui dan menguasai pembahasan-pembahasan ‘Ulum al-Qur’an inilah, orang baru akan bisa membaca lafal ayat-ayatnya dengan baik, sesuai dengan aturan. Dan dengan ‘Ulum al-Qur’an itu pula, orang akan bisa Pengantar Ilmu al-Qur’an 11] 12 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 saat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN mengerti isi kandungan al-Que’an, baik yang berupa segi-segi kemukjizatanaya, atau segi hukum-hukum petunjuk ajaranny sesuai dengan keterangan-keterangan dari mu ‘jaz al-Qur'an, Timu Tafsir Que’an, dan Tmu Ushul al-Figh, yang juga berupa bidang-bidang pembahasan dati ‘Ulum al-Que’an itu Untuk dijadikan senjata pamungkas guna untuk melawan orang- orang non-muslim yang mengingkari kewahyuan al-Qur’an dan membantah tuduhan orang-orang orientalis, yang menyatakan tentang sumber-sumber al-Qur’an itu dari Muhammad SAW. Atau daci orang-orang tertentu, yang, tiap-tiap abad ada raja orang, yang melemparkan tuduhan-tuduhan keji erhadap kesucian kitab al-Que’an. Jikalau umat Islam berkewajiban membela agamanya, maka kewajiban pertama yang harus dibelanya ialah membela cksistensi dan fungsi kitab suci ini, dengan mempertahankan Kesucian, kemuliaan dan keagungannya | Agar dapat memahami maksud Kalam Allah SWT sesuai Keterangan dan penjelasan dari Nabi Muhammad SAW dan dari tafsiran-tafsiran para sahabat serta tabifin terhadap ayat-ayat suci Al-Quran dan di dalam menerangkan syarat-syarat bagi para mufassir dan sebagainya, Pengantar Ilmu al-Qur'an 12] 12 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sanat MODUL ILMU QURAN hitps:fntine.tiphimi5.comwswihvomatisp=1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: ASBAB AN-NUZUL A. Definisi Asbab an-Nuzul Secara etimologis, ungkapan Asbab an-Nuzul merupakan bentuk idhafah dati kata “ashab? dan “nugu?”. Asbab dapat berarti sesuatu yang, menyampaikan kepada sesuatu yang lain, tali, tambang, tiap tali yang, diturunkan dati atas, sedangkan an-Nuzul berarti menempati suatu tempat. Dalam konteks agama, ungkapan Asbab an-Nuzul bermakna sebab-sebab yang melatarbelakang; terjadinya sesuatu. Adapun secara terminologis, para ulama memiliki perbedaan dalam memaknainya. Subhi Shalih mengatakan bahwa Asbab an- ‘Nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunaya satu atau beberapa ayat al-Qui’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi, Sedangkan Manna’ al-Qaththan memaknai Asbab an-Nuzul dengan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qus’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyzan yang diajukan kepada Nabi”, Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Asbab an-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur'an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut. Asbab an-Nuzul merupakan bahan scjarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat al-Que’an dan memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya, Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada masa al- Qur'an masih turun (ashr at-tanzih. Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya_al- Quran itu sangat beragam, di antaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi di antara suku Aus dan suku Khazrajs kesalahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan rerjadi. Asbab an-Nuxul1]|6 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 s6rn4t 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-Que’an_ memiliki Asbab an-Nuvul atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi di antaca para ulama. Scbagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat al-Que’an memiliki Asbab an-Nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat al- Quran yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan sebagian lainnya diturunkan dengan dilatarbelakamgi oleh sesuatu peristiwa (ehairibrida’). Pendapat terscbut hampir menjadi kesepakatan para ulama, Akan cetapi sebagian berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-que'an pada masa turunnya al-QuP’an merupakan latar belakang makro al-Qur’an, sedangkan riwayat-riwayat Asbab an-Nuzul merupakan latar belakang mikronya, Pendapat ini berarti mengageap bahwa semua ayat al-Qui’an memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya. B. Macam-Macam Asbab An-Nuzul Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, Asbab an-Nuzul dapat dibagi kepada; 1. Ta’addud al-Asbab wa al-Nazil Wahid Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/ wahyu. Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab, misalaya turunnya QS. Ab-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi: Artinya: “KatakanlabsDialab Alla, yang maba Esa, Allah adalah inhan yang berganting Repada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di pernakekan, Dan tiada seoarangpan yang setara dengan dengan dia.” Ayat-ayat yang terdapat pada surat tersebut turun sebagai tanggapan terhadap orang-orang musytik Makkah sebelum Nabi hijrah, dan terhadap kaum abli kitab yang ditemui di Madinah setelah hijeah. Contoh yang lain: “peliharalab semua shalai(am), dan (pelibarab) shalat nustha, Berdirilah untuk, Allah(dalam shalatmu) dengan kus’. ‘Ayat ini menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab berikut; 1. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi SAW. Shalat Dauhur di waktu hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat erat dirasakan oleh para sahabat. Maka turunlah ayat tersebut. (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Daud). Asbab an-Nuxul 2|6 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sre 1016/22, 258 PM a MODUL ILMU QURAN 2. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Nabi SAW. Shalat Dauhur di waktu yang sangat panas. Di belakang Rasulullah tidak lebih dari satu atau dua saf saja yang mengikutinya. Kebanyakan di antara mereka sedang tidur siang, adapula yang sedang sibuk berdagang, Maka turunlah ayat tersebut di atas (HR. Ahmad, an-Nasa’i, Ibnu Jarie). 3. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman Rasulullah SAW. Ada orang-orang yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya saat meraka shalat. Maka turunlah ayat tersebut yang memerintahkan supaya diam pada waktu sedang shalat (HR. Bukhari, Muslim, ‘Tirmidhi, Abu Daud, Nasa’i dan Tbau Majah).. 4. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap-cakap di waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan dulu keperluannya (di waktu sedang shalat). Maka turunlah ayat ini yang memerintahkan supaya khusyuk ketika shalat. Ta’adud an-Nazil wa al-Asbab Wahid Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa ayat. Contoh: QS. ad-Dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi: Actinya: “maka tunggulab bari ketika langit membana kabut yang nyata”. (QS. Ad-dukhan: 10); “sesunggulnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit seaunggubnya kamu akan Rembali (ingkar)”. (QS. Ad- dukhan: 15); “(ingatlab) hari (ketika) kami menghantan mereka dengan Jantaman yang Reras. Sesnggubnya Rami memberi balusan” (QS. Ad- dukhan: 15). Asbab an-Nuzul dasi ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika kaum Queaisy durhaka kepada Nabi SAW. Beliau berdo’a supaya mereka mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf, ‘Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai-sampai merekapun makan tulang, schingga turunlah (QS. ad-Dukhan/44: 10). Kemudian mereka menghadap Nabi SAW untuk meminta bantuan. Maka Rasulullah SAW berdo’a agar diturankan hujan, Akhisnya hujanpun turun, maka turunlah ayat selanjutnya (QS. ad- Dukhan/44: 15), namun setelah mereka memperoleh kemewahan Asbab an-Nuxul 3|6 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sernat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN mereka kembali kepada keadaan semula (sesat dan dushaka) maka turunlah ayat ini (QS. ad-Dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di waktu perang Badae. C. Urgensi dan Kegunaan Asbab An-Nuzul Asbab an-Nuzul mempunyai arti penting dalan menafsirkan al-Que’an. Seseorang tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami siwayat Asbab an-Nuzul suatu ayat. AlWahidi (W.468H/1075M.) seorang ulama klasik dalam bidang ini mengemukakan; pengetahuan tentang tafsir dan ayat-ayat tidak mungkin, jika tidak dilengkapi dengan pengetahuan tentang peristiwa dan penjelasan dengan turunnya suatu ayat. Sementara Ibn Dagiq al-Id menyatakan bahvwa penjelasan asbab an-nuzul merupakan salah satu jalan yang bail dalam rangka memahami al-Qur’an. Pendapat senada di ungkapkan oich Ibnu Taimiyah bahwa mengetahui Asbab an-Nuzul akan menolong seorang dalam upaya memahami ayat, karcna pengetahuan tentang scbab akan melahirkan pengetahuan tentang akibat. Pemahaman Asbab an-Nuzul akan sangat membantu dalam memahami konteks turunnya ayat. [ni sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada kasus dan kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan tiwayat Asbab an-Nuzul. Muhammad chirzin dalam bukunya a/Qurlan dan Ulu alQur'an menjelaskan bahwa dengan ilmu Asbab an-Nuzul, pertama, seorang dapat mengetahui hikmah di balik syariat yang di turunkan melalui sebab tertentu. Kedua, seorang dapat mengetahui pelaku atau orang yang terlibat dalam peristiwa yang mendahului turunnya suatu ayat. Ketiga, seorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam keadaan bagaimana ayat itu mesti diterapkan. Keempat, seorang dapat menyimpulkan bahwa Allah selalu member perhatian penuh pada rasulullah dan selalu bersama para hamba-Nya. Study tentang Asbab an-Nuzul akan selalu menemukan. relevansinya sepanjang peradaban perjalanan manusia, mangingat Asbab an-Nuzul manjadi tolak ukur dalam upaya kontekstualisasi teks-teks al-Qur’an pada setiap ruang dan. waktu serta psiko-sosio-historis yang menyertai derap langkah kehidupan manusia. Lebih lanjut sebagaimana dijelaskan oleh Manna’ Khalil al-Qaththan dalam bukunya Mababith fi ‘Ulu alQur'an bahwa di antara faedah ilmu Asbab an-Nuzul dalam dunia pendidikan, para pendidik megalami banyak kesulitan dalam penggunaan media pendidikan yang dapat membangkitkan perhatian anak Asbab an-Nuzul 4|6 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sora 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN didik supaya jiwa mereka siap menerima pelajaran dengan penuh minat dan seluruh potensi intelektualnya terdorong untuk mendengarkan dan mengikuti pelajaran. Asbab an-Nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang disampaikan kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum suatu masalah, schingga al-Que’an pun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Seorang guru sebenarnya tidak perlu membuat suatu pengantar dengan sesuatu yang baru dan dipilihnya; scbab bila ia menyampaikan sebab Asbab an-Nuzul, maka kisahnya itu sudah cukup untuk membangkitkan pethatian, minat menarikt memusatkan potensi intelektual dan menyiapkan jiwa anak didik untuk menerima pelajaran, serta mendorong mercka untuk mendengarkan dan memperhatikannya. Para pendidik dalam dunia pendidikan dan pengajaran di bangku-baneku sekolah atau punpendidikan umum, dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan perlu memanfaatkan kontcks Asbab an-Nuzul untuk memberikan rangsangan kepada anak didik yang tengah belajar dan masyarakat umum yang dibimbing, Cara demikian merupakan cara paling bermanfaat dan efektif untuk mewnjudkan tujuan-tujuan pendidikan tersebut dengan menggunakan metode pemberian pengertian yang paling menarik. Dalam kaitannya dengan kajian ilmu Syari’ah dapat ditegaskan bahwa pengetahuan tentang Asbab an-Nuzul berfungsi antaca lain: 1. Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan pethatian syara’ tehadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin dan agama Jika dianalisa secara cermat, proses penetapan hukum berlangsung secara manusiawi, seperti pelanggaran minuman keras,misaalnya ayat-ayat al-Que’an turun dalam empat kali tahapan yaitu: QS. an-Nahl: 67, QS. al-Bagarah: 219, QS. an-Nisa’: 43 dan QS al- Maidah: 90-91. 2. Mengetahui Asbab an-Nuzul membantu memberikan kejelasan terhadap beberapa ayat. Misalnya, Urwah ibn Zubair mengalami kesulitan dalam memahami hukum fardu sa’i antara Sofa dan Marwa yang terdapat pada QS. al-Bagarah /2: 158: Artinya: “sesungeuhnya sofa dan marwa adalah sebagian dari shiarsshiar Allah, Barang sigpa yang beribadah haji Re baitullab ataxpun umroh, matea tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’iantara keduanya .dan barang siapa yang mengeriakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, sesunggubnya Alla ‘maha mensyukuri kebaikan lagi maha mengetabna?, hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 2oiia1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Urwah bin Zubair kesulitan memahami”tidak ada dosa” di dalam ayat ini lalu ia menanyakan kepada Aisyah perihal ayat tersebut, lalu Aisyah menjelaskan bahwa peniadaan dosa di situ bukan peniadaan hukum fardhu, peniadaan di situ dimaksudkan sebagai penolak keyakinan yang telah mengakar di hati muslimin pada saat itu, bahwa melakukan sa’i antara Sofa dan Marwah termasuk perbuatan jahiliah Keyakinan ini didasarkan atas pandangan bahwa pada masa pra Islam di bukit Safa terdapat sebuah patung yang di sebut "isa? dan di bukit ‘Marwah ada patung yang di sebut ”Na’ilah”. Jika melakukan sa’i di antara bukit itu orang jahiliyah sebelumnya mengusap kedua patung tersebut. Ketika Islam datang, patung-patung tersebut itu dihancurkan, dan sebagian ummat Islam enggan melakukan sai di tempat itu, maka turunlah ayat ini; QS. Al-Bagarah: 158. Pengetahuan Asbab an-Nuzul dapat menghususkan (Zaé/si) hukum texbatas pada scbab, terutama ulama yang menganut kaidah (kbusws as- sahab) sebab khusus. Sebagai contoh turunaya ayat-ayat dbibar pada permulaan surat al-Mujadalah, yaitu dalam kasus Aus ibn as-Samit yang mendzihar istrinya, Khaulah binti Hakam Ibau Tha’labah. Hukum yang terkandung dalam ayat-ayat ini khusus bagi keduanya dan tidak berlaku bagi orang lain. Yang paling penting ialah Asbab an-Nuvul dapat membantu memahami apakah suatu ayat berlaku umum atau berlaku khusus, selanjutnya dalam hal apa ayat itu di terapkan. Maksud yang sesungguhnya suatu ayat dapat dipahami melalui Asbab an-Nuzul. Pengetahuan tentang Asbab an-Nuzul akan mempermudah orang yang menghafal ayat-ayat al-Qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya. Sebab, pertalian antara sebab dan musabab (akibat), hukum dan peristiwa, peristiwa dan pelaku, masa dan tempatnya, semua ini merupakan faktor- faktor yang menyebabkan mantapnya dan terlukisnya dalam ingatan. Asbab an-Nuxul 6|6 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 ata MODUL ILMU QURAN hitps:fntine.tiphimi5.comwswihvomatisp=1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Kegiatan Pembelajaran 3: MUNASABAH DALAM AL-QUR’AN, A. Definis Munasabah Secara etimologis, al-mundsabah (dats!) berasal dati mashdar an-nasabu (Gust!) bermakna afganibab (\,a3) yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti dekat. Biasanya seseorang yang memiliki nasab yang sama disebut garibah (Kerabat) karena kedekatannya. Dari kata nasab inilah kemudian dibentuk menjadi aémmdsabah (ath!) yang memiliki arti alnugérabah (wjat!), kedekatan satu sama lain. Oleh sebab itu adnundsabah adalah sesuatu yang masuk akal, jika dikemukakan kepada akal pikiran seseorang maka akan mudah untuk diterima. Mencari kedekatan antara dua hal adalah mencari hubungan atau kaitan antara keduanya seperti hubungan sebab akibat, persamaan, perbedaannya, dan hubungan-hubungan lainaya yang bisa ditemukan antara dua hal tersebut. Selain bermakna almugarabab, al- ‘mundsabah juga berasti al musyakalab (keserupaan). Secara terminologis, terdapat perbedaan tentang definisi munasabah yang, dikemukaakan oleh para lama. Di antaranya az-Zarkasyi yang ‘mendefinisakan munasabah sebagai suatu hal yang dapat dipahami, Tatkala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya. Kemudian, al- Suyuthi memaknai munasabah dengan korelasi yang mencakup antar ayat dan antar surah. Sedangkan menurut al-Biga’i, munasabah adalah ilmu yang mencoba mengetahui flail’ atau alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian al-Que’an, baik ayat dengan ayat maupun surat dengan surat. ‘Manna’ al-Qaththan mengungkapkan bahwa munasabah merupakan bentuk hubungan antaca satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan ayat lain dalam satu kelompok ayat, atau antara satu surat dengan surat yang lain. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat diambil benang merah bahwa munasabah merupakan ilmu yang mengkaji tentang aspek-aspek korelasi yang terdapat antar ayat atau beberapa surah al-Que’an. Baik korelasi tersebut antara ‘amv atau khas, antara abstrak dan konkrit, antara sebab akibat, antara illat dengan ma'lul, antara suatu hal rasionil dan irasionil, atau antara dua hal yang kontradiktif. Kajian munasabah ini sangat bermanfaat dalam mengungkap keserasian antar makna, mukjizat al-Quean secara retorik, kejelasan maknanya, keteraturan susunan kalimatnya serta keindahan gaya bahasanya. Oleh scbab itu, munasabah merupakan ilmu yang sangat penting, karena dengan ilmu ini, akan menghindarkan seseorang terjebak pada pemahaman- pemahaman yang keliru, parsial (sepotong-sepotong) terhadap ayat-ayat al- Quran. Munasabah Dalam al-Qur 1jas hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 2aiia1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN B. Sejarah Perkembangan Munasabah al-Qur’an Secara historis ilmu munasabah muncul belakangan dibandingkan dengan ilmi-ilmu al-Quran lainnya. Di samping itu, orang-orang yang mengkaji imu ini juga sangat minim. Faktor penyebabnya antara lain karena pelik dalam pemahamannya dibanding dengan ilmu-ilmu al-Que’an yang lain. Menurut asy-Syahrastani sebagaimana yang dikutip oleh az~Zarkasyi dalam alBurban fi Ulun al-Qur'an, mengangkapkan bahwa mufassie pertama yang memunculkan kajian munasabah dalam penafsirannya adalah Abu Bakar an- Naisaburi (w.324H). Hal ini dipertegas dengan pernyataan as-Suyuthi bahwa setiap kali an-Naisaburi duduk di atas kussi, bila dibacakan al-Que’an kepadanya, ia berkata : “Mengapa ayat ini diletakkan di samping ayat ini dan apa rahasia diletakan surat ini di samping surat ini 2.” Ia sering mengkritik ulama Baghdad karena mereka tidak mengetahui tentang hal tersebut. Apa yang telah dilakukan oleh an-Naisabusi tersebut merupakan terobosan luar biasa dan metode baru dalam dunia tafsir pada masa itu. Oleh sebab itu ia dikukuhkan sebagai penggagas ilmu munasabsh oleh banyak kalangan. Dalam perkembangan sclanjutnya, munasabah bertransformasi menjadi disiplin ilmu tersendiri yang terpisah dengan ilmu-ilmu al-Que’an yang lain. Sclain ir muncul beberapa Ulama yang secara eksplisit tentang ilmu munasabah. Di antaranya adalah Ahmad Ibn Ibrahim al-Andalusi (w.807 H) yang menulis kitab berjudul a/Burhin fi Munasabat Tartih al-Qur'an. Kernudian, ada Buhanuddin al-Biga'i mengarang kitab Naghae ad-Durar fi Tanasubil Ayati anus Sunir yang dianggap oleh beberapa kalangan telah mengkaji munasabah dengan sangat baik. Selain itu, beberapa ulama juga menulis ilmu munasabah di dalam satu bab Khusus, Az-Zarkasyi membahas permasalahan munasabah dalam al-Burhin fi Mumasabat Tartib a-Qur'an dengan topik Khusus yang berjudul Ma'rifat al- Munasabat Baina al-Ayati sesudah membahas Ashab An-Nuggil. Ada juga As- Suyuthi yang menulis tema munasabah dalam kitab a/-Iégan dengan yang diberi judul F¥ Munasabar al-Ayat. Selanjutnya Manna’ al-Qaththan menempatkan munasabah dalam satu pembahasan tersendiri. Subbi al-Shalih meskipun tidak dalam satu bab tersendiri, ia memasukan pembahasan munasabah dalam bagian ilmu Asbab An-Nuzil. ‘Ada beberapa istilah yang digunakan para mufasir tentang munasabah Fakhruraddin Ar-Ravi menggunakan istilah ’allug sebagai sinonim dari ilmu munasabah. Hal ini terlihat ketika ia menafsirkan ayat 16-17 surat Hid. Ia menulis: “Ketahuilah bahwa pertalian (fa’allug) antara ayat ini dengan ayat sebelumnya sudah sangat jelas, yaitu apakah orangorang kafe itu sama dengan orang yang mempunyai bukti yang nyata dari Tuhannya; apakah sama dengan orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya; dan mereka tidaklah memperoleh diakhirat kecuali neraka”. Munasabah Dalam al-Qur’an 2|15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 pata 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Sayyid Quthub menggunakan term inthibath sebagai pengganti istilah munasabah. In terlihat ketika ia menafsickan surat al-Bagacah (2) ayat 188: “Pertalian (éthibdt) antara bagian ayat tersebut sudah sangat jelas, yaitu antara bulan baru (alilla!) waktu bagi manusia dan haji, serta antara pendapat Jahiliyah, khususnya dalam masalah haji sebagaimana yang diisyaratkan dalam ‘agian ayat kedua”. Jika Sayyid Quthub hanya menggunakan satu istilah. Tidak jauh berbeda, Al-Alusi menggunakan istilah yang hampir mirip dengan istilah yang, digunakan Sayyid Quthub, yakni sant, Ini terlihat ketika menafsirkan keterkaitan antara surat Maryam dan Thaha: “Aspek éartih itu bahwa Allah mengemukakan kisah beberapa orang nabi dalam surat Maryam. Selanjutnya, Dia menerangkan terperinci seperti kisah-kisah Zakaria dan Isa. Begitu selanjutnya mengenai nabinabi yang lain. Sementara itu, Rasyid Ridha menggunakan dua istilah untuk penyebutan munasabah, yaitu afittistal dan atta’. Ini terlihat jelas ketika murid Muhammad Abduh yang menulis kitab a/Manar ini menafsirkan surat an- Nis?’ (4) ayat 30: “Hubungan persesuaian (isha) antara ayat ini dan ayat sebelumnya sangat nyata...”. C. Macam-Macam Munasabah Berdasarkan pembahasan sebelumaya, Munasabah atau persesuaian atau persambungan atau kaitan bagian al-Qur’an antara satu dengan yang lain itu dapat bermacam-macam jika dilihat dari berbagai aspeknya, yaitu aspek hubungan antaca satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain dalam beberapa ayat, dan antara satu surat dengan surat hain. 1. Munasabah antara Satu Kalimat dengan Kalimat Lain dalam Satu Ayat ‘Terkadang dalam satu ayat, anatara satu kalimat dengan kalimat lain seakan-akan tidak ada hubungan. Tapi jilka diamati lebih dalam, ternyata di dalamnya memiliki korelasi, seperti pada surat al-Bagarah [2] ayat 189: # Sisal 8 lag be Sal sy Bt “Mereka bertanya kepadamn tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itn adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlab kebajikan memasuki rumab-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajiiean itu ialab kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintn-pintunya; dan bertakwalab kepada Allah agar kamu beruntung.” Pada ayat tersebut, terdapat dua pertanyaan mendasar tentang hubungan hukum antara bulan sabit dan ketetapan memasuki rumah. Menurut al- alas Munasabah Dalam al-Qur hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sitet 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Zarkasyi, jawaban itu dapat dilihat dari berbagai aspek, di antaranya pertanyaan mercka tentang hikmah bulan sabit yang membesar (sempurna) dan mengecil (Kurang) adalah maklum. Artinya, segala sesuatu yang dikerjakan Allah mengandung hikmah secara sil dan maslahat bagi hamba- hamba-Nya. Scharusnya mereka itu memperhatikan perbuatannyya yang tidak baik kemudian diangeapnya baik. Menurat Shubhi al-Shalih, dua susunan kalimat ini saling berangkai dalam satu ayat dan kita harus menyingkap hubungan ini agar akhir ayat tidak menampakkan keterpisahan dari awal ayat. 2. Munasabah antara Satu Ayat dengan Ayat lain dalam Beberapa Ayat a. Ayat yang satu difathafkan kepada ayat yang Inin seperti surat Ali ‘Imran ayat 102 dan 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah arn bercerai berai..” (QS. Nii ‘Imean: 103) rd | GS NG lB 5s al oi | “Wabai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah sebenar- henar takwa kepadaNya; dan janganlab sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam...” (QS. Ali ‘Imran: 102) Manfaat dari munasabah dengan ‘u(ha/ ini ialah untuk menjadikan ayat tersebut sebagai hal yang sama (nadhirain). Ayat 102 menyuruh bertakwa kepada Allah dan ayat 103 menyuruh berpegang teguh kepada Allah, Munasabah dengan menggunakan —‘uihuf mengaksentuasikan bahwa pada dua makna yang saling mengisi dan seimbang. Kedua ayat itu memiliki kandungan yang sesuai dan serupa, ‘meskipun secara maknawi kedua ayat itu artinya tidak sama. b. Ayat yang satu tidak difathafkan kepada ayat yang lain seperti surat Ali ‘Imran ayat 11 dan 10: Munasabah Dalam al-Qur’an 415 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 2eita1 1016/22, 258 PM |. Dua hal yang kontradiktif dikumpulkan seperti surat al MODUL ILMU QURAN ““Sesumggubnya orang-onang yang kajir, harta benda dan anak-anak mereka sedikitpun tidak dapat menolak (visa) Allah dari mereka, Dan mereka itu ‘adalah baban bakar api neraka.” (QS. Aki ‘Imran: 10) Dalam munasabsh ini tampak hubungan yang kuat antara ayat 11 surat Ali ‘Imran dengan ayat 10 Surat Ali ‘Imran, schingga ayat 11 itu dianggap sebagai bagian kelanjutan dari ayat 10. Dengan demikian, ayat 11 mengisi ayat 10 untuk mempertegas penjelesan makna yang terkandung di ayat 10. Kelanjutan ini memberi pengertian bahwa ayat 11 dan 10 adalah satu kesatuan dan melengkapi. Dua hal yang sama digabungkan seperti surat al-Anfal ayat 5 dan “tulab orang-orang_ yang beriman dengan sebenarbenamya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tubannya dan ampunan serta rexel (nikmat) yang malia.” (QS. al-Anfal: 4) Kedua ayat di atas sama-sama menerangkan tentang kebenaran. Ayat 5 menjelaskan kebenaran perintah kepada Nabi agar hijrah dan ayat 4 menerangkan kebenaran status mereka sebagai orang-orang mukmin, Dengan demikian, kedua ayat ini memiliki kesetaraan atau kesepadanan. Menurut al-Zamakhsyari, kedua ayat terscbut menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kepada Rasulullah Saw. agar melaksanakan pembagian ghanimah kepada para prajurit yang beragama Islam, meskipun sebagian mereka tidak berkenan. Ayat ini sepadan dengan perintah Allah supaya Rasulullah keluar dari rumah untuk mengerahkan umat Islam ke medan perang dalam kondisi sebagian komunitas muslim tidak menyukai. Ketidaksenangan mereka kepada harta ghanimab yang diperintahkan oleh Allah disepadankan dengan ketidaksenangan mereka keluar bersama Rasulullah berperang melawan orang-orang musyrik. ‘raf ayat 95 dan 94: Munasabah Dalam al-Qur 5/15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 aria 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN “Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan Resenangan bingga Returunan dan harta mercka bertambah banyak, dan mercka berkata: “Sesunggubnya nenek rmayang kamipun telab merasakan penderitaan dan kesenangan,” maka Kami impakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong,sedang, mercka tidak menyadarinya? (Qs “Kami tabla mengns sarang nab pada sac meer a pend mendustakan nabi itu), melainkan Rami timpakan kepada pendudukaya esempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendabkan dir.” (QS. al-A‘raf: 94) Ayat 94 menjelaskan ditimpakannya kesempitan dan penderitaan kepada penduduk, sedang ayat 95 menjelaskan kesusahan yang kemudian kesusahan itu diganti dengan kesenangan. Menurut Quraish Shihab, ayat 94 dan 95 di atas menjelaskan sunnah-sunnah Allah dalam ‘menghadapi orang-orang yang membangkang. Pertama, mereka diberi peringatan melalui aneka ujian dan bencana dengan harapan mereka sadar dan memperbaiki diri. Jika tidak dilakukan, mereka akan dibiarkan bergelimang dalam dosa, sehingga hati mereka tertutup dan tidak sadarkan diri, Selanjutnya mereka akan mendapatkan ancka kesenangan lahisiyah, yang pada hakikatnya hanya salah satu bentuk makar Allah. Pada saat itu, mercka tidak beraktivitas kecuali bermain atau istirahat dan terlena. Ketika itu, Allah menimpakan siksa kepada mereka, 3. Munasabah antara Surat dengan Surat lain, a. Munasabah antara pembuka surat dengan akhir surat seperti munasabah antara awal surat al-Bagarah dengan akhienya dan antara awal surat al-Nisa’ dengan akhienya. “Alf lam mir. Kita (atQuran) ni tidak ada keaguan pada; pte bagi mereka yang bertakwa? (QS. al-Bagarah: 1-2) Munasabah D hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 2eita1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN ““Maafkanlah ani, ampunilab kami, dan rabmatilah kami. Engkau penolong ami, make tolonglah kami terbadap kaum yang kafir (al-Bagaral” (QS. al- Bagarah: 286) Ayat pertama menjelaskan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang beriman dan ayat yang terakhir memerintah agar berdoa supaya tidak disiksa jika lupa atau salah. Demikian juga awal dan akhir surat al-Nisa’. N So 1h ZEN lg wn Als eS Ve ee “Hai sekalian mannsia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kana dari scorang diri, dan dari padanya Alla menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak” (QS. al-Nisa’: 1) De 5 Kak ain ““Mereka meminta fatwa Repadan (tentang kalalal).” (QS. al-Nisa’: 176) Hastie 55 Surat al-Nisa’ diawali dengan proses penciptaan manusia dari satu jenis dan berpasang-pasangan yang diproses dengan perkawinan yang kemudian berkembang biak menjadi komunitas umat, sedang akhir surat al-Nisa’ membahas Aalulah yang berhubungan dengan waris Oleh karena itu, aksentuasi akhie dari perkawinan dan pengembangan keturunan adalah waris. . Munasabah antara pembuka surat dengan penutup surat berikutnya seperti surat al-An‘am ayat 1 dengan surat al-Ma’idah ayat 120 dan surat al-Hadid ayat 1 dengan surat al-Wagi'ah ayat 69. Ns tly orca § Ny ot) “Segala paji bagi Allah Yang telah menciptakan langjt dan -mengadakan gelap dan trang, naman orang-orang yang Rajir mempersekutnkan (Cesuatu) dengan Tuban mereka.” (QS. al-An'arn: 1) FS NERS Hels 2iNlp olga) le al “Kepunyaan Allab-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia Maba Knasa atas segala sesuata” (QS. al-Ma’idah: 120) Munasabah Dalam al-Qur’an7|15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 oie 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN “Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan -mengadakan gelap dan terang, nana orang-orang yang kafir mempersekutnkan (Gesuatu) dengan Tuban mereka.” (QS. al-Hadid: 1) eS he “Maka bertasbibla dengan (menyebt) nama Rabbmu yang Maha Besar?” (QS. al-Wagi‘ah: 69) Surat al-An‘am ayat 1 dan surat al-Ma’idah ayat 120 sama-sama menjelaskan tentang puji-pujian, demikian pula surat al-Hadid ayat 1 ddan surat al-Waqi‘ah ayat 96 sama-sama menjelaskan tentang tasbih. . Munasabah antara satu surat dengan surat lain secara beruntun seperti surat al-Fatihah, surat al-Bagarah, dan surat Ali ‘Imran, Surat al- Fatihah mengandung pengakuan terhadap Tuhan, kembali kepada- Nya dalam agama Islam, dan memelihara dati agama Yahudi dan Nasrani; surat al-Bagarah_mengandung kaidah-kaidah agama; dan surat Ali ‘Imran menyempurnakan maksudnya. |. Munasabah antara akhir surat dengan pembuka surat ag a6 Sg “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuban-mu yang telah rrenciptakan kama dari seorang dir dan dari padanya Allab menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak” (QS. al-Nisa’: 1) Surat al-Ma’idah diakhiri dengan keterangan tentang kekuasaan ‘Allah, demikian juga pembukaan surat al-Nisa’. Awal surat al-Nisa’ ‘menjelaskan tentang permulaan hidup manusia dan akhir surat al- Ma‘idah juga menjelaskan tentang awal hidupnya di akhirat berupa hari kiamat. Munasabah D m al-Qur'an 8| 15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 30/181 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Beberapa contoh munasabah sebagaimana digambarkan di atas adalah munasabah dari segi materi. Dati segi sifat, munasabah dibagi menjadi dua, yaitu dbahir abirtibath (korelasi yang konkeet) dan khafiy alitibath (korelasi yang abstrak). 1. Dhahir Ab-Irtibath ‘Terkadang hubungan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya atau satu ayat dengan ayat berikutaya tampak nyata. Terkadang kalimat atau ayat yang kedua bisa berupa “u‘eid (penegasan), “afr (penjelasan), Hira) (bantahan), atau fagdid (penekanan) terhadap kalimat atau ayat yang pertama, Satu bagian ayat tergantung dengan bagian sebelumnya, tidak bisa dipisahkan, satu ayat tergantung dengan ayat sesudahnya, juga tidak bisa dipisahkan. Kalau dipisahkan maknanya menjadi tidak sempurna, bahkan bisa menimbulkan pemahaman yang keliru. Misalaya ayat 4 Surat Al-Ma'un: “Maka kecelakaanlab bagi orang-orang yang shalat” (QS. al-Matun: 4) Bagaimana mungkin orang-orang yang shalat akan celaka? Ayat tersebut baru bisa dipahami dengan benar apabila diteruskan dengan ayat- ayat selanjutnya: Ast ogy Sle adl GA je as “(yuitu) orang-orang yang lal dari shalatnyas orang-orang yang berbuat riya; dan enggan (menelong dengan) barang berguna (QS. al-Malun: 5-7). 2. Khafiy Ab-Irtibath “Terkadang korelasi antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya atau antara satu ayat dengan ayat berikutnya tidak terlihat. Masing-masing berdiri sendiri, tidak tergantung dengan kalimat atau ayat sesudahnya. Kesempurnaan makna kalimat pertama atau ayat pertama tidak tergantung dengan kalimat atau ayat berikutnya. Jika dipisahkan maknanya tetap sempurna. Intibath jenis ini hanya dapat diketahui setelah dikaji dan didalami dengan seksama. ‘Ada dua bentuk értibath yang, tidak tampak ini. Pertama, intibath ‘ma’ hnfab, dan kedua, irtibath ghairn ma'thafah. Lebih jelasnya kedua bentuk intibath terselout adalah sebagai berikut: a. Intibath Ma'thutab. Inibath astara satu bagian dengan bagian lain dari ayat menggunakan huruf ‘afl. Bagian kedua bisa berupa mazhir (bandingan) dan yuri& (mitra) dari bagian sebelumnya dan bisa juga berupa a-madbadbah (awan katanya). Untuk naghir (bandingan) dan _garik (mitra) seperti dalam dua contoh berikut ini: Munasabah Dalam al-Qur’an9[15, hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 suet 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN “Dialah yang menciptakan langit dan bum dalam enam masa: Kemudian Dia Dersemayam di atas ‘arg. Dia mengetabui apa yang masu: ke dalam bumi dan ‘apa yang eluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha melibat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 4) Kata kerja $i (masuk) dalam ayat di atas adalah bandingan atau naghir davi kata kerja gy45 (keluas). Begitu juga kata kerja Ji (turun) adalah bandingan dari kata kerja £585 (naik). Tampak dalam ayat di atas ‘bagaimana kaitan antara kalimat apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya; dan kaitan antara apa yang turun dati langit dan apa yang naik kepada-Nya, schingga kalimatnya menjadi sangat serasi “Siqpakab yang man memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baike (menafkabiean hartanya di jalan Allah), maka Allah akan” meperipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah ‘menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (QS. al-Bagarah: 243) Kata kerja as (menyempitkan) dalam ayat di atas adalah bandingan atau nazhir dati kata kerja 2% (melapangkan). Tampak dalam ayat di atas bagaimana kaitan antarakalimat Allah menyempitkan dengan kalimat melapangkan (rezki). Sehingga kalimatnya menjadi sangat serasi Sedangkan untuk almadhadlah (lawan katanya) dapat dilihat contohnya pada ayat-ayat yang menyebut rahmah setelah azab, raghbab (dorongan melakukan sesuatu) setelah rahbab (ancaman untuk tidak melakukan sesuatu). Sudah menjadi kebiasaan dalam al-Qu'an, setelah menyebut hukum tertentu al-Qur'an menyebut sesudahnya janji pahala dan ancaman dosa agar menjadi pendorong untuk melaksanakan hukum yang disebutkan sebelumnya. Kemudian menyebut ayat-ayat fauhid (mengesakan Allah SWT) dan tangih (memahasueikan Allah SW) agar manusia mengetshui keaguagan sh Dalam al-Qur’an 10/15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 suet 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Allah Yang Maha memerintah dan Maha melarang. Contoh-contoh munasabah jenis ini banyak terdapat dalam Surat al-Bagarah, an-Nisa’ dan al-Maidah. Salah satu contohnya adalah setelah menjelaskan panjang lebar hukum waris dalam Surat an-Nisa’ ayat 7-12, lalu Allah menyampaikan janji dan ancaman pada ayat 13 dan 14, Allah SWT berfrman: 3G Sng! SNE ty Lead IIE 136 “(Hukum-bukum tersebut) itu adalah Retentuan-ketentuan dari Allah, Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkanuya Aedalam suga yang mengalir didalaronya sungai-sungai, sedang mercka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya sitsa yang menghinakan.”" (QS. an-Nisa': 13-14) Selain contoh-contoh imtibath di atas, terdapat juga jenis irtibath ma'thijah yang lebih sulit diketahui kecuali dengan melakukan penclitian lebih mendalam. Misalaya yang terdapat pada Surat al- Bagarah ayat 189: ot “Mereka bertanya Repadamn tentang bulan sabi, Katakanlaks "Bulan sabi tw dala tanda-tanda waketn bagi manasia dan (bag ibadat)hajs Dan bukanab kecbgjikan memasuki rumab-ramah dari belakangnya, akan tapi Rebgjkan it ila kebajikan orang yang betakara. Dan maswelab ke rumal-rumah it dai ‘pine pintunya; dan bertakevala kepada Ala agar Rann beruntung." (QS. al-Bagarah: 189) Pertanyaan yang mengganjal dari ayat di atas, apa korelasi antara bulan sabit sebagai tanda waktu ibadah haji dengan mendatangi rumah-rumah dari belakangnya? Menurut az-Zarkasyi jawabannya bisa dalam beberapa segi: Pertama, jika mereka mempertanyakan apa hikmah bulan yang pada mulanya terlihat seperti sabit, kecil, tetapi dari malam ke malam ia membesar schingga mencapai purnama, maka diawab bahwa apa Dalam al-Qur'an 11| 15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 stat 1016/22, 258 PM b. MODUL ILMU QURAN pun yang dilakukan Allah SW pasti ada hikmah dan mashlahah bagi hamba-hamba-Nya. Schingga tidak perlu kamu mempertanyakannya. Yang perlu dipertanyakan adalah perbuatan yang kamu kira baik padahal tidak ada baiknya yaitu mendatangi rumah dari belakangaya waktu kamu dalam ihram haji Kedva, penyebutan kebiasan salah mereka memasuki rumah bukan dari pintunya tatkala haji sebagai bentuk istithrad (rangkaian yang teratur) dari tema pembicaraan sebelumanya yaitu tentang waktu-waktu pelaksaan haji. Maka perbuatan mereka mendatangi rumah bukan dari pintunya jika berhaji itu adalah penjelasan lanjutan asi tema sebelumnya. Harusnya mereka mempertanyakan hal ini bukan mempertanyakan tentang bulan sabit. Sebagai tambahan jawaban, kebajikan itu tidak ditentukan oleh cara masuk rumah, tetapi ditentukan oleh ketagwaan kepada Allah SWT. Ketiga, penyebutan kebiasaan salah mereka memasuki rumah dati belakang itu sebagai damésil (perumpamaan) atas kesalahan mereka bertanya. Harusaya mereka memasuki rumah dati pintunya, bukan dari belakang. Begitu juga harusnya mereka tidak mempertanyakan hikmah perbuatan Allah tentang bulan sabit, karena semua perbuatan Allah SWT pasti terdapat hikmah di dalamnya, Mempertanyakan hal tersebut berarti meragukannya Intibath Ghairu Ma'thufah Jika inibarh antara satu bagian dengan bagian lain dati ayat atau antara satu ayat dengan ayat berikutnya tidak menggunakan huruf ‘athaf maka dalam hal ini untuk mencari manasabal-nya harus dicasi qara’n maknaviyah, petanjuk-petunjuk yang didapat dari pengertian maknanya. Petunjuk-petunjuk maknaniyab yang bisa digunakan antara Jain adalah: 1. AtTangir Dicari bandingan (nazhit) antara satu ayat dengan ayat lainnya, misalnya dalam Firman Allah berikut ini: SAS sual pi Sih 5 “Sehagaimana ‘Tubanmu menyurum pergi dan rumabma dengan ebenaran, padabal sesunggulnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menynkainya" (QS. al-Anfal: 5) Pada ayat-ayat sebclumnya dijelaskan tentang rampasan perang, bagaimana para sahabat pasukan perang Badar berselisih pendapat tentang pembagian harta rampasan perang, Kemudian pembagian harta rampasan perang itu diserahkan kepada Rasulullah SAW sekalipun mereka tidak menyukainya. Allah SWT menyuruh asabah Dalam al-Qur’an 12| 15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 sata 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN mereka bertagwa dan memperbaiki hubungan sesama mereka serta taat kepada Allah SWT jika mescka benar-benar beriman. Lalu diclaskan sifat-sifat orang beriman, diakhiri dengan pernyataan: OS Sig bag igs de Seas is abu a a “Itulab orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tubannya dan ampunan serta rexeki (nikmat) yang mulia” (QS. al-Anfal: 4) Pada ayat selanjutnya dijelaskan bahwa keadaan itu, yaitu ketidak sukaan mereka tatkala pembagian harta rampasan perang itu diserahkan kepada Rasulullah SAW sama dengan ketidaksukaan sebagian mereka waktu Allah memerintahkan kepada Nabi untuk keluar dari rumah beliau memimpin pasukan untuk mencegat kafilah dagang Queaisy yang dipimpin Abu Sufyan. Padahal ternyata perang Badar memberikan berkah yang banyak kepada mereka, mendapatkan kemenangan dan harta rampasan perang. Jadi mereka dituntut untuk patuh kepada Rasulullah SAW dalam pembagian harta rampasan perang, sebagaimana sebelumnya mereka diminta patuh untuk keluar menuju Badar. Pasti kepatuhan itu akan membawa kebaikan yang banyak buat mereka. . ALMadbadbab Petunjuk makna lain yang dapat digunakan untuk mencari munasabah antara ayat yang tidak ada huruf ‘athafnya adalah dengan mencari sisi lawannya. Contohnya ayat 6 Surat al-Bagarah: Sse apis Sal psi aye ag 1S all “Sesungeulmya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kanow beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman" (QS. al-Bagarah: 6) Di awal Surat disebutkan tentang Kitab Suci al-Qur'an, dan sikap orang-orang beriman yang mendapat petunjuk dari Allah SW. Setelah itu dielaskan sikap yang berlawanan, yaitu sikap orang- orang yang kaf yang mengingkarinya. \. AL Astidbrad Kaitan antara satu ayat dengan ayat sebclumnya dapat dilihat daci sisi istithrdd, seperti dalam contoh besikut ini: Munasabah Dalam al-Qur’an 13|15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 35181 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN ool atl oh “Hai anak Adam, sessngeubaya Kami telah menurunkan kepadann pakaian untuk menuup anratnu dan pakaian indah untuk perbiasan, Dan pakaian takwa itulah yang paling bak. Yang demikian itu adalab sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selali ingat" (QS. al-A’raf: 26) Ayat ini merupakan.penjelasan lebih lanjut (étitbrad) dari ayat sebclumaya. Scbclumaya diceritakan bagaimana Adam dan Hawa setelah tergoda oleh syaithan terbuka aurat keduanya, lalu berusaha menutupinya dengan daun-daun surga. Dalam ayat 26 ini dijelaskan tiga Fungsi pakaian yaitu untuk menutup aurat, untuk perhiasan, dan untuk menunjukkan ketaqwaan. |. At Takballush Mirip dengan iidtidbrad adalah takhallush, yaita perpindahan dari pembicaraan semula kepada pembicaraan lain tanpa dirasakan oleh pembaca, karena begitu dekatnya isi pembicaraan kedua dengan yang pertama. Menurut az-Zamakhsyati, contoh yang paling baik untuk fakballush adalah Surat an-Nur 24 L pee gt ly US “2 “Alla (Pember) cabaya (Repada) langit dan bumi. Perumpamaan abaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada peta besar, Pita itu di dalam Raca (dan) kaca itu seakan-akan Bintang (jang bercabaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan mingyak dari poban yang berkabnya, (jaita) pobon saitun yang twmbu tidak: di sebelah timur (cesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (aia) bampir- hampir menerangi, walanpun tidak disentuh api. Cabuya di atas cabaya (Gerlapis-lpis), Allah membimbing kepada cabaya-Nya siapa yang dia Rebendaki, dan Allah memperluat perumpamaan-perumpamaan bagi smanusia, dan Allah Maha Mengetabui segata sesuate.” (QS. an-Nut: 35) Ada 5 takhallih dalam ayat di atas. Setelah menjelaskan sifat cahaya (nf) dan perumpameannya, lalu berpindah kepada Munasabah Dalam al-Qur’an 14|15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 36/181 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN pembicaraan tentang kaca (zyjzzah) dan sifatnya, kemudian kembali pembicaraan tentang cahaya dan minyak yang membuatnya menyala, kemudian berpindah kepada pembicaran tentang pohon (oyiaral), kemudian berpindah lagi kepada pembicaraan tentang sifat minyak (zai), kemudian berpindah lagi kepada sifat cahaya (nu) yang berlipat ganda, kemudian berpindah kepada pembicaraan tentang nikmat-nikmat Allah SWT berupa petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. D. Urgensi Munasabah dalam Penafsiran al-Qur'an Kajian tentang munasabah sangat diperlukan dalam penafsiran al-Que'an untuk menunjukkan keserasian antara kalimat dengan kalimat dalam satu ayat, keserasian antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bahkan juga keserasian antara satu surat dengan surat berikutnya. Menurut as-Suyuthi, ilmu munasabah adalah ilmu yang sangat penting dalam penafsiran al-Qur'an, tetapi hanya sedikit di antara para mufassir yang memberikan perhatiannya karena ilmu ini sangat memerlukan ketclitian dan kejelian. Di antara mufassir yang banyak memberikan perhatian terhadap ilmu munasabah adalah Imam. Fakhruddin ar-Razi. As-Razi_menyatakan, sebagian besar rahasia_ yang tersembunyi dari al-Que'an tersimpan dalam persoalan urutan surat dan ayat serta kaitan antara satu sama lain, Khusus tentang Surat Al-Bagarah, ar- menyatakan bahwa siapa saja yang memperhatikan rahasia susunan ayat-ayat dalam Surat ini akan mengetahui bahwa al-Qur'an, tidak hanya mukjizat dari segi kefasihan lafal-lafalnya dan kehebatan isinya, tetapi juga mukjizat dari segi susunan surat dan ayat-ayatnya, “Terdapat tiga peran penting munasabah dalam penafsiran al-Qur’an. Pertama, dasi sisi balaghah, korelasi antara ayat dengan ayat menjadikan ayat- ayat al-Qur'an utuh dan indah. Jika dipenggal maka keserasian, kehalusan, dan keindahan kalimat yang terangkai di dalam setiap ayat akan menjadi hilang. Kedua, ilmu munasabah dapat memudahkan orang dalam. memahami makna ayat atau surat. ‘Tanpa memahami korelasi antara satu kalimat dengan. kalimat berikutnya dalam satu ayat, atau kaitan antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bisa saja seorang yang membaca al-Qur'an tidak dapat menangkap keutuhan makna, bahkan dapat menimbulkan kesalahan dalam pemaknaan seperti yang sudah dljelaskan dalam pembahasan sebelumnya Ketiga, ilmu munasabah sangat- membantu scorang mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Que’an, schingga dapat menjelaskan keutuhan makna ayat atau kelompok ayat. Juga dapat menjelaskan keserasian antara kalimat dengan kalimat dan ayat dengan ayat, bahkan antara surat dengan surat. mu munasabah akan sangat membantu terutama dalam istinbath hukum. asabah Dalam al-Qur’an 18| 15 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 aria MODUL ILMU QURAN hitps:fntine.tiphimi5.comwswihvomatisp=1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN Kegiatan Pembelajaran MAKKIYAH DAN MADANIYAH ‘A. Definisi Makkiyah dan Madaniyah ‘Semua surat dan ayat al-Qur’an sccara umum dikategorikan menjadi Makkiyah dan Madaniyah. Pengelempokkan ini oleh para ulama disandarkan pada salah satu dari beberapa teori berikut ini: Periama, mulabadzat zaman an-nugul, yaitu teori yang berorientasikan pada masa waktu turunnya ayat atau surat al-Que‘an, Dalam hal ini, hijrah nabi dari Makkah ke Madinah menjadi orientasinya. Dengan kata lain, definisi Makkiyah dan Madaniyah menueut teori ini adalah semua ayat atau surat al-Que’an yang diturunkan sebelum Hijruh Nabi dari Makkah ke Madinah disebut Makkiyah walaupun turunnya bukan di Makkah dan sekitarnya; dan semua ayat atau surat al-Qui’an yang turun sesudah Hijrah dinamakan Madaniyah walaupun turunnya bukan di Madinah dan sekitarnya. Salah contoh dari teori ini adalah surat an-Nisi?” ayat 58 tetap dikategorikan Madaniyah walaupun diturunkan di Makkah, tepatnya dalam Ka’bah waktu Fathu Makkah pada tahun ke-8 setelah Hijrah, Sebaliknua, surat al-MiVidah ayat 3 dikategorikan Madaniyah walaupun turun pada waktu haji Wada’ tahun ke-10 setelah Hijrah. Kedua, mulabadzat makan an-nacud, yaita teori yang berorientasikan pada tempat ayat atau surat al-Qur’an diturunkan. Dari teor ini dapat didefinisikan bahwa ayat Makkiyah ialah semua ayat yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya baik sebelum hijrah Nabi ke Madinah atau sesudah hijrah. Yang termasuk dalam kategori ini adalah ayat yang turun kepada Nabi Muhammad pada saat beliau berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud ayat Madaniyah adalah semua ayat atau surat al-Qur’an yang turun kepada Nabi SAW di Madinah dan sekitarnya. Teori kedua ini memiliki kelebihan, yaitu batasan desfinis Makkiyah dan Madaniyah sanagat jelas dan lugas. Jika suatu ayat atau surat yang turun di Mekkah, maka ia dimasukkan ke Makkiyah, meskipun ayat atau surat tersebut diturunkan sesudah Nabi hijah ke Madinah tanpa _memperhatikan_ aspek kesejarahan. Adapun kelemahan dari teori ini adalah rumusan definisinya dinilai tidak bisa dijadikan standar baku yang jelas. Karena rumusan tersebut tidak mencakup seluruh ayat al-Que’an yang tidak semuanya diturunkan di Mekah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya, Karena pada realitanya ada beberapa ayat yang diturunkan di luar daerah tersebut. Sebagai contoh, surat al-Vaubah ayat 42 dan al-Zukhruf ayat 45: Io Loi ig 8 loge 8 Makkiyah dan Madaniyah 1/14 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 3o1a1 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN “Kalan yang kamu serukean kepada mereka itu keuntungan yang mudah dipere dan ‘perialanan yang tidak scberapa jaud, pastilah mereka mengikutinu." (QS. al-Taubah: 42) “Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kani tus sebelum kantu: "Adakah Kami menentukan tuban-tuban untuk diembab selain Allah Yang Maha Pemarabi" (QS. ak Ayat ke-42 surat al-Taubah di atas diturunkan di daerah Tabuk, tempat yang, jauh dari kota Makkah dan Madinah. Adapun ayat ke-45 dari surat al-Zuhruf diturunkan di Baitul Magdis, sebuah dacrah di Palestina pada malam isra’ dan mi‘raj. Kedua ayat ini tidak bisa dikategorikan Makkiyah atau Madaniyah, karena siturunkan jauh dari kedua kota tersebut. dari kedua ayat tersebut, tampak bahwa teori yang berorientasikan geografis ini dapat dipatahkan bahwa terdapat beberapa ayat atau surat dalam al-Qui’an yang diturunkan di luar Makkah dan Madinah dan sekitarnya, Ketiga, oulabadbat al-rukhathab fi a-nsegdl, yaitu teori yang disandarkan pada sasaran atau subjek pembicaran yang dituju dari suatu ayat atau surat al-Qur’an, Jika subjek yang ditujunya adalah orang-orang Makkah, maka ayat tersbut dinamakan Makkiyah. Sebaliknya, Jika subjeknya sasarannya adalah orang-orang Madinah, maka disebut Madaniyah. Yang dinamakan ayat Makkiyah ialah ayat-ayat yang berisi khithab (panggilan) kepada penduduk Mekah dengan memakai kata-kata lil l,il, (Wahai manusia), a6)! (i (wahai orang-orang kafit), psi ge & (wahai anak-anak Adam), dan sebagainya. Sedang yang dimaksud ayat-ayat Madaniyah adalah ayat yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah. Semua ayat yang dimulai dengan sida’ (panggilan) ial ei Lgl (wahai orang-orang yang beriman) dikategorikan sebagai ayat Madaniyah, Kelebihan teori mulabudbat almukbathab fi almugul adalah memiliki batasan rumusan yang sangat mudah dipahami, karena menggunaan £hithab atau mida’ yang lebih tampak secara kasat mata dan cepat untuk diidentifikasi. Ayat yang dimulai dengan rida’ 31 \¢i ly atau 9336 lel y maka ia teridentifikasi Makkiyah ddan ayat yang dimulai dengan lial geil \glly teridentifikasi Madaniyah, ‘Tetapi terdapat kelemahan dalam teori mulahadbat al-mukbathab fi ab-nnegul tersebut, hal ini dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, rumusan pengertiannya tidak dapat dijadikan standar Karena tidak mencakup seluruh ayat al-Qur’an. Seluruh ayat al-Que’an yang dimulai dengan mida’ til \gi y atau 49,4850 Leib hanya berjumlah 511 ayat. Ini menunjukkan bahwa ayat mida’ dalam al-Qur’an hanya berjumlah 8,19%. Dengan kata lain, 91,81% ayat al-Qur’an tidak dimulai dengan. nida’. Kedua, ramusan keiteria dati teori ini tidak berlaku secara menyeluruh, yakni Makkiyah dan Madaniyah 2/14 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 4141 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN semua ayat yang dimulai dengan ti iy adalah Makkiyah, adapun seluruh ayat yang dimulai dengan (gl gail! lg! adalah Madaniyah, Karena pada keyataanya ada beberapa ayat yang dimulai dengan nida’ li ei tidak tergolong Makkiyah, tetapi justru Madaniyah, misalnya rae ayat: “Fai stalon manasa, etna kepada ‘bans ang tel meni ar dari seorang dri dan dari padanya Allah menciptakan isterinyas dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (memperginakan) nama-Nya kamu saling -meminta satu sama lain, dan (pelibaralah) bubungan silaturabim. Sesunggubnya Allah selaln menjaga dan mengawasi kamu." (QS. Aa-Nisa': 1) SH SSS 3 adh SHE SSL Leh eneale “Lai manusia, sembabla Tubanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelammon, agar kamu bertakva,” (QS. al-Bagasah: 21) jae 32 13 ‘5 “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik, dari apa yang terdapac di bumi, dan jangantah kann mengikuti langkab-langkah syaitan; karena sesunggubnya syaitan itn adalah musuh yang nyata baginn'" (QS. al-Bagarah: 168) gle ete 1 Selain itu, terdapat beberapa ayat yang dimulai dengan mida’ gil geil lg ly tidak, tergolong Madaniyah, tetapi justru masuk ke dalam Madaniyah, misalnya adalah QS. al-Haij: 77, SAME SUa) Bl | hadly S65 Ly ely Lynas 1955) Leal “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembablab Tubanma dan perbuatlah Rebyjikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. .al-Hajj: 77) Keempat, mulabadbat tadammun al-surah, yaitu teori yang mendasarkan kriterianya dalam mengkategorikan Makiyah dan Madaniyah kepada isi kandungan dari suatu ayat atau surat al-Qur’an. Dari teori ini, yang dimaksud dengan Makkiyah adalah ayat-ayat atau surat al-Que’an yang berisi cerita umat para rasul terdahulu, sedang yang disebut Madaniyah ialah ayat-ayat atau surat yang berisi hukum hudud, fara’idl, dan sebagainya. Dasar argumentasi yang Makkiyah dan Madaniyah 3| 16 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 ania 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN dijadikan pijakan teori ini ialah riwayat Hisyam bin Muhammad bin Sa’ib bin Bisyr al-Kalabi dari ayahaya al-Hakim scbagaimana yang dikutip oleh al-Zarkasyi bahwa Setiap surat yang di dalamaya disebutkan hukum-hukum hudud dan fara’il adalah Madaniyah; dan setiap surat yang di dalamnya disebutkan kejadian- ejadian masa lalu adalah Makkiyah, Kelebihan teori keempat ini, yaitu Kriterianya yang berorientasikan pada isi kandungan ayat sanagat jelas dan mudah dipahami. Dengan melihat kriteria tersebut, seseorang dapat dengan mudah mengklasifikasikan ayat atau surat sebagai Makkiyah atau Madaniyah. Walaupun demikian, terdapat kelemahan dalam teori ini, yaitu adanya ketidak praktisan dalam membedakan Makkiyah dan Madaniyah. Karena tidak semua ayat dalam al-Qur'an berisi tentang hukum dan. kejadian masa lampau. Schingga dibutuhkan usaha keras dari seseorang untuk mempelajarinya, B. Metode Mengetahui Makkiyah Dan Madaniyah ‘Menurut Manna’ al-Qaththan, terdapat dua cara untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah: pertama, amanha ac-simd’i an-nagli. Yaita melalui riwayat dari para sahabat yang menyaksikan langsung turunnya wahyu dan juga dari tab?in yang mendapatkan informasi dari para sahabat. Kedua, alsmanhy) abgivdsi al- ijftbadi, Yaita dengan berpedoman pada karakteristik surat atau ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Metode pertama didasarkan kepada siwayat sahih yang bersumber dati para sahabat yang hidup ketika wahyu diturunkan, atau dari para tabjin yaang menerima riwayat dan mendengar dari para sahabat tentang bagaimana, di mana dan peristiwa apa saja yang berkaitan tentang turunnya wahyu tersebut. Para uulama meyakini bahwa sebagian besar pengklasifikasian Makkiyah dan Madaniyah, didasarkan pada metode pertama ini. Semua surat yang turun sebelum hijrah seperti surat Al-Alag, Al-Mudatsir, Al-Muzammil, Al-Fatihah dan lain sebagainya masuk kategori Makkiyah. Begitu juga semua surat yang turun setelah hijeah seperti Al-Bagarah, Ali'Imrin, An-Nisi’, Al-Maidah dan lain sebagainya masuk kategori Madaniyah. Jika pada suatu ayat atau surat tidak didapati satu pun riwayat yang dapat diterima tentang kapan atau di mana surat dan ayat-ayat itu diturunkan, maka ditempuhlah metode yang kedua, yaitu almanbaj alg ab-iibddi. Cara kerja metode ini adalah dengan menganalisa karakteristik surat-surat dan ayatayat Makkiyah dan Madaniyah yang telah terkonfirmasi melalui ri siwayat yang dapat am “abar. Karakteristik yang diamati seperti dasi aspek panjang, pendekaya surat, gaya bahasa, model kalimat ida’, kalimat-kalimat tertentu seperti Aalla, cakupan isi dan lain sebagainya. Karakteristk atau kiteria ini kemudian dicati pada surat-surat dan ayat-ayat yang belum diketahui Makkiyah dan Madaniyahnya, Surat-surat yang sesuai dengan kategori Makkiyah dimasulkan dalam kategori Makkiyah, begitupun surat-surat yang sesuai dengan kategori Madaniyah dimasukkan dalam surat-surat Madaniyah, Penilaian terhadap Makkiyah dan Madaniyah 4/14 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 aziat 1016/22, 258 PM MODUL ILMU QURAN satu surat hanyalah berdasarkan karakter sebagian besar ayat-ayatnya, bukan kescluruhan ayat-ayataya, Jika ada satu dua ayat dalam satu surat Madaniyah yang bersifat Makkiyah maka surat tersebut tetap dikategorikan Madaniyah, Surat ini disebut Madaniyah tetapi di dalamnya ada ayat Makkiyah, begitu juga Sebaliknya, C. Ciri-ciri Makkiyah Dan Madaniyah Setelah para ulama meneliti ayat-ayat dan surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, mercka membuat kesimpulan analogis bagi keduanya, yang dapat menjelaskan ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakan oleh masing-masing ayat yang termasuk Makkiyah dan Madaniyah. Kemudian, muncullah kaidah-kaidah pokok untuk mengetahui ciri-ciri tersebut. 1. Kriteria Surat-surat Makkiyah 1) Setiap surat yang di dalamaya terdapat ayat-ayat sajadah (disunahkan sujud tilawah jika membacanya) adalah Makkiyah. 2) Setiap surat yang di dalamnya terdapat lafal alla adalah Makkiyah. Lafal tersebut terdapat dalam sebanyak 33 kali dalam 15 surat. 3) Setiap surat yang di dalamnya mengandung ida’ sti tel , dan tidak terdapat igual gel bl ., kecuali Surat Al-Hajj yang pada akhir suratnya terdapat dei 855! Isl ul Zig. Namun demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa ayat tersebut merupakan ayat Makkiyah. 4). Setiap surat yang di dalamnya mengandung kisah para Nabi dan umat- mat terdahulu adalah Makkiyah, kecuali surat al-Bagarah, 5). Setiap surat yang di dalamnya mengandung kisth Nabi Adam dan Tblis adalah Makkiyah, kecuali surat al-Bagarah. ©) Setiap surat yang diawali dengan huruf-hueuf mugatha'ah atau hijaiyah seperti Aliflam-min, Alif-lan-ra, Ha-mim dan lain sejenisnya adalah Makkiyah, kecuali Surat Al-Bagarah dan Ali 'Imrin. 7) Di dalam surat-surat Makkiyah berisi ajaran tentang tauhid, seruan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, risalah Nabi Muhammad SAW, Hari Akhir, Surga, Neraka, argumentasi terhadap kaum musyirikin mnggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyab. 8) Surat-surat Makkiyah berisi peletakan dasar-dasar sani’ dan keutamaan akhlaq mulia untuk membangun masyarakat madani, sikap tegas terhadap kejahatan kaum musyrikin seperti penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara aniaya, membunuh anak-anak perempuan, serta tradisi buruk lainnya. 9) Surat-surat Makkiyah banyak menyebutkan kisah para sabi dan umat terdahulu sebagai pelajaran, sehingga mengetahui nasib orang terdahulu yang mendustakan rasul, sebagai hiburan bagi Rasulullah SAW sehingga ia tabah menghadapi gangguan kaum musyrikin dan yakin akan menang, Makkiyah dan Madaniyah 5/14 hitps:fontine.Aiphtmis.comwswihvomatitp=1 asta

Anda mungkin juga menyukai