Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

BAHASA LAMPUNG
(Keterampila Berbicara Dan Menulis Dalam Bahasa Lampung)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Lampung

Dosen Pengampu: Nur Choirani, M. Pd.

Disusun oleh :

Kelas D
Kelompok 4

1. Susi Oktarina (2111100305)


2. Sri Wahyuni (2111100306)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga penulisanmakalahyang berjudul “Keterampilan Berbicara dan
Menulis Dalam Bahasa Lampung” ini dapat diselesaikan.Penulis mengucapkan
terima kasih kepada seluruhpihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini baik secara langsungmaupun tidak langsung.
Penulisan makalah ini disusun dalamrangka memenuhi tugas mata
kuliahBahasa Lampungdan diharapkan dengan adanya makalah dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang “Keterampilan Berbicara dan Menulis
dalam Bahasa Lampung”. Makalah ini masih kurang sempurna.Oleh karena itu,
segala yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I
I. PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II
II. PEMBAHASAN ......................................................................................3
A. Keterampilan Berbicara.......................................................................3
B. Keterampilan Menulis.........................................................................14
BAB III
III. PENUTUP ...............................................................................................22
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa.
Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa
sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia
sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia.
Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu
membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat
konkrit maupun yang bersifat abstrak. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai
kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai
kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan
menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbicara bukanlah suatu jenis keterampilan yang
dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara
alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara
secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart
dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang
kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang
esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok.
Seseorang yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik,
pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya.
Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa
dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan seseorang dalam
berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami
bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua
orang mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu,
pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan.

1
Menulis merupakan alat komunikasi non verbal, karena tanpa
menggunakan lisan seseorang dapat menyampaikan pendapat dari pikiran
maupun perasaan secara tidak langsung. Kegiatan yang melahirkan ide
maupun perasaan dengan huruf atau angka disebut menulis. Menulis
menjadi keterampilan utama berbahasa yang wajib dikembangkan. Orang
bisa menulis berawal dari belajar menulis satu huruf ke huruf, perkata,
perkalimat, perparagraf, dan menjadi suatu cerita ataupun karangan.
Tidak hanya komunikasi secara verbal saja yang dapat menggunakan
bahasa daerah, tulisan atau aksara menjadi alat komunikasi non verbal.
1.2. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian,tujuan dan jenis-jenis keterampilan berbicara?
B. Apa saja pembelajaran berbicara dikelas rendah, teknik, factor
penilaian keterampilan berbicara?
C. Apa pengertian,tujuan dan jenis-jenis keterampilan menulis?
D. Apa saja pembelajaran berbicara dikelas rendah, teknik, factor
penilaian keterampilan menulis?
1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian,tujuan dan jenis-jenis keterampilan
berbicara
B. Untuk mengetahui pembelajaran berbicara dikelas rendah, teknik,
factor penilaian keterampilan berbicara
C. Untuk mengetahui pengertian,tujuan dan jenis-jenis keterampilan
menulis
D. Untuk mengetahui pembelajaran berbicara dikelas rendah, teknik,
factor penilaian keterampilan menulis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara keterampilan berbicara merupakan tahap
kedua setelah keterampilan menyimak jika hasil menyimak dengan baik
maka dapat menunjang keterampilan bicara seseorang keterampilan
berbicara pada umumnya dapat dipraktikkan oleh semua orang tetapi
berbicara yang terampil yang dapat Mang pendengarnya hanya sebagian
orang mampu melakukan itu.berbicara secara umum dapat diartikan
suatu penyampaian maksud (ide pikiran, isi hati) Seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dapat dipahami oleh orang lain.1
Keterampilan berbicara merupakan salah satu komponen penting
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang harus dimiliki oleh
Pendidik dan peserta didik di mana pun berada. Trampil berbicara
melatih dan menuntut anak didik untuk dapat berkomunikasi dengan
siswa lainnya. Sebagian besar siswa khususnya di Indonesia belum
lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Siswa yang belum
lancar berbicara tersebut dapat disertai dengan sikap siswa yang pasif
dan malas berbicara.Umum dipahami bahwa guru seharusnya mampu
menumbuhkan minat berbicara para siswa ketika mengajar di dalam
kelas ajak lah mereka untuk mempraktikkan teks pidato, berpuisi,
drama, atau hal lainnya yang bisa mengingatkan keterampilan
berbahasa mereka.2Definisi dan pengertian keterampilan berbicara dari
beberapa sumber buku:
 keterampilan berbicara adalah keterampilan memproduksi arus sistem
bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan,
dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh

1
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2021
2
Muhammad Ilham,Iva Ani Wijiyanti, Keterampilan Berbicara: Pengantar Keterampilan Berbahasa,
(kota pasurupan:Lembaga Academic & Research Institute:2020),hlm5.

3
kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan
bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti
malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain3.
 Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa
ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra pembicara4.
 Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan
penempatan persendian (juncture).5
 Keterampilan berbicara adalah pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan
makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk
menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa. Kemampuan
berbicara yang baik adalah kecakapan seseorang dalam
menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan
menarik agar dapat dipahami pendengar6
2. Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan berbicara secara umum adalah karena adanya dorongan
keinginan untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain
(yang diajak berbicara). Sedangkan tujuan secara khusus ialah
mendorong orang untuk lebih bersemangat, mempengaruhi orang lain
agar mengikuti atau menerima pendapat (gagasannya), menyampaikan

3
Iskandarwassid, D.S. . Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Penerbit Remaja
Rosdakarya,2010

4
Hermawan, Acep. Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya,2014

5
Arsjad M, dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga,1988

6
Utari dan Nababan. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Utama,1993

4
sesuatu informasi kepada lawan bicara, menyenangkan hati orang lain,
memberi kesempatan lawan bicara untuk berpikir dan menilai
gagasannya.7 Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus
mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai
kemampuan berbicara dengan baik. Ada beberapa tujuan keterampilan
berbicara bagi peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Kemudahan berbicara, peserta didik harus dilatih untuk
mengembangkan keterampilan berbicara agar terlatih kepercayaan
diri dalam pengucapannya.
b. Kejelasan, untuk melatih peserta didik agar dapat berbicara dengan
artikulasi yang jelas dan tepat dalam pengucapan.
c. Bertanggung jawab, latihan untuk peserta didik agar berbicara
dengan baik dan dapat menempatkan pada situasi yang sesuai agar
dapat bertanggung jawab.
d. Membentuk pendengar yang kritis, melatih peserta didik dalam
menyimak lawan bicara dan mampu mengoreksi jika ada ucapan
yang salah.
e. Membentuk kebiasaan, yaitu membiasakan peserta didik dalam
mengucapkan kosa kata atau kalimat sederhana secara baik dan ini
juga harus dibantu oleh lingkungan sekolah atau guru.
3. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara
lain yaitu sebagai berikut:
a. Bercerita
Bercerita adalah menuturkan suatu cerita secara lisan (walaupun
bahan cerita bisa berwujud karangan tertulis). Kebiasaan bercerita ini
banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Pada waktu dulu
kegiatan bercerita jauh lebih semarak, dibandingkan masa sekarang.
Kegiatan bercerita di kalangan masyarakat Jawa dan beberapa daerah
lain juga mengenal kegiatan bercerita berupa pertunjukan wayang yang
7
Akhyar, Fitria. Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. 1 ed. Yogyakarta: Textium.
2017.

5
dibawakan oleh dalang dengan perangkat alatnya. Banyak daerah lain
mengenal kegiatan bercerita tersebut dengan nama dan cara yang
berbeda-beda. Kegiatan bercerita yang disebutkan di sini lebih bersifat
tradisional, berlaku secara turun-temurun.
b. Debat
Istilah debat tampaknya juga cukup dikenal di kalangan
masyaKrakat. Terkadang ada ungkapan untuk seseorang yang senang
berdebat, maka disebut suka debat atau jago debat. Debat sebenarnya
mirip dengan dialog. Debat berarti bertukar pikiran secara terbuka
untuk membahas masalah yang masih merupakan pro dan kontra
dengan memperhatikan aturan dan tata tertib tertentu.
c. Diskusi
Istilah diskusi cukup dikenal, terutama di kalangan kaum terdidik.
Bagi kalangan kampus, diskusi sudah merupakan kegiatan yang
dianggap lazim. Diskusi diartikan sebagai pertemuan ilmiah untuk
bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi kelompok biasanya
ditandai dengan lebih terbatasnya jumlah peserta, tingkat
keformalannya kurang menonjol. Diskusi panel biasanya menghadirkan
beberapa pembicara kunci atau para penyaji materi, kemudian diikuti
audiens. Dalam diskusi panel yang banyak berperan adalah para panelis
(para penyaji atau pembicara), audiens memang diberi kesempatan
memberikan pendapat atau tanggapan, tetapi jatahnya lebih sedikit.
d. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan seseorang
yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai
suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio atau
ditayangkan pada layar televisi. Istilah wawancara sudah tidak asing
lagi di kalangan masyarakat. Wawancara mirip dengan dialog. Namun,
wawancara cenderung lebih mengaktifkan orang yang diwawancarai.
Orang yang diwawancarai tentu amat beragam, bisa ia merupakan

6
seorang ahli atau nara sumber, juga bisa sebagai anggota masyarakat
biasa.8
e. Pidato dan Ceramah
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran
tentang suatu hal. Sedangkan ceramah merupakan suatu kegiatan
berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu
dan kepada pendengar tertentu.
f. Percakapan
Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih. Membangun
komunikasi melalui bahasa lisan (melalui telepon, misalnya) dan tulisan
(di chat room). Percakapan ini bersifat interaktif yaitu komunikasi
secara spontan antara dua atau lebih orang.
4. Pembelajaran Berbicara Di Kelas Rendah
a. Metode ulang ucap
Kegiatan ini dapat dimulai dari kegiatan sederhana terutama
untuk kelas awal SD yaitu dengan menugaskan siswa mengulang kan
kata yang diucapkan oleh guru contohnya Dalam Bahasa lampung
seperti :

Bahasa Indonesia Bahasa Lampung


Jendela Jendila
Saya Nyak
Meja Mija

b. Metode lihat ucap


siswa ditugaskan untuk mengucapkan suatu kata atau kalimat yang
berhubungan dengan benda yang di perlihatkan oleh guru.9 Misalnya :
8
Nawawi, Ummul Qura, Indah Rahmayanti. Keterampilan Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Jakarta: Uhamka Press. 2017.
9
Aufa, Fatimah Nurul, Imaniar Purbasari, Eko Widianto. “Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah
Dasar menggunakan Visualisasi Poster Sederhana”. WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 1 no.
2. 2020.3

7
Gambar Kalimat
Rumah ( Lamban )

Baju ( Kawai )

c. Metode memberikan deskripsi


Dengan metode ini siswa diberikan tugas untuk mendeskripsikan
suatu benda yang diperlihatkan oleh guru. Keterampilan yang dilatih
kemampuan pokok yaitu mengungkapkan pendapat adalah mengamati
benda, memilih dan mencocokkan kan sehingga sangat cocok
diterapkan pada siswa kelas awal sampai menengah di sekolah dasar.
Misalnya :
Mija
Mija ialah sebuah bahang si tennyanik anjak kawoh. Mija
ngemik 4 kawoh sebagai pemapah atau lebih dikenal sebagai cukut
mija. Mija biasa digunako pakai ngepikko bahang atau beraktivitas
gegoh belajakh , mengan, dll.
d. Metode menjawab pertanyaan
Metode ini sudah sangat umum sehingga dapat diterapkan pada
kondisi dan jenis sembarang bahan ajar. Pertanyaan dapat dikondisikan

8
sedemikian rupa oleh guru untuk merangsang kreativitas berfikir dan
menyampaikan tanggapan terhadap suatu masalah yang diajukan.
e.Metode bertanya
Metode bertanya juga sangat layak digunakan pada sembarang
bahan ajar. Dengan menyajikan bahan ajar terlebih dahulu kemudian
ditugaskan untuk membuat pertanyaan tentang sesuatu yang tidak
dipahami oleh siswa atau bahkan dalam tataran menguji materi ajar itu
sendiri. Dengan bertanya mereka akan mendapat jawaban dan
tanggapan tersebut. Tanggapan dan jawaban tersebut yang diterima oleh
siswa akan masuk dalam suatu kondisi benar atau tidak. Apabila siswa
memang Dasarnya adalah murni bertanya maka setelah mendengar
jawaban atau tanggapan dan menganalisanya Akan menanggapi benar
atau salah. Dan apabila siswa bermaksud menguji sudah barang tentu
mereka sudah memiliki jawaban dan hal itu adalah proses berfikir yang
selangkah lebih maju. Sehingga siswa ini tergolong memiliki
kecerdasan lebih dan layak mendapatkan penghargaan yang lebih pula
kondisi kondisi unik lainnya dapat ditemui secara langsung di lapangan
dengan tingkat variasi dan komplek sitas yang lebih tinggi.
f. Metode pertanya menggali
Metode ini sangat baik digunakan jika kondisi siswa yang tak nan
dan dengan rata-rata tingkat pemahaman bahkan IQ biasa biasa saja.
Karena untuk mengantarkan mereka kepada suatu pemahaman yang
menjadi tujuan pembelajaran diperlukan langkah langkah yang
menggiring siswa sehingga sampai pada suatu Keadaan paham kepada
tema atau permasalahan yang ingin kita sampaikan. Terkadang usaha
ini agak sulit dan membuat kita jengkel karna harus berputar-putar
mencari pengadaian dan logika lain, akan tetapi disinilah letak seni kita
sebagai guru. Akhirnya siswa akan dapat berbicara untu menyampaikan
gagasan,ide dan pendapat mereka.
g. Metode melanjutkan

9
Pada kegiatan ini siswa secara bergilir tugaskan untuk membuat
ide cita dan siswa yang lainnya melanjutkan cerita tersebut. Dalam
keadaan tertentu dapat dikondisikan suatu bentuk permainan
dalam kegiatan ini.
5. Teknik Keterampilan Berbicara
Ada beberapa teknik berbicara yang harus dikuasai untuk mendapatkan
kemampuan atau keterampilan berbicara, yaitu sebagai berikut:
a. Teknik berbicara yang Baik
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus
jelas agar tidak terjadi mis-communication. Perhatikan pula pemilihan
kata. Meski bertujuan baik, jika salah berkata-kata maka tujuan itu tidak
akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan bicara. Saat bicara
dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur
sehingga intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita
membicarakan masalah personal seorang rekan sekerja, sebagai
bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara diplomatis.
b. Teknik berbicara di depan umum
Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan
tersebut bisa dilatih dengan kepercayaan diri dan kuasai bahan
pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melatih
teknik berbicara di depan umum antara lain adalah sebagai berikut:
1) Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.
2) Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus
berkeliling bukan pada satu orang saja. Jadi, semua orang merasa
diajak berbicara.
3) Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.
4) Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan kejenuhan,
namun hindari humor yang berbau porno.
5) Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua
wawasan yang kita punya, karena akan menunjukkan kita sok pintar.

10
6) Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang dari
maksud.
c. Teknik Berbicara Profesional
Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang
efektif. Terdapat tiga faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
berbicara secara profesional, yaitu:
1) Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk
kata-kata yang kita ucapkan.
2) Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi suara.
3) Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.
d. Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan
Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti
mengucapkan selamat pagi, siang atau malam. Untuk memancing
perhatian pendengar, lemparkan joke ringan. Setelah itu baru ke topik
utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil
pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z, sebaiknya
diringkas sehingga orang mengerti dan tidak melupakan pesan atau inti
sari pembicaraan. Berbicara atau berkomunikasi secara profesional
menuntut kesiapan tiga hal. Pertama wawasan atau materi yang
disampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara,
dan penekanannya, ketiga penampilan. Semua hal tersebut dapat dipelajari
asalkan siswa memiliki kemauan. Milikilah motivasi untuk maju dan
berkembang mencapai keberhasilan yang diinginkan.
6. Faktor Penilaian Keterampilan Berbicara
Terdapat dua faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara dalam
memperoleh keterampilan berbicara dengan efektif dan baik, yaitu faktor
kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Adapun penjelasan dari dua faktor
penilaian keterampilan berbicara tersebut adalah sebagai berikut:10
a. Faktor Kebahasaan

10
Nupus, Maya Hayatun, Desak Putu Parmiti. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui
Penerapan Metode Show And Tell Siswa SD Negeri 3 Banjar Jawa”. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, Vol. 1 no.
4. 2017.

11
Faktor-faktor kebahasaan sebagai penilaian keterampilan berbicara
seseorang antara lain adalah sebagai berikut:
1) Ketepatan ucapan. Seorang pembicara harus membiasakan diri
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-
bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan
kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik, atau
sedikitnya bisa mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan
bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh
dari ragam lisan biasa. Sehingga terlalu menarik perhatian,
mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap
aneh.
2) Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai. Kesesuaian
tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.
Ketepatan masalah yang dibicarakan dan durasi yang sesuai, akan
menjadi lebih menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja,
hampir dapat dipastikan dapat menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara tentu berkurang.
3) Pilihan kata (diksi). Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan
bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang
menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih
paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal
oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang
mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa
yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya,
baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Selain itu,
pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan.
4) Ketepatan sasaran pembicaraan. Hal ini menyangkut pemakaian
kalimat pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan
memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan
penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan

12
penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat
efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu
menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan
akibat.
b. Faktor Non-kebahasaan
Faktor-faktor non-kebahasaan sebagai penilaian keterampilan
berbicara seseorang antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Pembicara yang tidak
tenang, lesu, dan kaku tentu akan memberikan kesan pertama yang
kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara
sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja
sikap ini sangat ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan
materi.
2) Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara. Supaya pendengar
dan pembicara betul-betul dalam kegiatan berbicara, maka
pandangan pembicara harus sesuai. Pendengar yang hanya tertuju
pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang
diperhatikan.
3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dalam menyampaikan
isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap
terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia
menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata
memang keliru.
4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat. Gerak-gerik dan mimik yang
tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang
penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan
gerak-gerik atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi,
artinya tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan
mengganggu keefektifan berbicara.
5) Kenyaringan suara yang pas. Tingkat kenyaringan ini tentu
disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik.

13
Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak, aturlah kenyaringan suara
supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan
juga mengingat kemungkinan gangguan dari luar.
6) Kelancaran. Seorang pembicara yang lancar berbicara akan
memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Sering kali
seorang mendengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan
antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi
tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya
menyelipkan bunyi e, o, a, dan sebagainya. Sebaliknya pembicara
yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar
menangkap pokok pembicaraannya.
7) Relevansi/Penalaran. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan
dengan kenyataan. Proses berpikir untuk sampai pada suatu
kesimpulan haruslah jelas. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian
dalam kalimat dan hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas
serta berhubungan dengan pokok pembicaraan.
8) Penguasaan topik. Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan,
tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai.
Penguasaan topik yang akan menumbuhkan keberanian dan
kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting, bahkan
merupakan faktor utama dalam berbicara.
B. Keterampilan Menulis
1. Pengertian Keterampilan Menulis
Menulis dipergunakan selama mereka mengikuti pendidikan
diberbagai jenjang maupun dalam bermasyarakat. Keterampilan
menulis terdiri atas penggunaan ejaan, tanda baca, pembentukan kata,
penggunaan kalimat, pemilihan kalimat, pengefektifan kalimat,
membahasakan pikiran dengan cermat, tepat, logis, dan konsisten.
Orang yang bisa menulis berawal dari belajar menulis satu huruf ke
huruf, perkata, perkalimat, perparagraf, dan akhirnya menjadi sebuah
naskah. Pemaparan di atas menyimpulkan bahwa keterampilan menulis

14
yaitu kemampuan penggunaan ejaan, tanda baca, bentuk kata, pilihan
kata, penggunaan kalimat, pemilihan kalimat, pengefektifan kalimat.
Penguasaan bahasa tulis sama halnya dengan penguasaan bahasa lisan.
Aktivitas berbahasa tulis dipengaruhi oleh interaksi peserta didik
dengan lingkungan, oleh karena itu orangtua perlu menyediakan
lingkungan penuh buku sebagai alat bantu belajar terkait masa peka
atau melihat aspek perkembangannya. Masa peka berbahasa tulis terkait
dengan munculnya kesadaran linguistik peserta didik dalam berbagai
tataran seperti, anak berada pada masa peka bunyi, peka terhadap unsur
bentuk, peka terhadap symbol bahasa tulis, peka terhadap bentuk
standar, dan peka terhadap makna kalimat dan pembacaan teks.11
2. Tujuan Keterampilan Menulis
Menulis bertujuan untuk menyumbangkan kecerdasan,
berkembangnya gagasan dan kreativitas, menumbuhkan ketertarikan
mengumpulkan informasi. Kegiatan menulis juga dapat digunakan
untuk memunculkan ide-ide baru dan mempermudah peserta didik
memecahkan masalah. Dilakukannya kegiatan menulis supaya lebih
aktif sehingga materi tidak hanya didapatkan dari pendidik saja.
3. Jenis-jenis Keterampilan Menulis
Terdapat jenis-jenis keterampilan menulis yaitu:
a. Mencontoh
Mencontoh berarti peserta didik belajar menulis dengan
menirukan tulisan yang sudah ada.
b. Reproduksi
Reproduksi memiliki arti pembelajaran menulis tanpa ada
model atau tanpa menirukan tulisan yang sudah ada.
c. Rekombinasi atau Transformasi
Rekombinasi atau Transformasi yaitu latihan menyusun
beberapa kalimat dari kalimat awal.

11
Esti Ismawati, M.Pd. dan Dr. Faraz Umaya, Belajar Bahasa di Kelas Awal(Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2017), hal. 17.

15
d. Menulis Terpimpin
Menulis terpimpin yaitu mengenal penulisan alinea.
e. Menulis
Menulis yaitu mengembangkan ide ke dalam tulisan.
Perkembangan menulis perlu diperhatikan dalam pembelajaran.
Perkembangan peserta didik dalam menulis terjadi secara perlahan-
lahan. Peserta didik memerlukan waktu dan tahapan untuk
mengembangkan keterampilan menulisnya. Tahapan perkembangan
menulis meliputi:
1) Tahap Prafonemik
Pengenalan bentuk serta ukuran huruf, akan tetapi peserta
didik belum dapat mengetahui huruf pada bunyi pembentuk kata.
2) Tahap Fonemik Awal
Memahami sistem kerja penulisan tapi belum dapat
mengoperasikan prinsipnya.
3) Tahap Nama Huruf
Huruf yang mewakili bunyi pembentukan kata telah dapat
dipahami dan digunakan.
4) Tahap Transisi
Tata tulis, penggunaan tanda baca dan ejaan sudah dapat
dikuasai
4. Pembelajaran Menulis di Kelas Rendah
Pembelajaran menulis di kelas rendah adalah tahap awal dalam
pengembangan keterampilan menulis anak-anak. Berikut beberapa
pendekatan dan pedoman yang dapat digunakan dalam pembelajaran
menulis di kelas rendah:
a. Modelkan Penulisan
Guru dapat memulai dengan menjadi contoh yang baik.
Menulis di papan tulis atau proyektor untuk menunjukkan kepada
siswa bagaimana mengorganisasi kata-kata, kalimat, dan paragraf.
b. Membangun Keterampilan Pratulis

16
Fase awal pembelajaran menulis melibatkan kegiatan seperti
menggambar gambar dan membuat garis besar cerita untuk
membantu siswa mengorganisasi ide mereka sebelum menulis.
c. Stimulasi Kreativitas
Dorong siswa untuk menggunakan imajinasi mereka. Berikan
topik menulis yang menarik atau berikan pertanyaan terbuka yang
mendorong pemikiran kreatif.
b. Praktik Terus-Menerus
Menulis adalah keterampilan yang memerlukan latihan.
Berikan kesempatan yang berulang untuk menulis dalam berbagai
situasi, termasuk cerita, surat, jurnal, dan lainnya.
c. Umpan Balik Positif
Berikan umpan balik positif kepada siswa untuk mendorong
motivasi mereka. Fokuskan pada apa yang mereka lakukan dengan
baik sebelum memberikan saran perbaikan.
d. Kembangkan Kemampuan Membaca
Hubungan erat antara membaca dan menulis. Dukung siswa
dalam membaca buku dan teks yang beragam untuk memperluas
wawasan mereka.
e. Penggunaan Alat Tulis
Ajarkan siswa tentang penggunaan alat tulis dasar, seperti
pensil, pena, dan kertas. Dorong mereka untuk menulis dengan jelas
dan rapi.
f. Proses Menulis
Ajarkan siswa tentang proses menulis, termasuk perencanaan,
penulisan draf, revisi, dan penyuntingan. Ini membantu mereka
memahami bahwa menulis adalah tugas berjenjang.
g. Kolaborasi
Adakan aktivitas kolaboratif di mana siswa dapat saling
berkomentar dan memberi masukan pada tulisan teman sekelas.
h. Pentingkan Kesalahan

17
Jelaskan bahwa membuat kesalahan adalah bagian dari belajar.
Anjurkan siswa untuk mencoba hal baru dan tidak takut membuat
kesalahan.
Pengajaran keterampilan menulis dalam bahasa Lampung di
sekolah dasar dapat melibatkan metode yang mendukung pemahaman
dan penggunaan bahasa tersebut. Berikut adalah beberapa metode yang
dapat digunakan, disertai dengan contoh:
1) Pendekatan Berbasis Teks
Guru dapat memilih teks atau cerita pendek dalam bahasa
Lampung sebagai bahan ajaran. Siswa kemudian mempelajari teks
tersebut dan mencoba menulis cerita serupa. Contoh: Guru memilih
cerita rakyat Lampung, seperti "Si Tukang Kayu dan Buaya," dan
siswa diminta untuk menulis cerita berdasarkan tema yang sama.
2) Penggunaan Gambar atau Ilustrasi
Siswa diberikan gambar atau ilustrasi sebagai stimulus untuk
menulis dalam bahasa Lampung. Contoh: Siswa diberikan gambar
sebuah pemandangan alam Lampung, dan mereka diminta untuk
menulis deskripsi tentang gambar tersebut dalam bahasa Lampung.
3) Menulis Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Siswa diundang untuk menulis tentang pengalaman pribadi
mereka dalam bahasa Lampung. Contoh: Siswa menulis sebuah cerita
pendek tentang liburan keluarga mereka ke Pantai Mutun dalam
bahasa Lampung.
4) Kegiatan Menulis Kolaboratif
Siswa bekerja sama dalam menulis cerita atau laporan dalam
bahasa Lampung. Contoh: Kelompok siswa menulis bersama sebuah
laporan tentang budaya Lampung, masing-masing menyumbangkan
bagian yang berbeda dalam bahasa Lampung.
5) Menulis Berdasarkan Tema Budaya
Guru memperkenalkan siswa pada aspek-aspek budaya
Lampung, seperti tarian tradisional, makanan khas, atau upacara adat,

18
dan siswa diminta untuk menulis tentang hal-hal tersebut. Contoh:
Siswa menulis sebuah esai singkat tentang Tari Gending Sriwijaya
dalam bahasa Lampung.
6) Menulis Surat
Siswa diajarkan untuk menulis surat dalam bahasa Lampung.
Surat bisa ditujukan kepada teman sekelas, keluarga, atau tokoh
terkenal dari Lampung. Contoh: Siswa menulis surat kepada teman
sekelas untuk mengucapkan terima kasih dalam bahasa Lampung.
7) Menulis Puisi atau Pantun
Siswa dapat diajarkan cara menulis puisi atau pantun dalam
bahasa Lampung. Contoh: Siswa menulis pantun yang
menggambarkan keindahan alam Lampung.
5. Teknik Keterampilan Menulis
Dalam mengembangkan keterampilan menulis dalam bahasa
Lampung, beberapa teknik yang berguna meliputi:
a. Mengamati dan Menganalisis Teks
Mengajarkan siswa untuk membaca dan menganalisis teks
dalam bahasa Lampung, baik cerita, puisi, atau artikel, untuk
memahami struktur, kosakata, dan gaya penulisannya.
b. Menyalin Teks
Siswa dapat memulai dengan menyalin teks yang baik dalam
bahasa Lampung untuk memahami struktur kalimat dan ejaan yang
benar.
c. Menulis Berdasarkan Model
Memberikan siswa contoh teks dalam bahasa Lampung dan
meminta mereka menulis teks serupa. Ini membantu mereka
memahami tata bahasa dan gaya penulisan yang benar.
d. Penjelasan Tata Bahasa
Guru menjelaskan aturan tata bahasa bahasa Lampung, seperti
pemilihan kata ganti, konjugasi kata kerja, dan penyusunan kalimat.

19
Guna meningkatnya keterampilan menulis, pendidik melakukan usaha
yaitu:
1) Membangkitkan peserta didik
Memberikan motivasi dan meningkatkan kreativitas sehingga
pembelajaran aktif dan tidak monoton.
2) Memberi pandangan realistik
Memberikan gambaran yang realistis dan memodifikasi
harapan yang irasional dikarenakan peserta didik tidak menyenangi
kebohongan.
3) Memberikan penghargaan
Apabila ada peserta didik yang memperoleh prestasi, maka
seharusnya pendidik memberi penghargaan. Penghargaan dapat
berupa sanjungan, nilai atau sabagainya, sehingga yang lain
termotivasi untuk belajar.
4) Membimbing sikap peserta didik
Membimbing sikap peserta didik merupakan tugas pendidik.
Respons dan arahan pendidik dibutuhkan terutama apabila ada
peserta didik yang tidak mengikuti proses pembelajaran.12
6. Faktor Penilaian Keterampilan Menulis
Penilaian keterampilan menulis melibatkan berbagai faktor yang
dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang dapat
mengekspresikan diri secara tertulis. Beberapa faktor penilaian
keterampilan menulis meliputi:
a. Kesesuaian dengan Tujuan
Sejauh mana teks tertulis sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan, misalnya, apakah teks tersebut informatif, persuasif,
naratif, atau ekspositori.
b. Struktur dan Organisasi

12
Mahmud, “Upaya Meningkatakan Keterampilan Menulis Dengan Teknik RCG (Reka Cerita
Gambar)Pada Siswa Kelas VI SD N Rengkak Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah Tahun
Pelajaran 2017/2018.” JISIP, Vol.1 No.2 (November 2017), hal.38.

20
Bagaimana teks diatur dan disusun. Apakah ada pengenalan
yang jelas, pengembangan gagasan yang baik, dan kesimpulan yang
memadai.
c. Tata Bahasa dan Ejaan
Kualitas tata bahasa dan ejaan dalam teks, termasuk
penggunaan tata bahasa yang benar, penghindaran kesalahan ejaan,
dan kekonsistenan dalam pemakaian.
d. Kekayaan Kosakata
Penggunaan variasi kosakata dan ungkapan yang tepat untuk
menjelaskan ide dan meningkatkan keberagaman dalam bahasa.
e. Konteks Budaya
Sejauh mana penulis memahami konteks budaya yang relevan
dalam menulisnya dan apakah itu sesuai.
f. Pengembangan Gagasan
Kemampuan untuk mengembangkan ide dengan detail, contoh,
dan bukti yang relevan.
g. Kohesi dan Kohesi
Bagaimana ide-ide dan paragraf terkait satu sama lain untuk
membuat teks yang mudah diikuti dan dipahami.
h. Gaya dan Suara Penulis
Kepribadian penulis yang tercermin dalam teks, termasuk
gaya penulisan dan suara penulis.
i. Audience Awareness
Kesadaran penulis tentang audiens yang dituju dan sejauh
mana teks disesuaikan dengan audiens tersebut.
j. Revisi dan Editing
Kemampuan penulis untuk merevisi dan mengedit teksnya
untuk meningkatkan kualitas dan kejelasannya.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, dimana bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana
komunikasi. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan yang tertatur: mula-mula pada masa kecil
kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan suatu kesatuan.
Adapula pentingnyamengembangkan keterampilan menulis dalam
bahasa Lampung sebagai upaya untuk mempertahankan kekayaan budaya
lokal. Dengan menerapkan strategi pengajaran yang efektif, memanfaatkan
teknologi digital, dan mengadakan acara-acara pendidikan, diharapkan
bahwa bahasa Lampung dapat terus berkembang dan memperoleh tempat
yang layak di era digital ini. Dengan demikian, warisan budaya yang
berharga ini dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
B. Saran
Dalam kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan saran
yang sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara sangat
penting dalam berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa dalam
berbicara kita dapat kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar, Fitria.2017. Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. 1 ed.
Yogyakarta: Textium.
Arsjad M, dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Aufa, Fatimah Nurul, Imaniar Purbasari, Eko Widianto. “Keterampilan Berbicara
Siswa Sekolah Dasar Menggunakan Visualisasi Poster Sederhana”.
Esti Ismawati, M.Pd. dan Dr. Faraz Umaya. 2017. Belajar Bahasa di Kelas Awal.
Yogyakarta: Penerbit Ombak
Hermawan, Acep. 2014. Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Iskandarwassid, D.S. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhammad Ilham,Iva Ani Wijiyanti.2020. Keterampilan Berbicara Pengantar
Keterampilan Berbahasa. Kota Pasurupan:Lembaga Academic & Research
Institute.
Nawawi, Ummul Qura, Indah Rahmayanti.2017. Keterampilan Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Uhamka Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2021. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Utari dan Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

23

Anda mungkin juga menyukai