Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sabina Andari

No absen : 26
Kelas : XI MIPA 1

TUGAS BAHASA INDONESIA

RINGKASAN MATERI BAB VII “BERMAIN DRAMA”

A.Mengidentifikasi Alur Cerita,Babak Demi Babak, dan Konflik dalam Drama yang
Dibaca atau Ditonton Memahami Struktur Drama yang Dibaca atau Ditonton
Struktur drama yang berbentuk alur pada umumnya tersusun sebagai berikut. a.

Prolog

Prolog ialah pembukaan atau insiden penlampauan dalam sebuah drama atau sandiwara. Bagian ini biasanya
disampaikan oleh tukang dongeng (dalang) untuk membuktikan citra para pemain, citra latar, dan sebagainya. b. Dialog
Dialog ialah media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang dibutuhkan sanggup menggambarkan kehidupan dan
susila manusia, problematika yang dihadapi, dan cara insan sanggup menuntaskan persoalan hidupnya. Di dalam obrolan
tersaji urutan insiden rang dimulai dengan, orientasi, komplikasi, hingga dengan resolusi.

i. Orientasi, ialah cuilan awal dongeng yang menggambarkan situasi yang sedang sudah atau sedang terjadi.
ii. Komplikasi, meliputi rentang konflik-konflik dan Pengembangannya: gangguan-gangguan, halangan-halangan
dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Pada cuilan ini pula dagat diketahui susila
tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).
iii. Resolusi, ialah cuilan titikpuncak (turning point) dari drama, berupa babak simpulan dongeng yang
menggambarkan penyelesaian atas konflik-konflik yang dialami para tokohnya. Resolusi haruslah berlangsung
secara logis dan mempunyai kaitan yang masuk akal dengan insiden sebelumnva. c. Epilog

Epilog ialah cuilan terakhir dan sebuah drama yang berfungsi untuk memberikan intisari dongeng atau

menafsirkan maksud dongeng oleh salah seorang pemain drama atau dalang pada simpulan cerita. Bentuk-Bentuk

Drama A. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibagi menjadi dua, yaitu:

• Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan
unsurunsur puisi.
• Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa B. Berdasarkan sajian isinya, drama
dibagi menjadi tiga, yaitu:

• Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi
gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan
kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan pertikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang
luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
• Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifat
menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
• Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan
kebahagiaan.
C. Berdasarkan kuantitas cakapannya, drama dibagi menjadi tiga:

• Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata, hanya menggunakan gerak tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami
pemain.
• Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
• Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
D. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya, drama terdiri atas tiga bagian:

• Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau nyanyian dan musik.
• Sendratari, yaitu pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang penari dan
mengisahkan suatu dengan cerita dengan tanpa menggunakan percakapan.
• Tablo, yaitu drama yang menampilkan kisah dengan sikap dan posisi pemain, dibantu oleh pencerita.
Pemainpemain tablo tidak berdialog. E. Bentuk-bentuk lain drama, yaitu:

a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
b. Drama baca, yaitu naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c. Drama borjuis, adalah drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18).
d. Drama domestik, yaitu drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama.
f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad
Pertengahan).
g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil
pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di
pedesaan

Unsur-unsur Drama
1. Latar

Latar Tempat yaitu penggambaran tempat kejadian didalam naskah drama, seperti dirumah medan perang, meja makan
Latar Waktu yaitu penggambaran suasana ataupun kejadian dalam naskah drama, seperti pada hari tanggal 17 Agustus
1945.Latar Suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau
peristiwa dalam drama. Misal : dalam budaya jawa, dalam kehidupan masyarakat Betawi, Melayu, Sunda, Papua.

2. Penokohan

Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil) : tokoh ini mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain.
Tokoh idaman : (the type character) : berperan sebagai pahlawan dengan karakter yang gagah berkeadilan atau terpuji.
Tokoh Statis (the static character) : tokoh ini memiliki peran yang sama, tanpa perubahan, dari awal hingga akhir cerita.
Tokoh yg berkembang . Misalnya, seorang tokoh berubah dari setia ke karakter berkhianat, dari yang bernasib sengsara
menjadi kaya raya, dari yang semula adalah seorang koruptor menjadi orang yang soleh 3. Dialog

Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi 2 tuntutan :


- Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya.
- Dialog yang diucapkan diatas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari
4. Tema

Gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah
kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya.

5. Pesan atau amanat  Ajaran moral didaktis yg disampaikan drama kepada pembaca/penonton Berikut ini penjelasan

unsur-unsur pementasan drama yang wajib antara lain :

1. Naskah Drama

Naskah drama adalah sebuah karangan yang isinya terdapat cerita atau lakon. Dalam naskah juga termuat
namanama tokoh dalam cerita, peran tokoh, dialog yang diucapkan, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bentuk dan
susunan naskah drama mempunyai perbedaan dengan naskah dari cerpen atau novel.

Naskah drama tidak mengisahkan cerita secara lugas dan langsung, karna lebih mementingkan ucapan-ucapan
atau bisa dibilang penuturan ceritanya diganti dengan dialog. Sedangkan naskah cerpen atau novel berisi cerita lengkap
dan peristiwa yang terjadi.

2. Pemain

Pemain merupakan orang yang memeragakan peran di dalam cerita, atau disebut juga aktor/aktris.
Beberapa pemain dibututhkan dalam drama berdasarkan banyaknya tokoh yang ada di dalam naskah. Agar berhasil
memerankan tokoh dalam pementasan, pemain dipilih secara tepat sesuai dengan peran yang dibutuhkan.
Dalam menentukan pemain di dalam drama, lebih mudah memilih pemain campuran daripada tidak campuran.
Maksud pemain campuran yaitu pemain yang terdiri dari pemain laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja dan orang
tua.
Berikut ini upaya yang tepat dalam memilih pemain drama :
1. Naskah drama harus dikuasai dan dipahami oleh pemain, mulai dari dialog dan watak-watak tiap tokoh dalam
naskah drama itu.
2. Pemain harus mampu memerankan masing-masing tokoh sesuai watak yang dibutuhkan
3. Perbandingan usia dan perawakan tubuh pemain dinilai sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
4. Pemain memiliki skill dalam berlatih untuk memerankan tokoh yang dikehendaki naskah

3. Sutradara

Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang mempunyai tanggung jawab
dalam kesuksesan pementasan drama, sutradara harus membuat perencanaan yang matang. Tugas seorang sutradara sangat
banyak dan cukup berat, seperti memilih naskah, menentukan pokok penafsiran naskah, memilih pemain, melatih pemain,
bekerja dengan staf dan mengkoordinasikan setiap bagian.

Tugas sutradara sangatlah banyak dan beban tanggung jawab yang cukup berat. oleh karena itu, sutradara sebaiknya
mampu
:

1. Memilih naskah yang tepat


2. Pandai menafsirkan watak para tokoh cerita
3. Pandai memilih pemain yang sesuai naskah
4. Sanggup melatih dan membimbing pemain
5. Bisa bekerja tim dengan crew yang lain
6. Cekatan dalam memimpin semua tim
4. Tata Rias

Tata rias merupakan bagian yang bertugas dalam mendandani atau make up para pemain. Orang yang
mengerjakan tata rias disebut dengan penata rias. Penata rias ada pria dan wanita, dilihat dari keahliannya dalam bidang
tata rias. Alatalat rias seperti bedak, lipstik, pensil alis, kumis palsu, bulu mata dan masih banyak lagi.

5. Tata Busana

Tata busana merupakan bagian yang mengatur pakaian pemain, seperti bahan, model dan cara mengenakannya.
Tata busana memiliki hubungan yang erat dengan tata rias, oleh karena itu banyak juga tugas tata busana dirangkap
langsung oleh penata rias. Meskipun demikian tugas penata rias dan penata busana memiliki tanggung jawab yang
berbeda, namun harus bekerja sama saling menyesuaikan dan saling membantu agar hasilnya maksimal.

6. Tata Panggung

Panggung adalah tempat para pemain memeragakan lakon dramanya. Sebagai seni pertunjukan, biasanya panggung
akan di desaign lebih tinggi daripada lantai, lebih tinggi dari tempat duduk penonton agar penonton yang duduk
dibelakang masih mampu menyaksikan pertunjukan dengan jelas.

Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan dalam memainkan pementasan. Petugas yang menata
panggung disebut penata panggung yang terdiri dari tim, supaya dapat merubah keadaan panggung dengan cepat.
Panggung mendeskripsikan tempat, waktu dan suasana yang terjadi. Setiap peristiwa yang memiliki babak berbeda
tempat, waktu dan suasana membuat penataan panggung harus lebih cekatan untuk merubahnya.

7. Tata Lampu

Tata lampu adalah bagian yang bertugas dalam pengaturan cahaya di panggung. Bagian ini berhubungan erat
denga tata panggung. Pengaturan cahaya di panggung harus disesuaikan dengan keadaan panggung yang dibutuhkan.
Seperti penataan lampu di rumah orang miskin dan di rumah orang kaya, memerlukan cahaya lampu yang berbeda dan
disesuaikan dengan waktu terjadi. Penata lampu biasanya menggunakan spot light, semacam kotak besar yang memiliki
lensa besar berisi lampu ratusan watt. Karena tata lampu berhubungan dengan listrik, sebaiknya penata lampu adalah
orang yang mengerti teknik kelistrikan. 8. Tata Suara

Tata suara yang biasa kita kenal adalah bagian yang mengatur pengeras suara (sound system) dan musik pengiring.
Alat musik yang digunakan tentu berbeda sesuai dengan suasana yang dibutuhkan, seperti suasana sedih mungkin hanya
diiringi dengan seruling yang ditiup mendayu-dayu menyayat hati, suasana pertengkaran yang diiringi dengan musik yang
berirama cepat dan keras.

9. Penonton

Penonton adalah unsur penting dalam pementasan drama. Semua unsur drama yang disiapkan, tentu dibuat untuk
penonton. Kesuksesan sebuah drama dapat diukur dari respon para penonton yang menyaksikannya. Penonton drama
terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi maupun kemampuan mengapresiasi atau motivasi.

Ada tiga macam ragam penonton, dilihat dari segi motivasinya :

1. Penonton Peminat : yaitu penonton intelektual atau penonton yang mampu mengapresiasi seni.
2. Penonton Iseng : yaitu penonton yang tidak punya ketertarikan khusus pada seni, hanya menikmati untuk
hiburan.
3. Penonton Penasaran : yaitu penonton yang menonton karena penasaran ingin tahu bagaimana lakon , pemain
dan cerita dramanya.
Fungsi penontonton yang meminati seni tentu sangat dibutuhkan disetiap pementasan drama, agar drama terasa hidup
dengan apresiasi yang penonton berikan.

Menelaah bagian bagian Penting dalam naskah drama yang dibaca atau ditonton
Ciri utama drama adalah bentuk penyajiannya yg semua berbentuk dialog. Oleh karena itu, tugas kita dalam hal
ini adalah mengubah seluruh rangkaian cerita yang ada dalam novel kedalam bentuk dialog. Selain itu kita bisa
menggunakan pengalaman. kita akan mudah menceritakannya kedalam bentuk drama karena kejadiannya teramati,
terdengar, dan bahkan terasakan secara langsung.

B. Menampilkan Seorang Tokoh dalam Drama yang Dibaca atau yang Ditonton
Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario). Dialog dan tata laku yang dipentaskan oleh para
pemainnya, sesuai dengan cerita yang disusun sebelumnya oleh penulis naskah. Ide penyusunannya bisa berdasarkan
pemikiran sang penulis. Dapat pula ide itu diambil dari cerpen, novel, dan karya-karya lainnya yang sudah ada
sebelumnya.

Terkait dengan penyusunan dialog, di samping kita dapat membagi ke dalam beberapa babak dan adegan, ada tiga
elemen yang tidak boleh dilupakan. Ketiga elemen tersebut adalah tokoh, wawancang, dan kramagung.

o Tokoh adalah pelaku yang mempunyai peran yang lebih dibandingkan pelaku-pelaku lain, sifatnya bisa protagonis
atau antagonis.
o Wawancang adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh cerita. o Kramagung adalah
petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung
dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak miring).

C. Menganalisis Isi dan Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton
Menganalisis Isi Drama yang Dibaca atau Disimak
Tema adalah gagasan umum dalam suatu drama yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau
penonton.Tema juga dapat diartikan sebagai inti atau ide dasar sebuah drama. Dari ide dasar itulah kemudian drama itu
terbangun. Tema merupakan pangkal tolak pengarang atau sutradara dalam merangkai cerita yang diciptakannya. Tema
drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Berdasarkan
keluasan tema itu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni tema utama dan tema tambahan.

1. Tema utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama.
1. Tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung tema utama.

Walaupun tema dalam drama itu cenderung “abstrak”, kita dapat menunjukkan tema dengan menunjukkan bukti
atau alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-bukti itu dapat ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau
adegan atau rangkaian adegan yang saling terkait.

Menganalisis Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Disimak


Fitur-fitur kebahasaan pada drama memang memiliki banyak kesamaan dengan drama. Drama pun menggunakan
kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang
lazim digunakan adalah mereka.

Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata
percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga
tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan.

Berikut contoh-contohnya.
• Ah, ya!
• Ampun seribu ampun!
• Bagus! Bagus!
• Atas dasar kekuatan!
• Jangan khawatir
• Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan, dll.
Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sebelum, sekarang,
setelah itu, mula-mula, kemudian.
2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh,
menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh:
merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
4. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk meng-gambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-
kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.

D. Mendemonstrasikan Sebuah Naskah Drama dengan Memperhatikan Isi dan


Kebahasaan Memahami Teknik dan Langkah-Langkah Pementasan Drama
Pada saat melakukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (lafal, intonasi, nada atau tekanan
dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang
mendukung penyampaian isi/pesan.

secara umum ada dua langkah utama yang harus kita lakukan ketika akan mementaskan drama adalah sebagai
berikut.
1. Memahami naskah dan karakter tokoh yang akan kita perankan, yakni melalui dialog-dialognya serta kramagung atau
petunjuk laku yang dinyatakan langsung oleh pengarang.
2. Memerankan tokoh dengan memerhatikan aspek lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik, dan gerak-geriknya.
a. Lafal adalah cara seseorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa. Aspek ini penting kita perhatikan guna
kejelasan makna suatu kata.
b. Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Kalimat berita, perintah, dan kalimat tanya harus menggunakan
intonasi yang berbeda. Intonasi kalimat untuk menyatakan kegembiraan juga berbeda dengan kalimat yang
bermakna kecemburuan.
c. Nada/tekanan adalah kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat. Kata yang ingin diperjelas maksudnya
mendapat tekanan lebih kuat daripada kata lainnya.
d. Mimik adalah ekspresi atau raut muka yang menggambarkan suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan
sebagainya. Mimik berperan dalam memperjelas suatu maksud tuturan.
e. Gerak-gerik adalah berbagai gerak pada anggota badan atau tingkah laku seseorang dalam menyatakan maksud
tertentu. Bentuknya, misalnya, anggukan kepala, menggigit jari.

Mendemonstrasikan Naskah Drama dengan Memperhatikan Isi dan Kebahasaan


Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario). Dialog dan tata laku yang dipentaskan oleh para
pemainnya, sesuai dengan cerita yang disusun sebelumnya oleh penulis naskah. Ide penyusunannya bisa berdasarkan
pemikiran sang penulis. Dapat pula ide itu diambil dari cerpen, novel, dan karya-karya lainnya. Sebagaimana halnya
percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih,
dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru,
suruhan, dan pertanyaan.
Teks drama juga memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).


2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.
4. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.

Anda mungkin juga menyukai