BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan tolok ukur kemajuan suatu negara dan setiap bangsa
tentu ini memajukan bangsa dan negaranya. Pendidikan menjadi salah satu tujuan
utama bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini tercantum
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta
jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Ki Hajar
membentuk sikap, sifat dan karakter dari seorang individu agar dapat berterima
berbahasa dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi. Sementara itu,
1
2
pendidikan lainnya sehingga siswa pun menganggap sama dan hasilnya pun
bagi siswa, disamping itu sastra juga mampu membuat seseorang lebih merasakan
dan meresapi keadaan di lingkungan sekitarnya. Kombinasi kedua hal ini dalam
salah satu bagian dari keterampilan berbahasa dan bersastra yang sifatnya sangat
berbahasa untuk bisa menulis seseorang terlebih dahulu harus mampu menguasai
suatu keterampilan berbahasa yang diperoleh melalui proses praktik dan latihan
dilaksanakan dengan praktik agar bisa menulis dengan baik selain itu harus ada
adalah membaca. Membaca adalah suatu kegiatan atau proses koognitif yang
menjadi sebuah tulisan. Cerpen sebagai salah satu karya sastra prosa yang biasa
ditulis oleh seseorang sebagai bentuk ungkapan perasaan. namun, tidak jarang
Cerpen atau cerita pendek sebagai bentuk prosa naratif fiktif yang terbilang
singkat dan padat yang langsung pada tujuan penulisannya tidak menceritakan
kisah yang panjang seperti novel. Penulisan cerpen biasanya menggunakan kata
kurang dari 10.000 kata disamping itu penulisan cerpen juga hanya berfokus pada
satu tokoh saja hingga akhir cerita. Pembelajaran dalam kelas terkait dengan
untuk menulis cerpen, bagi peneliti teknik ini sudah sering digunakan oleh guru
dalam menulis cerpen oleh karena, itu penting untuk menggunakan cara atau
siswa. Penggunaan teknik parafrasae puisi ke cerpen merupakan salah satu teknik
siswa, daklam penelitian ini guru menggunakan metode ceramah dan diskusi
dalam pembelajaran.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas X
yang kurang mampui menuliskan cerpen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
pertama dari guru yang terkadang kurang menguasai teknik pembelajaran yang
hendak digunakan untuk menulis sebuah cerpen, jumlah siswa yang cukup banyak
beberapa siswa juga kadang tidak memerhatikan dengan baik pembelajaran yang
sedang berlangsung hal ini berdampak pada proses pembelajaran didalam kelas
menjadi kurang efisien dan tidak berjalan sebagai mana mestinya. Hal tersebut
kemudian berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang dalam menulis cerpen,
hasil observasi awal menunjukkan bahwa dari 27 orang siswa terdapat 11,2% atau
3 siswa yang masih kurang mampu dalam menuntaskan isi cerita dengan baik,
18,5% atau 5 siswa yang tidak dapat mengembangkan tema yang dipilih dan
mengerjakan tugas secara mandiri terdapat 14,8% atau 4 dari 27 siswa yang
temannya hanya menngubah tokoh yang ada didalam cerpen. Berikut ini contoh
kutipan cerpen dari salah satu siswa yang masih kesulitan dalam penulisan unsur
Masa Lalu
Kuingat masalaluku, masa dimana aku di
Pertemukan seseorang yang sangat aku cintai
Kami menjalani hari dengan penuh semangat
Sehingga suatu hari takdir berkata perpisahan
Mau tidak mau kami harus berpisah, tapi itu
Bukan halangaan bagi kami untuk saling
Mencintai, walau kami jauh tapi hati kami dekat.
5
Penulisan cerpen oleh siswa diatas masih kurang, struktur teks cerpen tidak
namun cerita tidak rampung penulis hanya menceritakan gambaran awal sehingga
alurnya menjadi stakmat tidak ada penyelesaian cerita, begitupun tema cerita
yang tidak konsisten jika dibaca sekilas cerita yang dituliskan bisa bertema
perpisahan, namun tema juga bisa jadi masalalu. Tema adalah gagasan utama
atau ide pikiran yang melatar belakangi suatu cerita pendek, sedangkan
berdasarkan dari observasi awal pada tahap prasiklus siswa lebih banyak yang
siswa. Alasan lain peneliti memilih teknik ini karena pengunaan teknik ini
Unismuh Makassar Parafrase puisi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
sendiri, tanpa merubah arti dari ide gagasan tulisan dengan tetap menyebutkan
Penggunaan teknik parafrase puisi merupakan salah satu teknik yang dapat
digunakan untuk menulis cerpen. Parafrase puisi adalah mengubah bentuk puisi
didalamnya. Penggunaan teknik ini digunakan karena peneliti dan guru yakin
6
sebuah cerpen. Parafrase puisi artinya mengubah puisi menjadi bentuk prosa yang
tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut (Ayulinda
dalam Usman, 2015:172). Parafrase puisi terbagi dua, yaitu: 1) parafrase terikat,
terikat yang artinya proses memparafrasekan puisi tanpa menghilangkan kata kata
sebelumnya atau mewajibkan untuk memakai kata-kata asli dalam karya sastra
rujukan dan ditambahkan dengan kata kata lain guna membangun karya yang baru
akan tetapi makna dan kandunganya masih sama dari sastra sebelumnya.
Sedangkan, parafrase bebas adalah prafrase yang tidak terikat dengan kata-kata
pada sastra sebelumnya atau parafrase yang tidak wajib untuk memakai kata-kata
asli yang terdapat pada karya sastra sebelumnya, akan tetapi makna dan
siswa dalam menulis cerpen karena pada sudah ada yang menjadi bahan alur
memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran pada aspek menulis dan
Muhammadiyah 1 Unismuh”.
7
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat, baik manfaat secara praktis maupun secara
teoritis.Adapun manfaat praktis penilitian ini yaitu berguna bagi siswa, guru,
maupun sekolah.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam
3. Bagi sekolah, adapun maanfaaat penelitian ini bagi sekolah dapat dijadikan
Adapun manfaat teoretis yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Muhammadiyah 1 Unismuih.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Relevan
Partisipatif Siswa Kelas VII MTs Al Khitab Al Islamy kota Makasar”. Hasil
penelitian ini mendapatkan analisi data dari 24 siswa yang menjadi subjek
cerita pendek pada siklus I mencapai nilai rata-rata 64,33 dari jumlah
keseluruhan siswa atau berada dalam kategori rendah dengan rentang nilai 55
sampai 64, sedangkan hasil tes pada siklus II mencapai nilai rata-rata 78,66
10
dari jumlah keseluruhan siswa ddalam satu kelas berada pada kategori tinggi
siklusnya pada tahap prasiklus, dari 34 siswa hanya terdapat 6 siswa yang
berhasil mencapai nilai KKM dan rata-rata kelas adalah 68,69. Pada siklus I,
dari 34 siswa rata rata sudah memenuhi KKM dan rata-rata adalah 74,28
sedangkan siklus II. Dari 34 siswa semua berhasil mencapai KKM dan nilai
oleh Herlina dengan veriabel terikat menulis puisi sedangkan penelitian oleh
Melalui Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas
adannya kemajuan dari prasiklus ke siklus I yaitu nilai rata-rata siswa 61,44
menjadi 70,31 pada siklus I dan selanjutnya pada siklus II dengan nilai rata-
rata 83,81. Kesimpulan pada penelitian ini adalah penggunaan media berita
11
siswa. Penelitian oleh Dewi Ika memiliki kesamaan dengan penelitian yang
oleh Dewi Ika menggunakan media berita dengan latihan terbimbing sebagai
variabel terikat.
1 Unismuh ”.
2. Pembelajaran Bahasa
pembelajaran adalah proses intraksi peserta didik dan pendidik dan sumber
yang diberikan oleh guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
adalah proses yang berisi seperangkat aktivitas yang dilakukan siswa untuk
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” hal ini bermakna bahwa dalam
pembelajaran harus terdapat intaksi antara siswa dengan guru dalam satu
lingkup pembelajaran.
mengajar peserta didik agar belajar dengan baik dan menguasai suatu objek,
belajar dengan baik atau dapat dikatakan usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
yang sangat penting dalam penyampaian bahan belajar dan menjadi indicator
indonesia adalah agar siswa lebih mahir dalam berbahasa Indonesia yang baik
dan benar serta dapat menghayati bahsa dan sastra Indonesia sesuai dengan
bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar
BSNP (2006:317).
berkomunikasi, saling berbaagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik itu secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi
yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran aatau bahasa lisan
oleh pembicara.
15
ekstensif, yaitu:
suara tersebut.
tersebut.
disimak.
kreativitas pembelajar.
noninteraktif.
secara langsung dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan
3. Puisi
a. Pengertian Puisi
Puisi memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang. Puisi yang
sampai ssaat ini belum memiliki arti yang berlaku secara universal,
tepat dan lengkap tentang apa arti dari puisi itu. Satu bentuk khas dari
puisi yang paling sering kita dengar adalah bahwa puisi senantiasa
puisi dengan bahasa yang padat dan hal ini yang menjadi pembeda antara
berirama.
adalah bentuk lain dari puisi. Perasaan dan pikiran penyair yang masih
b. Anatomi Puisi
21
1) Unsur Interinsik
puisi dari dalam. Unsur-unsur intrinsik tersebut meliputi (1) bunyi, (2)
diksi, (3) bahasa kias, (4) citraan, (5) sarana retorika, (6) bentuk
visual, (7) makna, (8) tema, dan (9) amanat (Fatin dan Camalia, 2017).
a) Bunyi
akhir baris atau pengulangan bnyi pada kata-kata di sebuah baris yang
Contoh:
b) Diksi
c) Bahasa Kias
sekarang ini.
d) Citraan
e) Sarana Retorika
f) Bentuk visual
g) Makna
dan amanat.Makna yang tersirat dari sebuah puisi ada dua macam
utuh). Isi puisi yang disajikan penyair dalam teks puisinya tersirat
h) Tema
kepada pembaca.
i) Amanat
2) Unsur Ekstrinsik
dengan karya puisi tersebut. Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur pada
ekstrinsik adalah unsur luar puisi. Adapun unsur ekstrinsik puisi antara
c. Jenis-jenis Puisi
1) Puisi Lama
Aturan puisi lama seperti jumlah kata yang terdapat dalam 1 baris, jumlah
baris yang terdapat dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata
pada tiap baris, dan irama. Adapun ciri-ciri puisi sebagai berikut.
a) Puisi lama biasanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama
pengarangnya.
jumlah baris pada setiap baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada
setiap barisnya.
c) Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra
lisan.
a) Pantun
Pantun adalah puisi lamaa yang bersajak a-b-a-b yang tiap barisnya
terdiri atas empat baris dan disetiap barisnya terdiri dari delappan
25
sampaii dua belas suku kata.Baris pertama dan kedua adalah sampiran
b) Syair
Syair merupakan karya sastra lamaa yang tiap baaitnya terdiri dari
atau cerita.
c) Mantra
Mantra adalah karya sastra lama yang berisi ucapan ucapan yang di
d) Talibun
e) Seloka
seloka ditulis dalam emppat baris, namun ada pula yang lebih dari
empat baris.
f) Gurindam
Gurindam merupakan puisi lama yang tiap baitnya berisi dua baris
g) Karmina
26
Karmina ialah puisi lama yang berbentun pantun kilat kaarena isinya
yang pendek.
2) Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan,
berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas
dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kara, ataupun
rima.
4. Parafrase
a. Pengertian Parafrase
struktur kalimat berbeda tetapi isi atau kandungan dalam tulisan tetap
sama. Hal ini juga bisa bermakna pengungkapan kembali isi atau makna
berikut.
penggunaaan bahasanya.
berbeda.
bentuk sastra yang lain tanpa mengubah kandungan isi makna yang
terdapat di dalamnya.
itu secara keseluruhan sehingga menimbulkan kesan yang bulat atau utuh
mengubah sebuah puisi menjadi bentuk karya sastra yang lain seperti
tersebut.
30
5. Prosa
a. Pengertian Prosa
sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu
realitas, sesuatu yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga
dibuktikan secara empiris inilah antara lain yang membedakan karya fiksi
dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif,
dalam teks nonfiksi harus dapat ditunjukkan data empiriknya, dan kalau
pandangannya.
prosa yang pendek, menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada
adalah suatu peristiwa (kejadian) apa saja yang menyangkut persoalan jiwa
secara ringkas, padat dan jelas, berbentuk prosa dan ditulis denngan satu
fokus masalah.
yang pendek (short short story), berkisar 500-an kata; ada cerpen yang
panjangnya cukupan (middle short story), dan ada cerpen yang panjang
(long short story) biasanya terdiri atas puluhan ribu kata. Kesusastraan di
32
cerpen mini. Sudah ada antologi cerpen seperti ini, misalnya antologi :Ti
dimuat di surat kabar adalah salah satu contohnya. Adapun cerpen yang
yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Masing-masing unsur instrinsik
dalam cerpen memiliki fungsi dan saling melengkapi satu sama lain,
ketika salah satu komponen hilang maka suatu karya tulis tidak dapat
disebut sebagai cerita pendek. Berikut ini beberapa unsur intrinsik yang
1) Tema, tema adalah gagasan utama atau ide pikiran yang melatar
belakangi suatu cerita pendek. Semua karya tulis harus memiliki tema
tertentu agar dapat menyampaikan isi pesan dari sebuah tulisan. Tema
bahwa tema merupakan nyawa atau ruh dari setiap cerpen. Tema
dipandag sebagai dasar arti atau gagasan dasar umum sebuah karya
sangat penting selain tema. Tokoh merupakan para pemain atau orang-
dalam cerpen. Jika tokoh cerpen adalah para pelaku di dalam cerpen,
tersebut.
4) Alur/ Plot Cerpen, alur atau plot adalah unsur intrinsik cerpen yang
Unsur ini sangat erat hubungannya dengan tokoh dalam sebuah cerita
pendek.
dalam cerpen. Dalam hal ini, penulis cerpen dapat berperan sebagai
di dalam cerpen.
atas:
2) Orientasi; pada bagian ini berkaitan dengan waktu, waktu, suasana dan
kerumitan.
mengarah pada puncak atau klimaks, bagaian ini sudah mulai muncul
6) Koda; bagiann koda berisikan amanat berupa nilai atau pelajaran yang
cerpen meliputi:
1) Kosakata; pilihan diksi yang benar dan sesuai menjadi penting sebagai
keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan poko isi
hal lain tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
hari. Bahasa tidak formal membuat cerita pendek terasa lebih nyata.
B. Kerangka Pikir
menulis cerpen dengan teknik parafrase puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah
1 Unismuh. Parafrase adalah perubahan bentuk puisi menjadi prosa (cerpen) yang
terdiri aras satu kalimat atau lebih, menggunakan kata-kata sendiri. Penggunaan
menjadi tiga bagian, yaitu prosa, puisi dan drama dalam penelitian ini difokuskan
(2008), yaitu (1) mengartikan kata yang sulit, (2) mengartikann kata yang sengaja
dihilangkan penulisnya, (3) menambah tanda baca, (4) menyusun dalam bentuk
kalimat yang membentuk parafgraph, dan (5) membaca teks secara kesuluruhan.
Cerpen
Teknik Parafrase
Kridalaksana (2008)
1. Mengartikan kata yang sulit
2. Mengartikan kata yang sengaja
dihilangkan penulisnya
3. Menambah tanda baca
4. Menyusun dalamm bentuk kalimat
yang membentuk paragraph
38
Hasil
temuan
C. Hipotesis Tindakan
jika teknik parafrase puisi digunakan dalam proses pembelajan menulis cerpen,
maka kemampuan menulis cerpen siswa dapat meningkat siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 1 Unismuh.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
seorang peneliti dalam penelitian untuk menyelesaikan suatu masalah yang sedang
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mampu menawarkan cara dan
40
dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa (Arikunto
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya nilai siswa dalam penulisan
diskusi calon peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan teknik parafrase puisi
ini:
Siklus I Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
Perencanaan
41
Siklus II
Refleksi Tindakan
Observasi
Siklus N
Gambar 3.1 : Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto dalam Herlina, 2016)
Siklus I
berikut.
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
pada siklus perencanaan. Siklus pertama ini, kegiatan belajar mengajar akan
e. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang tidak
dimengerti.
h. Setiap akhir pertemuan guru melakukan refleksi dari apa yang telah
3. Observasi
evaluasi. Observasi ini akan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
4. Refleksi
mengajar apabila hasil analisis Siklus I ada revisi dan kekurangan, maka
mencapai tujuan.
Siklus II
44
Siklus II adalah mengulangi kegiatan yang dilakukan pada Siklus II., akan tetapi
jika hasil tindakan pada siklus I ternyata masih belum berhasil maka akan
dilakukan perbaikan pada Siklus II. Siklus II juga memiliki empat tahap seperti
1. Data
Data merupakan suatau fakta atau angka yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi. Data dalam penelitian ini adalah segala fakta dan angka
2. Sumber Data
1. Observasi
2. Tes
45
3. Dokumentasi
menganalisis data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberi
pelajaran, sikap siswa terhadap metode belajar yang baru, aktifitas siswa ketika
perilaku siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dengan teknik parafrase yang
Data kuantitatif adalah data cara yang ditinju hanya dari pengunaan angka-
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil
mengetahui ketuntasan belajar dengan cara menganalisis data hasil tes dengan
kriteria ketuntasan belajar, presentase hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut
ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas jika telah mencapai skor 75 ke atas,
diperoleh siswa dengan jumlah skor maksimum kemudian dikalikan 100%, atau
R
S= ×100
N
Keterangan :
ketuntasan belajar dengan menggunakan teknik parafrase puisi pada siklus I dan
siklus II.
E. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Nurgiyantoro(2009).
Skor
Maksima Aspek Kriteria Indikator Skor
l
20 Isi Kesusaian cerita Sangat baik: tema 5
dengan tema dikembangkan secara
optimal, tidak ada kalimat
dan paragraf yang tidak
sesuai dengan tema, antara
kalimat dan paragraf
memiliki hubungan sebab
akibat yang dirangkai dengan
baik.
Baik: tema dikembangkan 4
secara optimal, ada sedikit
kalimat dan paragraf yang
tidak sesuai dengan tema,
ada sedikit kalimat dan
paragraf yang tidak memiliki
hubungansebab akibat.
Cukup: tema dikembangkan 3
secara terbatas, ada sedikit
kalimat dan paragraf yang
tidak sesuai dengan tema,
ada sedikit kalimat dan
paragraf yang tidak memiliki
hubungan
sebab akibat.
Kurang: tema 2
dikembangkan secara
terbatas, ada banyak kalimat
dan paragraf yang tidak
sesuai dengan tema, kalimat
dan paragraf banyak yang
tidak memiliki hubungan
sebab akibat.
Sangat kurang: tidak ada 1
pengembangan tema,
kalimat dan paragraf tidak
sesuai dengan tema,
kalimat dan
paragraf tidak memiliki
hubungan sebab akibat
Kreativitas Sangat baik: cerita 5
dalam dikembangkan dengan
mengembang- sangat kreatif, menarik, dan
49
yang disajikan
jelas dan logis
Cukup: cerita cukup mudah 3
dipahami, urutan peristiwa
yang disajikan cukup jelas
dan
cukup logis
Kurang: cerita kurang 2
mudah dipahami, urutan
peristiwa yang disajikan
kurang jelas dan
kurang logis
Sangat kurang: cerita tidak 1
mudah dipahami, urutan
peristiwa yang disajikan
tidak
jelas dan tidak logis
F. Indikator Keberhasilan
peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan teknik parafrase puisi pada siswa
kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar yang dapat dilihat jika siswa
yang sebelumnya belum mampu menulis cerpen dengan baik setelah penerapan
teknik tersebut kemampuan menulis siswa sudah dapat meningkat, dan apabila
adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan skor minimal 75 dari skor
ideal dan dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal 75% siswa sudah
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1 Unismuh Makassar kelas X yang berjumlah 27 orang. Hal ini dilakukan untuk
dilaksanakan melalui dua siklus dan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2x45
metode ceramah.
yaitu pertemuan pertama, dan pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2x45
keempat adalah refleksi, yaitu evaluasi dari pembelajaran dan pada tahapan ini
a. Perencanaan Tindakan
dapat berjalan dengan runtut, sistematis, dan terarah. Pada siklus I, peneliti
b. Pelaksanaan Tindakan
pada siklus perencanaan. Siklus pertama ini, kegiatan belajar mengajar akan
dilaksanakan.
dipelajari.
56
3) Guru memaparkan contoh kepada siswa atau konteks dari materi yang
akan dibahas
5) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang tidak
dimengerti
yang perlu dipahami oleh siswa untuk topik atau pokok pembahasan
yang dipelajari
9) Setiap akhir pertemuan guru melakukan refleksi dari apa yang telah
12) Guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan cara
c. Tahap Observasi
57
Jumlah 9 5
yang diamati guru dalam mengajar yang artinya aktivitas guru hanya
yang diamati siswa dalam mengajar yang artinya aktivitas belajar siswa
Organisasi
Jumla
Nama Isi Bahasa dan Nilai
No h
Siswa penyajian
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 SCM 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 24 48
2 AYYS 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 35 70
3 AK 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 39 78
4 AOU 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 31 62
5 BP 4 4 5 5 3 3 3 3 4 3 37 74
6 DFEF 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 37 74
7 FFA 5 5 5 5 4 3 4 3 3 3 40 80
8 IKA 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 35 70
9 MNY 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 34 68
10 MJI 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 35 70
11 MA 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 27 54
12 MFA 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 78
61
13 NNR 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 45 90
14 NAM 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 74
15 NK 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 40
16 NSY 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 39 78
17 R 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 37 72
18 SM 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 68
19 SANASL 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 36 72
20 SZN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 60
21 S 5 5 5 5 4 3 4 3 2 3 39 78
22 WFP 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 32 64
23 WM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 60
24 ZSAP 4 4 4 4 4 3 5 3 3 3 37 74
25 MMAF 4 5 5 5 5 3 5 4 4 4 42 84
26 AGAF 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 31 62
27 NFK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 60
Jumlah 938 1872
Rata-rata 69.3
Pedoman penilaian:
Nilai Kategori
0 – 50 Sangat Rendah
51 – 75 Rendah
76 – 80 Sedang
81 – 90 Tinggi
91 – 100 Sangat Tinggi
.
1. ≥ 75 7 25,92%
2. ≤ 75 20 74,07%
62
nilai diatas 75 masih rendah yaitu 25,92% dan masih banyak siswa
d. Refleksi
sehingga banyak siswa yang belum terlalu paham dan kurang serius dalam
dengan menggunakan teknik parafrase puisi. Bila ditijau dari hasilnya dapat
peneliti perlu melakukan Siklus II. Nilai rata-rata pada siklus I hanya 70
dengan jumlah siswa 26 orang pada penelitian ini tidak semua siswa hadir
pada saat pertemuan pertama. Terhitung hanya 26,92% siswa yang mampu
kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran masih banyak siswa yang
berada dalam keadaan kurang siap ataupun bisa dibilang tidak siap untuk
sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat diterima dengan
baik oleh siswa. Pada siklus I ini juga merupakan pertemuan pertama antara
observer, guru dengan siswa hal ini juga bias mempengaruhi siswa.
diharapkan guru dapat bersikap lebih tegas, agar siswa yang kurang
perhatian dalam perhatian dapat lebih tegas pada saat pembelajaran dan juga
a. Perencanaan
pada siklis I yang menjadi catatan penting pada siklus II ini adalah guru
b. Pelaksanaan
64
memparafrasekan puisi
prosa
65
sampai akhir
9 Guru mengevaluasi hasil belajar siswa √
siswa
11 Guru mengarahkan siswa untuk memparafrasekan √
hasil pembelajaran
14 Guru menutup pembelajaran √
Jumlah 13 1
Presentase 93% 7%
kriteria yang tidak mampu dilakukan oleh guru adalah guru tidak
guru dalam mengajar yang artinya aktivitas guru berada pada tingakatan
75%-100%.
.
1 Siswa membaca doa sebelum belajar √
2 Siswa menggunakan seragam √
3 Bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang √
dibahas
4 Berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan guru √
5 Mengerjakan tugas secara individu √
6 Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama √
7 Mampu mengartikan kata-kata dalam puisi dengan √
baik
8 Mampu menyusun kalimat dan membentuk paragraph √
9 Siswa memeriksa terlebih dahulu pekerjaan sebelum √
dikumpulkan
10 Menyimpulkan pembelajaran dengan baik √
Jumlah 10 0
Prsentase 100 0%
%
67
sampai pada 100% dan berada pada kualifikasi tingkat “Baik Sekali”
12 MFA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 100
13 NNR 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49 98
14 NAM 5 5 5 5 4 4 3 4 3 3 41 82
15 NK 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 36 72
16 NSY 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
17 R 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
18 SM 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 78
19 SANASL 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 36 72
20 SZN 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
21 S 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44 88
22 WFP 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39 78
23 WM 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 76
24 ZSAP 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44 88
25 MMAF 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48 96
26 AGAF 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38 76
27 NFK 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38 76
Jumlah 1123 2246
Rata-rata 83.18519
Pedoman penilaian:
Nilai Kategori
0 – 50 Sangat Rendah
51 – 75 Rendah
76 – 80 Sedang
81 – 90 Tinggi
91 – 100 Sangat Tinggi
berikut:
.
1. ≥ 75 24 92,59%
2. ≤ 75 2 7,4%
nilai di atas 75 dan berada diatas nilai standar berada pada tingkat
d. Refleksi
aktivitas dan hasil tes belajar siswa ternyata telah mengalami peningkatan
Hal ini terlihat pada nilai siswa yang terlihat meningkat ketika mengikuti
menulis cerpen. Guru juga memberikan perhatian yang cukup kepada siswa
B. Pembahasan
70
Penelitian ini didasarkan pada dua siklus yang pelaksanaan tiap siklus terdiri
dari empat langkah yaitu perencanaan, observasi, pelaksanaan dan evaluasi dan
refleksi. Hasil dari penelitian ini mencapai hasil yang baik, peningkatan
1. Siklus I
tidak sesuai dengan tema, kalimat dan paragraph banyak yang tidak
skor “3” pada aspek penulisan isi cerpen terkait unsur intrinsik cerpen
ada sedikit kalimat dan paragraph yang ttidak memiliki hubungan sebab-
akibat. 4 atau 14,81% siswa dari 27 siswa yang mendapatkan skor “4”
pada aspek penulisan isi terkait unsur intrinsik cerpen dengann indikator
dan paragraph yang tidak sesuai dengan tema, ada kalimat dan paragraph
yang tidak memiliki hubungan sebab akibat dan ada 11 atau 40,74% siswa
yang mendapatkan skor “5” dengan indikator sangat baik artinya tema
71
penyajian akhir cerita menarik, isi cerita yang disajiakan sangat sesuai
siklus I masih banyak siswa yang kurang dalam penulisan cerpen, pertama
dari guru yang juga masih baru dengan teknik parafrase, sehingga
penyampaiannya kepada siswa pun masih kurang dan hal ini pun
berpengaruh kepada siswa. Siswa tidak menerima materi dengan baik dan
lengkap, urutan cerita yang disajikan kurang padu, dan struktur cerita
kurang jelas dan kurang dipahami. ada 15 atau 55,55% siswa yang
disajikan dengan jelas, tapi kurang lengkap, urutan cerita yang disajikam
cukup padu dan cukup mudah dipahami , urutan peristiwa yang disajikan
pun cukup jelas dan logis. 8 atau 29,62% siswa mendapatkan skor “4”
dengan kriteria baik artinya semua unsur disajikan dengaan jelas dan
cukup menarik, dan juga cerita mudah dipahami dan terdapat 1 atau
3,7% siswa yang mendapatkan skor “5” dengann kriteria baik sekali
serasi dan menarik, semua unsur disajikan dengan jelas, lengkap, dan
daripada guru yang belum terlalu menguasai teknik ini adalah sesuai
untuk mengartikan puisi yang akan diparafrasekan, dan juga guru tidak
tidak mampu menyusun cerpen dengan baik, hal ini pun ikut berpengaruh
cerpen.
c. Aspek Kebahasaan
kurang artinya pemilihan kata tidak tepat dan kurang sesuai dengan tema,
cukup tepat dan cukup sesuai dengan tema dan struktur kalimat tersusun
dengan baik. 13 atau 48,14% siswa mendapatkan skor “4” dengan kriteria
baik artinya pemilihan kata tepat, sesuai dengan tema, struktur dan
penyusunan kalimat baik dan tepat. dan terdapat 3 atau 11,11% siswa
yang mendapatkan skor “5” dengan kriteria baik sekali artinya pemilihan
kata sangaat tepat dan sangat sesuai dengan tema, struktur kalimat sangat
baik dan sangat tepat, antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
2. Siklus II
atau 51,85% siswa dari 27 siswa yang mendapatkan skor “4” pada aspek
paragraph yang tidak sesuai dengan tema, ada kalimat dan paragraph
yang tidak memiliki hubungan sebab akibat dan ada 10 atau 37,03%
siswa yang mendapatkan skor “5” dengan indikator sangat baik artinya
74
kreatif, penyajian akhir cerita menarik, isi cerita yang disajiakan sangat
yang memiliki skor kurang pada penulisan isi tidak adalagi, ini karena
dipaparkan oleh guru. Penulisan unsur intrinsik seperti tema tidak sulit
bagi siswa, alur cerita pada cerpen menjadi lebih jelas dan teratah.
siswa yang mendapatkan skor “3” dengan kriteria cukup artinya unsur
yang disajikan dengan jelas, tapi kurang lengkap, urutan cerita yang
disajikam cukup padu dan cukup mudah dipahami , urutan peristiwa yang
disajikan pun cukup jelas dan logis. 16 atau 59,25% siswa mendapatkan
skor “4” dengan kriteria baik artinya semua unsur disajikan dengaan jelas
yang cukup menarik, dan juga cerita mudah dipahami dan terdapat 4
atau 14,81% siswa yang mendapatkan skor “5” dengann kriteria baik
yang serasi dan menarik, semua unsur disajikan dengan jelas, lengkap,
mendapatkan skor “3” ada sepulus orang, namun pada siklus ke II siswa
yang mendapatkan skor “3” tinggal 3 orang dan tidak ada lagi siswa yang
“5” jumlah siswa di siklus I ada 3 orang pada siklus II menjadi 5 orang.
c. Aspek Kebahasaan
dan penyajian cerpen dari 27 siswa terdapat 3 atau 11,11% siswa yang
cukup tepat dan cukup sesuai dengan tema dan struktur kalimat tersusun
dengan baik. 18 atau 66,66% siswa mendapatkan skor “4” dengan kriteria
baik artinya pemilihan kata tepat, sesuai dengan tema, struktur dan
penyusunan kalimat baik dan tepat. dan terdapat 5 atau 18,51% siswa
yang mendapatkan skor “5” dengan kriteria baik sekali artinya pemilihan
kata sangaat tepat dan sangat sesuai dengan tema, struktur kalimat sangat
baik dan sangat tepat, antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
76
ikut meningkat, pada siklus I terdapat 15 siswa yang memiliki skor “3”
sudah tidak ada siswa yang miemiliki skor “2” yang berada pada kategori
kurang. Siswa yang mndapatkan skor “4” pada siklus II juga meningkat
59,25% dan siswa yang mendapat skor “5” di siklus II bertambah dari 1
BAB V
A. SIMPULAN
Makassar dengan teknik parafrase puisi mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat pada hasil tes pada siklus I presentase ketuntasan adalah 29% dengan 8
siswa yang memiliki nilai di atas 75 kategori “ Kurang Sekali”, sedangkan pada
B. SARAN
78
Bahasa Indonesia, ada beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan dalam mata
2. Bagi guru diharapkan agar dapat lebih kreatif dalam proses kelas, salah
DAFTAR PUSTAKA
Budiasa. 2009. Acuan Menu Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada
Pendidikan anak.
80
Fatin, Idhoofiyatul dan Mahabbatul Camalia. 2017. Big Book Bahasa Indonesia
SMP/MTs. Jakarta: Media Imprint Kawan Pustaka.
Gunawan, Cakti Indra. 2017. Pedoman dan Strategi Menulis Buku Ajar dan
Referensi bagi Dosen. Malang: IRDH (Research & Publishing).
Sehartian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Akademik. Jakarta:
Bineka Cipta.