Anda di halaman 1dari 81

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan tolok ukur kemajuan suatu negara dan setiap bangsa

tentu ini memajukan bangsa dan negaranya. Pendidikan menjadi salah satu tujuan

utama bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini tercantum

dalam undang-undang alinea ke-IV. Hal yang hendaknya diperhatikan oleh

pemerintah seharusnya adalah pendidikan di Indonesia yang merupakan bagian

penting dalam pembangunan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja

dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sahertian, 2000:108).

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta

jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan

menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Ki Hajar

Dewantara dalam Neolaka dan Grace, 2015:11). Pendidikan bertujuan untuk

membentuk sikap, sifat dan karakter dari seorang individu agar dapat berterima

dalam lingkungannya disamping itu lingkungan juga dapat menjadi pengaruh

besar bagi individu, Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu

untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan prilaku,

pikiran dan sifatnya(Thompson dalam Neolaka dan Grace, 2015:11).

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan bagian dari

Kurikulum 2013 sebagai pembelajaran bahasa bertujuan agar seseorang mampu

berbahasa dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi. Sementara itu,

pembelajaran sastra yang biasanya dipandang sebelah mata, sehingga kualitas

1
2

proses pembelajaran kurang begitu diperhatikan guru atau penyelenggara

pendidikan lainnya sehingga siswa pun menganggap sama dan hasilnya pun

kurang sesuai dengan harapan. Tanpa disadari sebenarnya pembelajaran sastra

memiliki begitu banyak muatan didalamnya. Pembelajaran sastra mampu

membuat siswa berpikir lebih kreatif dan inovatif, seharusnya, pembelajaran

sastra dapat dijadikan sebagai media untuk memicu kereativitas-kreativitas baru

bagi siswa, disamping itu sastra juga mampu membuat seseorang lebih merasakan

dan meresapi keadaan di lingkungan sekitarnya. Kombinasi kedua hal ini dalam

pembelajaran akan menciptakann suasana pembelajaran yang lebih

menyenangkan sehingga memudahakan untuk mencapai hasil belajar yang

memenuhi standar yang berlaku.

Keterampilan berbahasa memiliki empat bagian penting yang saling

berkaitan satu sama lain, menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan

menulis adalah keempat bagian dari keterampilan berbahasa. Menulis merupakan

salah satu bagian dari keterampilan berbahasa dan bersastra yang sifatnya sangat

kompleks sebagai bentuk kegiatan yang produktif dari keempat keterampilan

berbahasa untuk bisa menulis seseorang terlebih dahulu harus mampu menguasai

ketiga keterampilan berbahasa yaitu: menyimak/mendengarkan, bicara dan

membaca sebagai pendukung sebelum menulis. Keterampilan menulis adalah

suatu keterampilan berbahasa yang diperoleh melalui proses praktik dan latihan

secara teratur (Tarigan dalam Herlina, 2016:12). Keterampilan menulis harus

dilaksanakan dengan praktik agar bisa menulis dengan baik selain itu harus ada

latihan teratur yang dilakuakan sebelum mulai menulis.


3

Keterampilan berbahasa yang menjadi penunjang dari kegiatan menulis

adalah membaca. Membaca adalah suatu kegiatan atau proses koognitif yang

berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan

(Dalman dalam Meliyawati, 2016:50). Membaca sebagai bentuk kegiatan awal

untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang selanjutnya akan diolah

menjadi sebuah tulisan. Cerpen sebagai salah satu karya sastra prosa yang biasa

ditulis oleh seseorang sebagai bentuk ungkapan perasaan. namun, tidak jarang

pula seseorang menuliskan sebuah cerpen sebagai bentuk imajinasi penulisnya.

Cerpen atau cerita pendek sebagai bentuk prosa naratif fiktif yang terbilang

singkat dan padat yang langsung pada tujuan penulisannya tidak menceritakan

kisah yang panjang seperti novel. Penulisan cerpen biasanya menggunakan kata

kurang dari 10.000 kata disamping itu penulisan cerpen juga hanya berfokus pada

satu tokoh saja hingga akhir cerita. Pembelajaran dalam kelas terkait dengan

pembelajaran menulis cerpen biasanya menggunakan media sugesti imajinasi

untuk menulis cerpen, bagi peneliti teknik ini sudah sering digunakan oleh guru

dalam menulis cerpen oleh karena, itu penting untuk menggunakan cara atau

teknik yang berbeda dalam pembelajaran guna meningkatkan kualitas belajar

siswa. Penggunaan teknik parafrasae puisi ke cerpen merupakan salah satu teknik

yang dapat dijadikan alterfnatif untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen

siswa, daklam penelitian ini guru menggunakan metode ceramah dan diskusi

dalam pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas X

SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar ditemukan beberapa orang siswa


4

yang kurang mampui menuliskan cerpen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

pertama dari guru yang terkadang kurang menguasai teknik pembelajaran yang

hendak digunakan untuk menulis sebuah cerpen, jumlah siswa yang cukup banyak

juga membuat guru kewalahan untuk memberikan pendampingan yang merata,

beberapa siswa juga kadang tidak memerhatikan dengan baik pembelajaran yang

sedang berlangsung hal ini berdampak pada proses pembelajaran didalam kelas

menjadi kurang efisien dan tidak berjalan sebagai mana mestinya. Hal tersebut

kemudian berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang dalam menulis cerpen,

hasil observasi awal menunjukkan bahwa dari 27 orang siswa terdapat 11,2% atau

3 siswa yang masih kurang mampu dalam menuntaskan isi cerita dengan baik,

18,5% atau 5 siswa yang tidak dapat mengembangkan tema yang dipilih dan

kurang dalam mengembangkan diksi, beberapa siswa juga belum bisa

mengerjakan tugas secara mandiri terdapat 14,8% atau 4 dari 27 siswa yang

kadang masa bodoh dengan pembelajaran dan hanya menyalin pekerjaan

temannya hanya menngubah tokoh yang ada didalam cerpen. Berikut ini contoh

kutipan cerpen dari salah satu siswa yang masih kesulitan dalam penulisan unsur

intrinsik cerpen dan struktur teks cerpen:

Masa Lalu
Kuingat masalaluku, masa dimana aku di
Pertemukan seseorang yang sangat aku cintai
Kami menjalani hari dengan penuh semangat
Sehingga suatu hari takdir berkata perpisahan
Mau tidak mau kami harus berpisah, tapi itu
Bukan halangaan bagi kami untuk saling
Mencintai, walau kami jauh tapi hati kami dekat.
5

Penulisan cerpen oleh siswa diatas masih kurang, struktur teks cerpen tidak

lengkap hanya menggambarkan abstrak cerita, tapi tidak terdapat struktur

selanjutnya. Terlihat pada bagian awal cerita menggambarkan alur mundur,

namun cerita tidak rampung penulis hanya menceritakan gambaran awal sehingga

alurnya menjadi stakmat tidak ada penyelesaian cerita, begitupun tema cerita

yang tidak konsisten jika dibaca sekilas cerita yang dituliskan bisa bertema

perpisahan, namun tema juga bisa jadi masalalu. Tema adalah gagasan utama

atau ide pikiran yang melatar belakangi suatu cerita pendek, sedangkan

berdasarkan dari observasi awal pada tahap prasiklus siswa lebih banyak yang

kurang dalam menentukan ataupun mengembangkan tema oleh karena itu

diperlukan teknik pembelajaran dalam menuliskan cerpen yang mampu

mempermudah siswa agar mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen

siswa. Alasan lain peneliti memilih teknik ini karena pengunaan teknik ini

masih jarang digunakan dan belum pernah digunakan di SMA Muhammadiyah 1

Unismuh Makassar Parafrase puisi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk

menuliskan cerpen yang dapat mempermudah penulisnya. Parafrase adalah

menuliskan ide atau gagasan orang lain dengan menggunakan kata-katanya

sendiri, tanpa merubah arti dari ide gagasan tulisan dengan tetap menyebutkan

sumbernya (Gunawan, 2017:79).

Penggunaan teknik parafrase puisi merupakan salah satu teknik yang dapat

digunakan untuk menulis cerpen. Parafrase puisi adalah mengubah bentuk puisi

menjadi sebuah prosa tanpa menghilangkan unsur-unsur yang terdapat

didalamnya. Penggunaan teknik ini digunakan karena peneliti dan guru yakin
6

teknik ini mampu mempermudah siswa dalam mengembangkan dan menulis

sebuah cerpen. Parafrase puisi artinya mengubah puisi menjadi bentuk prosa yang

tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut (Ayulinda

dalam Usman, 2015:172). Parafrase puisi terbagi dua, yaitu: 1) parafrase terikat,

dan 2) parafrase bebas. Parafrase terikat sesuai dengaan namanya parafrase

terikat yang artinya proses memparafrasekan puisi tanpa menghilangkan kata kata

sebelumnya atau mewajibkan untuk memakai kata-kata asli dalam karya sastra

rujukan dan ditambahkan dengan kata kata lain guna membangun karya yang baru

akan tetapi makna dan kandunganya masih sama dari sastra sebelumnya.

Sedangkan, parafrase bebas adalah prafrase yang tidak terikat dengan kata-kata

pada sastra sebelumnya atau parafrase yang tidak wajib untuk memakai kata-kata

asli yang terdapat pada karya sastra sebelumnya, akan tetapi makna dan

kandungan didalamnya tetap sama dengan sebelumnya.

Penulisan cerpen menggunakan teknik parafrase puisi akan memudahkan

siswa dalam menulis cerpen karena pada sudah ada yang menjadi bahan alur

cerita yang dikembangkan sehinggah mempermudah siswa. Pengembangan

keterampilan menulis cerpen menggunakan teknik parafrase puisiakan

memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran pada aspek menulis dan

peningkatan kemampuan menulis siswa dapat mencapai standar.

Berdasar pada hal tersebut peneliti pun mengangkat judul “Peningkatan

Kemanpuan Memparafrasekan Puisi ke Cerpen Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh”.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu: Bagaimana peningkatan kemampuam menulis cerpen siswa kelas X

SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dengan teknik parafrase puisi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan

penelitian ini yaitu: Mendeskripsikan peningkatan kemampuan memparafrasekan

puisi ke cerpen Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat, baik manfaat secara praktis maupun secara

teoritis.Adapun manfaat praktis penilitian ini yaitu berguna bagi siswa, guru,

maupun sekolah.

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

menulis dan kreatifitas dalam menulis dan menulis cerpen.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam

pembelajaran menulis khususnya bagi guru bahasa dan sastra Indonesia di

SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar

3. Bagi sekolah, adapun maanfaaat penelitian ini bagi sekolah dapat dijadikan

sebagai bahan untuk peningkatan kualitas menulis cerpen di SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

4. Bagi pembaca, diharapkan bisa menjadi inspirasi aatau rujukan untuk

melakukan penelitian selanjutnya.


8

Adapun manfaat teoretis yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menanbah khazanah ilmu

pengetahuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan arsip perpustakaan dan

dapat dijadikan referensi pembelajaran menulis cerpen Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuih.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Relevan

Penelitian relevan merupakan suatu bentuk penelitian yang sebelumnya

sudah dilakukan ataupun sudah dibuat dan dianggap cukup

relevan/mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan diteliti

yang berguna untuk menghindaari terjadinya pengulangan penelitian dengan

pokok permasalahan yang sama. Penelitian relevan juga bermakna berbagai

referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan saat ini.

Adapun penelitian ini membahas mengenai “Peningkatan Kemampuan

Menulis Cerpen dengan Teknik Parafrase Puisi Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh”, berdasarkan hasil eksplorasi peneliti

ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan peneelitian ini.

Penelitian relevan yang pertama yang pernah dilakukan oleh Abdi

Rahman “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik

Partisipatif Siswa Kelas VII MTs Al Khitab Al Islamy kota Makasar”. Hasil

penelitian ini mendapatkan analisi data dari 24 siswa yang menjadi subjek

penelitian dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes menulis

cerita pendek pada siklus I mencapai nilai rata-rata 64,33 dari jumlah

keseluruhan siswa atau berada dalam kategori rendah dengan rentang nilai 55

sampai 64, sedangkan hasil tes pada siklus II mencapai nilai rata-rata 78,66
10

dari jumlah keseluruhan siswa ddalam satu kelas berada pada kategori tinggi

dengan rentang nilai 75.

Herlina Siti Nurhayati pada tahun 2016 dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Teknik Parafrase pada Siswa Kelas

X SMK Batik Derbaik Purwerojo”. Hasil penelitian ini mendapatkan

kesimpulan terjadi peningkatan keterampilan menulis puisi pada setiap

siklusnya pada tahap prasiklus, dari 34 siswa hanya terdapat 6 siswa yang

berhasil mencapai nilai KKM dan rata-rata kelas adalah 68,69. Pada siklus I,

dari 34 siswa rata rata sudah memenuhi KKM dan rata-rata adalah 74,28

sedangkan siklus II. Dari 34 siswa semua berhasil mencapai KKM dan nilai

rata-rata 82,04. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa

teknik parafrase dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa.

Penelitian ini memiliki kesamaan pada variabel bebasnya yaitu teknik

parafrase, sedangkan variabel terikat yang digunakan itu berbeda. Penelitian

oleh Herlina dengan veriabel terikat menulis puisi sedangkan penelitian oleh

calon peneliti ini adalah menulis cerpen.

Penelitian relevan yang selanjutnya penelitian Dewi Ika Fitriyana pada

tahun 2011 dalam skripsinya “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen

Melalui Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas

X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga” hasil penelitian ini menunjukkan

adannya kemajuan dari prasiklus ke siklus I yaitu nilai rata-rata siswa 61,44

menjadi 70,31 pada siklus I dan selanjutnya pada siklus II dengan nilai rata-

rata 83,81. Kesimpulan pada penelitian ini adalah penggunaan media berita
11

dengan metode terbimbing dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen

siswa. Penelitian oleh Dewi Ika memiliki kesamaan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh calon peneliti,meneliti mengenai peningkatan

keterampilan menulis cerpen, variabel terikat yang digunakan adalah menulis

cerpen, sedangakan variabel bebas yang digunakan itu berbeda. Penelitian

oleh Dewi Ika menggunakan media berita dengan latihan terbimbing sebagai

variabel bebas dan calon peneliti menggunakan teknik parafrase sebagai

variabel terikat.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

sebelumnya penelitian tentang penggunaan teknik parafrasa dan penelitian

tentang penulisan cerpen dengan metode yang berbeda sudah pernah

dilakukan dan penelitian tersebut dapat memberikan peningkatan, sedangkan

pada penelitian ini akan meneliti tentang “Peningkatan Kemampuan Menulis

Cerpen dengan Teknik Parafrase Puisi Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah

1 Unismuh ”.

2. Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran merupakan serangkaian proses yang dilakukan oleh guru

agar siswa belajar. Dikutip dalam laman Wikipedia, menyebutkan bahwa

pembelajaran adalah proses intraksi peserta didik dan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan kotribusi

yang diberikan oleh guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, pengusaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan kepada siswa. Melihat dari sudut pandang siswa, pembelajaran


12

adalah proses yang berisi seperangkat aktivitas yang dilakukan siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Abidin, 2012:3). Proses pembelajaran harus

dirancang dengan sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan lancar dan tujuan pembelajaraan dapat tercapai.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa

pembelajaran adalah “proses intraksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” hal ini bermakna bahwa dalam

pembelajaran harus terdapat intaksi antara siswa dengan guru dalam satu

lingkup pembelajaran.

Mengolah kata pembelajaran mengantarkan kita pada defenisi, bahwa

guru hendaknya melaksanakan berbagai langkah kegiatan, salah satunya

adalah merancang pem,elajaran dengan perencanaan pembelajaran yang

disusun agar dapat memenuhi pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran

memiliki arti yang hamper sama dengan pengajaran, namun memiliki

konotasi yang berbeda dalam konteks pendidikan guru memiliki tugas

mengajar peserta didik agar belajar dengan baik dan menguasai suatu objek,

yaitu: aspek koognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pembelajaran adalah proses untuk membanntu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik atau dapat dikatakan usaha sadar dari guru untuk

membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa yang belajar. Proses pembelajaran pada awalnya mengharuskan guru

untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi

kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademis, dan lain


13

sebagainya. Kesiapan guru mengenali siswanya merupakan modal utama

yang sangat penting dalam penyampaian bahan belajar dan menjadi indicator

suksesnya pelaksanaan sebuah pembelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salaah satu materi pelajaran

yang sangat berperan penting di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa

indonesia adalah agar siswa lebih mahir dalam berbahasa Indonesia yang baik

dan benar serta dapat menghayati bahsa dan sastra Indonesia sesuai dengan

situasi dan tujuan berbahaa serta tingkat pengalaman siswa. Tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan

kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan kebutuhan, dan

mitranya, sedangkan bagi guru adalaah untuk mengembangkan potensi

bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan sesuai dengan kondidi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa

BSNP (2006:317).

Selain itu, tujuan umum pembelajaran sebuah bahasa adalah memiliki

peran sentral dalam perkembangan intelektual, social, dan emosional peserta

didikdan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

bidang studi. Pembelajaran bahasa memungkinkan manusia untuk saling

berkomunikasi, saling berbaagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan

untuuk meningkatkan kemampuann intelektual dan kesusatraan merupakan

salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah diharapkan membantu siswa mengenal dirinya,

budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan


14

dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan meenemukan serta

menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik itu secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Abidin,2012:4).

Pembelajaran bahasa tekait empat keterampilan berbahasa, yaitu

keterampilan menyimak/mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan

membaca dan keterampilan menulis.

a. Keterampilan Mendengarkan/ Menyimak (Listening Skills)

Menyimak adalah menyimak merupakan salah satu jenis

keterampilan berbahasa ragam bahasa lisan yang bersifat reseptif.

Menyimak bukan hanya sekedar kegiataan mendengarkan akan tetapi juga

dituntut untuk memahami apa yang disimak. Menyimak adalah suatu

proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan denganpenuh

perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memeroleh

informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi

yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran aatau bahasa lisan

(Tarigan dalam Munirah, 2018:87), Berdasarkan pendapat tersebut

menyimak merupakan proses yang melibaatkan indera pendengaraan,

dilakukan dengan penuh konsentrasi, dengan tujuan memperoleh,

menangkap dan memahami maksud komunikasi lisan yang dilaakukan

oleh pembicara.
15

Tarigan (2008:11) membagi jenis menyimak dalam dua macam,

yaitu menyimak ekstensif dan intensif.

1) Menyimak ekstensif, menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkaan

siaraan radio, televisi, percakapan orang di lingkungan sekitar, khotbah

di masjid, dan sebagainya. Adapun beberapa jenis kegiatan menyimak

ekstensif, yaitu:

a) Menyimak sosial, menyimak sosial adalah proses menyimak yang

dilakukan olejh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di

pasar, terminal, kantor, sekolah, kampus, dan sebagainya. Proses

menyimak ini lebih menekankaan pada kegiatan-kegiatan sosial

yang memerhatikan unsur kesopanan dan kesantunaan.

b) Menyimak sekunder, menyimak sekunder adalah proses menyimak

yang terjadi secara kebetulaan. Misalnya, ketika seseorang sedang

mengerjakan tugas di warkop kemudian tidaak sengaja

mendengarkan ucapaan orang di samping mejanya. Suara tersebut

sempat didengarkan oleh pelajar, namun tidak terpengaruhi oleh

suara tersebut.

c) Menyimak estetika, menyimak estetik aatau menyimak apresiatif

adalah kegiataan menyimak untuk menikmati atau menghayati

sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaaan sebuahh puisi.

d) Menyimak pasif, menyimak pasif adalah menyimaak suatu

bahasan taanpa upaya sadar. Misalnyaa, dalaamm kehidupan


16

sehari-hari, seseorang mendengarkan baahasa daerah maka setelah

beberapa tahun orang tersebut akan pasih menggunakan bahasa

tersebut.

2) Menyimak intensif, menyimak intensif merupakann kegiataan

menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengann

tingkat konsentrassi yang tinggi untuk menangkap makna yang

dikehendaki. Adapun beberapa jenis menyimak intensif, yaitu:

a) Menyimak kritis, menyimak kritis merupakan kegiatan menyimak

yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan

penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan

kelebihan serta kekurangannya.

b) Menyimak konsentratif, menyimak konsentratif merupakan

kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk

memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang

disimak.

c) Menyimak eksploratif ialah kegiatan yang dilakukan dengan

penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru.

d) Menyimak kreatif, menyimaak krreatif ialah kegiatan menyimak

yang bertujuaan untuk mengembangkan daya imajinasi dan

kreativitas pembelajar.

e) Menyimak intogatif, menyimak introgatif adalah kegiatan

menyimak yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan


17

cara mengajuakan pertanyaan-pertanyaan yang diaraahkan kepada

pemeroleh informasi tersebut.

f) Menyimak selektif, menyimak selektif ialah kegiatann menyimak

yang dilakukan secara selektif dan terfokus mengenal, bunyi-buny

asing, nadaa dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata, frasa,

kalimaat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajarinya.

b. Keterampilaan Berbicara(Speaking Skills)

Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbicara ragam

lisan yang bersifat produktif, sehubungan dengan keterampilan berbicara

ada tiga jenis situasi bicara, yaitu interaktif, seminteraktif, dan

noninteraktif.

Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap

muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian

antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta

klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara

memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.Kemudian, ada pula situasi

berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum

secara langsung dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan

interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi

pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.Beberapa situasi

berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya

berpidato melalui radio atau televisi.

c. Keterampilan Membaca (Reading Skills)


18

Membaca merupakan proses membuka jendela dunia, membaca akan

mengantarkan kita dalam pengetahuaan pengetahuan baru. Membaca

merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang

bersifat reseftif. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan

dalam Munirah, 2018:139). Keterampilan membaca dapat dikembangkan

secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan

berbicara.Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah

berkembang sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara

terintegrasi dengan keterampilan menyimak.

d. Keterampilan Menulis(Written Skills)

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahsa ragam

tulis yang bersifat produktif.Menulis dapat dikatakan sebagaai

keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara semua jenis

keterampilan berbahasa lainya.Hal ini karena dalaam menulis tidak hanya

sekedar menyalin kata-kata, kalimat-kalimat, melainkan juga

mengembangkan dan menungkan pikiraan-pikiran dalam suatu struktur

tulisan yang terstruktur. Menurut Abbas (2006:125), keterampilan menulis

adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan

kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis.

Nurgiyantoro (2001:273) mengemukakan menulis adalah aktivitas

mengungkapkan gagasan melalui media bahasa.Menulis merupakan


19

bagian dari bentuk ekspresi diri.Keterampilan menulis sebagai bentuk

ekspresif mengharuskan penulis hendaknya meniliki kemampuan dalam

menggunakan kosakata, tatatulis dan struktur bahasa.

Menurut Suparno dan Yunus (2008:15) menulis adalah kegiatan

menyampaikan pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai medianya. Secara umum menulis merupakan sarana untuk

menuangkan perasaan penulis dalam bentuk bahasa tulisan dengan pesan

yang ingin disampaikan kepada pembaca.Adapun tujuan daripada menulis

adalah untuk menyampaikan atau memberitahukan, meyakinkan atau

memengaruhi, menceritakan, dan terkadang penulis ingin menggambar

sesuatu kepada pembaca.

3. Puisi

a. Pengertian Puisi

Puisi memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang. Puisi yang

sampai ssaat ini belum memiliki arti yang berlaku secara universal,

belum ada seseorang yang mampu memberikan pengertian jawaban yang

tepat dan lengkap tentang apa arti dari puisi itu. Satu bentuk khas dari

puisi yang paling sering kita dengar adalah bahwa puisi senantiasa

menggunakan kata-kata yang indah.Pengungkapan ide, gagasan dalam

puisi dengan bahasa yang padat dan hal ini yang menjadi pembeda antara

puisi dan prosa.Sehingga dapat di artikan bahwa puisi merupakan bentuk

percakapan dengan bahasa yang padat. Sehubungan dengan hal tersebut

maka berikut akan ditemui beberapa pendapat mengenai pengertian puisi.


20

Puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional

dengan mempertimbangkan efek keindahan (Herbert dalam Ismail

Kusmayadi, 2007:65). Puisi juga berarti ungkapan pikiran yang bersifat

musical (Thomas Carlyle dalam Ismail Kusmayadi, 2007:65),

sehubungan dengan yang disampaikan oleh Thomas, Dunton dalam

Ismail (2007:65), mengatakan bahwa puisi adalah pikiran manusia

secara konkret dan artistik dalam bahasa serta berirama(seperti musik).

Puisi mengekspresikan pikiran yang membangkitkan perasaan yang

menyusun imajinasi yang merangsang panca indera dalam susunan yang

berirama.

Pernyataaan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkam

adalah bentuk lain dari puisi. Perasaan dan pikiran penyair yang masih

abstrak dikongkretkan. Puisi merupakan sarana untuk mengongkretkan

peristiwa-peristiwa yang telah direkaam di dalam pikiran dan perasaan

penyair. Pengongkretan intuisi melalui kata-kata itu dilakukan dengan

perinsip efisien mungkin.Puisi merupakan karya yang

kompleks.Pengertiaan puisi di atas sangat individual, yaitu berfokus pada

pengalaman pengarang. Meskipun demikian pengalaman pengarang bisa

saja merupakan pengalaman orang lain yang di tuangkan dalam

tulisannya menggunakan unsur emosional pengarang.

b. Anatomi Puisi
21

Sama halnya dengan karya sastra yang lainnya puisi juga

memmiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik yang menjadi unsur

pembangunnya. Berikut adalah unsur intrinsik puisi:

1) Unsur Interinsik

Unsur intrinsik ialah pemahaman unsur-unsur yang membangun

puisi dari dalam. Unsur-unsur intrinsik tersebut meliputi (1) bunyi, (2)

diksi, (3) bahasa kias, (4) citraan, (5) sarana retorika, (6) bentuk

visual, (7) makna, (8) tema, dan (9) amanat (Fatin dan Camalia, 2017).

a) Bunyi

Bunyi adalalah suara dalam puisi, contohnya pengulangan bunyi

akhir baris atau pengulangan bnyi pada kata-kata di sebuah baris yang

indah dan sesuai jika dibaca, didengar atau dirasakan.

Contoh:

Berakit-rakit kita ke hulu


Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

b) Diksi

Diksi adalah pilihan kata untuk mengekspresikan gejolak

perasaan dalam diri penyair.

c) Bahasa Kias

Penggunaan bahasa kias dilakukan penyair jika ingin

memberikan perumpamaan dalam puisinya. Pemakaian kata-kata kias

dalam puisi bisa dilakukan dengan menggunakan majas. Pemakaian

kata-kata yang bermakna lugas menunjukkan kepolosan, kewajaran,


22

dan bahkan pemakaian bahasa keseharian sudah mewarnai puisi

sekarang ini.

d) Citraan

Citraan adalah susunan kata yang mampu memperjelas

pengungkapan pancaindra dari pembaca. Melalui citraan atau bisa

juga di sebut sebagai pengimajian apa yang di gambarkan penulis

seolah olah dapat dilihat (citraan penglihatan), didengar (citraan

pendengaran), dicium (citraan penciuman), gerak (citraan kinestik),

diraba (citraan perabaan), dan dikecap (citraan pengecapan).

e) Sarana Retorika

Sarana retorika merupakan cara yang digunakan penyair untuk

membuat puisinya dapat lebih dihayati oleh pembaca.

f) Bentuk visual

Bentuk visual puisi merupaka gambaran puisi, seperti bentuk ari

puisi, penggunaan tanda baca, kosakata, dan hubungan antar larik.

g) Makna

Makna merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan

yang dibahas dalam puisi.Sebagai sastra fiksi, puisi memiliki tema

dan amanat.Makna yang tersirat dari sebuah puisi ada dua macam

yaitu makna kias (makna konotatif) dan makna keseluruhan (makna

utuh). Isi puisi yang disajikan penyair dalam teks puisinya tersirat

ataupun tersurat pesan, ide atau gagasan yang ingin dikomunikasikan


23

penyair pada pembaca.Hal ini didasarkan atas prinsip bahwa sebuah

puisi itu mengandung keseluruhan yang bulat.

h) Tema

Tema merupakan ide pokok yang menjiwai keseluruhan isi puisi

yang mencerminkan persoalan kehidupan manusia, alam sekitar dan

dunia metafisis, yang diangkat penyair dari objek seninya.Tema ini

merupakan sumber dari gagasan teknik pokok (utama) puisi.Tema

adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan pengarang atau penyair

kepada pembaca.

i) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang atau

penyair kepada pembacanya.Amanat adalah suatu gagasan yang

mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikann pengarang

kepada pembaca dan pendengar (Siswanto, 2008:142).

2) Unsur Ekstrinsik

Objek pembicaraan ekstrinsik ialah hal-hal yang tidak berhubungan

dengan karya puisi tersebut. Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur pada

penyair yang berhubungan langsung dengan puisi. Artinya unsur

ekstrinsik adalah unsur luar puisi. Adapun unsur ekstrinsik puisi antara

lain adalah sebagai berikut:

(a) Keadaan sosial penyair

(b) Lingkungan penyair

(c) Profesi penyair


24

(d) Pengalaman penyair

(e) Kondisi ekonomi penyair

(f) Peran penyair dalam masyarakat

c. Jenis-jenis Puisi

1) Puisi Lama

Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan.

Aturan puisi lama seperti jumlah kata yang terdapat dalam 1 baris, jumlah

baris yang terdapat dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata

pada tiap baris, dan irama. Adapun ciri-ciri puisi sebagai berikut.

a) Puisi lama biasanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama

pengarangnya.

b) Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari

jumlah baris pada setiap baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada

setiap barisnya.

c) Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra

lisan.

d) Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.

e) Biasanya berisiskan tentang kerajaan, fantastis, serta istna sentries.

Adapun beberapa jenis puisi lama yaitu, sebagai berikut:

a) Pantun

Pantun adalah puisi lamaa yang bersajak a-b-a-b yang tiap barisnya

terdiri atas empat baris dan disetiap barisnya terdiri dari delappan
25

sampaii dua belas suku kata.Baris pertama dan kedua adalah sampiran

dan baris ketiga dan empat adalah isi.

b) Syair

Syair merupakan karya sastra lamaa yang tiap baaitnya terdiri dari

empat baris dan bersajak a-a-a-a.syair biasanya berisi tentang nasihat

atau cerita.

c) Mantra

Mantra adalah karya sastra lama yang berisi ucapan ucapan yang di

anggap memiliki kekuatan gaib.

d) Talibun

Talibun merupakan pantun genap yang ddisetiap baitnya terdiri dari

enam sampai delapan baris atau sepuluh baris.

e) Seloka

Seloka adalah puisi melayu klasik yang berisi perumpamaan ataupun

pepatah yang mengandung sindiran, ejekan dan sendagurau.Biasanya

seloka ditulis dalam emppat baris, namun ada pula yang lebih dari

empat baris.

f) Gurindam

Gurindam merupakan puisi lama yang tiap baitnya berisi dua baris

yang biasanya berisikan nasihat.

g) Karmina
26

Karmina ialah puisi lama yang berbentun pantun kilat kaarena isinya

yang pendek.

2) Puisi Baru

Puisi baru merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan,

berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas

dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kara, ataupun

rima.

4. Parafrase

a. Pengertian Parafrase

Parafrase adalah penguraian kembali suatu tuturan atau karangan

menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal (Evanz

dalam Gunawan, 2007:79), dengan kata lain parafrase adalah perujukan

dengan cara mengambil gagasan utama dari suatu sumber, meskipun

struktur kalimat berbeda tetapi isi atau kandungan dalam tulisan tetap

sama. Hal ini juga bisa bermakna pengungkapan kembali isi atau makna

yang terdapat dalam sebuah karya sastra kedalam bentuk yang

lain.Parafrase puisi artinya mengubah puisi menjadi bentuk prosa yang

tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut

(Ayulinda dalam Usman, 2015:172).

b. Langkah-langkah Memparafrasekan Puisi


27

Memparafrasekan sebuah puisi kedalam bentuk prosa(cerpen)

membutuhkan langkah-langkah, adapun menurut Kridalaksana dalam

Usman(2008:172) sebagai berikut.

1) Mengartikan kata yang sulit

2) Mengartikan kata yang sengaja dihilangkan penulisnya

3) Menambah tanda baca

4) Menyusun dalam bentuk kalimat yang membentuk paragraph

5) Membaca teks secara keseluruhan

Menurut Tarigan dalam Gunawan (2017:80) kegiatan parafrase

dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan langkah-langkah sevagai

berikut.

1) Membaca dan memahami keseluruhan suatu karya sastra.

2) Memahami jenis perubahan yang akan dilakkukan baik bentuknya

berupa prosa, puisi, atau drama maupun redaksinya atau

penggunaaan bahasanya.

3) Mengungkapkan kembali dengan redaaksi bahasa dan bentuk yang

berbeda.

Selanjutnya Evanz dalam Gunawan (2017:80) mengemukakan

langkah-langkah dalamm mmemparafrase sebagai berikut :

1) Bacalah naskah yang akan diparafrasekan sampai selesai untuk

memperoleh gambaraan umum isi bacaan atau tulisan.


28

2) Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-

bagian penting dan kata-kata kunci yang terdapat padaa baacaaan.

3) Caataatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut,

kembangkanlah kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan

pokok yang sesuai dengan topic bacaaan.

4) Uraikan kembali gagassan pokok menjadi paragraph yang singkat

sengan menggunakan bahasa sendiri.

c. Pengertian Memparaafrase Puisi

Parafrase adalah suatu cara untuk memahami kandungan dalam

suatu karya sastra dengan cara pengungkapkan kembali gagasan yang

disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat

yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan

pengarangnya (Amiruddin, 2010:105), tujuan memparafrasekan adalah

untuk mengungkapkan kembali isi karya sastra dalam bentuk yang

berbeda. Memparafrasekan puisi berarti mengubah sebuah puisi menjadi

bentuk sastra yang lain tanpa mengubah kandungan isi makna yang

terdapat di dalamnya.

Manfaat sebuah puisi haruslah didahului dengan pembacaan puisi

itu secara keseluruhan sehingga menimbulkan kesan yang bulat atau utuh

terhadap pembacanya.Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk

menyederhanakan kata-kata puisi yang dapat sublimatif kedalam bahasa

yang sederhana dan mudah dipahami.Berdasarkan pada pengungkapan

tersebut, maka memparafrasekan puisi dapat diartikan sebagai proses


29

mengubah sebuah puisi menjadi bentuk karya sastra yang lain seperti

prosa/fiksi dengan menerjemahkan atau mengartikan makna puisi

tersebut dan menuliskan kembali dengan kata kata sendiri.

d. Teknik Memparafrase Puisi

Adapun menurut Budiansa (2009:22) beberapa cara yang dapat

dilakukan dalam memparafrase puisi diantaranya sebagai berikut.

1) Afiksasi, proses afiksasi merupakan menambahkan imbuhan pada

kata. Penulisan puisi biasanya haanya menggunakan beberapa kata

yang dijadikaan diksi yang dianggap cocok oleh penyair. Banyak

kata-kata dalam puisi yang kadang-kadang tidak lengkap sebagai

kata berimbuhan, padahal seharusnya kata tersebut berimbuhan, oleh

karena itu untuk memudahkan memahami perlu ditambahkan

imbuhan tertentu yang sesuai dengan konteks.

2) Penyisipan kata-kata, penyisipan kata merupakan proses

penambahan kata pada puisi dengan menyisipkan kata tertentu pada

baaian yang dianggap masih kurang.

3) Parafrase, pada tahap parafrase puisi penafsiran kalimaat yang sulit

dimengerti ditulis kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami

dengan bahasa sendiri tanpa mengubah isinya pola kalimat yang

terdapat dalam puisi diubah menjadi pola umum.

4) Menjelaskan arti kata, dengan mengganti atau menjelaskan arti kata

ganjil yang sulit dipahaami maknanya dengan sinonim dari kata

tersebut.
30

5. Prosa

a. Pengertian Prosa

Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks

naratif (narrative text),atau wacana naratif (narrative discource) dalam

pendekatan struktural dan semiotik. Istilah fiksi dalam pengertian ini

berarti cerita rekaan atau cerita khayalan.Karya fiksi, menunjuk pada

suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan,

sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu

di cari kebenarannya pada dunia nyata. Padahal dalam kenyataan, karya

sastra yang berwujud prosa diciptakan dengan bahan gabungan antara

kenyataan dan khayalan. Banyak karya prosa yang justru idenya

berangkat dari kenyataan (Wiyanto, 2002:19).

Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan

realitas, sesuatu yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga

kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Ada tidaknya

atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam suatu karya

dibuktikan secara empiris inilah antara lain yang membedakan karya fiksi

dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat yang disebut-sebut

dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif,

sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual.Artinya sesuatu yang disebut

dalam teks nonfiksi harus dapat ditunjukkan data empiriknya, dan kalau

ternyata tidak dapat dibuktikan kebenaranny, itu berarti salah.Sebagai

sebuah karya imajinatif, fiksi menawarkan berbagai permasalahan


31

manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati

berbagai permasalahan tersebut denganpenuh kesungguhan yang

kemudian diungkapkannya melalui sarana fiksi sesuai dengan

pandangannya.

6. Cerita Pendek (Cerpen)

a. Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)

Cerpen atau cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk

prosa yang pendek, menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada

keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya. Suminto A. Sayuti dalam

Wicaksono (2014:56) menyatakan cerpen menunjukkan kualitas yang

bersifat pemadatan (compression), pemusatan (concentration), dan

pendalaman (intensity), yang semuanya berkaitan dengan panjangnya

cerita dan kualitas structural yang diisyaratkan oleh panjang cerita.

Zulfahnur, dkk. dalam Wicaksono (2014:56) mengatakan cerpen

adalah suatu peristiwa (kejadian) apa saja yang menyangkut persoalan jiwa

atau kehidupan manusia. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah cerita fiksi yang dituliskan

secara ringkas, padat dan jelas, berbentuk prosa dan ditulis denngan satu

fokus masalah.

Cerpen dilihat dari segi panjangnya, cukup bervariasi. Ada cerpen

yang pendek (short short story), berkisar 500-an kata; ada cerpen yang

panjangnya cukupan (middle short story), dan ada cerpen yang panjang

(long short story) biasanya terdiri atas puluhan ribu kata. Kesusastraan di
32

Indonesia, cerpen yang diistilahkan dengan short story, disebut dengan

cerpen mini. Sudah ada antologi cerpen seperti ini, misalnya antologi :Ti

Pulpen Nepi Ka Pajaratan Cinta.Contoh untuk cerpen-cerpen yang

panjangnya sedang (middle short story) cukup banyak.cerpen-cerpen yang

dimuat di surat kabar adalah salah satu contohnya. Adapun cerpen yang

long short story biasanya cerpen yang dimuat di majalah.Cerpen”Sri

Sumariah” dan “Bawuk” karya Umar Khayam juga termasuk ke dalam

cerpen yang panjang ini. Kelebihan cerpen yang khas adalah

kemampuannya megemukakan secara lebih banyak, jadi secara

implicitdari sekadar apa yang diceritakan, karena bentuknya yang pendek,

cerpen memiliki karakteristik pemadatan dan pemusatan terhadap sesuatu

yang dikisahkan. Cerita tidak dikisahkan secara panjang lebar sampai

mendetil, tetapi dipadatkan dan difokuskan pada satu permasalahan saja.

b. Unsur intrinsik cerpen

Unsur intrinsik cerpen adalah unsur pembentuk suatu cerita pendek

yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Masing-masing unsur instrinsik

dalam cerpen memiliki fungsi dan saling melengkapi satu sama lain,

sehingga semua unsur instrinsik tersebut harus ada di dalam sebuah

cerpen. Ibarat sebuah struktur bangunan, maka unsur instrinsik cerpen

adalah semua komponen yang membangun suatu cerita pendek.Artinya,

ketika salah satu komponen hilang maka suatu karya tulis tidak dapat

disebut sebagai cerita pendek. Berikut ini beberapa unsur intrinsik yang

terdapat di dalam suatu cerita pendek dalam Rahman (2008:26).


33

1) Tema, tema adalah gagasan utama atau ide pikiran yang melatar

belakangi suatu cerita pendek. Semua karya tulis harus memiliki tema

tertentu agar dapat menyampaikan isi pesan dari sebuah tulisan. Tema

cerpen bisa bermacam-macam, mulai dari tema umum, isu masyarakat,

kisah pribadi pengarang, kisah percintaan, dan lain-lain. Bisa dikatakan

bahwa tema merupakan nyawa atau ruh dari setiap cerpen. Tema

dipandag sebagai dasar arti atau gagasan dasar umum sebuah karya

sastra. Tema menjadi unsur cerita yang memberikan makna dan

kekuatan sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana cerita

(Sugihastuti dan Suharto dalam Wicaksono, 2014:58).

2) Tokoh, tokoh di dalam cerpen merupakan unsur intrinsik cerpen yang

sangat penting selain tema. Tokoh merupakan para pemain atau orang-

orang yang terlibat di dalam sebuah cerita pendek.

3) Penokohan, unsur penokohan masih berhubungan dengan tokoh di

dalam cerpen. Jika tokoh cerpen adalah para pelaku di dalam cerpen,

maka penokohan adalah gambaran tentang karakter atau watak tokoh

tersebut.

4) Alur/ Plot Cerpen, alur atau plot adalah unsur intrinsik cerpen yang

menjelaskan mengenai rangkaian peristiwa yang disampaikan oleh

pengaran untuk membentuk cerita dalam cerpen.

5) Latar (Setting), latar/ setting adalah unsur intrinsik cerpen yang

menjelaskan tentang tempat, waktu, dan suasana di dalam cerpen.


34

Unsur ini sangat erat hubungannya dengan tokoh dalam sebuah cerita

pendek.

6) Sudut pandang, sudut pandang merupakan posisi seorang penulis di

dalam cerpen. Dalam hal ini, penulis cerpen dapat berperan sebagai

orang pertama atau ketiga di dalam sebuah cerita pendek.

7) Gaya bahasa, gaya bahasa merupakan unsur intrinsik cerpen yang

berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik. Misalnya

dengan menggunakan majas, penggunaan diksi,dan cara merangkai kata

di dalam cerpen.

8) Amanat/pesan, amanat dalam cerpen adalah pesan moral atau pelajaran

di dalam cerita pendek yang dapat diambil oleh para pembacanya.

c. Struktur Teks Cerpen

Adapun menurut Rahman (20018:25) struktur teks cerpen dibagi

atas:

1) Abstrak; merupakan bagian awal dalam cerita atau ringkasan utama

dari cerpen yang dikembangkan dalam rangkaian peristiwa.

2) Orientasi; pada bagian ini berkaitan dengan waktu, waktu, suasana dan

alur pada cerota tersebut.

3) Komplikasi; pada bagian ini berisikan urutuan dari kejadian yang

dihubungkan dengan sebab dan akibat, bagian ini biasanya


35

menunjukkan watakk dari tokoh cerpen tersebut serta mulai muncul

kerumitan.

4) Evaluasi; evaluasi merupakan struktur konflik yang terjadi serta

mengarah pada puncak atau klimaks, bagaian ini sudah mulai muncul

penyelesaian dari konflik yang muncul dalam cerpen.

5) Resolusi; bagian struktur ini berisikan solusi dari masalah yang

dihadapi dalam cerita.

6) Koda; bagiann koda berisikan amanat berupa nilai atau pelajaran yang

disisipkan penulis dalam cerita tersebut agar pembaca dapat memetik

pelajatan dari amanat tersebut.

d. Aspek kebahasaan menurut Rahman (2018:30) yang membangun teks

cerpen meliputi:

1) Kosakata; pilihan diksi yang benar dan sesuai menjadi penting sebagai

sebagi tolok ukur kualitas cerpen yang dihasilkan, serta menambah

keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan poko isi

cerpen yang ingin disampaikan kepada pembaca.

2) Gaya bahasa; aspek ini berfungsi untuk meningkatkan efek makna

dengan jalan memperkenalkan serta mebandingkan suatu benda atau

hal lain tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.

Penggunaan gaya bahasa ini akan menimbulkan makna konotasi.

3) Kalimat deskriptif yang menggambarkan suasana dalam cerita; Salah

satu ciri linguistic yang membangun teks cerita pendek adalah


36

penggunaan kalimat yang berfungsi melukiskan/menggambarkan

keadaan dan peristiwa.

4) Bahasa tidak baku dan tidak formal; penulis menggunakan bahasa

yang tidak formal karena cerita pendek mengisahkan kehidupan sehari-

hari. Bahasa tidak formal membuat cerita pendek terasa lebih nyata.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan

menulis cerpen dengan teknik parafrase puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah

1 Unismuh. Parafrase adalah perubahan bentuk puisi menjadi prosa (cerpen) yang

terdiri aras satu kalimat atau lebih, menggunakan kata-kata sendiri. Penggunaan

teknik parafrase diaanggap mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen

siswa dan lebih mempertajam daya pikir, serta kreatifitas siswa.

Pembelajaran sastra merupakan bagian dari kurikulum 2013, yang terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu prosa, puisi dan drama dalam penelitian ini difokuskan

pada penulisan cerpen dengan beberapa langkah,. Adapun menurut Kridalaksana

(2008), yaitu (1) mengartikan kata yang sulit, (2) mengartikann kata yang sengaja

dihilangkan penulisnya, (3) menambah tanda baca, (4) menyusun dalam bentuk

kalimat yang membentuk parafgraph, dan (5) membaca teks secara kesuluruhan.

Penelitiann ini dilakukan dalam siklus-siklus dengan beberapa langkah yang

terdiri dari perencanaa, tindakan, orientasi dan refleksi.


37

Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013

Prosa/Fiksi Puisi Drama

Cerpen

Teknik Parafrase

Kridalaksana (2008)
1. Mengartikan kata yang sulit
2. Mengartikan kata yang sengaja
dihilangkan penulisnya
3. Menambah tanda baca
4. Menyusun dalamm bentuk kalimat
yang membentuk paragraph
38

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi

Hasil

temuan

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka di rumuskan hipotesis penelitan,

jika teknik parafrase puisi digunakan dalam proses pembelajan menulis cerpen,

maka kemampuan menulis cerpen siswa dapat meningkat siswa kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh.
39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah semua rencana yang aka n dilaksanakan oleh

seorang peneliti dalam penelitian untuk menyelesaikan suatu masalah yang sedang

diteliti. Rancangan penelitian yang digunakan dalaam menelitian ini adalah

rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mampu menawarkan cara dan
40

prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik

dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa (Arikunto

dkk, 2006). Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

pembelajaran secara berkesinambungan.

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya nilai siswa dalam penulisan

cerpen yang belum memenuhi standar KKM yang diberlakukan.Berdasarkan hasil

diskusi calon peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan teknik parafrase puisi

untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus tindakan. Hal

ini di awali dengan perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action),

pengamatan (observation), dan releksi (refleksion), dan seterusnya sampai adanya

peningkatan yang di harapkan tercapai (Arikunto dalam Herlina, 2016:49).

Prosedur pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat dalam bagan di bawah

ini:

Siklus I Perencanaan

Refleksi

Tindakan
Observasi

Perencanaan
41

Siklus II
Refleksi Tindakan

Observasi

Siklus N

Gambar 3.1 : Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto dalam Herlina, 2016)

Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-

langkah sebagai berikut.

Siklus I

Langkah-langah pelaksanaan siklus I akan diuraikan secara rinci sebagai

berikut.

1. Perencanaan

a. Menelaah kurikulum SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar


42

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

c. Membuat lembar observasi guru dan siswa

2. Pelaksanaan

Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan

pada siklus perencanaan. Siklus pertama ini, kegiatan belajar mengajar akan

dilaksanakan. Setiap siklus terbagi menjadi dua pertemuan pada pertemuan

pertama guru memberikan materi kepada siswa, selanjutnya pada pertemuan

kedua guru terlebih dahulu pengkaji pengetahuan awal siswa sebelum

melakukan tes. Tahap pelaksanaan akan dilaksanakan sebagai berikut:

a. Guru melakukan presensi kehadiran siswa

b. Siswa diberikan materi sehubungan dengan materi yang akan dipelajar

c. Guru memaparkan langkah-langkah memparafrasekan puisi ke cerrpen

d. Siswa diarahkan untuk membacakan kembali konsep materi pembelajaran

yang sedang diajarkan.

e. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang tidak

dimengerti.

f. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

g. Setiap pertemuan guru mencacat semua kejadian yang dianggap penting

baik mengenai kehadiran siswa, maupun keaktifan siswa.

h. Setiap akhir pertemuan guru melakukan refleksi dari apa yang telah

dilakukan dalam pembelajaran dengan memperhatikan apa yang patut

dipertahankan dan apa yang harus diperbaiki atau ditinggalkan.


43

i. Pertemuan pertama guru memberikan materi sehubungan dengan

pembelajaran, sedangkan pada pertemuan kedua guru memberikan tes

akhir siklus I, pada siswa untuk mengukur kemampuan siswa.

j. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.

k. Guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan cara

mengukur proses belajar, lembar observasi dan hasil tes akhir.

3. Observasi

Tahap ini akan dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah di buat serta melaksanakan

evaluasi. Observasi ini akan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Selanjutnya, evaluasi akan dilaksanakan pada akhir Siklus

dengan memberikan tes tertulis. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur

penguasaan murid terhadap materi yang telah diperoleh selama Siklus I

berlangsung.

4. Refleksi

Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan dikaji

keberhasilan dan kegagalannya. Data yang diperoleh pada proses belajar

mengajar apabila hasil analisis Siklus I ada revisi dan kekurangan, maka

analisis direflesikan untuk menentukan tindakan pada Siklus II dalam rangka

mencapai tujuan.

Siklus II
44

Sesuai dengan hakikat penelitian tindakan bahwa pelaksanaan Siklus II

merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan Siklus I, maka pelaksanaan

Siklus II adalah mengulangi kegiatan yang dilakukan pada Siklus II., akan tetapi

jika hasil tindakan pada siklus I ternyata masih belum berhasil maka akan

dilakukan perbaikan pada Siklus II. Siklus II juga memiliki empat tahap seperti

halnya pada Siklus I.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data merupakan suatau fakta atau angka yang dapat dijadikan sebagai

sumber informasi. Data dalam penelitian ini adalah segala fakta dan angka

tentang proses peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar 27 siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang meliputi kegiatan pemuatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra

(Arikunto, 2010:199) observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan

dan pencatatan mengenai guru dan aktivitas belajar siswa selama

pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Tes
45

Tes merupakan alat ukur untuk menentukan keberhasilam dalam proses

pembelajaran. Tes yang diberikan kepada siswa dalam penelitian

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui atau

menguasai materi pelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis (Arikunto, 2010:201).

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang

mendukung penyelesaian permasalahan yang akan diteliti.

D. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan

kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukkan proses yang memberikan pemaknaan secara kontekstual dan

mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu tentang pembelajaran

siswa. Teknik kualitatif merupakan teknik yang dilakukan dengan cara

menganalisis data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberi

gambaran ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata

pelajaran, sikap siswa terhadap metode belajar yang baru, aktifitas siswa ketika

pembelajaran, antusias siswa dalam belajar, dan sejenisnya (Arikunto dalam

Herlina, 2016:50). Analisis kualitatif untuk memberi gambaran perubahan

perilaku siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dengan teknik parafrase yang

mengacu pada data berupa observasi.

Data kuantitatif adalah data cara yang ditinju hanya dari pengunaan angka-

angka berdasarkan jumlah atau banyaknya data (Arikunto dalam Herlina,2016:50)


46

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil

belajar siswa setiap siklusnya.

Hasil belajar dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi untuk

mengetahui ketuntasan belajar dengan cara menganalisis data hasil tes dengan

kriteria ketuntasan belajar, presentase hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut

kemudian dibandingkan dengan KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimun) yang telah

ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas jika telah mencapai skor 75 ke atas,

untuk menghitung hasil belajar dengan membandingkan jumlah nilai yang

diperoleh siswa dengan jumlah skor maksimum kemudian dikalikan 100%, atau

digunakan rumus Percentages Correction (Purwanto, 2006:98) sebagai berikut.

R
S= ×100
N

Keterangan :

S : nilai yang dicari/diharapkan

R : jumlah skor dari item/soal yang dijawab benar

N : skor maksimal ideal dari tes tersebut

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa pada penelitian ini yakni dengan membandingkan persentase

ketuntasan belajar dengan menggunakan teknik parafrase puisi pada siklus I dan

siklus II.

Sedangkan persentase ketuntasan belajar dihitung dengan cara

membandingkan jumlah siswa yang tuntas dengan jumlah siswa secara

keseluruhan (siswa maksimal) kemudian dikalikan 100%.


47

jumlah siswa tuntas belajar


Persentase ketuntasan. P ¿ × 100 %
jumlah keseluruhan siswa

Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1 kriteria ketuntasan belajar siswa

<50% Kurang sekali


50% -55% Kurang
56%-65% Cukup
66%-75% Baik
75% Baik sekali

E. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat yang digunakan dalam mengamati

secara langsung untuk mengetahui aktivitas belajar siswa kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

2. Tes Hasil Belajar

Bentuk tes yang disajikan adalah memparafrasekan puisi kedalam bentuk

cerpen. Berikut adalah kriteria penilaian tes kemampuan menulis menurut

Nurgiyantoro(2009).

Tabel 3.2 Tabel kriteria penilaian


48

Skor
Maksima Aspek Kriteria Indikator Skor
l
20 Isi Kesusaian cerita Sangat baik: tema 5
dengan tema dikembangkan secara
optimal, tidak ada kalimat
dan paragraf yang tidak
sesuai dengan tema, antara
kalimat dan paragraf
memiliki hubungan sebab
akibat yang dirangkai dengan
baik.
Baik: tema dikembangkan 4
secara optimal, ada sedikit
kalimat dan paragraf yang
tidak sesuai dengan tema,
ada sedikit kalimat dan
paragraf yang tidak memiliki
hubungansebab akibat.
Cukup: tema dikembangkan 3
secara terbatas, ada sedikit
kalimat dan paragraf yang
tidak sesuai dengan tema,
ada sedikit kalimat dan
paragraf yang tidak memiliki
hubungan
sebab akibat.
Kurang: tema 2
dikembangkan secara
terbatas, ada banyak kalimat
dan paragraf yang tidak
sesuai dengan tema, kalimat
dan paragraf banyak yang
tidak memiliki hubungan
sebab akibat.
Sangat kurang: tidak ada 1
pengembangan tema,
kalimat dan paragraf tidak
sesuai dengan tema,
kalimat dan
paragraf tidak memiliki
hubungan sebab akibat
Kreativitas Sangat baik: cerita 5
dalam dikembangkan dengan
mengembang- sangat kreatif, menarik, dan
49

kan cerita tidak


keluar dari tema
Baik: cerita dikembangkan 4
dengan kreatif dan tidak
keluar
dari tema
Cukup: cerita dikembangkan 3
dengan cukup kreatif dan
tidak keluar dari tema
Kurang: cerita 2
dikembangkan
dengan tidak kreatif dan
tidak keluar dari tema
Sangat kurang: cerita 1
tidak dikembangkan
Ketuntasan Sangat baik: penyajian 5
cerita akhir cerita menarik dan
menimbulkan penasaran.
Baik: penyajian akhir 4
cerita menarik dan cukup
menimbulkan penasaran.
Cukup: penyajian akhir 3
cerita
cukp menarik dan cukup
menimbulkan penasaran.
Kurang: penyajian akhir 2
cerita kurang menarik dan
kurang
menimbulkan penasaran.
Sangat kurang: penyajian 1
cerita tidak menarik dan
tidak menimbulkan
penasaran.
Kesesuaian Sangat baik: isi cerita yang 5
cerita dan disajikan sangat sesuai
sumber cerita dengan sumber cerita, tidak
ada peristiwa yang keluar
dari
sumber cerita
Baik: isi cerita yang 4
disajikan sesuai dengan
sumber cerita, ada sedikit
peristiwa yang dibuat tidak
sesuai dengan
sumber cerita
Cukup: isi cerita yang 3
50

disajikan cukup sesuai


dengan sumber cerita,
beberapa
peristiwa tidak sesuai dengan
sumber cerita
Kurang: isi cerita yang 2
disajikan kurang sesuai
dengan sumber cerita,
banyak
peristiwa yang tidak
sesuai dengan sumber
cerita
Sangat kurang: isi cerita 1
yang disajikan tidak sesuai
dengan sumber cerita, semua
peristiwa tidak berdasarkan
sumber
Cerita
15 Bahasa Diksi atau Sangat baik: pemilihan 5
pilihan kata kata sangat tepat dan sangat
sesuai dengan tema
Baik: pemilihan kata tepat 4
dan
sesuai dengan tema
Cukup:pemilihan kata 3
cukup tepat dan cukup
sesuai dengan tema
Kurang: pemilihan kata 2
kurang tepat dan kurang
sesuai dengan tema
Sangat kurang: 1
pemilihan kata tidak
tepat dan tidak
sesuai dengan tema
Penyusunan Sangat baik: struktur 5
kalimat kalimat sangat baik dan
sangat tepat, antara kalimat
yang satu dengan kalimat
yang lain menjalin
hubungan yang
sangat kompleks
Baik: struktur dan 4
penyusunan kalimat baik dan
tepat, antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang
lain menjalin
hubungan yang kompleks
51

Cukup: struktur dan 3


penyusunan kalimat cukup
baik dan cukup tepat,
antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain
menjalin
hubungan yang cukup
kompleks.
Kurang: struktur dan 2
penyusunan kalimat
kurang baik dan kurang
tepat, antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang
lain menjalin hubungan
yang kurang
Kompleks
Sangat kurang: struktur dan 1
penyusunan kalimat tidak
baik dan tidak tepat, antara
kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain menjalin
hubungan yang
tidak kompleks
Penggunaan Sangat baik: penggunaan 5
majas majas sangat baik, majas
diterapkan sesuai dengan
konteksnya sehingga
membuat
cerita menjadi sangat menarik
Baik: penggunaan majas 4
baik, majas yang digunakan
terlalu berlebihan tetapi
tidak
mengubah kemenarikan cerita
Cukup: penggunaan majas 3
cukup baik, ada sedikit
majas yang diterapkan
tidak sesuai konteks
sehingga membuat
cerita menjadi kurang
menarik
Kurang:penggunaan 2
majas kurang baik, majas
ditepkan tidak sesuai
dengan konteks sehingga
membuat cerita
52

menjadi kurang menarik


Sangat kurang: tidak ada 1
penggunaan majas
15 Organis Penyajian Sangat baik: semua 5
asi dan unsur- unsur unsur disajikan dengan
penyaji berupa tokoh, jelas, lengkap, dan
an alur, dan menarik
latarcerita. Baik: semua unsur disajikan 4
dengan jelas, lengkap,
tetapi kurang menarik
Cukup: unsur disajikan 3
dengan jelas, tetapi
kurang
lengkap, dan kurang menarik
Kurang: unsur disajikan 2
dengan kurang jelas,
kurang lengkap, dan
kurang menarik
Sangat kurang: tidak ada 1
penyajian unsur-unsur cerita

Kepaduan Sangat baik: urutan 5


unsur- unsur cerita yang disajikan
cerita membentuk kepaduan
cerita yang serasi dan
menarik
Baik: urutan cerita yang 4
disajikan membentuk
kepaduan cerita yang serasi
dan cukup
Menarik
Cukup: urutan cerita 3
yang disajikan cukup
padu dan
kurang menarik
Kurang: urutan cerita 2
yang disajikan kurang
padu dan kurang menarik
Sangat kurang: urutan cerita 1
yang disajikan tidak padu
dan tidak menarik
Kelogisan unsur Sangat baik: cerita sangat 5
cerita mudah dipahami, urutan
peristiwa yang disajikan
sangat jelas dan sangat logis
Baik: cerita mudah 4
dipahami, urutan peristiwa
53

yang disajikan
jelas dan logis
Cukup: cerita cukup mudah 3
dipahami, urutan peristiwa
yang disajikan cukup jelas
dan
cukup logis
Kurang: cerita kurang 2
mudah dipahami, urutan
peristiwa yang disajikan
kurang jelas dan
kurang logis
Sangat kurang: cerita tidak 1
mudah dipahami, urutan
peristiwa yang disajikan
tidak
jelas dan tidak logis

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran pada proses peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan

menggunakan teknik parafrase puisi ini dikatakan berhasil apabila adanya

peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan teknik parafrase puisi pada siswa

kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar yang dapat dilihat jika siswa

yang sebelumnya belum mampu menulis cerpen dengan baik setelah penerapan

teknik tersebut kemampuan menulis siswa sudah dapat meningkat, dan apabila

adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan skor minimal 75 dari skor

ideal dan dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal 75% siswa sudah

memiliki nilai diatas 75.


54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelittian yang dilaksanakann di SMA Muhammadiyah

1 Unismuh Makassar kelas X yang berjumlah 27 orang. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X

dengan menggunakan teknik parafrase puisi ke cerpen. Pelaksanaan tindakan

dilaksanakan melalui dua siklus dan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2x45

menit. Pertemuan pertama dipaparkan mengenai materi terkait cerpen dan

parafrase, dalam proses pembelajaran guru mengajar dengan menggunakan

metode ceramah.

1. Hasil Penelitian Siklus I


55

Pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri dari 4 tahapan pokok. Tahap

pertama, perencanaan yang dirancang berdasarkan observasi awal. Tahap

kedua pelaksanaan, adalah tindakaan yang dilaksanakan sebanyak dua kali

yaitu pertemuan pertama, dan pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2x45

menit. Tahap ketiga observasi, tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Tahap

keempat adalah refleksi, yaitu evaluasi dari pembelajaran dan pada tahapan ini

hanya dilakukan satu kali pertemuan yakni diakhir siklus.

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dilaksanakann agar pelaksanaan penelitian

dapat berjalan dengan runtut, sistematis, dan terarah. Pada siklus I, peneliti

telah mempersiapkan perencanaan tindakan ini sesuai kebutuhan dalam

penelitian, adapun hal-hal yang akan dilakukan adalah menyusun RPP

berdasarkan standar kompetensi dasar, selanjutnya selakku observer,

menyusun format pengamatan yaitu lembar observasi guru dan lembar

observsi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan

pada siklus perencanaan. Siklus pertama ini, kegiatan belajar mengajar akan

dilaksanakan.

1) Guru melakukan prensensi kehadiran siswa

2) Siswa diberikan meteri sehubungan dengan materi yang akan

dipelajari.
56

3) Guru memaparkan contoh kepada siswa atau konteks dari materi yang

akan dibahas

4) Siswa diarahkan untuk membacakan kembali konsep materi

pembelajaran yang sedang diajarkan

5) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang tidak

dimengerti

6) Guru memberikan penjelasan dan contoh soal dengan menjelaskan

7) Setelah guru memberikan contoh, guru bersama siswa menyimpulkan

hasil pembelajaran, kesimpulan-kesimpulan tersebut merupakan hal

yang perlu dipahami oleh siswa untuk topik atau pokok pembahasan

yang dipelajari

8) Setiap pertemuan guru mencacat semua kejadian yang dianggap

penting baik mengenai kehadiran siswa, maupun keaktifan siswa

9) Setiap akhir pertemuan guru melakukan refleksi dari apa yang telah

dilakukan dalam pembelajaran dengan memperhatikan apa yang patut

dipertahankan dan apa yang harus diperbaiki atau ditinggalkan

10) Pertemuan pertama guru memberikan materi sehubungan dengan

pembelajaran, sedangkan pada pertemuan kedua guru memberikan tes

akhir siklus I, pada siswa untuk mengukur kemampuan siswa

11) Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan

12) Guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan cara

mengukur proses belajar, lembar observasi dan hasil tes akhir

c. Tahap Observasi
57

Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran

berlangsung yang di mulai dari perencanaan sampai pada tahap evaluasi.

Table 4.1 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I

No. Pelaksanaan Kegiatan Ya Tidak

1 Guru menggali pengetahuan awal siswa √

2 Guru menyampaikan kompetensi dasar dan √


indikator pembelajaran yang ingin dicapai

3 Guru menjelaskan cara memparafrasekan puisi ke √


prosa
4 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk √
bertanya terhadap materi yang belum dipahami

5 Guru membagikan puisi kepada siswa √

6 Guru membantu siswa secara merata untuk √


mengartikan puisi yang akan diparafrasekan

7 Guru membantu siswa menyusun cerpen √

8 Guru membimbing siswa dari awal pembelajaran √


sampai akhir

9 Guru mengevaluasi hasil belajar siswa √

10 Guru memberi penghargaan/penguatan kepada √


siswa
11 Guru mengarahkan siswa untuk memparafrasekan √
puisi secara individu

12 Guru memberikan tugas kepada siswa √

13 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan √


hasil pembelajaran
58

14 Guru menutup pembelajaran √

Jumlah 9 5

Presentase 64% 36%

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas

guru selama proses pembelajaran meparafrasekan puisi ke cerpen ada

5 kriteria yang tidak terpenuhi yaitu, guru tidak menggali pengetahuan

awal siswa guru tidak membantu siswa secara merata untuk

mengartikan puisi yang diparafrasekan, guru tidak membantu siswa

menyusun cerpen, guru tidak membimbing siswa dari awal

pembelajaran sampai dan guru tidak membantu siswa secara

keseluruhan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran. Aktivitas yang

dilakukan guru ada 9 kriteria penilaian dari 14 indikator aktivitas aspek

yang diamati guru dalam mengajar yang artinya aktivitas guru hanya

mencapai 64%. Tingkat aktivitas guru dalam penggunaan teknik

parafrase puisi berada pada tingkat “Cukup” antara rentang 56%-65%.

Aktivitas yang dilakukan guru tersebut mempengaruhi aktivitas

siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dalam

memparafrasekan puisi ke cerpen dapat dilihat pada table berikut:


59

Table 4.2 Lembar Observasi Siswa Siklus I

No Pelaksanaan Kegiatan Ya Tidak


.
1 Siswa membaca doa sebelum belajar √
2 Siswa berpakaian rapi √
3 Bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang √
dibahas
4 Berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan guru √
5 Mengerjakan tugas secara individu √
6 Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama √
7 Mampu mengartikan kata-kata dalam puisi dengan √
baik
8 Mampu menyusun kalimat dan membentuk paragraph √
9 Siswa memeriksa terlebih dahulu pekerjaan sebelum √
dikumpulkan
10 Menyimpulkan pembelajaran dengan baik √
Jumlah 30 70
Presentase 30% 70%

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas

siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung ternyata pada

siklus I terdapat 7 kriteria yang tidak terlaksana dari 10 kriteria yang

dianalisis yaitu siswa belum mampu mengerjakan tugas secara individu,

siswa belum memerhatikan penjelasan guru dengan seksama, siswa

belum mampu mengartikan kata-kata dalam puisi dengan baik, siswa

belum mampu menyusun kalimat dan paragraph dengan baik, siswa

tidak memeriksa terlebih dahulu pekerjaan sebelum dikumpulkan dan


60

masih ada beberapa siswa yang belum bisa menyimpulkan

pembelajaran dengan baik.

Aktivitas yang dilakukan siswa hanya 7 kriteria dari 10 aktivitas

yang diamati siswa dalam mengajar yang artinya aktivitas belajar siswa

secara umum hanya mencapai 30%. Tingkat aktivitas siswa dalam

penggunaan teknik parafrase puisi berada pada tingkat “Kurang Sekali”

antara rentang <50%.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan

pada siklus I, diketahui bahwa kemampuan memparafrasekan puisi ke

cerpen siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar

dengan memperoleh nilai sebagai berikut.

Tabel 4.3 Lembar Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I

Organisasi
Jumla
Nama Isi Bahasa dan Nilai
No h
Siswa penyajian
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 SCM 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 24 48
2 AYYS 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 35 70
3 AK 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 39 78
4 AOU 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 31 62
5 BP 4 4 5 5 3 3 3 3 4 3 37 74
6 DFEF 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 37 74
7 FFA 5 5 5 5 4 3 4 3 3 3 40 80
8 IKA 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 35 70
9 MNY 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 34 68
10 MJI 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 35 70
11 MA 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 27 54
12 MFA 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 78
61

13 NNR 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 45 90
14 NAM 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 74
15 NK 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 40
16 NSY 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 39 78
17 R 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 37 72
18 SM 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 68
19 SANASL 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 36 72
20 SZN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 60
21 S 5 5 5 5 4 3 4 3 2 3 39 78
22 WFP 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 32 64
23 WM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 60
24 ZSAP 4 4 4 4 4 3 5 3 3 3 37 74
25 MMAF 4 5 5 5 5 3 5 4 4 4 42 84
26 AGAF 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 31 62
27 NFK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 60
Jumlah 938 1872
Rata-rata   69.3

Pedoman penilaian:

Nilai Kategori
0 – 50 Sangat Rendah
51 – 75 Rendah
76 – 80 Sedang
81 – 90 Tinggi
91 – 100 Sangat Tinggi

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I

No Nilai Frekuensi Presentase

.
1. ≥ 75 7 25,92%
2. ≤ 75 20 74,07%
62

Dari tabel di atas diperoleh data ketuntasan belajar siswa sebagai

berikut. Tabel 4.4 menggambarkan bahwa siswa yang mendapatkan

nilai diatas 75 masih rendah yaitu 25,92% dan masih banyak siswa

yang mendapatkan nilai dibawah 75 yaitu 74,07%, sehingga dapat

dilihat bahwa pasa siklus I penelitian ini belum berhasil.

d. Refleksi

Refleksi siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan. Adapun hal

yang menyebabkan rendahnya nilai siswa dalam pembelajaran ini yaitu,

guru kurang memberikan pengarahan sebelum pembelajaran dimulai

sehingga banyak siswa yang belum terlalu paham dan kurang serius dalam

pembelajaran. Media pembelajaran juga memengaruhi konsentrasi dan

perhatian siswa saat pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I difokuskan

agar peserta didik memunyai kemampuan memparafrasekan puisi ke cerpen

dengan menggunakan teknik parafrase puisi. Bila ditijau dari hasilnya dapat

dikatakan bahwa pembelajaran pada siklus I ini belum maksimal sehingga

peneliti perlu melakukan Siklus II. Nilai rata-rata pada siklus I hanya 70

dengan jumlah siswa 26 orang pada penelitian ini tidak semua siswa hadir

pada saat pertemuan pertama. Terhitung hanya 26,92% siswa yang mampu

mendapatkan nilai diatas rata-rata.

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran peningkatan

kemampuan menulis cerpen dengan teknik parafrase puisi pada siklus I

yang telah dilaksanakan terdapat beberapa kelemahan yang menghambat

proses pembelajaran sehingga hasil pembelajaran juga belum bisa disebut


63

berhasil. Hal-hal yang berpengaruh pada proses pembelajaran ini yaitu

kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran masih banyak siswa yang

berada dalam keadaan kurang siap ataupun bisa dibilang tidak siap untuk

belajar. Beberapa siswa terlihat bermain saat pembelajaran di mulai

sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat diterima dengan

baik oleh siswa. Pada siklus I ini juga merupakan pertemuan pertama antara

observer, guru dengan siswa hal ini juga bias mempengaruhi siswa.

Pada siklus selanjutnya, dengan penggunaan teknik parafrase puisi ini

diharapkan guru dapat bersikap lebih tegas, agar siswa yang kurang

perhatian dalam perhatian dapat lebih tegas pada saat pembelajaran dan juga

sebaiknya guru memberikan pengarahan terlebih dahulu pada siswa sebelum

pembelajaran dimulai agar perhatian guru dapat berpusat pada guru.

2. Hasil Penelitian Siklus II

a. Perencanaan

Tahap ini dilaksanakan sesuai dengan siklus I, namun pada siklus II

hanya terdapat 2 pertemuan yang difokuskan untuk memperbaiki kelemahan

atau kekurangan yang terdapat pada siklus I. Berdasarkan hasil penelitian

pada siklis I yang menjadi catatan penting pada siklus II ini adalah guru

harus bisa memberikan perhatian lebih kepada siswa agar perhatianya

terhadap pembelajaran lebih baik agar siswa mampu memahami dengan

baik materi yang telah di paparkan.

b. Pelaksanaan
64

Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan, pada pembelajaran

ini siswa mengikuti proses belajar mengajar sehingga mampu memehami

pembelajaran dengan baik dengan langkah-langkah pembelajaran pada

siklus I. Guru melakukan presensi kepada siswa lalu menyampaikan

kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut.

1) Guru mengulang materi mengenai cerpen dan parafrase.

2) Guru menjelaskan kembali bagaimana langkah-langkah

memparafrasekan puisi

3) Guru mengulang kembali langkah-langkah memparafrasekan puisi ke

cerpen sebelum memberukan tugas kepada siswa.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran

memmparafrasekan puisi ke cerpen pada siklus II. Adapun data hasil

observasi pada siklus II sebaagai berikut:

Tabel 4.5 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II

No. Pelaksanaan Kegiatan Ya Tidak

1 Guru menggali pengetahuan awal siswa √

2 Guru menyampaikan kompetensi dasar dan √

indikator pembelajaran yang ingin dicapai


3 Guru menjelaskan cara memparafrasekan puisi ke √

prosa
65

4 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk √

bertanya terhadap materi yang belum dipahami


5 Guru membagikan puisi kepada siswa √

6 Guru membantu siswa secara merata untuk √

mengartikan puisi yang akan diparafrasekan


7 Guru membantu siswa menyusun cerpen √

8 Guru membimbing siswa dari awal pembelajaran √

sampai akhir
9 Guru mengevaluasi hasil belajar siswa √

10 Guru memberi penghargaan/penguatan kepada √

siswa
11 Guru mengarahkan siswa untuk memparafrasekan √

puisi secara individu


12 Guru memberikan tugas kepada siswa √

13 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan √

hasil pembelajaran
14 Guru menutup pembelajaran √

Jumlah 13 1

Presentase 93% 7%

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas

pembelajaran memparafrasekan puisi ke cerpen yang dilakukan guru

selama proses pembelajaran dengan teknik parafrase puisi pada siklus II

kriteria yang tidak mampu dilakukan oleh guru adalah guru tidak

mampu memonitor siswa secara keseluruhan. aktivitas pada siklus II

hampir terpenuhi semua dengan jumlah 13 dari 14 indikator aktivitas


66

guru dalam mengajar yang artinya aktivitas guru berada pada tingakatan

93% tingakat klasifikasi berada pada “Sangat Baik” antara rentang

75%-100%.

Kondisi aktivitas yang dilakukan guru tersebut memberikan

pengaruh pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan

bagaimana siswa memahami penulisan cerpen menggunakan teknik

parafrase, selanjutnya aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II

No Pelaksanaan Kegiatan Ya Tidak

.
1 Siswa membaca doa sebelum belajar √
2 Siswa menggunakan seragam √
3 Bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang √

dibahas
4 Berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan guru √
5 Mengerjakan tugas secara individu √
6 Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama √
7 Mampu mengartikan kata-kata dalam puisi dengan √

baik
8 Mampu menyusun kalimat dan membentuk paragraph √
9 Siswa memeriksa terlebih dahulu pekerjaan sebelum √

dikumpulkan
10 Menyimpulkan pembelajaran dengan baik √
Jumlah 10 0
Prsentase 100 0%

%
67

Berdasarkan pengamatan oleh observer terhadap aktivitas siswa

selama pembelajaran peningkatan kemampuan menulis cerpen terlihat

semua kriteria telah terlaksana sehingga presentase keberhasilan sudah

sampai pada 100% dan berada pada kualifikasi tingkat “Baik Sekali”

yang berapa pada rentang antara 75%-100%. Dengan demikian

semakin membaiknya aktivitas siswa yang dilakukan guru dan siswa

selama proses pembelajaran siklus I ke siklus II dengan menggunakan

teknik parafrase puisi untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen

siswa mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan

pada siklus II, diketahui bahwa kemampuan memparafrasekaan puisi

ke cerpen siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar

pada siklus II pemerolehan nilai sebagai berikut:

Tabel 4.7 lembar hasil tes belajar siswa siklus II

Organisasi dan Jumla


Nama Isi Bahasa Nilai
No. penyajian h
Siswa
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 SCM 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
2 AYYS 5 4 4 5 4 4 4 3 3 2 38 76
3 AK 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 49 98
4 AOU 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
5 BP 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 39 78
6 DFEF 3 5 5 5 3 3 3 4 4 3 38 76
7 FFA 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 46 92
8 IKA 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 41 82
9 MNY 5 5 5 5 3 3 3 4 4 4 45 90
10 MJI 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 38 76
11 MA 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49 98
68

12 MFA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 100
13 NNR 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49 98
14 NAM 5 5 5 5 4 4 3 4 3 3 41 82
15 NK 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 36 72
16 NSY 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
17 R 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
18 SM 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 78
19 SANASL 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 36 72
20 SZN 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 80
21 S 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44 88
22 WFP 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39 78
23 WM 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 76
24 ZSAP 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44 88
25 MMAF 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48 96
26 AGAF 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38 76
27 NFK 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38 76
Jumlah 1123 2246
Rata-rata 83.18519

Pedoman penilaian:

Nilai Kategori
0 – 50 Sangat Rendah
51 – 75 Rendah
76 – 80 Sedang
81 – 90 Tinggi
91 – 100 Sangat Tinggi

Dari table di atas diperoleh data deskripsi ketuntasan belajar

siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada tabel

berikut:

Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II


69

No Nilai Frekuensi Presentase

.
1. ≥ 75 24 92,59%
2. ≤ 75 2 7,4%

Tabel di atas menggambarkan bahwa 24 siswa sudah memiliki

nilai di atas 75 dan berada diatas nilai standar berada pada tingkat

presentase 92,59% “Baik Sekali” meskipun masih ada 2 siswa yang

memiliki nilai dibawah standar. Indikator keberhasilan sudah

menunjukkan bahwa presentase keberhasilan sudah tuntas.

d. Refleksi

Berdasarkan data yang telah disajikan, terhadap proses pembelajaran

yang dimulai dari perencanaan hingga pada tahap evaluasi terhadap

aktivitas dan hasil tes belajar siswa ternyata telah mengalami peningkatan

penulisan cerpen dengan menggunakan teknik parafrase puisi ke cerpen.

Hal ini terlihat pada nilai siswa yang terlihat meningkat ketika mengikuti

kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa terlihat antusias saat

pembelajaran dengan menggunakan teknik parafrase pusi ketika hendak

menulis cerpen. Guru juga memberikan perhatian yang cukup kepada siswa

dan membantu siswa selama pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi belajar siswa telah

terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dan dapat disimpulkan bahwa

pada siklus II hasilnya sudah baik.

B. Pembahasan
70

Penelitian ini didasarkan pada dua siklus yang pelaksanaan tiap siklus terdiri

dari empat langkah yaitu perencanaan, observasi, pelaksanaan dan evaluasi dan

refleksi. Hasil dari penelitian ini mencapai hasil yang baik, peningkatan

kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar dengan menggunakan dua siklus.

1. Siklus I

a. Unsur intrinsik cerpen

Berdasarkan pada penilaian penulisan cerpen unsur intrinsik

merupakan unsur pembangun dalam cerpen, temuan pada siklus I

menunjukkan bahwa ada 2 atau 7,4% siswa dari 27 siswa yang

mendapatkan skor “2” dengan indikator “kurang” artinya tema

dikembangkan secara terbatas, ada banyak kalimat dan paragraph yang

tidak sesuai dengan tema, kalimat dan paragraph banyak yang tidak

memiliki sebab akibat. Terdapat 10 atau 37,03% siswa yang mendapat

skor “3” pada aspek penulisan isi cerpen terkait unsur intrinsik cerpen

dengan indikator “cukup” artinya tema dikembangkan secara terbatas,

ada sedikit kalimat dan paragraph yang ttidak memiliki hubungan sebab-

akibat. 4 atau 14,81% siswa dari 27 siswa yang mendapatkan skor “4”

pada aspek penulisan isi terkait unsur intrinsik cerpen dengann indikator

“baik” artinya tema dikembangkan secara optimal, ada sedikit kalimat

dan paragraph yang tidak sesuai dengan tema, ada kalimat dan paragraph

yang tidak memiliki hubungan sebab akibat dan ada 11 atau 40,74% siswa

yang mendapatkan skor “5” dengan indikator sangat baik artinya tema
71

dikembangkan secara optimal cerita dikembangkan dengan sangat kreatif,

penyajian akhir cerita menarik, isi cerita yang disajiakan sangat sesuai

dengan sumber cerita dan tema.

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi siswa sehingga pada

siklus I masih banyak siswa yang kurang dalam penulisan cerpen, pertama

dari guru yang juga masih baru dengan teknik parafrase, sehingga

penyampaiannya kepada siswa pun masih kurang dan hal ini pun

berpengaruh kepada siswa. Siswa tidak menerima materi dengan baik dan

belum menyerap dengan baik bagaimana penulisann cerpen dengan

menggunakann teknik parafrase.

b. Struktur Teks Cerpen

Penulisan struktur teks cerpen berada pada kriteria penilaian

organisasi dan penyajian cerpen dari 27 siswa terdapat 3 atau 11,11%

yang mendapatkan skor “2” pada aspek kebahasaan cerpen dengan

indikator kurang artinya unsur yang disajikan kurang jelas, kurang

lengkap, urutan cerita yang disajikan kurang padu, dan struktur cerita

kurang jelas dan kurang dipahami. ada 15 atau 55,55% siswa yang

mendapatkan skor “3” dengan kriteria cukup artinya unsur yang

disajikan dengan jelas, tapi kurang lengkap, urutan cerita yang disajikam

cukup padu dan cukup mudah dipahami , urutan peristiwa yang disajikan

pun cukup jelas dan logis. 8 atau 29,62% siswa mendapatkan skor “4”

dengan kriteria baik artinya semua unsur disajikan dengaan jelas dan

lengkap, urutan cerita yang disajikkan membentuk kepaduann cerita yang


72

cukup menarik, dan juga cerita mudah dipahami dan terdapat 1 atau

3,7% siswa yang mendapatkan skor “5” dengann kriteria baik sekali

artinya urutan cerita yang disajikan membentuk kepaduan cerita yang

serasi dan menarik, semua unsur disajikan dengan jelas, lengkap, dan

sangat mudah dipahami serta sangat logis.

Adapun faktor yang mempengaruhi kurangnya kemampuan siswa

dalam menyusun struktur penulisan cerpen pada siklus I adalah selain

daripada guru yang belum terlalu menguasai teknik ini adalah sesuai

dengan lembar observasi, guru belum membantu siswa secara merata

untuk mengartikan puisi yang akan diparafrasekan, dan juga guru tidak

melakukann pembimbingan pada saat siswa menyusun cerpen. Hal

tersebut membuat beberapa siswa yang sulit dalam menerima pelajaran

tidak mampu menyusun cerpen dengan baik, hal ini pun ikut berpengaruh

pada proses pembelajarann dikelas membuat beberapa siswa tidak mampu

menguasai langkah-langkah dalam mmemparafrasekann puisi menjadi

cerpen.

c. Aspek Kebahasaan

Penulisan unsur kebahasaan berada pada kriteria penilaian organisasi

dan penyajian cerpen dari 27 siswa terdapat 2 atau 7,4% yang

mendapatkan skor “2” pada aspek kebahasaan cerpen dengan indikator

kurang artinya pemilihan kata tidak tepat dan kurang sesuai dengan tema,

kalimatnyaa kurang kompleks. Ada 10 atau 37,03% siswa yang

mendapatkan skor “3” dengan kriteria cukup artinya pemilihan kata


73

cukup tepat dan cukup sesuai dengan tema dan struktur kalimat tersusun

dengan baik. 13 atau 48,14% siswa mendapatkan skor “4” dengan kriteria

baik artinya pemilihan kata tepat, sesuai dengan tema, struktur dan

penyusunan kalimat baik dan tepat. dan terdapat 3 atau 11,11% siswa

yang mendapatkan skor “5” dengan kriteria baik sekali artinya pemilihan

kata sangaat tepat dan sangat sesuai dengan tema, struktur kalimat sangat

baik dan sangat tepat, antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.

Adapun faktor yang mempengaruhi lemahnya kemampuan siswa

dalam penulisan cerpen khususnya pada aspek kebahasaan karena

kurangnya perbendaharaan kosakata dari siswa, sehingga siswa

embutuhkaan referensi dan pendampingan dari guru.

2. Siklus II

a. Unsur Intrinsik Cerpen

Hasil penelitian pada siklus II menunjukkann bahwa dari 27 siswa

terdapat 3 atau 11,11% siswa yang mendapatkan skor “3” dengan

indikator “cukup” artinya tema dikembangkan secara terbatas, ada sedikit

kalimat dan paragraph yang ttidak memiliki hubungan sebab-akibat. 4

atau 51,85% siswa dari 27 siswa yang mendapatkan skor “4” pada aspek

penulisan isi terkait unsur intrinsik cerpen dengann indikator “baik”

artinya tema dikembangkan secara optimal, ada sedikit kalimat dan

paragraph yang tidak sesuai dengan tema, ada kalimat dan paragraph

yang tidak memiliki hubungan sebab akibat dan ada 10 atau 37,03%

siswa yang mendapatkan skor “5” dengan indikator sangat baik artinya
74

tema dikembangkan secara optimal cerita dikembangkan dengan sangat

kreatif, penyajian akhir cerita menarik, isi cerita yang disajiakan sangat

sesuai dengan sumber cerita dan tema.

Hasil penelitian siklus I dapat dillihat bahwa terjadi penigkatan siswa

yang memiliki skor kurang pada penulisan isi tidak adalagi, ini karena

penggunaan teknik parafrase yang digunakan sudah dijelaskan dengan

baik dan siswa menuliskan cerpen sesuai dengan langkah-langkah yang

dipaparkan oleh guru. Penulisan unsur intrinsik seperti tema tidak sulit

bagi siswa, alur cerita pada cerpen menjadi lebih jelas dan teratah.

b. Struktur teks Cerpen

Penulisan struktur teks cerpen berada pada kriteria penilaian

organisasi dan penyajian cerpen dari 27 siswa terdapat 7 atau 25,92%

siswa yang mendapatkan skor “3” dengan kriteria cukup artinya unsur

yang disajikan dengan jelas, tapi kurang lengkap, urutan cerita yang

disajikam cukup padu dan cukup mudah dipahami , urutan peristiwa yang

disajikan pun cukup jelas dan logis. 16 atau 59,25% siswa mendapatkan

skor “4” dengan kriteria baik artinya semua unsur disajikan dengaan jelas

dan lengkap, urutan cerita yang disajikkan membentuk kepaduann cerita

yang cukup menarik, dan juga cerita mudah dipahami dan terdapat 4

atau 14,81% siswa yang mendapatkan skor “5” dengann kriteria baik

sekali artinya urutan cerita yang disajikan membentuk kepaduan cerita

yang serasi dan menarik, semua unsur disajikan dengan jelas, lengkap,

dan sangat mudah dipahami serta sangat logis.


75

Penulisan cerpen menggunakan teknik parafrase puisi menunjukkan

indikator keberhasilan pada siklus kedua, yaitu meningkatkan

kemampuan menulis cerpen siswa, pada siklus I jumlah siswa yang

mendapatkan skor “3” ada sepulus orang, namun pada siklus ke II siswa

yang mendapatkan skor “3” tinggal 3 orang dan tidak ada lagi siswa yang

mendapatkan skor “2” pada aspek penulisan struktur teks cerpen

begitupun dengan jumlah siswa yang mndapatkan skor “4” juga

menningkat yaitu dari angka 18 menjadi 18 siswa, sedangkan pada skor

“5” jumlah siswa di siklus I ada 3 orang pada siklus II menjadi 5 orang.

Jadi, pada penilaian siklus II ini dapat dikatakan bahwa penggunaan

teknik parafrase puisi dalam penulisan cerpen dapat meningkatkkan

kemampuan menulis cerpen siswa.

c. Aspek Kebahasaan

Penulisan unsur kebahasaan berada pada kriteria penilaian organisasi

dan penyajian cerpen dari 27 siswa terdapat 3 atau 11,11% siswa yang

mendapatkan skor “3” dengan kriteria cukup artinya pemilihan kata

cukup tepat dan cukup sesuai dengan tema dan struktur kalimat tersusun

dengan baik. 18 atau 66,66% siswa mendapatkan skor “4” dengan kriteria

baik artinya pemilihan kata tepat, sesuai dengan tema, struktur dan

penyusunan kalimat baik dan tepat. dan terdapat 5 atau 18,51% siswa

yang mendapatkan skor “5” dengan kriteria baik sekali artinya pemilihan

kata sangaat tepat dan sangat sesuai dengan tema, struktur kalimat sangat

baik dan sangat tepat, antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
76

Aspek penilaian yang terkhir yaitu penilaian aspek kebahasaan pun

ikut meningkat, pada siklus I terdapat 15 siswa yang memiliki skor “3”

sedangkan pada siklus II ini meningkat menjadi 7 atau dari 11,11%

menjadi 25,92% evaluasi pada siklus I yang telah di refleksikan ke siklus

II telah mengalami peningkatann yang signifikan dan pada siklus II

sudah tidak ada siswa yang miemiliki skor “2” yang berada pada kategori

kurang. Siswa yang mndapatkan skor “4” pada siklus II juga meningkat

dari siklus I ke siklus II yaitu 8 menjadi 16 atau dari 29,62% menjadi

59,25% dan siswa yang mendapat skor “5” di siklus II bertambah dari 1

menjadi 5 siswa atau pada presentase 3,7% menjadi 18,51%. Penelitian

ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik parafrase puisi dalam

peningkatan penulisan cerepen mengalami peningkatan.


77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

keterampilan menulis cerpen siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh

Makassar dengan teknik parafrase puisi mengalami peningkatan. Hal ini dapat

dilihat pada hasil tes pada siklus I presentase ketuntasan adalah 29% dengan 8

siswa yang memiliki nilai di atas 75 kategori “ Kurang Sekali”, sedangkan pada

siklus II presentase ketuntasannya adalah 89% dengan 24 siswa yang memiliki

nilai di atas 75 berada pada kategori “Baik Sekali” dan meningkat.

B. SARAN
78

untuk meninngkatkan kualitas pembelajaran khususnya mata pelajaran

Bahasa Indonesia, ada beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

1. Bagi kepala sekolah diharapkan agar dapat memberikan motivasi kepada

guru-guru untuk meningkatkan aktivitas belajar dan keterampilan menulis

peserta didik khususnya menulis cerpen dengan teknik parafrase puisi.

2. Bagi guru diharapkan agar dapat lebih kreatif dalam proses kelas, salah

satunya dengan menggunakan teknik parafrase puisi yang dapat

meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa.

3. Bagi mahasiswa dan dosen diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

informasi dan evaluasi diri.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai

salah satu bahan informasi khususnya dalam penelitian tindakan kelas.


79

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. 2000. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah


Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Diroktorat Ketenagaan.

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.


Bandung: Refika Aditama.

Aminuddin.2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru.

Arikunto, Suharsimi. 2010 .Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan


Praktis.Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi


Aksara.

BNSP.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dirjen.

Budiasa. 2009. Acuan Menu Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada
Pendidikan anak.
80

Fatin, Idhoofiyatul dan Mahabbatul Camalia. 2017. Big Book Bahasa Indonesia
SMP/MTs. Jakarta: Media Imprint Kawan Pustaka.

Fitriyana, Dewi Ika. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen melalui


Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas
X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga.

Gunawan, Cakti Indra. 2017. Pedoman dan Strategi Menulis Buku Ajar dan
Referensi bagi Dosen. Malang: IRDH (Research & Publishing).

Kusmayadi, Ismail. 2006. Think Smart Bahasa Indonesia. Jakarta: Grafindo


Media Pratama.

Meliyawati. 2016. Pemahaman Dasar Membaca. Jogjakarta: Deepublish.

Munirah. 2018. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Makassar: Berkah Utami.

Neolaka, A., & Neolaka, G. A. A. 2015. Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan


Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup: Edisi Pertama. Kencana.

Ngalim, Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan


Sastra.Yogyakarta: BYFE

Nurhayati, Siti Herlina. 2016.Jurnal."Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi


Menggunakan Teknik Parafrase". Retrieved December 26, 2019, from
http://202.91.10.51:8080/xmlui/handle/123456789/1774

Rahman,Taufiqur. 2018. Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan. Semarang:


Pilar Nusantara

Samsuddin. 2019. Buku Ajar Pembelajaran Kritik Sastra.Yogyakarta:


Deepublish.

Sehartian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Akademik. Jakarta:
Bineka Cipta.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Gasindo.

Suparno dan Yunus, Muhammad. 2008. Keterampilann Dasar Menulis. Jakarta:


Universitas Terbuka.
81

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Usman, R. 2015. Jurnal. "Penggunaan Metode Parafrase untuk Meningkatkan


Kemampuan Menulis Parafrase Puisi ke Prosa terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas II SMP Al-Ittihat Pekanbaru".Sorot, 10(2), 169–
178. https://doi.org/10.31258/sorot.10.2.3213

Undang-undang Nomor 20. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model


Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca.

Wiyanto, A. 2002. Terampil Bermain Drama.Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai