PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pembelajaran , guru harus mampu menguasai setiap materi yang
disampaikan, agar mudah dikuasai oleh peserta didik, sebaliknya jika guru tidak memiliki
kualitas, maka tidak akan mampu membawa peserta didik untuk mencapai hasil yang
optimal.
Kabupaten Lebak, pada mata pelajaran bahasa Indonesia , khususnya dalam hal menulis,
diketahui masih rendah. Dari hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa mereka
memang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tersebut. Terutama kesuulitan untuk
Kenyataan tersebut bila terus berlanjut akan membawa dampak kurang baik dalam
siswa menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaran. Yang pada akhirnya siswa mengalami
teks berita, dan menyunting teks berita, hanya karena belum mampu dalam hal tulis menulis.
Belum lagi adanya perasaan takut untuk memulai sesuatu, takut berbeda dengan maksud
guru sehingga dapat menurunkan minat belajar dan kreativitas siswa dalam menulis teks
berita. Bila hal ini dibiarkan berlanjut dapat menurunkan kualitas pendidikan secara umum.
Kabupaten Lebak dalam menulis teks berita disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
guru kurang menguasai kompetensi materi pembelajaran dan cara penyajian bahan ajar yang
cenderung monoton. Disamping itu faktor media pembelajaran yang belum lengkap bahkan
dapat dikatakan tidak ada, sehingga proses pembelajaran kurang bervarias yang
Untuk menyikapi hal tersebut perlu kiranya ditemukan solusi pemecahannya dalam
rangka perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu, suatu pembelajaran yang
dapat dilakukan dengan mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran, maupun pemilihan
model pembelajaran yang inovatif. Berdasarkan masalah dan faktor penyebab munculnya
masalah di atas, Model Pembelajaran Examples non Examples dipandang sebagai bentuk
tindakan yang relevan untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran di atas. Model
Pembelajaran Examples non Examples telah menawarkan contoh gambar sebagai model
pembelajaran yang dapat menggiatkan minat siswa untuk menulis teks berita melalui diskusi
kelompok. Model pembelajaran ini memang sesuai dengan jiwa kurikulum sekarang yang
Penelitian Tindakan Kelas , dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita
Pada Mata pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Examples non Examples
( PTK Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidadiyah Cariu Cirinten Kabupten Lebak )
B. Rumusan Masalah
berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan menulis siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
Indonesia Melalui Model Pembelajaran Examples non Examples pada siswa Kelas V MI
Indonesia Melalui Model Pembelajaran Examples non Examples pada siswa Kelas V MI
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi sekolah dalam rangka
menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan menciptakan suasana belajar yang
E. Kerangka Berfikir
Berdasarkan masalah dan faktor penyebab munculnya masalah di atas, Model
Pembelajaran Examples non Examples dipandang sebagai bentuk tindakan yang relevan
untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran di atas. Model Pembelajaran Examples non
Examples telah menawarkan contoh gambar sebagai model pembelajaran yang dapat
menggiatkan minat siswa untuk menulis teks berita melalui diskusi kelompok.
Model pembelajaran ini memang sesuai dengan jiwa kurikulum sekarang yang
menuntut siswa lebih aktif dan kreatif. Model Pembelajaran Examples non Examples ,
dipandang sebagai model pembelajaran yang dapat mendongkark kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran, terutama dalam masalah yang berkaitan dengan kemampuan menulis
bagi siswa. Selama ini dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam materi
cenderung kurang banyak variatif, kurang adanya media pembelajaran, bahkan cenderung
gurunya kurang begitu sempurna dalam mengajarkannya, sehingga hasil yang diperoleh
siswa sangat rendah. Hal ini mengakibatkan siswa kurang begitu menarik dalam hal tulis
dapat dijadikan sebagai langkah dan solusi untuk mengantisipati ketidakmampuan siswa
dalam menulis. Karena daalm model pembelajaran ini, guru dan siswa di tutnut untuk
kreatif , inovatif dan bersipat menyenangkan, karena siswa dibawa ke alam yang sebenarnya
dalam menulis berita, tidak hanya mendengarkan dan menuruti perintah dan pentunjuk guru.
Untuk itulah peneliti mencoba memberi alternatif dengan Model Examples non Examples.
Dengan model ini, diharapkan siswa lebih aktif, kreatif, dan inovatif melalui diskusi
kelompok. Selain itu, juga lebih bisa mengkonkritkan ide-idenya yang masih abstrak melalui
contoh-contoh baik berita utuh, potongan-potongan berita, maupun media gambar yang juga
merupakan salah satu ciri dari model pembelajaran ini. Harapannya, siswa tidak hanya mahir
dalam menggali data, tapi juga kompeten dalam menyusun pokok-pokok berita yang
memenuhi ADIK SIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana = 5W + 1H),
kompeten dalam menuangkannya ke dalam teks berita, serta kompeten dalam menyunting
teks berita.
siswa, sajian primer tersebut kemudian dielaborasikan ke dalam bentuk sajian sekunder, yang
berupa sajian konteks, sajian bantu, sajian matemagenik, sajian mnemonik, sajian
representasi, sajian balikan, dsb. yang disampaikan secara sendiri maupun secara kombinatif.
Dalam rancangan mi, empat macam sajian primer tersebut digunakan dan sajian sekunder
yang digunakan adalab matemagenik, mnemonik, representasi, dan balikan. Beberapa sajian
sekunder tersebut antara lain berupa penggunaan gambar penjelas, anak panab, potongan
Examples ini cocok dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dalam meningkatkan
Sistimatika penulisan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:
Bab Kesatu, Pendahuluan, meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Bab Kedua, Kajian Teoretis, meliputi; Pengertian Kemampuan Menulis, Fungsi Menulis,
Jenios Tulisan, Tingkatan Menulis, Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
Bab Ketiga, Metodologi Penelitian, meliputi; Tempat dan Waktu Penelitian, Metode
Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Tenik Pengumpilan Data, Teknik Analisa Data,
Desain Penelitian
Bab Keempat, Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi; Deskripsi Kondisi Awal
(prasiklus), Deskripsi Tindakan Siklus I, Deskripsi Tindakan Siklus II, Refleksi Tindakan
.Menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa. Istilah menulis menurut Gie,
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami 1[1].
Hal senada juga terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyebutkan bahwa;
menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan 2[2]. Atau dengan kata lain,
tiada lain adalah tulisan. Tulisan ini kemudian digunakan untuk mengekspresikan diri atau
mengkomunikasikan berbagai informasi kepada orang lain secara tidak langsung 3[3].
harus mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional 4[4]. Tanpa melibatkan proses
berpikir yang rasional dan kritis akan sulit menghasilkan karangan yang baik. Dengan
demikian, jika seseorang menulis, maka akan mengarahkan pikirannya untuk menata,
1[1] The Liang Gie, 2002 . Terampil Mengarang. Yogyakarta. Andi Press. h. 3.
4[4] Imam Syafiie, 1988. Bahasa Indonesia Profesi. Malang. IKIP Malang. h. 43.
merangkai berbagai pengetahuan yang dimiliki, baik pengetahuan tentang informasi yang
Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini,
sebagai calon guru yang salah satu tugasnya melatih keterampilan menulis siswa, tentu perlu
memehami dengan baik keterampilan menulis ini. Pemahaman konsep menulis menjadi
penting bagi kita karena dalam praktek keseharian banyak orang terampil dalam membaca
tetapi mengalami kesulitan dalam menulis. Materi menulis sangat melimpah hal ini
dipertegas dalam Al-Quran surat Al-Kahfi yang berbunyi: Katakanlah sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat Tuhanku,sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.
Namun demikian ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak
tetapi tetap saja kesulitan dalam menulis. Dunia informasi telah berkembang demikian pesat
menulis, tentu menuntut kita agar mengembangkan tradisi menulis. Tradisi menulis dapat
diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis.
Disekolah materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia kurang
kurang memadai. Oleh karena itu sebagai calon guru di Madrasah Ibtidaiyah tentunya kita
harus mengetahui jenis, tujuan, dan permasalahan dalam pengajaran menulis di Madrasah
Menurut Lado, yang dikutip Widodo, menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu 6. Begitu juga menurut Rusyana yang kutip
Suwarna, mengatakan bahwa, menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola
adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan megkomunikasikan makna dalam tataran ganda
bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu
sistem tanda konvesional yang dapat dilihat/ dibaca. Beberapa tujuan menulis adalah:
(1)Untuk memeberikan suatu informasi, (2) Untuk meyakinkan atau mendesak, (3) Untuk
menghibur atau menyenangkan dan (4) Untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang
kuat 8
_____________________
6
Widodo HS, dkk, 1997, Pengajaran Keterampilan Menulis. IKIP Malang.h.23.
7
Suwarna Pringgawidagda. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta. Adi Cita. h. 57.
8
Widodo & Nurcahasanah. 1993. Ketrampilan Menulis dan Pengajjarannya. Malang. FS.UM. h.55
Selanjutnya menurut Hugo Hartig dalam Tarigan merumuskan tujuan menulis adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis melakukan
nya karena tugas yang diberikan kepadanya
2. Tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan
kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan
penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan
dengan karyanya itu
3. Tujuan persuasif bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan
4. Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para
pembaca
5. Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada
pembaca
6. Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma
artistik,nilai-nilai kesenian
7. Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi 9
B. Fungsi menulis
Dengan menulis memudahkan kita mersakan dan menikmati hubunganhubungan,
memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkam masalah-masalah yang kita
Percy dalam Sukada secara rinci fungsi menulis adalah: Sarana untuk mengungkapkan diri
_______________
9
Tarigan Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa. h.57
10
I Made Sukada. 2005. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Dengan Strategi ATDRAP. Kediri. h. 79
Menulis sebagai sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat
dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah degan menulis dapat
meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis
selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehinnga pengetahuannya menjadi luas. Menulis
artinya dengan menulis seseorang akan menjadi poeka terhadap apa yang tidak benar
suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya dengan menulis seseorang
akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannya dengan tepat
pula.
Teori menulis yang berkembang saat ini adalah menulis model proses. Dengan model
memilih bentuk yang sesuai berdasarkan pembaca dan tujuan menulis, dengan aktifitas
menarik pembaca, siswa lebih menekankan isi dari pada mekanik, dengan aktifitas pengarang
merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa memperhatikan kerapian atau mekanik
3. Merevisi (revising): siswa membagi tulisanya kepada kelompok, siswa mendiskusikan
tulisanya kepada temannya, siswa membuat perbaikan sesuai komentar teman dan gurunya,
siswa membuat perubahan subtantif dan bukan sekedar perubahan minor antara draf pertama
dan kedua. Setelah mendapat saransaran dari orang lain pengarang dapat membuat beberapa
sesuai, siswa membagi tulisanya yang sudah selesai kepada teman sekelasnya
C. Jenis tulisan
Menurut Imam Syafei bahwa; ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi
tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian dan tata sajian tulisan. Berdasarkan
ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi empat: deskripsi, eksposisi, argumentasi,
narasi. 11
__________________
11
Imam Syafei. 1990. Bahasa Indonesai Profesi. IKIP Malang. h.151.
didasarkan pada tujuan umum, berdasarkan hal tersebut menulis dapat dibedakan menjadi
lima yaitu :
1. Deskripsi (perian)
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau
memerikan sesuatuhal. Dari segi istilah, deskrpsi adalah suatu bentuk karangan yanng
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat
mencitrai (melihat, mendengar, mencim dan merasakan) apa yang dilikiskan itu sesuai
dengan citra penulisannya.
2. Eksposisi (paparan)
Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka.dapat pula diartikan sebagai
tulisan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan
sesuatu.
3. Argumentasi (bahasan)
Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan
dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.Karangan ini ditulis dengan
maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak sesuatu pendapat, pendirian,
gagasan.
4. Narasi (kisahan)
Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa
atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada
sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
5. Persuasi
Tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain dalam persuasi selain logika perasaan juga
memegang peranan penting. 12
____________________
12
Ahmad Rofiudin. 2002. MetodePenelitian Kualitatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang. Fak. Sastra
UM. h.6
E. Tingkatan Menulis
Selanjutnya Keraf dalam Rofiudin mengatakan bahwa; dalam kegiatan menulis terdapat
lima tingkatan yaitu:
1. Timbulnya pemahaman baca tulis (emergent literacy), anak mulai menyadari adanya
kegiatan baca tulis, anak mulai menyenangi jika ada orang melakukan baca tulis.semula anak
hanya memandangi tapi lama kelamaan ia akan mencoba menirukan. Anak mulai memegang
pensil, kemudian mencoretcoret pada kertas atau media lain. Tulisan yang dihasilkan pada
tahap ini memang belum bermakna, tetapi pada diri anak sudah timbul rasa menyenangi
kegiatan tersebut. Supaya tahap ini dapat timbul pada diri anak maka diharapkan sebelum
memulai melatih menulis anak dikenalkan pada berbagai bahan bacaan ataupun tulisan yang
dapat memberikan gambaran awal pada proses penulisan.
2. Menulis permulaan (beginning writing). Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing,
yaitu cara merealisasikan simbol-simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik. Tingkatan
ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa menjadi huruf-
huruf yang dapat dikenali secara konkret.
3. Pembinaan kelancaran menulis (building fluency). Pada tahap ini symbol-simbol bunyi
bahasa misalnya huruf-huruf yang telah dikenali secara konkret mulai dihubung-hubungkan
lebih lanjut menjadi kesatuan yang lebih besar dan memiliki makna.
4. Menulis untuk kesenangan dan belajar (writing for pleasure/reading to learn), sudah timbul
kesenangan pada diri anak akan perlunya menulis, pada tahap ini anak melakukan kegiatan
menulis dengan tujuantujuan tertentu yang disengaja misalnya mencatat pelajaran, mencatat
kegiatan dibuku harian,menulis surat untuk teman dan sebagainya. Pada tingkatan ini anak
sudah dapat menikmati kegiatan menulisnya.
5. Menulis matang (mature writing) pada tahap ini anak sudah mampu menuangkan dan
mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui tulisan dengan baik ia telah mampu
memilih kata dengan tepat, menyusun kalimat dengan runtut, dan mengembangkan paragraf
dengan baik, tahap inilah yang memberikan kebebasan berekspresi pada anak untuk
menghasilkan tulisan kreatif yang sangat mencengangkan hasilnya.13
lanjut.Tujuan menulis permulaan adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan kalimat
sederhana dengan tepat.Pada menulis permulaan siswa diharapkan untuk dapat memproduksi
tulisan dapat dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j, dan dapat berupa suku kata
seperti su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat sederhana. Seperti halnya
metode abjad, metode suku kata, metdeglobal dan metode SAS. Menulis permulaan (dengan
huruf kecil) di Madrasah Ibtidaiyah tujuannya siswa memahami cara menulis permulaan
dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, materi pelajaran
menulis permulaan disajikan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan huruf, suku
Menulis permulaan (dengan huruf besar pada awal kalimat) tujuannya siswa
memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan
ide/pesan secara tertulis, untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di Madarasah
secara berangsur-angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa.
Tujuan menulis lanjut adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan
perasaannya dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti. Yang membedakan menulis
permulaan dengan menulis lanjut adalah adanya kemampuan untuk mengembangkan skema
yang ada yang telah diperoleh sebelumnya untuk lebih mengembangkan hal-hal yang akan
ditulis.
Permasalahan dalam pengajaran menulis di sekolah dasar yaitu Permasalahan yang
timbul dari siswa antara lain rendahnya bakat dan minat untuk menguasai keterampilan
menulis.Akibat dari rendahnya minat siswa dalam mempelajari keterampilan mereka menulis
huruf dengan tulisan yang asal dapat dibaca sendiri, mereka malas menulis.Menulis dirasakan
sebagai suatu beban yang berat.Untuk mengatasi permasalahan seperti ini gurulah yang harus
mampu memberikan motivasi agar siswa menyadari bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan .Semakin
mata pelajaran tersebut secara profesional. Lebih-lebih di tingkat Madrasah Ibtidaiyah yang
pada umumnya lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pada umumya di Madrasah
Ibtidaiyah masih menganut sistem borongan artinya seorang guru harus mengajarkan
berbagai mata pelajaran pada suatu tingkatan tertentu. Dalam situasi yang demikian tidaklah
Model Examples non Examples sejalan dengan teori konstruktivisme yang digagas oleh
Piaget dan Vigotsky. Konstruktivistik menekankan pada prinsip belajar yang berpusat pada
siswa (student center). Dalam hal ini, guru semata-mata tidak hanya memberikan
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.
luas. Selanjutnya Nur mengatakan bahwa; model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-
teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswa belajar
setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan-ketrampilan dasar sampai dengan pemecahan
masalah yang kompleks15. Model pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran
siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Aktivitas
kelompok sejawat untuk memodelkan cara berpikir yang sesuai dan saling mengemukakan
dan meluruskan kekeliruan diantara mereka sendiri merupakan unsur kunci dari konsep
____________________
14
Muhammad Nur. 2005.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Pusat Sain dan Matematika Sekolah UN. h.1
15
Ibid. h. 8-9.
16 .
Ibid. h.10.
nilai plus karena disyaratkan dengan penggunaan media gambar. Berarti penggunaan Model
Examples non Examples selain siswa berkelompok untuk berdiskusi juga menggunakan
Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua arah berikut:
1. Dependen media
Dependen media adalah media yang dipakai sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media
belajar yang digunakan sendiri oleh siswa. Contoh gambar foto yang digunakan guru
menerangkan suatu konsep.
2. Independen media
Independen media adalah media belajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan
belajar mandiri. Media ini dirancang, dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik untuk
menyalurkan informasi secara terarah dan mencapai tujuan instruksional tertentu. Contoh
media film bingkai, video, dan media cetak.18
___________________
17
M. Subana. 1998.Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung. Pustaka Setia. h. 70.
18
Ibid. h. 71
Atas dasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media dapat membantu guru
untuk memberikan informasi dengan lebih baik diantaranya adalah:
1. Memudahkan menggambar objek yang sangat besar dan tidak dapat dibawa di dalam kelas,
seperti gambar.
2. Memudahkan objek yang terlalu konfliks, yaitu dengan cara disajikan melalui diagram atau
model yang sederhana.
4. Memperjelas dan memperbesar bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati.
5. Menyingkat suatu uraian. Informasi yang diperjelas dengan kata-kata mungkin
membutuhkan uraian panjang.
Dari uraian di atas semakin jelas bahwa Model Examples non Examples memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya seperti berikut ini.
1. Mendorong siswa agar mampu menumbuhkan memotivasi diri untuk bisa membangun
pengetahuan sendiri yang sudah berada di dalam diri mereka sendiri.
2. Membangun kerja sama antar sesama siswa sehingga mereka bisa saling mengemukakan dan
meluruskan kompetensi pembelajaran.
3. Dengan contoh-contoh dan media gambar akan bisa menimbulkan daya tarik,
mempermudah pemahaman yang bersifat abstrak sehingga bisa mempercepat peserta didik
membentuk pemahaman diri terhadap suatu konsep.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Cariu Cirinten Kabupaten Lebak. Waktu
pelaksanaan penelitian di kelas mulai bulan November sampai dengan bulan Januari 2013,
Tabel 1
Jadwal Penelitian
Bulan/Minggu Tahun 2012
November Desember Januari
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perijinan dan
Administrasi * *
Obswervasi Pra
Siklus * * *
Pelaksanaan Siklus 1 *
Pelaksanaan Siklus 2 *
Analisis Data dan * * * *
Penyusunan Skripsi
Tabel 2
Keadaan Personil Madraah Ibtidaiyah Cariu Cirinten Lebak
Pendidikan Status
No Nama Ket
Terakhir Kepegawaian
1 H.M. Soleh, A.Ma D2 Tetap Kepala
2 Nono Sumiyati SLTA Tetap Guru
3 Ipat SLTA Tetap Guru
4 Yeni SLTA Tetap Guru
5 Oding SLTA Tetap Guru
6 Ubed SLTA Tetap Guru
8 Aziz SLTA Tetap Guru
9 Johadi SLTA Tetap Guru
Sumber : MI Cariu Cirinten, Tahun 2012
Tabel 3
Keadaan Siswa MI Carou Cirinten Lebak
JUMLAH SISWA
KELAS JUMLAH
Laki-laki Perempuan
I 5 Orang 10 Orang 15 Orang
II 9 Orang 6 Orang 15 Orang
III 7 Orang 8 Orang 15 Orang
IV 5 Orang 10 Orang 15 Orang
V 8 Orang 7 Orang 15 Orang
VI 5 Orang 8 Orang 13 Orang
JUMLAH 39 Orang 49 Orang 88 Orang
Sumber : MI-Cariu Cirinten Lebak 2012
Fasilitas penunjang pelaksanaan pembelajaran yang berada di Madrasah Ibtidaiyah
Tabel 4
Fasilitas Belajar MI Cariu Cirinten Kabupten Lebak
NO JENIS PERLENGKAPAN JUMLAH KETERANGAN
1 Ruang kelas 3 ruang Baik
2 Ruang Guru 1 ruang Baik
3 Ruang Kepala 1 ruang Baik
4 WC Siswa 1 Baik
5 WC. Guru 1 buah Baik
6 Kursi Siswa 80 buah Baik
7 Meja Siswa 100 buah Baik
8 Kursi Guru 10 buah Baik
9 Meja Guru 10 buah Baik
10 Lemari 5 buah Baik
11 Komputer 1 buah Baik
12 Mesin Tik 1 set Baik
B. Metodologi Penelitian
(PTK) yang difokuskan kepada proses pembelajaran yang dikenal dengan Classroom Action
Research yang berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan
tujuan untuk meningatkan proses dan produk pengajaran di kelas. Proses pembelajaran
berkaitan dengan interaksi antara guru dan siswa, materi dan model pembelajaran yang
digunakan sehingga dalam penelitian ini yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar siswa
melakukan tindakan perbikan, mengamati dan refleksi yang merupakan suatu siklus dalam
PTK. Setelah satu siklus selesai, jika guru menemukan hal-hal baru dan masalah baru yang
belum tuntas dipecahkan maka akan dilanjutkan pada siklus kedua dengan langkah yang
sama dengan siklus yang pertama. Dengan demikian berdasarkan hasil tindakan atau
pengalaman pada siklus pertama guru akan mengikuti langkah perencanaan, peleksanaan,
pengamatan dan refleksi pada siklus kedua. Dari keempat langkah tadi, penulis mengadopsi
siklus model Kemmis dan Robin Mc Taggart seperti pada gambar berikut ini :
GAMBAR : 5
MODEL SIKLUS PEMBELAJARAN
Perencanaan Observasi
Dalam rencana pelaksana tindakan yang akan dilakukan peneliti, yang meliputi aspek
rencana kegiatan, tindakan, observasi, dan refleksi akan di uraikan setiap siklus sebagai
berikut:
1) Pra Siklus
Pada tahap ini penulis mengadakan observasi kelas guna mengidentifikasikan dan
menetapkan masalah lalu menganalisis dan merumuaskan masalah sehingga dapat diperoleh
gambaran keseluruhan mengenai praktek pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelum
antara peneliti dengan guru tentang perencanaan tindakan yang harus dilakukan agar hasil
2) Siklus 1
a. Perencanan
Perencanan kegiatan berdasarkan hasil observasi pra siklus dan dibuat sesuai dengan hasil
pengamatan.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul data, baik
pengamatan langsung, maupun melalui dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan
c. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran yang meyangkut aktivitas siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Yang diantaranya adalah melihat kualitas jawaban siswa,
apakah motivasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru meningkat, apakah hasil belajar
d. Refleksi
Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data selama tindakan berlangsung kemudian
dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi yaitu mencoba mengingat
dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas. Refleksi ini dilakukan oleh guru
bersama siswa dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada
kekurangan-kekurangan yang masih dihadapi setelah mendapat persetujuan dari kedua belah
pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki tindakan pada siklus 1.
3) Siklus 2
a. Perencanan
Repleksi yang dilakukan pada akhir siklus 1 bertujuan untuk mengidentifikasikan kemajuan
maupun kekurangan yang masih dihadapi. Hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki
b. Pelaksanaan
Tindakan ke-2 berupa inplementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi
c. Observasi
Observasi pada tindakan ke-2 meyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajaran
pembelajaran.
c. Refleksi
Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data selama tindakan berlangsung kemudian
dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu: mencoba mengingat
dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas. Refleksi ini dilakukan oleh guru
bersama siswa dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada
kekurangan-kekurangan yang masih dihadapi, setelah mendapat persetujuan dari kedua belah
pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus 2.
Populasi yang yang menjadi subjek penelitian adalah semua elemen yang berada di
Madrasah Ibtidaiyah Cariu Cirinten Kabupaten Lebak dengan jumlah siswa semuanya ada
88 orang. Sedangkan Sampel penelitian difokuskan pada siswa kelas V secara keseluruhan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut
1. Wawancara yaitu untuk memperoleh data yang dikumpulkan dari responden dan informan
melalui wawancara yang tidak terstruktur, artinya daftar pertanyaan wawancara tidak
tersusun secara lengkap akan tetapi wawancara secara spontan atau langsung dan sekilas saja.
2. Observasi yaitu meneliti secara langsung ke lokasi penelitian pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Untuk data pelengkap daya dukung penelitian ini, penulis rujukan
pada teori-teori dengan melakukan studi kepustakaan yaitu menelaah buku-buku sumber dan
3. Angket yaitu daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan variabel yang telah dipersiapkan
penulis kemudian disebarkan kepada siswa untuk dijawab setiap pernyataan atau pertanyaan
yang ada di dalamnya sehingga memudahkan penulis dalam mengolah data yang diperoleh.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan analisis uji stastistik namun menggunakan
analisis diskriptif dan komperatif. Hasil observasi yang telah dilakukan diolah dan dianalisis
secara diskriptif komperatif yaitu membandingkan nilai antar siklus maupun indikator dalam
penelitian. Observasi dengan analisis diskriptif ini berdasarkan hasil observasi dan refleksi
tiap siklus.
Adapun rentangan nilai yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menentukan tinggi
rendahnya sikap disiplin dan rasa tanggung jawab siswa adalah:Sangat baik ( A ) = 80-
F. Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan. Hal ini digunakan karena
permasalahan yang ingin dipecahkan berasal dari pembelajaran praktis di kelas melalui suatu
tindakan, yaitu Peningkatan Kompetensi Menulis dengan Model Examples non Examples
pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah . Hal ini didasarkan pada pendapat Cohen &
intervensi skala kecil terhadap tindakan dalam dunia nyata dan pemeriksaan secara cermat
terhadap efek dari intervensi tindakan tersebut. Jadi, esensi penelitian tindakan ini terletak
pada adanya tindakan berupa penerapan Model Examples non Examples dalam pembelajaran
dalam bentuk siklus, yang dikembangkan berdasarkan desain PTK Model Kemmis &
McTaggart . Model ini memfokuskan empat tindakan dalam satu siklus kegiatan yang
pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan. Jika dalam satu siklus
belum terjadi peningkatan yang signifikan, maka dipandang perlu untuk melakukan siklus
lanjutan. Secara operasional, siklus tersebut dapat digambarkan seperti pada bagan alur
penelitian peningkatan kompetensi menulis teks berita dengan Model Examples non
Examples.
G. Tahap Pendahuluan
Kegiatan penelitian dimulai dengan studi pendahuluan. dengan beberapa cara. Pertama,
beberapa guru dan siswa serta pengisian kuesioner siswa/angket tentang pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya menulis teks berita. Ketiga, hasil ulangan prasiklus tentang penulisan
teks berita. Kegiatan identifikasi permasalahan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel
berikut ini:
Tabel 6
tindakan perbaikan. Rencana tindakan diartikan sebagai seperangkat kegiatan yang ditata
secara sistematis dan runtut, yang akan dilaksanakan oleh seorang peneliti untuk mencapai
tujuan penelitian. Penyusunan rencana tindakan ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru
dalam bentuk pembelajaran dengan Model Examples non Examples. Untuk mendapatkan
gambaran yang lengkap tentang rencana tindakan ini, berikut ini disajikan tabel rencana
tindakan penelitian menulis teks berita dengan Model Examples non Examples.
Tabel 7
b. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran menulis teks berita dengan Model Examples non
disusun sebelumnya.
dan obyektif untuk merekam data tentang gejala yang muncul, baik yang sifatnya mendukung
maupun menghambat proses pembelajaran. Secara rinci dalam pelaksanaan tindakan dalam
siklus pembelajaran menulis teks berita dengan Model Examples non Examples dapat
Tabel 8
c. Observasi Tindakan
Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama
tindakan berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Pada tahap ini, seluruh perubahan yang
terjadi baik pada indikator proses maupun hasil pembelajaran diidentifikasi dan direkam.
Perubahan tersebut bisa diakibatkan oleh tindakan terencana maupun efek sampingan, bahkan
efek lanjutan dari penerapan Model Examples non Examples. Keseluruhan hasil observasi
direkam dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang telah disusun sebelumnya.
Observasi dilakukan secara terus-menerus mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua.
d. Refleksi Tindakan
Kegiatan refleksi dapat dipandang sebagai upaya untuk memahami dan memaknai
proses dan hasil yang dicapai sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Tahap refleksi ini
diperoleh dari kegiatan refleksi ini berupa informasi tentang hal-hal yang terjadi dan hal-hal
Tahap refleksi dalam penelitian ini dilaksanakan setiap berakhirnya tindakan. Pada
tahap ini, hasil observasi tentang pembelajaran menulis teks berita dengan Model Examples
non Examples didiskusikan dengan guru. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
diskusi. Pertama, refleksi dengan melaksanakan perbandingan antara hasil observasi dengan
direncanakan dengan pelaksanaan tindakan yang dituangkan dalam hasil observasi dengan
penyimpulan tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Untuk
selanjutnya, hasil refleksi digunakan sebagai dasar bagi penyusunan rencana tindakan siklus
kedua.
RPP, data proses yakni kegiatan pembelajaran siswa dan guru, serta data hasil dari menulis
teks berita dengan Model Examples non Examples. Sedangkan metode pengumpulan data
dengan cara wawancara, observasi, dan dokumen. Instrumen yang digunakan berupa panduan
Tabel 9
kemampuan siswa dalam hal menulis, khususnya menulis teks berita masih rendah. Hal ini
dibuktikan dari hasil nilai Bahasa Indonesia seperti tercantum pada Tabel berikut ini:
Tabel 10
Sedangkan yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 33.33% atau 5 siswa dari 15 siswa.
Dan yang belum tuntas sebesar 66.67 % , atau 10 siswa dari 15 siswa. .
menulis teks berita dengan Model Examples non Examples. Skenario pembelajaran yang
disusun, dirancang untuk 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 jam
pelajaran (2 x 40 menit).
Peneliti bersama kolaborator menyusun alat evaluasi pembelajaran, baik dari segi
proses maupun hasil. Dari segi proses berupa lembar observasi kegiatan guru maupun
kegiatan siswa.
apersepsi, motivasi, serta menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah
semuanya siap, maka dilanjutkan dengan kegiatan siswa untuk mengamati contoh-contoh
berita dalam koran/surat kabar yang dibagikan oleh guru. Suasana pembelajaran semakin
hidup dengan adanya tanya jawab antara siswa dengan guru tentang kebermaknaan sebuah
berita. Selanjutnya guru menggiring siswa pada kegiatan inti pembelajaran dengan
menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai, tujuan pembelajaran, serta rencana
Salah satu ciri dari pembelajaran dengan Model Examples non Examples adalah kerja
kelompok. Untuk itu, siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya (kelompok 1 sampai
dengan 5) dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa. Lebih lanjut tentang
kelompok tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 11
1. Yayah
1. 1 Kompas 2. Sarmah
3. Ponah
1. Sarimah
2. Armah
2. 2 Radar Banten
3. Sartini
1. Ucu
2. Ratna
3. 3 Fajar Banten
3. Saniah
1. Edi
2. Aka
4. 4 Radar Serang
3. Sartani
1. Uun
2. Muhaemin
5. 5 Republika
3. Ratna
tentang Kesehatan, sehingga membentuk teks berita yang runtut dan utuh. Salah satu
wacana yang runtut dan benar. Setelah dirasa pemahaman siswa tentang penulisan teks berita
cukup, maka kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan penarikan simpulan secara bersama
Adapun hasil pelaksanaan Siklus I sebagaiman tercantum dalam tabel berikut ini:
Tabel 11
Sedangkan ketuntasan belajar siswa sebesar 45.67 %, atau 7 siswa dari 15 siswa yang tuntas
belajarnya. Sementara siswa yang belum tuntas belajarnya sebesar 53.33 %, atau 8 siswa dari
untuk memberikan apersepsi, motivasi, serta menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti
pembelajaran. Setelah semuanya siap, maka dilanjutkan dengan kegiatan siswa untuk
mengamati contoh-contoh berita dalam koran/surat kabar yang dibagikan oleh guru. Suasana
pembelajaran semakin hidup dengan adanya tanya jawab antara siswa dengan guru tentang
kebermaknaan sebuah berita. Selanjutnya guru menggiring siswa pada kegiatan inti
pembelajaran, serta rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut.
` Kegiatan selanjutnya yakni penyusunan rubrik penilaian tentang teks berita yang
dilakukan siswa dan dipandu oleh guru. Kegiatan ini menyepakati aspek yang akan dinilai
dalam penulisan teks berita yang meliputi:
(1) Judul (judul yang ditulis hendaknya menarik, singkat, dan mencerminkan isi).
(2) Isi (isi berita hendaknya lengkap memuat 5W+1H dan sesuai dengan data pokok-pokok
berita).
(3) Kepaduan (berita yang ditulis hendaknya memiliki kepaduan baik antarkata, antarkalimat,
maupun antarparagraf).
(4) Ejaan (berita yang ditulis hendaknya menggunakan ejaan yang benar).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap gambar, dan dengan memperhatikan
aspek penilaian dalam penulisan teks berita, siswa secara individu menulis teks berita dengan
singkat, padat, dan jelas. Setelah kegiatan penulisan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan
menyunting pekerjaan teman sebangku. Berdasarkan komentar dari hasil penyuntingan teman
Adapun hasil pelakasanaan Siklus II ini, sebagaimana tercantum dalm Tabel berikut
ini :
Tabel 12
Sedangkan ketuntasan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita sebesar 80.00 % , atau
12 orang siswa dari 15 sudah tuntas belajarya. . Sementara siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajarnya sebesar 20.00 %, atau 3 rang siswa dari 15 belum tuntas belajarnya.
Hal ini perlu ditindak lanjuti oleh pihak guru, jika ingin mencapai 100 % dalam ketuntasan
belajar siswa pada materi Kemampuan Menulis pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Meskipun masih terdapat 3 orang siswa yang belum tuntas, maka ini dianggap sebagai
prestasi yang cukup tinggi karena sudah melebihi dari nilai KKM sebesar 65 % yaitu sebesar
80.00 %.
D. Refleksi Tindakan Siklus I
bahwa pembelajaran menulis teks berita, baik dari segi proses maupun hasil, sudah
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Namun demikian, peneliti dan guru
berpendapat bahwa proses maupun hasil yang sudah dicapai pada tindakan siklus I ini masih
belum optimal dan perlu disempurnakan agar kegiatan pembelajaran menulis teks berita bisa
(1) Guru masih kurang maksimal dalam mempersiapkan siswa untuk belajar.
(2) Guru masih kurang maksimal dalam menarik perhatian siswa ke fokus kegiatan pembelajaran
(3) Guru masih kurang maksimal dalam memantau kemajuan belajar siswa selama proses
pembelajaran.
(4) Guru masih kurang maksimal dalam membangkitkan keaktivan siswa dalam berdiskusi baik
(5) Guru masih kurang maksimal dalam menjelaskan penulisan teks berita khususnya masalah
memandang perlu untuk melaksanakan Siklus II dengan tindakan tambahan sebagai berikut.
(1) Pada kegiatan prapembelajaran diharapkan guru lebih bisa mengondisikan agar siswa lebih
siap baik dari fisik maupun mentalnya untuk mengikuti pembelajaran. Dengan persiapan
yang lebih dini dan matang diharapkan proses maupun hasil pembelajaran bisa lebih
ditingkatkan lagi.
(2) Guru diharapkan bisa membuat ilustrasi atau gambaran-gambaran lain yang lebih kongkrit
sehingga bisa menggugah motivasi serta membangkitkan kognisi awal siswa yang dikaitkan
(3) Guru perlu lebih menyadari bahwa pembelajaran itu perlu proses dan melewati suatu
didampingi atau dibimbing oleh seorang guru. Untuk itulah keaktivan guru dalam memantau
(4) Kegiatan diskusi baik kelompok maupun kelas perlu dikondisikan agar suasananya benar-
benar hidup. Masing-masing melaksanakan sesuai dengan perannya, baik itu kelompok
penyaji maupun kelompok yang memberikan tanggapan. Peran guru sangatlah dominan,
(5) Secara umum guru memang perlu meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis teks
berita. Untuk itu segala hal yang berkaitan dengan penulisan teks berita tersebut perlu
dikuasai siswa. Karenanya seorang guru perlu memfasilitasi hal tersebut, terutama yang
menjadi kelemahan siswa yakni masalah penggunaan ejaan. Sehubungan dengan ejaan
tersebut yang perlu sekali mendapat penekanan adalah masalah penggunaan huruf besar, kata
bahwa pembelajaran menulis teks berita dengan Model Examples non Examples, dengan
yang sudah dicapai pada tindakan siklus II ini sudah dapat dijadikan tolak ukur bagi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa secara umum
tindakan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Model Examples non Examples dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berita. Peningkatan ini dapat dilihat dari
a. Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara , bahwa Model Pembelajaran Examples non
Examples sangat baik untuk ditrerapkan pada proses pembelajaran khsususnya pada mata
pada meteri Kemampuan Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Hal itu dibuktikan
dengan adanya prningkatan dari pelaksanaan Pra Siklus yang memperoleh ketuntasan belajar
sebesar 33.33 %, kemudian mengalami kenaikan pada Siklus I sebesar 46.67 %, hingga
menapai titik puncaknya pada Siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu
sebesar 80.00 %. Secara keseluruhan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks
berita pada mata Pelajaran Bahasa Indonesia sudah tercapai. Karena sudah melebihi dari
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan Model Pembelajaran Examples non Examples
kompetensi siswa. Penerapan Model Examples non Examples dalam pembelajaran menulis
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia memerlukan variasi media pembelajaran dan
menuntut keterlibatan siswa secara penuh mulai dari kegiatan diskusi kelompok, diskusi
kelas, sampai dengan kerja mandiri. Oleh karena itu, kami sarankan:
a. Kepada seluruh pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Cariu
Cirinten Kabupaten Lebak , untuk menerapkan model pembelajaran Examples non Examples
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : 5/I
Waktu : 2 x 30 menit (2 jam pelajaran)
Tema : Kegiatan
C. Indikator:
Menulis pokok-pokok hasil pengamatan/kunjungan.
Menyusun laporan hasil pengamatan/kunjungan.
Melaporkan hasil pengamatan/kunjungan secara lisan.
D. Hasil Belajar:
Pokok-pokok hasil pengamatan/kunjungan.
Laporan hasil pengamatan/kunjungan.
E. Metode Pembelajaran:
Pemodelan
Diskusi
Tanya jawab
Penugasan
F. Kegiatan Pembelajaran
PENGORGANISASIAN
NO KEGIATAN
SISWA WAKTU
1 Prakegiatan Klasikal 3 menit
a. Guru menyapa siswa, memeriksa kehadiran
siswa, dan mengondisikan siswa agar siap
menerima pelajaran.
b. Guru menyiapkan media dan sumber belajar.
2 Kegiatan Awal Klasikal 5 menit
a. Siswa diberi pengarahan sebelum berangkat Klasikal
ke perpustakaan.
b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok Kelompok
G. Penilaian (Terlampir)
- Jenis tes : tertulis
- Bentuk tes : subyektif
- Alat penilaian : LKS 1 dan laporan hasil kunjungan (LKS 2).
- Prosedur penilaian :
Penilaian proses : Pengamatan selama pembelajaran berlangsung
Penilaian hasil : LKS 1 dan laporan hasil kunjungan (LKS 2)
METODE PENELITIAN
A.Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di MAN Turen. MAN Turen terletak
di Jln. Kauman 18 Turen. Madrasaah ini awalnya adalah madrasah swasta yang
bernama Madrasah Aliyah Miftahul Huda Turen, kemudian menjadi negeri pada
bulan Mei 2009. Dengan statusnya yang baru negeri, MAN Turen belum memiliki
sarana prasarana yang lengkap, bahkan terdapat 2 kelas yang belum
mempunyai bangku.
MAN Turen terdiri dari empat rombongan belajar (rombel), yang meliputi kelas X
dua rombel, kelas XI satu rombel dan kelas XII satu robel. Selain itu terdapat
perpustakaan yang juga mencakup sebagai ruang multimedia dan laboratorium.
Penelitian tindakan kelas ini untuk mata pelajaran Al-Quran Hadits. Sebagai
subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X B tahun pelajaran 2009-2010
semester ganjil dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang, terdiri dari laki-laki 21
orang dan perempuan 15 orang. Sebagian besar siswa kelas X B adalah siswa
yang pendiam dan penurut. Di dalam kelas, siswa cenderung pasif dan tidak
percaya diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pemilihan kelas ini
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas X
B MAN Turen.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Juli sampai
September 2009. Pertemuan waktu penelitian mengacu pada kalender
pendidikan sekolah, karena penelitian tindakan kelas memerlukan beberapa
siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas, yaitu
pada hari Sabtu jam 06.30-07.50 WIB.
Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta sebagai guru yang melaksanakan
kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits.
B.Rencana Tindakan
1.Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini, peneliti melakukan identifikasi masalah
yang dihadapi siswa dengan observasi dan wawancara dengan guru mata
pelajaran Al-Quran Hadits. Untuk mengatasi masalah pembelajaran
sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka peneliti berencana menerapkan
strategi pembelajaran everyone is a teacher here. Pada pertemuan pertama
peneliti mengadakan pre-test tentang pengetahuan yang dipelajari siswa pada
pertemuan sebelumnya dengan guru mata pelajaran Al-Quran Hadits yang
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Selain itu, peneliti
mempersiapkan strategi lain seperti ceramah dan brainstorming sebagai
antisipasi kemungkinan perubahan yang bersifat menyesuaikan.
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah
perencanaan tindakan yaitu menyusun instrument penelitian berupa: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal tes,
menyiapkan kertas kecil untuk penerapan strategi everyone is a teacher here
dan lembar observasi.
Pada tahap ini pula, peneliti mencari teman sejawat yang akan membantu
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Teman sejawat dimaksudkan sebagai
sumber untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi
siswa maupun guru.
2.Implementasi Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran,
pengumpulan data hasil observasi dan tes. Adapun tindakan yang akan
diimplementasikan dalam PTK ini adalah menerapkan tindakan yang mengacu
pada skenario pembelajaran. Pengamatan selain dilakukan oleh peneliti juga
dilakukan oleh teman peneliti yang mencatat apa saja yang terjadi selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I adalah pengertian Al-
Quran, tindakan II adalah perbedaan Al-Quran dengan Hadits Qudsi dan Hadits
Nabawi, tindakan III adalah bukti keotentikan Al-Quran dari segi keunikan
redaksinya, kemukjizatannya dan sejarahnya.
C.Siklus Penelitian
PTK ini mengacu pada penelitian tindakan Model Kurt Lewin, yang mana siklus
dalam PTK ini mencakup konsep pokok penelitian tindakan dari Kurt Lewin
(dalam Ghony: 2008) yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).
Pada tahap perencanaan, guru peneliti bersama guru mitra membuat
perencanaan penbelajaran yang mengembangkan partisipasi siswa dengan
strategi Everyone Is A Teacher Here. Di sini, semua kegiatan yang akan
dilaksanakan dimatangkan serta ditentukan alat yang digunakan untuk observasi
tindakan yang dilakukan pada tahap tindakan, guru peneliti menyajikan
pelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. Bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan, guru peneliti yang melakukan observasi dengan cara
yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Hasil observasi ini kemudian
direfleksikan secara bersama untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang
digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan partisipasi
belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran Al-Quran Hadits melalui strategi
everyone is a teacher here.
Siklus pertama diadakan pada tanggal 08 Agustus 2009 dengan pokok bahasan
pengertian Al-Quran. Pada siklus ini peneliti mengadakan pre test untuk
mengetahui pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. Pada siklus
ini, peneliti mengamati sendiri aktifitas dan partisipasi siswa di kelas.
Siklus kedua diadakan pada tanggal 15 Agustus 2009 dengan pokok bahasan
perbedaan Al-Quran dengan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi. Sedangkan siklus
ketiga dilaksanakan pada tanggal 05 September 2009 dengan pokok bahasan
bukti keotentikan Al-Quran dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya dan
sejarahnya. Pada siklus kedua dan ketiga ini, peneliti dibantu seorang teman
untuk mengamati dan mencatat apa yang terjadi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
D.Pembuatan Instrumen
Sebelum PTK dilaksanakan maka dibuat beberapa instrumen yang akan
digunakan untuk member perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan PTK, menyediakn potongan kertas untuk
penerapan strategi everyone is a teacher here.
Selain itu, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan, dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen
pembantu, seperti lembar tes, lembar pengamatan partisipasi siswa di kelas,
lembar evaluasi, pedoman observasi atau lembar observasi aktifitas siswa dan
guru di kelas.
E.Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data yang
meliputi: sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data dan instrument yang
digunakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Pengumpulan Data
No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen
1 Siswa Jumlah siswa yang dapat menjawab benar soal pre test dan post test
Melaksanakan tes lisan Soal Test
2 Guru Langkah-langkah pembelajaran Observasi Pedoman Observasi
3 Guru dan Siswa Aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung
Observasi Pedoman Observasi
4 Siswa Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran Pengamatan Partisipatif
Lembar Pengamatan
F.Indikator Kinerja
Bersumber pada hasil observasi yang menunjukkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran Al-Quran Hadits, diharapkan adanya peningkatan partisipasi siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi everyone is a teacher here.
Adapun indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan dalam penelitian
penelitian ini adalah:
a.Observasi: Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits.
Indikator keberhasilannya adalah minimal 75 % siswa berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits
b.Dokumentasi: daftar kehadiran siswa. Indikator keberhasilannya adalah 75 %
siswa hadir dalam pembelajaran Al-Quran Hadits.
b. Pelaksanaan
Pada awal siklus pertama dilaksanakan pre test. Pada saat awal siklus pertama
pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan:
Semua siswa belum mempunyai buku panduan dan LKS
Sebagian siswa belum memahami langkah-langkah strategi everyone is a
teacher here
Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan upaya sebagai berikut:
Guru memberikan catatan tentang materi yang akan dipelajari
Guru membantu siswa yang belum memahami langkah-langkah strategi
everyone is a teacher here
Pada akhir siklus pertama dari siklus pertama dari hasil pengamatan guru dapat
disimpulkan:
Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar aktif dengan strategi everyone is a
teacher here
Siswa mampu menyimpulkan bahwa strategi everyone is a teacher here
memiliki langkah-langkah tertentu.
c. Pengamatan
Kegiatan Observasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan di atas yang
dilakukan oleh guru mitra sebagai kolaborator. Pada siklus pertama jumlah siswa
yang hadir sebanyak 33 siswa atau 92 % dari seluruh seluruh jumlah siswa (36
siswa). Dari hasil pre test, siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar
hanya 17 sisa atau 47 %. Hasil observasi partisipasi belajar siswa dalam
pembelajaran Al-Quran Hadits selama siklus 1 adalah: skor perolehan: 6.03, skor
ideal: 16, prosentase: 38 %. Sedangkan hasil observasi kegiatan guru dalam
pembelajaran Al-Quran Hadits, pada siklus 1 masih tergolong rendah dengan
perolehan skor 47 atau 69% sedangkan skor idealnya adalah 68. Data hasil
observasi oleh kolaborator menunjukkan adanya hambatan yang datang dari
siswa, yaitu:
Sebagian besar siswa Kelas X B pada umumnya mempunyai partisipasi belajar
Al-Quran Hadits masih rendah dan pasif. Pada pertemuan siklus 1 ini guru
banyak terlibat di dalam pembelajaran. Rendahnya partisipasi belajar Al-Quran
Hadits disebabkan rendahnya aktivitas belajar dan motivasi siswa.
Siswa dalam membuat pertanyaan masih banyak yang menyimpang dari topik
yang dibahas dan sementara jawaban siswa masih banyak yang kurang sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Dalam menanggapi permasalahan, yang bisa menjawab hanya dilakukan siswa
tertentu saja, itupun tanggapannya masih kurang relevan.
Siswa masih kurang memahami tentang strategi Everyone Is A Teacher Here.
Kemandirian belajar untuk mencari pengetahuan dan belajar sendiri masih
rendah, siswa masih berharap bantuan dari temannya.
Selain itu kemampuan guru dalam mengorganisasikan siswa masih perlu
perbaikan.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengamati keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
tindakan yang terjadi pada siklus 1 maka perlu perbaikan diantaranya:
Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran Al-Quran Hadits
melalui strategi everyone is a teacher here. Hal ini diperoleh hasil observasi
terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran Al-Quran Hadits siklus pertama
hanya memperoleh 69%.
Demikian juga dengan siswa belum terbiasa dengan kondisi pembelajaran Al-
Quran Hadits melalui strategi everyone is a teacher here. Hal ini diperoleh hasil
observasi terhadap perolehan skor dalam pembelajaran Al-Quran Hadits siklus
pertama hanya memperoleh 38%
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan maka guru
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
Guru memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
Kemampuan guru dalam mengorganisasikan siswa masih perlu perbaikan dan
hendaknya guru memperhatikan tahap-tahap kegiatan dan alokasi waktu yang
telah ditetapkan.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus
pertama, antara lain:
Guru peneliti adalah membuat perencanaan pembelajaran (skenario
pembelajaran) sesuai dengan kompetensi dasar.
Guru membuat panduan belajar siswa agar mudah di pahami siswa.
Menyiapkan waktu yang tepat agar tidak banyak waktu yang terbuang.
Menyiapkan materi pembelajaran dengan tujuan meningkatkan partisipasi
belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas X B MAN Turen
b. Pelaksanaan
Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran aktif dengan
strategi everyone is a teacher here.
Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
Guru memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
pendapat siswa lain
Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta
c. Pengamatan
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan di atas yang
dilakukan oleh guru mitra sebagai kolaborator. Pada siklus kedua jumlah siswa
yang hadir sebanyak 34 siswa atau 94 % dari seluruh seluruh jumlah siswa (36
siswa) Hasil observasi partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran Al-Quran
Hadits selama siklus 2 adalah: skor perolehan: 11.5, skor ideal: 16, prosentase:
72 %. Sedangkan hasil observasi kegiatan guru dalam pembelajaran Al-Quran
Hadits pada siklus 2 ini tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan
dari siklus pertama. Dari skor ideal 68 nilai yang diperoleh adalah 57 atau 89%.
Dari hasil observasi tersebut diketahui adanya peningkatan partisipasi belajar Al-
Quran Hadits siswa Kelas X B MAN Turen, hal tersebut tampak seperti yaitu:
Siswa rata-rata aktif karena siswa dalam memberi jawaban dan sudah ada
yang berani mengungkapkan pendapatnya.
Pertanyaan siswa sudah terarah pada materi yang dibahas.
Jawaban siswa sebagian sudah relevan dengan materi yang di pelajari.
Siswa telah dapat menyajikan materi dengan baik yang dikaitkan dengan
materi pembelajaran yang berupa peristiwa-peristiwa di masyarakat.
Walaupun demikian masih ditemui hambatan-hambatan pada siklus 2, yaitu:
Masih adanya siswa yang kurang aktif.
Masih adanya jawaban siswa yang kurang relevan
Motivasi dan minat siswa masih perlu ditingkatkan lagi
Guru belum maksimal membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa dan
masih kurang memberi reward sebagai penguatan.
d. Refleksi
Dengan memperhatikan hasil pengamatan baik terhadap siswa maupun
terhadap guru, diperoleh hal-hal sebagai berikut:
Tingkat kinerja guru semakin baik, meskipun masih ada beberapa kekurangan.
Hal ini dapat dilihat dari data observasi terhadap kegiatan guru Al-Quran Hadits
dalam pembelajaran meningkat dari 69 % menjadi 89 % pada siklus kedua.
Siswa sudah mulai mampu berpartisipasi dalam pembelajaran, mampu
menjawab, mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari data observasi terhadap perolehan skor partisipasi belajar Al-Quran
Hadits pada siklus pertama dari 38 % menjadi 72 % pada siklus kedua.
Tetap meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi everyone is
a teacher here sehingga partisipasi belajar Al-Quran Hadits meningkat, seiring
dengan meningkatnya motivasi dan minat belajar siswa.
3. Siklus Ketiga
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan pada siklus 3 dilakukan dengan memperhatikan hasil
refleksi pada siklus 2, antara lain:
Hambatan pada siklus 2 oleh peneliti dan observer, dianalisa dan direfleksi
untuk dijadikan pedoman dalam menyusun tindakan pada siklus 3.
Guru membuat perencanaan pembelajaran (skenario pembelajaran) sesuai
dengan kompetensi dasar.
Guru membuat panduan belajar siswa agar mudah di pahami siswa.
Menyiapkan waktu yang tepat agar tidak banyak waktu yang terbuang.
Menyiapkan pokok bahasan tujuan meningkatkan partisipasi belajar Al-Quran
Hadits siswa Kelas X B MAN Turen.
b. Pelaksanaan
Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran aktif
dengan strategi everyone is a teacher here.
Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
Guru memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
pendapat siswa lain.
Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
Pada siklus ketiga jumlah siswa yang hadir sebanyak 36 siswa atau 100 % dari
seluruh seluruh jumlah siswa (36 siswa). Dari hasil pos test, siswa yang dapat
menjawab pertanyaan dengan benar hanya 35 siswa atau 97 %.Hasil observasi
partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran Al-Quran Hadits selama siklus 3
diperoleh skor yaitu: skor perolehan: 14.27, skor ideal: 16, prosentase: 89.2 %.
Sedangkan hasil observasi kegiatan guru dalam pembelajaran Al-Quran Hadits
pada siklus 3 menperoleh skor perolehan 62 dari skor ideal 68 atau 91 %. Hal ini
berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan dan perbaikan
dari siklus sebelumnya.
c. Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama siklus 3 ini adalah sebagai berikut:
Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
pembelajaran Al-Quran Hadits. Partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran Al-
Quran Hadits sudah mengarah ke pembelajaran everyone is a teacher here
secara lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap partisipasi
belajar Al-Quran Hadits dapat meningkat dari 38 % pada siklus kedua menjadi
72 % pada siklus ketiga menjadi 89.2 %.
Meningkatnya partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran Al-Quran Hadits
didukung oleh meningkatnya kegiatan aktivitas guru dalam mempertahankan
dan meningkatkan suasana pembelajaran dengan strategi everyone is a teacher
here. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran
Al-Quran Hadits mengalami peningkatan dari 89% pada siklus kedua dan
menjadi 91 % pada siklus ketiga.
Penilaian siswa terhadap strategi pembelajaran everyone is a teacher here ini
sangat positif, mereka menilai sangat menarik dan tidak membosankan.
Dari analisis hasil penelitian di atas, maka peneliti merefleksi bahwa strategi
pembelajaran everyone is a teacher here ini dapat meningkatkan partisipasi
belajar siswa.
B. Pembahasan
1. Partisipasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam tiga siklus kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas diperoleh data bahwa partisipasi atau
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan.
Pada siklus I prosentase keaktifan siswa adalah 38 %, sedangkan pada siklus II
menjadi 72 % dan pada siklus III menjadi 89.2 %. Hal ini karena pada siklus I
sebagian siswa belum memahami langkah-langkah strategi pembelajaran
everyone is a teacher here. Kegiatan pembelajaran yang seharusnya menjadi inti
kegiatan, banyak terganggu oleh masalah yang dihadapi oleh masing-masing
siswa. Sedangkan pada siklus II dan III, siswa sudah lebih memahami langkah-
langkah strategi pembelajaran everyone is a teacher here dan guru sudah lebih
bisa mengondisikan kelas dengan baik. Tingkat kehadiran siswa pada siklus I
adalah 92 % , siklus II adalah 94 % dan pada siklus III adalah 100 %.
Kecenderungan yang terjadi pada siklus I dan siklus II memberikan gambaran
bahwa pembelajaran dengan strategi everyone is a teacher here mengurangi
tingkat kesulitan yang terjadi atau mempermudah proses pembelajaran. Dengan
pembelajaran aktif, strategi everyone is a teacher here juga meningkatkan minat
dan menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran Al-Quran Hadits, ini terlihat
dari hasil analisis observasi pada siklus 1, 2 dan 3 bahwa siswa, tekun dan
antusias selama proses pembelajaran, aktif selama proses pembelajaran, dan
aktif dalam mengerjakan tugas, serta disiplin dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang lebih mudah dalam pemahaman materi ajar akan berdampak
pada hasil belajar siswa.
2. Aktivitas Guru
Observasi yang dilakukan oleh rekan guru yang bertindak sebagai observer
menyatakan bahwa aktivitas guru adalah cukup baik pada siklus I maupun siklus
II dan lebih baik pada siklus III. Hal ini dipandang sesuai dengan kenyataan
dimana aktifitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator yang melayani para
siswa, baik dalam menjelaskan konsep pembelajaran maupun teknis operasional
perangkat pembelajaran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pada dasarnya
merupakan upaya peningkatan kualitas pendidikan khusus dalam proses
pembelajaran. Jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur
baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan
peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran dikelas,
dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan dan kesulitan dalam proses
pembelajaran pada guru dan hasil belajar yang terjadi pada siswa. Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas dalam peningkatan partisipasi belajar Al-Quran
Hadits melalui strategi pembelajaran everyone is a teacher here siswa kelas X B
MAN TUREN, dengan menggunakan tehnik pembelajaran everyone is a teacher
here dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Setelah dilakukan pengamatan terhadap kegiatan aktivitas siswa
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan diperoleh rata-rata kadar partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran Al-Quran Hadits pada siklus I hanya rata-rata 38
% menjadi 72 % pada siklus II, dan 89.2 % pada siklus III.
2. Meningkatnya partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran Al-Quran Hadits
didukung oleh meningkatnya kegiatan aktivitas guru dalam mempertahankan
dan meningkatkan suasana pembelajaran dengan strategi everyone is a teacher
here. Hal ini dapat dilihat dari data observasi terhadap kegiatan guru Al-Quran
Hadits dalam pembelajaran meningkat dari 69 % pada siklus I, menjadi 89 %
pada siklus II dan menjadi 91 % pada siklus III.
3. Karena dalam penelitian ini, skor rata-rata pada setiap siklus telah mencapai
di atas 10%, maka peneliti berkesimpulan bahwa strategi pembelajaran
everyone is a teacher here sangat cocok digunakan dalam pembelajaran Al-
Quran Hadits dan dapat meningkatkan partisipasi siswa.
B. Saran
Agar proses pembelajaran ini dapat terus berlangsung dengan peningkatan
partisipasi pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa maka pihak
sekolah dan guru perlu melakukan :
1. Mengatur ruang kelas, dan denah tempat duduk siswa sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa.
2. Guru selalu mensuport/membantu dan memotivasi siswa untuk terbiasa
membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan agar siswa mempunyai percaya
diri dalam berinteraksi dengan sesama siswa.
3. Para guru harus memiliki sikap keterbukaan, kesediaan menerima kritik dan
saran terhadap kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran.
4. Mendukung guru-guru untuk mengembangkan macam-macam model
pembelajaran dalam proses pembelajaran agar selalu ada peningkatan kualitas
pembelajaran baik dari proses maupun hasil belajar siswa.
5. Guru hendaknya menyesuaikan metode dan strategi pembelajaran dengan
materi yang disampaikan, guru sebagai pendidik hendaklah juga memahami
karakteristik dan kemampuan siswa, karena masing-masing siswa pada dasarnya
mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.
6. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam
pembelajaran Al-Quran Hadits maupun mata pelajaran lain.
7. Memotivasi guru untuk menulis karya ilmiah dengan salah satu cara
melaksanakan penelitian tindakan kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Silberman, M. L. (2009). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia.
Subi, F. (2009). Strategi Everyone Is Teacher Here dan Index Card Match.
http://fikrinatuna.blogspot.com. 30 September 2009.
Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: CV. Sinar Baru
Sutiah, Dra. (2003). Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Malang:
Universitas Negeri Malang
Sy, Zahera. (Februari 2000). Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya Terhadap
Aktifitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan. 7 (1).
Wibowo, A. J. (2007). Pembelajaran Aktif-Reflektif. http://alexjwibowo.
blogspot.com. 28 September 2009
gldjgfk