Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah : Asesmen Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : Dr. Ilham Minggi, M.Si.

ASESMEN OTENTIK

OLEH :

KELOMPOK IV
KELAS : C/03

1. RESKI ANDRIANA (161050701051)


2. SABINUS RAINER N C (161050701054)
3. WARDAWATY (161050701056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan ini
adalah untuk menambahkan pengetahuan kepada pembaca tentang Asesmen
Otentik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir, khususnya kepada
bapak Dr. Ilham Minggi, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Asesmen
Pembelajaran Matematika. Kami berharap makalah ini dapat membantu dan semoga
Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Maret 2017

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar isi .................................................................................................................. iii

Bab I. Pendahuluan ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................ 3

Bab II. Pembahasan ................................................................................................. 4

A. Pengertian Asesmen Otentik ....................................................................... 4


B. Hakikat Asesmen Otentik ........................................................................... 5
C. Alasan perlunya Asesmen Otentik .............................................................. 6
D. Karakteristik Asesmen Otentik ................................................................... 6
E. Manfaat Asesmen Otentik ........................................................................... 7
F. Jenis-jenis Asesmen Otentik ....................................................................... 9
G. Pengembangan Penilaian pada Asesmen Otentik ....................................... 12
H. Perbedaan antara Asesmen Otentik dan Asesmen Tradisional ................... 14
I. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Otentik........................................... 16

Bab III. Penutup ...................................................................................................... 17

Kesimpulan ............................................................................................................ 17

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 18

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan di seputar asesmen hasil pembelajaran siswa sejalan dengan


perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan asesmen
merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Kurikulum
itu sendiri adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (PP No.19, Th. 2005:3). Untuk
mengukur kadar ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang
mencakup tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran mesti
dilakukan.
Dalam kurikulum yang berbasis kompetensi sebagaimana yang
dipergunakan di dunia pendidikan di Indonesia yang bernama Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum K -13, komponen asesmen menempati
posisi penting. Ada tiga fokus utama dalam pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu penentuan kompetensi, pengembangan silabus, dan pengembangan
asesmen. Komponen asesmen diyakini memberikan dampak nyata bagi keberhasilan
pembelajaran kompetensi kepada siswa, maka asesmen kini ditempatkan pada posisi
yang penting dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Bentuk dan cara asesmen
dalam banyak hal memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran,
bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa harus belajar, dan
karenanya menentukan capaian kompetensi.
Istilah penilaian dalam bahasa Indonesia dapat bersinonim dengan
evaluasi (evaluation) dan kini juga popular istilah asesmen (assessment). Ada
banyak definisi asesmen yang dikemukakan orang, yang, walau berbeda rumusan,
pada umumnya menunjuk pada pengertian yang hampir sama. Menurut Linch, 1996:2
dalam Nurgiyantoro (dikutip dari http://journal.uny.ac.id
/index.php/cp/article/download/320/pdf) asesmen adalah usaha yang sistematis untuk
mengumpulkan informasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan. Brown
(2004:3) yang sengaja memilih istilah tes dan mengartikannya sebagai cara
pengukuran keterampilan, pengetahuan, atau penampilan seseorang dalam konteks
yang sengaja ditentukan.
Pada dasarnya, suatu sistem asesmen yang baik ialah tidak hanya mengukur
apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi
kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari. Asesmen
otentik dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari
siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan keseluruhan hasil tetapi
juga proses belajar itu sendiri. Asesmen otentik juga memberikan kesempatan yang
luas kepada peserta didik untukk menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang sudah dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan mencoba memaparkan
mengenai Asesmen Otentik (Authentic Assessment) dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini, kami akan
membahas mengenai beberapa masalah, antara lain :
1. Apakah pengertian Asesmen Otentik itu?
2. Apakah hakikat Asesmen Otentik?
3. Apakah alasan perlunya Asesmen Otentik?
4. Apa saja karakteristik Asesmen Otentik?
5. Apakah manfaat dari Asesmen Otentik?
6. Apa saja Jenis-jenis Asesmen Otentik?
7. Bagaimana pengembangan penilaian pada Asesmen Otentik?
8. Apakah perbedaan antara Asesmen Otentik dan Asesmen Tradisional?

2
9. Apa saja keunggulan dan kelemahan Asesmen Otentik itu?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian Asesmen Otentik
2. Menjelaskan hakikat Asesmen Otentik
3. Menjelaskan alasan perlunya Asesmen Otentik
4. Menjelaskan apa saja karakteristik Asesmen Otentik
5. Menjelaskan manfaat dari Asesmen Otentik
6. Menjelaskan apa saja Jenis-jenis Asesmen Otentik
7. Menjelaskan bagaimana pengembangan penilaian pada Asesmen Otentik
8. Menjelaskan perbedaan antara Asesmen Otentik dan Asesmen Tradisional
9. Menjelaskan keunggulan dan kelemahan Asesmen Otentik

D. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat penulisan ini adalah :
1. Bagi Penulis
Pembuatan tulisan ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asesmen
pendidikan Matematika. Namun di luar itu, pembuatan tulisan ini sangat memberikan
manfaat kepada penulis sendiri. Dengan membaca beberapa sumber yang dijadikan
rujukan pembuatan tulisan ini, maka penulis telah banyak belajar dan
mendapatkan ilmu serta pengetahuan baru tentang Asesmen Otentik.
2. Bagi Pembaca
Dari tulisan ini, diharapkan pembaca dapat mendapatkan ilmu dan pengetahuan
baru tentang Asesmen Otentik dan dapat menerapkan asesmen yang manakah yang
baik digunakan dalam proses pembelajaran yang tidak hanya dilihat pada hasil akhir
tapi dilihat pada proses pembelajaran itu sendiri.

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asesmen Otentik

Penilaian (Asesmen) sinonimnya adalah pengukuran, pengujian, atau evaluasi.


Penilaian adalah upaya sistematik dan sistemik yang dilakukan melalui pengumpulan
data atau informasi yang sahih (valid) dan reliabel sedangkan Otentik merupakan
sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.

Dalam hubungannya dengan assesmen, dikenal istilah asesmen otentik.


Asesmen otentik (authentic assessment) merupakan cermin nyata (the real mirror)
dari kondisi pembelajaran siswa. Asesmen otentik disebut demikian karena unik
berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman langsung di dunia nyata setiap siswa.
(Basuki, Ismet dan Hariyanto, 2015 : 186)
Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk
menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi
(menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan
ganda, kuis jawaban singkat. Jadi dikatakan otentik dalam arti sesungguhnya dan
realistis.
Menurut Jon Mueller (2006) penilaian otentik merupakan suatu bentuk
penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang
sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan
esensial yang bermakna. Pendapat serupa dikemukakan oleh Richard J Stiggins
dalam Rustaman (2013), bahkan Stiggins menekankan keterampilan dan
pengetahuan yang sudah dikuasai. Hal ini terungkap dalam cuplikan kalimat berikut :
performance assessments call upon the examinee to demonstrate specific skills and
competiences, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered
(Stiggins, 1987 :34)
Grant Wiggins (1993) menekankan hal yang lebih unik lagi. Beliau
menekankan perlunya kinerja ditampilkan secara efektif dan kreatif. Selain itu tugas
yang diberikan dapat berupa pengulangan tugas atau masalah yang analog dengan
masalah yang dihadapi orang dewasa (warganegara, konsumen, professional)
dibidangnya.
Engaging and worthy problems or questions of importance, in which
students must use knowledge to fashion performance effectively and creatively.
The tasks are either replicas of analogous to the kinds of problems faced by
adult citizens and consumers of professionals in the field (Wiggins dalam
Rustaman, 2013).

Secara ringkas asesmen otentik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk


penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas nyata yang
menunjukkan penerapan dari suatu pengetahuan atau keterampilan

B. Hakikat Asesmen Otentik


Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assessment adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Apabila data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami
kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester)
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti
EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi juga dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak
terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran (Nurhadi dalam Basuki, Ismet dan
Hariyanto, 2015 : 169)

5
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah
untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to
learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir
periode pembelajaran (Nurhadi dalam Basuki, Ismet dan Hariyanto, 2015 : 169).

C. Alasan Perlunya Asesmen Otentik


Asesmen Otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung
(Mueller, 2006:1). Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih
jelas apabila dinilai langsung, umpamanya kemampuan berargumentasi atau
berdebat, keterampilan menggunakan komputer dan keterampilan melaksanakan
percobaan. Begitu pula menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada
saat melakukan sesuatu.
Mengapa asesmen otentik dilaksanakan? Hal ini terkait dengan hal-hal sebagai
berikut:
Keinginan pihak terkait dengan pendidikan (stakeholders pendidikan) untuk
menyoroti sifat-sifat konstuktif dari pembelajaran dan pendidikan.
Asesemen otentik mengizinkan siswa memilih jalannya sendiri untuk
mendemonstrasikan kompetensi dan keterampilannya.
Asesmen otentik mengevaluasi seberapa efektif siswa secara langsung mampu
menerapkan pengetahuannya dalam berbagai jenis tugas
Memberikan legitimasi pembelajaran dengan mengaitkannya pada konteks
dunia nyata.
Memberikan kemungkinan kolaborasi antar-siswa dengan kolaborasi lintas
kurikulum

D. Karakteristik Asesmen Otentik


Karakteristik asesmen otentik adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience);

6
2. Dilaksanankan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;
3. Mencakup penilaian pribadi (self assessment) dan refleksi;
4. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta;
5. Berkesinambungan;
6. Terintegrasi;
7. Dapat digunakan sebagai umpan balik;
8. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas;
9. Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar;
10. Bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.

E. Manfaat Asesmen Otentik


Mengapa penilaian otentik kini disarankan penggunaannya, apakah model itu
berbeda dan menjanjikan hasil yang secara teoretis berbeda dengan model penilaian
tradisional? Karena penilaian otentik menekankan capaian pembelajar untuk
menunjukkan kinerja, doing something, kesiapan pembelajaran untuk berunjuk kerja
selepas mengikuti kegiatan pembelajaran tentu lebih signifikan. Selain itu, ada
beberapa manfaat lain penggunaan penilaian otentik, sebagaimana dikemukakan
Mueller (2006), yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan asesmen otentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara
langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capain kompetensi
yang dibelajarkan. Penilaian yang hanya mengukur capaian pengetahuan yang
telah dikuasai pembelajar hanya bersifat tidak langsung. Tetapi, asesmen
otentik menuntut pembelajar untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkret
dan sekaligus bermakna yang secara otomatis juga mencerminkan penguasaan
dan keterampilan keilmuannnya. Unjuk kerja tersebut bersifat langsung,
langsung terkait dengan konteks situasi dunia nyata dan tampilannya juga
dapat diamati langsung. Hal itu lebih mencerminkan tingkat capaian pada

7
bidang yang dipelajari. Misalnya, dalam belajar berbicara bahasa target,
pembelajar tidak hanya berlatih mengucapkan lafal, memilih kata, dan
menyusun kalimat, melainkan juga mempratikkannya dalam situasi konkret
dan dengan topic aktual-realistik sehingga menjadi lebih bermakna.
2. Asesmen otentik memberikan kesempatan pembelajar untuk
mengkonstruksikan hasil belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta
pembelajar mengulang apa yang telah dipelajari karena hal demikian hanyalah
melatih mereka menghafal dan mengingat saja yang kurang bermakna.
Dengan asesmen otentik pembelajar diminta untuk mengkonstruksikan apa
yang telah diperoleh ketika mereka dihadapkan pada situasi konkret. Dengan
cara ini pembelajar akan menyeleksi dan menyusun jawaban berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki dan analisis situasi yang dilakukan agar
jawabannya relevan dan bermakna.
3. Asesmen otentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran,
belajar, dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Dalam
pembelajaran tradisional, juga model penilaian tradisional, antara kegiatan
pengajaran dan penilaian merupakan sesuatu yang terpisah, atau sengaja
dipisahkan. Namun, tidak demikian halnya dengan model asesmen otentik.
Ketiga hal tersebut, yaitu aktivitas guru membelajarkan, siswa belajar, dan
guru menilai capaian hasil belajar pembelajar, merupakan satu rangkaian yang
memang sengaja didesain demikian. Ketika guru membelajarkan suatu topik
dan pembelajar aktif mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa tagihan
terhadap penguasaan topik itu, melainkan pembelajar juga diminta untuk
berunjuk kerja mempraktikkannya dalam sebuah situasi konkret yang sengaja
diciptakan.
4. Asesmen otentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil
belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling
baik.Singkatnya, model ini memungkinkan pembelajar memilih sendiri cara,
bentuk, atau tampilan yang menurutnya paling efektif. Hal itu berbeda dengan

8
penilaian tradisional, misalnya bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi
satu cara untuk menjawab dan tidak menawarkan kemungkinan lain yang
dapat dipilih. Jawaban pembelajar dengan model ini memang seragam, dan itu
memudahkan kita mengolahnya, tetapi itu menutup kreativitas pembelajar
untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya. Padahal, unsur kreativitas atau
kemampuan berkreasi merupakan hal esensial yang harus diusahakan
ketercapaiannya dalam tujuan pembelajaran.

F. Jenis-jenis Asesmen Otentik


Dalam rangka melaksanakan asesmen otentik yang baik, guru harus memahami
secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya kepada dirinya
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan: (1) sikap, pengetahuan, dan keterampilan
apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian apa yang akan dilakukan, misalnya
berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan; dan (3) tingkat pengetahuan
apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
Jenis jenis asesmen otentik yang harus dilakukan guru adalah (dikutip dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Penilaian_Autentik) :
1. Asesmen Sikap
Asesmen sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar
teman, dan jurnal.
2. Asesmen Pengetahuan
Asesmen pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih
jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan
sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban
singkat, dan uraian
3. Asesmen Keterampilan
Asesmen keterampilan dilakukan melalui asesmen kinerja, asesmen proyek,
dan asesmen portofolio.

9
a) Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja merupakan bentuk pengamatan dan penilaian secara langsung
dan sistematis dari kinerja para siswa dengan mengacu pada kriteria kinerja yang
telah ditetapkan. Hal ini berarti Asesmen kinerja merupakan bentuk penilaian hasil
belajar yang berorientasi pada proses. Asesmen kinerja bertujuan agar guru dapat
melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah, melihat dan mengamati
bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya. Dalam Asesmen
kinerja pada umumnya dilengkapi dengan rubrik, kartu evaluasi, dan kartu standar
sebagai kriteria penilaiannya.
Keuntungan menerapkan Penilaian kinerja secara formal antara lain: a)
menunjukkan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan untuk melakukan kegiatan
dan menghasilkan sesuatu; b) instrumen Penilaian dapat digunakan berkali-kali; c)
instrumen Penilaian dapat digunakan untuk tujuan diagnostik; d) dengan
instrumen yang sama, guru dapat membuat grafik perkembangan siswa dari waktu ke
waktu; e) memungkinkan siswa berkompetisi dengan dirinya sendiri; f) bukan akhir,
tapi bagian dari proses pembelajaran; g) membuat pelajaran di sekolah menjadi
relevan dengan dunia nyata.
Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja,
antara lain sebagai berikut :
Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya
unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam
sebuah peristiwa atau tindakan.
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara
guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing
peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat
menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 =
kurang, 1= kurang sekali.

10
Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat
catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah
peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti ini tetap ada manfaatnya,
namun tidak cukup dianjurkan.
Rubrik: alat pengukuran yang mempunyai skala atau point yang tetap dan jelas
untuk setiap kriteria penilaian. Sangat disarankan untuk menggunakan rubrik
yang mempunyai 4 poin skala (1-4) sehingga pemberian skor nilai tengah dapat
dihindarkan (misalnya skala 1-3 akan terjadi sebuah kecenderungan untuk
memberikan skor 3 pada sebagian besar hasil)

b) Asesmen Proyek (project assessment)


Asesmen proyek (project assesment) merupakan kegiatan asesmen terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,
dan penyajian data. Dengan demikian, asesmen proyek bersentuhan dengan aspek
pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain. Penilaian proyek sangat
dianjurkan karena membantu mengembangkan keterampilan berpikir tinggi (berpikir
kritis, pemecahan masalah, berpikir kreatif) peserta didik. Selama mengerjakan
sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk
mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Contoh asesmen tugas
(proyek) untuk siswa kelas X yaitu mendata kumpulan murid-murid yang
berpenampilan rapi di sekolahmu, mendata kumpulan murid-murid yang tinggi
badannya diatas 165 cm, menyebutkan kumpulan bunga indah di sekolahmu.

c) Asesmen Portofolio
Portofolio merupakan sajian informasi atau data yang berupa kumpulan
pekerjaan siswa sebagai bukti usaha, perkembangan, dan kecakapan siswa dalam satu

11
bidang atau lebih selama periode tertentu yang disusun secara sistematik (Paulson
dalam Sudarman, 2002 dikutip dari
http://sudarmanmadiun.blogspot.co.id/2014/08/penilaian-autentik-k-13.html).
Portofolio memuat dan mengembangkan lima dimensi yang mencerminkan
profil seorang siswa, yaitu (1) pemahaman fakta, (2) refleksi, (3) kemampuan
berkomunikasi, (4) keterampilan dan konsep, dan (5) kualitas kerja. Kelima dimensi
itu diperihatkan oleh hasil-hasil proyek siswa seperti karangan argumentasi tentang
sesuatu konsep, jurnal siswa, tulisan hasil presentasi siswa, gambar, hasta karya, dan
penyajian data. Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan
atau kemajuan belajar peserta didik.

G. Pengembangan Penilaian pada Asesmen Otentik


Mueller (2006) mengemukakan sejumlah langkah yang perlu ditempuh dalam
pengembangan penilaian otentik, yaitu yang meliputi penentuan standar; penentuan
tugas otentik; pembuatan kriteria; dan pembuatan rubrik.
1. Penentuan Standar
Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang harus
diketahui atau dapat dilakukan pembelajar. Di samping standar ada goal (tujuan
umum) dan objektif (tujuan khusus), dan standar berada di antara keduanya. Standar
dapat diobservasi (observable) dan diukur (measurable) ketercapaiannya. Istilah
umum yang dipakai di dunia pendidikan di Indonesia untuk standar adalah
kompetensi sebagaimana terlihat pada KBK dan KTSP. Di kurikulum tersebut
dikenal adanya istilah standar kompetensi lulusan dan kompetensi dasar. Standar
kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (PP No. 19 Tahun 2005: 2), sedang kompetensi
dasar adalah kompetensi atau standar minimal yang harus tercapai atau dikuasai oleh
pembelajar. Kompetensi, baik yang dirumuskan sebagai standar kompetensi maupun
kompetensi dasar, menjadi acuan dan tujuan yang ingin dicapai dalam keseluruhan
proses pembelajaran.

12
2. Penentuan Tugas Otentik
Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan kepada
pembelajar untuk mengukur pencapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik ketika
kegiatan pembelajaran masih berlangsung atau ketika sudah berakhir. Pengukuran
hasil pencapaian kompetensi pembelajar yang secara realistik dilakukan di kelas
dapat bersifat model tradisional atau otentik sekaligus tergantung kompetensi atau
indikator yang akan diukur.
Jadi, dalam sebuah penilaian otentik mesti terkandung dua hal sekaligus: sesuai
dengan standar (kompetensi) dan relevan (bermakna) dengan kehidupan nyata. Dua
hal tersebut haruslah menjadi acuan kita ketika membuat tugas-tugas otentik untuk
mengukur pencapaian kompetensi pembelajaran kepada peserta didik.
Dengan demikian, apa yang ditugaskan oleh guru kepada pembelajar dan yang
dilakukan oleh pembelajar telah mencerminkan kompetensi yang memang
dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Hal itu berarti ada keterkaitan antara dunia
pendidikan di satu sisi dengan tuntutan kebutuhan kehidupan di dunia nyata di sisi
lain.
3. Pembuatan Kriteria
Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian dan bukti-
bukti nyata capaian belajar subjek belajar dengan kualitas tertentu yang diinginkan.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi kriteria lebih dikenal dengan sebutan
indikator. Sebuah kriteria penilaian capaian hasil belajar harus cocok dengan
kompetensi yang dibelajarkan dan sekaligus bermakna atau relevan dengan
kehidupan nyata.
Selain itu, pembuatan kriteria harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang
selama ini dinyatakan baik, baik dalam arti efektif untuk keperluan penilaian hasil
belajar. Ketentuan-ketentuan itu antara lain : (i) harus dirumuskan secara jelas; (ii)
singkat padat; (iii) dapat diukur, dan karenanya haruslah dipergunakan kata-kata
kerja operasional; (iv) menunjuk pada tingkah laku hasil belajar, apa yang mesti

13
dilakukan dan bagaimana kualitas yang dituntut; dan (v) sebaiknya ditulis dalam
bahasa yang dipahami oleh subjek didik
4. Pembuatan Rubrik
Rubrik sebuah skala penyekoran (scoring scale) yang dipergunakan untuk
menilai kinerja subjek didik untuk tiap kriteria terhadap tugas-tugas tertentu
(Mueller, 2006). Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat,
yaitu kriteria dan tingkat capaian kinerja (level of performance) tiap kriteria. Kriteria
berisi hal-hal esensial standar (kompetensi) yang ingin diukur tingkat capaian
kinerjanya yang secara esensial dan konkret mewakili standar yang diukur
capaiannya. Selain itu, kriteria haruslah dirumuskan atau dinyatakan (jadi: berupa
pernyataan dan bukan kalimat) singkat padat, komunikatif, dengan bahasa yang
gramatikal, dan benarbenar mencerminkan hal-hal esensial (dari
standar/kompetensi) yang diukur.
Dalam sebuah rubrik, kriteria mungkin saja atau boleh juga dilabeli dengan
kata-kata tertentu yang lebih mencerminkan isi, misalnya dengan kata-kata: unsur
yang dinilai. Tingkat capaian kinerja, di pihak lain, umumnya ditunjukkan dalam
angka-angka, dan yang lazim adalah 14 atau 15, besar kecilnya angka sekaligus
menunjukkan tinggi rendahnya capaian. Tiap angka tersebut biasanya mempunyai
deskripsi verbal yang diwakili, misalnya skor 1: tidak ada kinerja, sedang skor 5:
kinerja sangat meyakinkan dan bermakna. Bunyi deskripsi verbal tersebut harus
sesuai dengan kriteria yang akan diukur.

H. Perbedaan antara Asesmen Otentik dan Asesmen Tradisional


Jon Mueller (2006) dalam Assessment Toolbox membandingkan beda antara
Asesmen Otentik dan Asesmen Tradisional sebagai berikut:

Asesmen Otentik Asesmen Tradisional


Tanggapan berupa pilihan (selected response) Mengerjakan tugas
Buatan (contriverd) atau simulasi Dunia nyata

14
Mengingat/Mengenali Konstruksi/Penerapan
Struktur oleh guru Struktur oleh siswa
Bukti tidak langsung Bukti langsung

Penjelasannya adalah sebagai berikut :


Dari tanggapan terpilih ke melakukan suatu tugas : pada asesmen tradisional
siswa diberikan sejumlah pilihan dalam bentuk soal pilihan ganda atau benar-
salah, serta diminta untuk memilih jawaban yang benar. Sebaliknya, dalam
asesmen otentik, siswa diminta mendemonstrasikan pemahamannya dengan
melaksanakan tugas-tugas yang lebih komlpleks
Dari simulasi atau buatan ke dunia nyata: tes tradisional buatan guru tidak
mencerminkan dunia nyata, terbatas pada pengujian terhadap apa yang
dipelajari di dalam kelas, berbeda dengan asesmen otentik yang mencoba
mengaitkan bahan ajar dengan dunia nyata.
Dari sekedar mengingat/mengenal ke mengkonstruksi dan aplikasi: asesemen
tradisional yang dirancang baik dapat secara efektif menentukan apakah siswa
telah mendapatkan suatu pengetahuan atau belum, sedangkan asesmen otentik
sering meminta siswa untuk menganalis, membuat sintesis, dan menerapkan apa
yang telah dipelajarinya serta diminta menciptakan makna baru dari apa yang
telah dipelajarinya.
Dari struktur oleh guru ke struktur oleh siswa : dalam asesmen tradisional apa
yang akan dapat dan akan ditunjukkan oleh siswa secara cermat telah dibuat
strukturnya oleh guru. Sebaliknya dalam asesmen otentik siswa diizinkan untuk
memilih dan mengkonstruksikan bukti-bukti kemahirannya. Misalnya memilih
dokumen portofolio sendiri, memilih judul dan tema makalahnya sendiri, dan
sebagainya.
Dari bukti tidak langsung menuju bukti langsung : dalam asesmen tradisional,
misalnya dalam uji pilihan ganda, bagaimana cara kita menyakini bahwa pilihan
jawaban siswa yang benar itu betul-betul karena pemahamannya dan bukan

15
sekedar untung karena memilih jawaban yang benar. Jadi ini bukan merupakan
bukti langsung kecerdasan atau kompetensi siswa.
Asesmen otentik sebaliknya sering memberikan bukti nyata dan langsung.
Contohnya, kemampuan siswa dalam mengorganisasikan kalimat menjadi teks
yang bermakna dapat dilihat pada saat mereka membuat laporan tertulis, bukti
bahwa siswa dapat melakukan servis bola voli dapat dilihat langsung
dilapangan.

I. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Otentik


Asesmen otentik memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Keunggulan
dan kelemahan asesmen otentik dapat dilihat pada tabel berikut:
No Keunggulan Kelemahan
1 Berfokus pada keterampilan Memerlukan waktu yang intensif untuk
analisis dan keterpaduan mengelola, memantau, dan melakukan
pengetahuan koordinasi
2 Meningkatkan kreativitas Sulit untuk dikoordinasikan dengan standar
pendidikan yang telah ditetapkan secara legal
3 Merefleksikan keterampilan dan Menantang guru untuk memberikan skema
pengetahuan dunia nyata pemberian nilai yang konsisten
4 Mendorong kerja kolaboratif Sifat subjektif dalam pemberian nilai akan
cenderung menjadi bias
5 Meningkatkan keterampilan lisan Sifat penilaian yang unik mungkin tidak
dan tertulis dikenali siswa
6 Langsung menghubungkan Bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang
kegiatan asesmen, kegiatan berisi banyak siswa
pengajaran, dan tujuan
pembelajaran
7 Menekankan kepada keterpaduan Hal yang menantang untuk mengembangkan
pembelajaran di sepanjang waktu berbagai jenis materi ajar dan berbagai kisaran
tujuan pembelajaran

16
17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asesmen otentik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penilaian yang
mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas nyata yang menunjukkan
penerapan dari suatu pengetahuan atau keterampilan. Asesmen otentik memiliki
beberapa nama lain, seperti penilaian berbasis kinerja, penilaian kinerja, penilaian
langsung, penilaian alternatif. Semua nama tersebut menunjukkan satu hal, yaitu
pelengkap terhadap asesmen tradisional.
Dalam hubungannya dengan kurikulum, dasar pandangan yang digunakan
asesmen otentik berbeda dengan asesmen tradisional. Asesmen otentik lebih
menenkankan pada performansi yang dituntut dalam dunia kerja atau kenyataan
sesungguhnya yang ditentukan terlebih dahulu, baru kurikulumnya, sementara
asesmen tradisional menekankan pengetahuan apa yang dibutuhkan dinyatakan dalam
konten kurikulum. Asesmen otentik tidak sulit atau menyita waktu, karena
terintegrasi dengan pembelajaran. Asesmen otentik berpihak pada siswa dan
memberikan kesempatan kepada siswa utnuk mengkonstruk responnya,
mengekspresikan pendapatnya, bukan sekedar memilih.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Penilaian_Autentik (diakses tanggal 01 Maret 2017)


Ikhsanudin, Eka. 2014. Jenis-jenis penilaian Autentik.
http://www.ekaikhsanudin.net/2014/12/jenis-jenis-penilaian-autentik.html
(diakses tanggal 01 Maret 2017)
Ismet, Basuki & Hariyanto. 2015. Januari, Cetakan kedua. Asesmen Pembelajaran.
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mueller, Jon. 2006. Authentic Assessment Toolbox. North Central
Collegehttp://www.noctrl.edu/, Naperville,
http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/ (diunduh tanggal 03 Maret 2017)
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Otentik. http://journal.uny.ac.id
/index.php/cp/article/download/320/pdf (diakses tanggal 01 Maret 2017)
Pangkali, Tirza. 2014. Makalah Penilaian Autentik.
http://tirzapangkali2014.blogspot.co.id/2014/04/makalah-penilaian-
autentik.html (diakses tanggal 01 Maret 2017)
Rustaman, Nuryani. 2006. Penilaian Autentik (Authentik Assessment) dan
Penerapannya dalam Pendidikan Sains. FPMIPA& Sekolah Pascasarjana
UPI,* HYPERLINK" http://file. upi. edu/Direktori/SPS/PRODI.
PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-"* http://file. upi.
edu/Direktori/SPS/PRODI. PENDIDIKAN_IPA/195012311979032.
Sudarman. 2014. Penilaian Autentik K-13.
http://sudarmanmadiun.blogspot.co.id/2014/08/penilaian-autentik-k-13.html
(diakses tanggal 01 Maret 2017)

18

Anda mungkin juga menyukai