ASESMEN OTENTIK
OLEH :
KELOMPOK IV
KELAS : C/03
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan ini
adalah untuk menambahkan pengetahuan kepada pembaca tentang Asesmen
Otentik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir, khususnya kepada
bapak Dr. Ilham Minggi, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Asesmen
Pembelajaran Matematika. Kami berharap makalah ini dapat membantu dan semoga
Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
Kesimpulan ............................................................................................................ 17
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini, kami akan
membahas mengenai beberapa masalah, antara lain :
1. Apakah pengertian Asesmen Otentik itu?
2. Apakah hakikat Asesmen Otentik?
3. Apakah alasan perlunya Asesmen Otentik?
4. Apa saja karakteristik Asesmen Otentik?
5. Apakah manfaat dari Asesmen Otentik?
6. Apa saja Jenis-jenis Asesmen Otentik?
7. Bagaimana pengembangan penilaian pada Asesmen Otentik?
8. Apakah perbedaan antara Asesmen Otentik dan Asesmen Tradisional?
2
9. Apa saja keunggulan dan kelemahan Asesmen Otentik itu?
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah
untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to
learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir
periode pembelajaran (Nurhadi dalam Basuki, Ismet dan Hariyanto, 2015 : 169).
6
2. Dilaksanankan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;
3. Mencakup penilaian pribadi (self assessment) dan refleksi;
4. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta;
5. Berkesinambungan;
6. Terintegrasi;
7. Dapat digunakan sebagai umpan balik;
8. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas;
9. Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar;
10. Bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.
7
bidang yang dipelajari. Misalnya, dalam belajar berbicara bahasa target,
pembelajar tidak hanya berlatih mengucapkan lafal, memilih kata, dan
menyusun kalimat, melainkan juga mempratikkannya dalam situasi konkret
dan dengan topic aktual-realistik sehingga menjadi lebih bermakna.
2. Asesmen otentik memberikan kesempatan pembelajar untuk
mengkonstruksikan hasil belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta
pembelajar mengulang apa yang telah dipelajari karena hal demikian hanyalah
melatih mereka menghafal dan mengingat saja yang kurang bermakna.
Dengan asesmen otentik pembelajar diminta untuk mengkonstruksikan apa
yang telah diperoleh ketika mereka dihadapkan pada situasi konkret. Dengan
cara ini pembelajar akan menyeleksi dan menyusun jawaban berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki dan analisis situasi yang dilakukan agar
jawabannya relevan dan bermakna.
3. Asesmen otentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran,
belajar, dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Dalam
pembelajaran tradisional, juga model penilaian tradisional, antara kegiatan
pengajaran dan penilaian merupakan sesuatu yang terpisah, atau sengaja
dipisahkan. Namun, tidak demikian halnya dengan model asesmen otentik.
Ketiga hal tersebut, yaitu aktivitas guru membelajarkan, siswa belajar, dan
guru menilai capaian hasil belajar pembelajar, merupakan satu rangkaian yang
memang sengaja didesain demikian. Ketika guru membelajarkan suatu topik
dan pembelajar aktif mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa tagihan
terhadap penguasaan topik itu, melainkan pembelajar juga diminta untuk
berunjuk kerja mempraktikkannya dalam sebuah situasi konkret yang sengaja
diciptakan.
4. Asesmen otentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil
belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling
baik.Singkatnya, model ini memungkinkan pembelajar memilih sendiri cara,
bentuk, atau tampilan yang menurutnya paling efektif. Hal itu berbeda dengan
8
penilaian tradisional, misalnya bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi
satu cara untuk menjawab dan tidak menawarkan kemungkinan lain yang
dapat dipilih. Jawaban pembelajar dengan model ini memang seragam, dan itu
memudahkan kita mengolahnya, tetapi itu menutup kreativitas pembelajar
untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya. Padahal, unsur kreativitas atau
kemampuan berkreasi merupakan hal esensial yang harus diusahakan
ketercapaiannya dalam tujuan pembelajaran.
9
a) Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja merupakan bentuk pengamatan dan penilaian secara langsung
dan sistematis dari kinerja para siswa dengan mengacu pada kriteria kinerja yang
telah ditetapkan. Hal ini berarti Asesmen kinerja merupakan bentuk penilaian hasil
belajar yang berorientasi pada proses. Asesmen kinerja bertujuan agar guru dapat
melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah, melihat dan mengamati
bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya. Dalam Asesmen
kinerja pada umumnya dilengkapi dengan rubrik, kartu evaluasi, dan kartu standar
sebagai kriteria penilaiannya.
Keuntungan menerapkan Penilaian kinerja secara formal antara lain: a)
menunjukkan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan untuk melakukan kegiatan
dan menghasilkan sesuatu; b) instrumen Penilaian dapat digunakan berkali-kali; c)
instrumen Penilaian dapat digunakan untuk tujuan diagnostik; d) dengan
instrumen yang sama, guru dapat membuat grafik perkembangan siswa dari waktu ke
waktu; e) memungkinkan siswa berkompetisi dengan dirinya sendiri; f) bukan akhir,
tapi bagian dari proses pembelajaran; g) membuat pelajaran di sekolah menjadi
relevan dengan dunia nyata.
Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja,
antara lain sebagai berikut :
Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya
unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam
sebuah peristiwa atau tindakan.
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara
guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing
peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat
menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 =
kurang, 1= kurang sekali.
10
Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat
catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah
peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti ini tetap ada manfaatnya,
namun tidak cukup dianjurkan.
Rubrik: alat pengukuran yang mempunyai skala atau point yang tetap dan jelas
untuk setiap kriteria penilaian. Sangat disarankan untuk menggunakan rubrik
yang mempunyai 4 poin skala (1-4) sehingga pemberian skor nilai tengah dapat
dihindarkan (misalnya skala 1-3 akan terjadi sebuah kecenderungan untuk
memberikan skor 3 pada sebagian besar hasil)
c) Asesmen Portofolio
Portofolio merupakan sajian informasi atau data yang berupa kumpulan
pekerjaan siswa sebagai bukti usaha, perkembangan, dan kecakapan siswa dalam satu
11
bidang atau lebih selama periode tertentu yang disusun secara sistematik (Paulson
dalam Sudarman, 2002 dikutip dari
http://sudarmanmadiun.blogspot.co.id/2014/08/penilaian-autentik-k-13.html).
Portofolio memuat dan mengembangkan lima dimensi yang mencerminkan
profil seorang siswa, yaitu (1) pemahaman fakta, (2) refleksi, (3) kemampuan
berkomunikasi, (4) keterampilan dan konsep, dan (5) kualitas kerja. Kelima dimensi
itu diperihatkan oleh hasil-hasil proyek siswa seperti karangan argumentasi tentang
sesuatu konsep, jurnal siswa, tulisan hasil presentasi siswa, gambar, hasta karya, dan
penyajian data. Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan
atau kemajuan belajar peserta didik.
12
2. Penentuan Tugas Otentik
Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan kepada
pembelajar untuk mengukur pencapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik ketika
kegiatan pembelajaran masih berlangsung atau ketika sudah berakhir. Pengukuran
hasil pencapaian kompetensi pembelajar yang secara realistik dilakukan di kelas
dapat bersifat model tradisional atau otentik sekaligus tergantung kompetensi atau
indikator yang akan diukur.
Jadi, dalam sebuah penilaian otentik mesti terkandung dua hal sekaligus: sesuai
dengan standar (kompetensi) dan relevan (bermakna) dengan kehidupan nyata. Dua
hal tersebut haruslah menjadi acuan kita ketika membuat tugas-tugas otentik untuk
mengukur pencapaian kompetensi pembelajaran kepada peserta didik.
Dengan demikian, apa yang ditugaskan oleh guru kepada pembelajar dan yang
dilakukan oleh pembelajar telah mencerminkan kompetensi yang memang
dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Hal itu berarti ada keterkaitan antara dunia
pendidikan di satu sisi dengan tuntutan kebutuhan kehidupan di dunia nyata di sisi
lain.
3. Pembuatan Kriteria
Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian dan bukti-
bukti nyata capaian belajar subjek belajar dengan kualitas tertentu yang diinginkan.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi kriteria lebih dikenal dengan sebutan
indikator. Sebuah kriteria penilaian capaian hasil belajar harus cocok dengan
kompetensi yang dibelajarkan dan sekaligus bermakna atau relevan dengan
kehidupan nyata.
Selain itu, pembuatan kriteria harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang
selama ini dinyatakan baik, baik dalam arti efektif untuk keperluan penilaian hasil
belajar. Ketentuan-ketentuan itu antara lain : (i) harus dirumuskan secara jelas; (ii)
singkat padat; (iii) dapat diukur, dan karenanya haruslah dipergunakan kata-kata
kerja operasional; (iv) menunjuk pada tingkah laku hasil belajar, apa yang mesti
13
dilakukan dan bagaimana kualitas yang dituntut; dan (v) sebaiknya ditulis dalam
bahasa yang dipahami oleh subjek didik
4. Pembuatan Rubrik
Rubrik sebuah skala penyekoran (scoring scale) yang dipergunakan untuk
menilai kinerja subjek didik untuk tiap kriteria terhadap tugas-tugas tertentu
(Mueller, 2006). Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat,
yaitu kriteria dan tingkat capaian kinerja (level of performance) tiap kriteria. Kriteria
berisi hal-hal esensial standar (kompetensi) yang ingin diukur tingkat capaian
kinerjanya yang secara esensial dan konkret mewakili standar yang diukur
capaiannya. Selain itu, kriteria haruslah dirumuskan atau dinyatakan (jadi: berupa
pernyataan dan bukan kalimat) singkat padat, komunikatif, dengan bahasa yang
gramatikal, dan benarbenar mencerminkan hal-hal esensial (dari
standar/kompetensi) yang diukur.
Dalam sebuah rubrik, kriteria mungkin saja atau boleh juga dilabeli dengan
kata-kata tertentu yang lebih mencerminkan isi, misalnya dengan kata-kata: unsur
yang dinilai. Tingkat capaian kinerja, di pihak lain, umumnya ditunjukkan dalam
angka-angka, dan yang lazim adalah 14 atau 15, besar kecilnya angka sekaligus
menunjukkan tinggi rendahnya capaian. Tiap angka tersebut biasanya mempunyai
deskripsi verbal yang diwakili, misalnya skor 1: tidak ada kinerja, sedang skor 5:
kinerja sangat meyakinkan dan bermakna. Bunyi deskripsi verbal tersebut harus
sesuai dengan kriteria yang akan diukur.
14
Mengingat/Mengenali Konstruksi/Penerapan
Struktur oleh guru Struktur oleh siswa
Bukti tidak langsung Bukti langsung
15
sekedar untung karena memilih jawaban yang benar. Jadi ini bukan merupakan
bukti langsung kecerdasan atau kompetensi siswa.
Asesmen otentik sebaliknya sering memberikan bukti nyata dan langsung.
Contohnya, kemampuan siswa dalam mengorganisasikan kalimat menjadi teks
yang bermakna dapat dilihat pada saat mereka membuat laporan tertulis, bukti
bahwa siswa dapat melakukan servis bola voli dapat dilihat langsung
dilapangan.
16
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asesmen otentik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penilaian yang
mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas nyata yang menunjukkan
penerapan dari suatu pengetahuan atau keterampilan. Asesmen otentik memiliki
beberapa nama lain, seperti penilaian berbasis kinerja, penilaian kinerja, penilaian
langsung, penilaian alternatif. Semua nama tersebut menunjukkan satu hal, yaitu
pelengkap terhadap asesmen tradisional.
Dalam hubungannya dengan kurikulum, dasar pandangan yang digunakan
asesmen otentik berbeda dengan asesmen tradisional. Asesmen otentik lebih
menenkankan pada performansi yang dituntut dalam dunia kerja atau kenyataan
sesungguhnya yang ditentukan terlebih dahulu, baru kurikulumnya, sementara
asesmen tradisional menekankan pengetahuan apa yang dibutuhkan dinyatakan dalam
konten kurikulum. Asesmen otentik tidak sulit atau menyita waktu, karena
terintegrasi dengan pembelajaran. Asesmen otentik berpihak pada siswa dan
memberikan kesempatan kepada siswa utnuk mengkonstruk responnya,
mengekspresikan pendapatnya, bukan sekedar memilih.
DAFTAR PUSTAKA
18