Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN

Tentang

“ Assesmen Alternatif, Assesmen Autentik, Assesmen Unjuk Kerja “

Disusun Oleh Kelompok 3

Nur aisyah (2020179) Zilmia Risma (2020182)


Siti
(2020181) Mitra Hayani (2020180)
Nurhasiyah
Allivie Nelza (2020178) Widia (2020184)
Folya Altes (2020177)

Kelas : 6F

Dosen Pengampu :

Dr. Wahyuni Mulia Helmi, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS ADZKIA

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan svukur ke hadirat Allah swt vang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya Iman dan
Islam. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar kita,
pemimpin umat akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan ke zaman terang yang disinari dengan cahaya hidayah
dan taufiq.

Penulis makalah sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah


kami yang berjudul “ Assesmen Alternatif, Assesmen Autentik, Assesmen Unjuk
Kerja “. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran . Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran ibuk Dr. Wahyuni Mulia Helmi, M. Pd dan kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam mengembangkan makalah ini.
Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Dengan demikian, Saran dan kritik sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Padang , 05 Juni 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Asemen Alternatif ..................................................................................... 3
1. Pengertian Asesmen Alternatif............................................................. 3
2. Dasar Rasional...................................................................................... 4
3. Karakteristik Asesmen Alternatif ......................................................... 7
4. Pro dan Kontra Asesmen Alternatif ..................................................... 9
5. Teknik Yang Digunakan Dalam Asesmen Alternatif ........................ 11
B. Asesmen Autentik ................................................................................... 13
1. Pengertian asesmen autentik .............................................................. 13
2. Ciri – ciri asesmen autentik ................................................................ 14
3. Teknik – Teknik Yang Digunakan Dalam Asesmen Autentik ........... 16
C. Asesmen Unjuk Kerja ............................................................................. 17
1. Pengertian asesmen unjuk kerja ......................................................... 17
2. Karakteristik Asesmen Unjuk Kerja .................................................. 17
3. Tes Unjuk Kerja ................................................................................. 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 20
A. Kesimpulan ............................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu pembelajaran merupakan runtutan proses-proses yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu atau capaian tertentu.
Begitu pula dengan pembelajaran biologi yang diberikan oleh seorang guru
dengan siswa sebagai bentuk proses untuk mencapai standar yang diinginkan
sesuai dengan kompetensidan indikator minimal yang harus dicapai.
Keberhasilan dan progres suatu proses tersebut perlulah untuk diukur dan
diketahui ketercapaiannya sebagai bentuk refleksi dan koreksi yang
diwujudkan dengan adanya asesmen pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Asesmen dikenal sebagai proses pengumpulan informasi dan membuat


keputusan berdasarkan informasi tersebut. Asesmen sangat berarti bagi
pesertadidik mengingat hal tersebut adalah hasil buah pikiran dan refleksi
pengalamandari ilmu pengetahuan dan informasi yang didapatkan dan
disintesis oleh pesertadidik. Oleh karena itu asesmen penilaian menjadi
penting bagi peserta didik dantentunya bagi guru untuk mengetahui
keberhasilannya menuntun siswa danmendampingi siswa dalam menemukan
konsep.

Terdapat beberapa contoh dan jenis asesmen pembelajaran pada


umumnyadan asesmen pembelajaran biologi pada khususnya dimana guru
sebagai pendidik harus dapat memilih dan menggunakan asesmen tersebut
dengan tepat dan benar.Jenis,contoh dan format asesmen akan dibahas lebih
mendalam pada makalah ini yang kami beri judul“Asesmen Alternatif,
Asesmen Autentik dan asesmen unjuk kerja “

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulisan makalah ini merujuk
pada rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen alternatif
2. Apa yang dimaksud asesmen autentik
3. Apa yang dimaksud asesmen unjuk kerja

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan
dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang asesmen alternatif
2. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang asesmen autentik
3. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang asesmen unjuk kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asemen Alternatif
1. Pengertian Asesmen Alternatif
Asesmen alternatif adalah asesmen merupakan suatu tipe asesmen
dalam pembelajaran dan/atau pembelajaran dengan menggunakan berbagai
teknik asesmen, di mana peserta didik menciptakan suatu respons atau
alternatif jawaban sendiri terhadap suatu pertanyaan atau tugas, atau
melakukan tindakan, perbuatan, unjuk kerja dalam dunia nyata; sedangkan
pada asesmen tradisional, peserta didik memilih suatu respons dari sejumlah
(list) jawaban yang disediakan seperti betul-salah, pilihan ganda, atau
menjodohkan.

Dengan kata lain, asesmen alternatif mencoba mengurangi kelemahan-


kelemahan tes tradisional dalam menilai peserta didik. Apabila peserta didik
yang dinilai diminta untuk menggunakan, mengaplikasikan kemampuan dan
keterampilannya memecahkan masalah dalam situasi riil (as a real-life),
termasuk di dalamnya musik, seni, tari, pendidikan jasmani/olahraga, menulis
paper, portofolio, percobaan/eksperimen. Oleh karena itu asesmen autentik
disebut juga dengan (authentic assessment). Kalau penilaian dilakukan dengan
mengamati peserta didik dalam melakukan suatu tugas (tasks), seperti
rancangan gambar, pemecahan masalah, presentasi, demonstrasi,
mengopersikan mesin, maka asesmen alternatif disebut juga dengan asesmen
unjuk kerja (performance asesment).

Asesmen alternatif digunakan secara berkelanjutan, sebagai bagian dari


asesmen kelas untuk perbaikan pembelajaran dan cara belajar peserta didik
dalam belajar (asesmen for learning), namun dapat dilakukan pada saat
tertentu untuk menentukan hasil belajar (asesmen of learning), namun juga
dapat dilakukan pada saat tertentu untuk menentukan hasil belajar (asesmen of

3
learning) yang dilakukan pada akhir semester/caturwulan, atau unit
pembelajaran.

2. Dasar Rasional
Beberapa dasar permikiran yang dijadikan pertimbangan perlunya
asesmen alternatif dikembangkan sebagai berikut:
a. Kelemahan Testing
Seperti telah disinggung di atas, tes yang telah digunakan sebagai
instrumen asesmen, baik yang disusun oleh pendidik, maupun tes yang sudah
distandardisasikan mempunyai tujuan tertentu pada saat tes itu dirancang;
kepada siapa tes itu akan diberikan, serta dalam budaya yang bagaimana tes
itu dibakukan. Dengan kata lain, suatu tes valid untuk maksud tertentu; bukan
untuk semuanya. Termasuk juga di dalamnya adalah tes hasil belajar
(achievement test); suatu bidang yang telah dibakukan.
Tes buatan pendidik/guru (teacher/ locally made test) pada umumnya
belum dibakukan. Ini berarti, tes yang diberikan belum tentu cocok dengan
tujuan belajar yang ingin diujikan. Reliabilitas, objektivitas, dan kepraktisan
masing-masing tes buatan guru/pendidik masih disangsikan. Oleh karena itu,
untuk mengetahui apakah peserta didik memahami sesuatu, tes objektif tidak
diragukan lagi; namun untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan
peserta didik dalam "menari", maka ia harus diuji dengan tugas melaksanakan
tari yang dimaksud. Kalau yang diharapkan adalah pengetahuannya tentang
suatu tari, maka penggunaan tes objektif tepat digunakan. Namun seandainya
pendidik, dalam target belajar, merumuskan tujuannya adalah pengetahuan
dan kemampuan melakukan suatu tari, maka asesmen yang digunakan
hendaknya mencakup tes objektif dan juga mendemonstrasikan atau
melakukan tugas unjuk kerja (performance tasks). Dewasa ini pendekatan
seperti di atas dikategorikan ke dalam asesmen alternatif.
b. Akurat, Teliti, dan Tepat
Dengan menggunakan bermacam-macam teknik (mungkin juga hanya
satu teknik) sesuai dengan target belajar, maka hasil yang didapat betul-betul

4
akan menggambakan yang sesungguhnya. peserta didik tidak bisa dikatakan
dapat, mampu dan trampil menendang bola, kalau ia memang belum mampu
menendang bola dengan baik dan benar. Demikian juga dalam aspek-aspek
yang lain. Seorang peserta didik tidak akan dinyatakan lulus dengan nilai A,
kalau dari 100 butir tes objektif, ia hanya betul 40 butir; walaupun ia adalah
peserta didik yang mendapatkan skor tertinggi di kelasnya. Lebih baik
pendidik berpikir ulang: apakah wajar saya memberikan nilai A, kalau
penguasaannya hanya dua per lima dari yang sesungguhnya; lalu kemudian
melontarkan pertanyaan kepada diri sendiri: di mana salah saya dalam
membelajarkan. Nilai itu akan menjadi lebih akurat, teliti dan tepat, kalau
digunakan teknik/instrumen lain untuk mengetahui yang sesungguhnya, sesuai
dengan target belajar/ tujuan materi yang dirumuskan sebelumnya.
c. Akuntabilitas
Pada hakikinya seorang pendidik dalam menilai peserta didik, diiringi
oleh rasa tanggung jawab atas ketepatan dan kebenaran asesmennya. Pendidik
sesungguhnya punya kewajiban mempertanggungjawabkan karyanya pada
sekolah dengan semua jajarannya, orang tua, dan masyarakat. Dengan
menggunakan berbagai teknik yang sesuai dan tepat, pendidik
mengungkapkan target belajar yang sesungguhnya, dan selanjutnya
melaksanakan akuntabilitas kepada semua stakeholder, orangtua dan
masyarakat; dengan baik dan benar.
d. Autentik
Asesmen alternatif menggunakan berbagai cara dalam menilai peserta
didik sesuai dengan target belajar. Di samping itu, dalam menilai peserta didik
ia diminta untuk melakukan atau mendemontrasikan dalam/dengan kehidupan
nyata/riil, dalam situasi yang relevan atau terhadap masalah yang berguna dan
berarti. Sehingga "lambang" belajar yang diberikan benar-benar itulah dia
yang sesungguhnya (autentik); bukan permainan angka dalam aspek yang
dinilai. Dari sisi aspek yang dinilai, ia betul-betul dihadapkan pada situasi
nyata dalam masyarakat (autentik), bukan diatur setting tertentu sebagai
penilaian.

5
e. Menyediakan Informasi Kepada Pendidik tentang Latar Belakang
Peserta Didik, Perbedaan Budaya, Serta Kekuatan dan Kelemahan
Dalam Belajar
Berhubung Asesmen Alternatif menggunakan berbagai teknik dalam
memahami dan menilai peserta didik, maka akan tersedia informasi tentang
kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam berlajar. Catatan anekdot
(anecdotal record) tentang sikap dan perilaku (positif/negatif) akan terekam
dengan baik, kalau pendidik sejak dini membiasakan membuat catatan
perkembangan sikap dan perilaku menonjol diantara peserta didik yang
diasuhnya. Hubungan sosial di antara peserta didik akan dapat diiungkap
apabila pendidik menggunakan sosiogram. Meminta peserta didik membuat
biodata atau bertanya kepada peserta didik; atau diakhir jam pelajaran peserta
didik diminta untuk bercerita tentang latar belakang dirinya, maka akan
tersedia informasi tentang latar belakang dirinya dan perbedaan budaya di
antara sesama peserta didik.
f. Menyediakan kesempatan Kepada Guru/Pendidik Untuk Menilai
Proses dan Produk Serta Perbedaan Pengertian Antara Apa yang
Dipikirkan dan Bagaimana Mereka Mengontruksi Maknanya
Melalui asesmen alternatif, peserta didik dinilai bukan hanya memilih
dari alternatif jawaban yang telah disediakan, tetapi juga mengontruksi
jawaban sendiri, mendemontrasikan dan melakukan sendiri dalam situasi
nyata. Seorang siswa pada Sekolah Menengah Seni Rupa sedang belajar
menyusun Collage (susunan benda-benda atau potongan kertas dan
sebagainya, yang ditempelkan pada bidang datar dan merupakan satu kesatuan
karya seni). Selama pembuatan guru dapat menilai bagaimana siswa berpikir
dan memikirkan bentuk potongan benda yang tersedia, memikirkan bagaimana
dan di mana potongan benda itu seharusnya ditempatkan serta bagaimana
proses pembuatan selanjutnya. Pada akhirnya baru menilai produknya. Oleh
karena itu, asesmen alternatif benar-benar menyediakan beragam aspek yang
mungkin dinilai dari peserta didik, bukan aspek kognitif tingkat rendah saja.

6
3. Karakteristik Asesmen Alternatif
Asesmen alternatif sebagai salah upaya untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan asesmen tradisional, dengan tes sebagai instrumen utamanya,
memosisikan peserta didik sebagai subjek belajar dan diharapkan tumbuh-
berkembang sesuai target belajar; pada setiap kegiatan belajar dan
pembelajaran; sedangkan pendidik adalah individu yang membelajarkan.
Dalam kaitan itu, asesmen alternatif sebagai bagian integral dari proses
pendidikan, menempati posisi sentral karena pengendalian mutu pendidikan
akan terlaksana dengan baik, kalau informasi sebagai asesmen benar-benar
menyediakan umpan balik (feedback) bagi peserta didik dan pendidik yang
membelajarkan. Beberapa karakteristik asesmen alternatif sebagai berikut:
a. Terdapat Saling Keterkaitan/Hubungan antara Asesmen dan
Pembelajaran
Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, antara asesmen dan
pembelajaran terdapat saling keterkaitan. Asesmen disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran atau target belajar peserta didik yang telah dirumuskan,
sedangkan tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan. Pendidik selama membelajarkan peserta didik, tetap mengacu pada
rancana pelaksanaaan pembelajaran secara aktif, kreatif, inovatif dan
menyenangkan, namun tetap dalam koridor yang telah disusun sebelumnya.
Dengan kata lain, target belajar dari sisi peserta didik adalah sasaran utama
yang tidak dapat diabaikan. Sebaliknya pola pelaksanaan dilakukan dengan
mempertimbangkan semua faktor pendukung dan penghambat kegiatan
pembelajaran secara kontekstual. Pada saat tertentu (di awal, di tengah dan
diakhir kegiatan), asesmen alternatif perlu dilakukan untuk mengetahui dan
menentukan tingkat pemahaman serta pencapaian belajar peserta didik.
Asesmen itu akan memberikan informasi dan menyediakan balikan bagi
peserta didik yang sedang belajar dan bagi pendidik yang membelajarkan.
b. Peserta Didik Dipandang Sebagai Klien Utama
Berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada
pendidik sebagai titik sentral dalam membelajarkan, dan peserta didik sebagai

7
objek yang dibelajarkan, kecendrungan dewasa ini menempatkan peserta didik
sebagai titik sentral dalam membelajarkan (student centered) dan pendidik
sebagai motivator, fasilitator dan assessor dalam pendidikan. Oleh karena itu,
peserta didik, dengan semua karakteristiknya yang berbeda antara satu
individu dan individu lainnya, perlu mendapat perhatian khusus dalam
kegiatan pembelajaran.
c. Asesmen Alternatif Dilakukan Secara Berkelanjutan
Perbaikan dan penyempurnaan proses dan hasil belajar akan tercipta
dengan baik, kalau informasi dikumpulkan pada saat kegiatan berlangsung dan
berkelanjutan. Misalnya:
1) Dengan hanya mengamati peserta saat diskusi akan dapat diketahui
aktivitas peserta didik, dan kemampuannya menyatakan pendapat.
2) Dengan meminta peserta didik mendemontrasikan sesuatu, sesuai materi
yang telah diberikan akan dapat diketahui penguasaan hasil belajarnya.
3) Dengan meminta peserta didik membuat tugas rumah, kemudian
memeriksa dan mengembalikan tugas itu setelah diperiksa, akan dapat
diketahui hasil belajarnya; namun jangan lupa untuk menyikapi dengan
hati-hati (bukan penuh kecurigaan) bahwa tugas itu memang dilakukan
peserta didik sendiri.
4) Dengan meminta peserta didik membuat rubrik tentang suatu topik yang
berhubungan dengan materi yang sudah dibelajarkan, pendidik akan
mengetahui bagaimana kemampuan peserta didik.
5) Terdiri dari tugas-tugas bermakna, Karakteristik lain dari Asesmen
Alternatif ialah tugas-tugas yang diberikan harus bermakna. Hal itu
dimaksudkan supaya asesmen tersebut bukan untuk membebani peserta
didik, melainkan untuk membantu meningkatkan wawasan, kemampuan
dan kerampilan peserta didik, serta berguna dan bermanfaat bagi diri dan
kehidupan peserta didik.
6) Kriteria asesmen distribusi terlebih dahul Karakteristik lain yang perlu
menjadi perhatiaan dalam melakukan asesmen alternatif adalah kriteria
asesmen didistribusikan terlebih dahulu kepada peserta didik. Sehingga,

8
sebelum mengerjakan suatu tugas, peserta didik sudah tahu patokan
penilaiannya (pemberian angka dalam menilai).
Asesmen alternatif dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang
sesungguhnya tentang kondisi peserta didik yang sudah dibelajarkan
secara menyeluruh tentang hal yang dikuasai dan sekaligus akan
menyediakan pula informasi yang belum dikuasai tentang materi yang
sudah dibelajarkan sesuai dengan target belajar. Dengan demikian, hasil
belajar yang diungkapkan melalui Asesmen Alternatif betul-betu
menggambarkan diri siswa/peserta didik dalam aspek-aspek yang sudah
dibelajarkan.

4. Pro dan Kontra Asesmen Alternatif


Banyak yang setuju terhadap asesmen alternatif namun banyak pula
yang tidak setuju. Kalau dikaitkan dengan fungsi asesmen sebagai bagian
integral dalam proses pembelajaran (sebagai penyedia informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik, serta kekuatan dan kelemahannya dalam
pencapaian target belajar) maka asesmen alternatif memiliki nilai positif yang
lebih besar dibandingkan nilai negatif.
a) Diversitas Penilaian: Asesmen alternatif memungkinkan penggunaan
berbagai metode dan alat penilaian yang dapat memperhitungkan berbagai
jenis kemampuan siswa. Ini memberikan gambaran yang lebih holistik
tentang prestasi dan kemampuan siswa daripada hanya menggunakan tes
standar.
b) Pengukuran Keterampilan Kontekstual: Asesmen alternatif dapat
mencakup situasi kehidupan nyata dan tugas-tugas yang relevan dengan
dunia nyata. Ini membantu dalam mengukur keterampilan dan kemampuan
yang dapat diterapkan dalam situasi kehidupan sehari-hari, bukan hanya
keterampilan akademik yang terbatas.
c) Peningkatan Motivasi: Dalam asesmen alternatif, siswa seringkali lebih
termotivasi karena tugas-tugas yang lebih menarik dan relevan bagi
mereka. Ini dapat mengurangi stres dan kecemasan yang terkait dengan

9
ujian standar, dan meningkatkan partisipasi dan keterlibatan siswa dalam
proses penilaian.
d) Mengukur Kemampuan yang Berbeda: Asesmen alternatif memungkinkan
pengukuran kemampuan dan bakat yang berbeda yang mungkin tidak
dapat diukur dengan ujian standar. Ini memberikan kesempatan bagi siswa
dengan kekuatan di luar area akademik untuk menunjukkan kemampuan
mereka.
e) Menuntut keterampilan pemecahan masalah Dalam penilaian hasil belajar
pendekatan tradisional terutama dalam teks objektif, target dinilai hanya
kemampuan kognitif tingkat rendah, sedangkah dalam asesmen alternatif,
peserta didik selalu diminta dan diarahkan supaya mereka menguasai
kemampuan dalam pecemahan masalah

Kontra:

a) Kehandalan dan Validitas: Asesmen alternatif mungkin kurang reliabel


dan valid dibandingkan dengan tes standar yang dikembangkan secara
ilmiah. Metode dan kriteria penilaian yang berbeda dapat menghasilkan
hasil yang tidak konsisten dan subjektif, tergantung pada penilaian
individu guru atau penilai.
b) Biaya dan Waktu: Implementasi asesmen alternatif sering kali
membutuhkan biaya dan waktu yang lebih besar daripada tes standar.
Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian tugas-tugas yang berbeda dapat
membutuhkan sumber daya tambahan yang signifikan bagi sekolah dan
guru.
c) Ketidakmerataan Standar Penilaian: Dalam asesmen alternatif, ada risiko
ketidakmerataan dalam standar penilaian antara guru dan sekolah yang
berbeda. Kriteria penilaian yang tidak konsisten dapat menyebabkan
kesenjangan dalam penilaian antara siswa-siswa yang seharusnya diukur
dengan cara yang sama.
d) Kurangnya Keterpaduan Kurikulum: Asesmen alternatif sering kali sulit
untuk diintegrasikan dengan kurikulum dan mengukur pencapaian tujuan

10
pembelajaran yang telah ditentukan. Ini dapat mengganggu keselarasan
antara pengajaran dan penilaian, dan mempengaruhi pemahaman siswa
tentang apa yang seharusnya dipelajari.

5. Teknik Yang Digunakan Dalam Asesmen Alternatif


Menurut Morrow (2005 : 128) teknik penilian alternatif yang
berbentuk nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar dilakukan dengan
tanpa “menguji” peserta didik melainkan dilakukan dengan:
a) Pengamatan (observation)
Secara umum pengertian abservasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sebagai sasaran
observasi.
b) Wawancara (interview)
Wawancara adalah cara mengjimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
c) Angket (Questionnaire)
Angket juga dapat digunakan Angket juga dapat digunakan sebagai
alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara di
mana penilai berhadapan langsung dengan peserta didik atau pihak lainnya,
maka dengan menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian
hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja
acapkali jawaban-jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya dan cenderung bias. Apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam angket tersebut kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi
siswa (responden) untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan
melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.
Pada umumnya tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai
salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

11
Disamping itu juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam
menyusun kurikulum dan program pembelajaran. Data yang dapat dihimpun
melalui kuesioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan sikap para
siswa berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik
dalam proses belajar-mengajar.
d) Pemeriksaan dokumen (documentary anlysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji juga dapat dilengkapi dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat
informasi riwayat hidup, agama yang dianut, kapan dan dimana dilahirkan,
kedudukan anak dalam keluarga, dan lain-lain. Selain itu juga dokumen yang
memuat informasi tentang orang tua peserta didik, seperti: nama, tempat
tinggal, agama yang dianut, pekerjaan, dan sebagainya. Juga dokumen yang
memuat tentang lingkungan nonsosial seperti: kondisi bangunan rumah, ruang
belajar, lampu penerangan, dan sebagainya.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua, dan
lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat
diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi
hasil belajar terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi seperti telah
dikemukakan contoh diatas, dapat direkam melalui sebuah dokumen
berbentuk formulir atau blangko isian, yang harus diisi pada saat peserta didik
untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.
e) Pertunjukan/ pameran (exhibition)
Sebuah pertunjukan/pameran kepada masyarakat umum juga
dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar siswa. Dengan
pertunjukan ini siswa dapat mempertontonkan keterampilan/keahliana gerak
yang dimiliki. Keterampilan gerak yang diperagakan siswa akan dinilai
dengan menggunakan rubrik penilaian khusus yang sudah disiapkan oleh guru
f) Penilaian portofolio (portofolios assement)
Penilaian portofolio adalah sebuah penilaian alternatif teknik nontes
yang terdiri dari kumpulan hasil karya siswa/peserta didik yang disusun secara

12
sistematik yang menunjukkan dan membuktikan upaya belajar, hasil belajar,
proses belajar, dan kemajuan yang dilakukan peserta didik/siswa/mahasiswa
dalam jangka waktu tertentu. Portofolio bersifat sistematik, penuh tujuan, dan
berguna dalam mengumpulkan pekerjaan peserta didik yang telah dirakit
selama beberapa waktu. Dalam banyak cakupan, bahan-bahan yang termasuk
dalam portofolio dapat mirip dengan produk proyek peserta didik yang telah
dikumpulkan selama beberapa waktu.
Menurut Morrow (2005: 144) ada 2 tipe portofolio, yaitu: portofolio
model (showcase or model portofolios), yaitu sebuah portofolio yang terdiri
dari contoh kerja yang dipilih oleh peserta didik yang mendokumentasikan
kerja terbaik peserta didik. Dengan portofolio model ini peserta didik dapat
secara sadar mengevaluasi pekerjaannya dan dipilih hanya pada hasil yang
memiliki kualitas terbaik. dan portofolio deskriptif atau representatif
(descriptive or representative portofolios) yaitu: sebuah portofolio yang terdiri
dari pekerjaan representatis dari peserta didik, namun peserta didik tidak dapat
mengevaluasi hasil/produk mereka.

B. Asesmen Autentik
1. Pengertian asesmen autentik
Munculnya konsep asesmen autentik di awal 1990-an, sebagai wujud
ketidak- puasan para ahli terhadap kelemahan-kelemahan tes objektif,
terutama untuk menilai kemampuan kognitif tingkat tinggi dalam melakukan
sesuatu di kehidupan yang se- sungguhnya atau real word setting. Menurut
John Mueller (2008): Assessment Au thentic: A form of assessment in which
students are asked to perform real-world tasks that demontrate meaningfull
application of essential knowledge and skills. Adapun Linn dan Gronlund
(1995) menyatakan bahwa: Authentic assessment is any type of alternative
assessment done in a "real world setting."Oleh karena itu asesmen autentik
juga merupakan asesmen alternatif, apabila peserta didik melakukan,
menerapkan dan/atau melaksanakan suatu tugas dalam kehidupan nyata/riil.

13
Tetapi, tidak berarti semua teknik asesmen alternatif dapat digunakan dalam
asesmen autentik.
2. Ciri – ciri asesmen autentik
Beberapa ciri asesmen autentik, sehingga tampak bedanya dari
asesmen dengan pendekatan tradisional, atau dengan teknik asesmen alternatif
yang lain, adalah se- hagai berikut
a. Real-life dan on going
Peserta didik terlibat dan melibatkan diri dalam tugas-tugas nyata
dalam kehi dupan riil, menampilkan unjuk kerja/kinerja atau melakukan
pemecahan masalah di pangan. Oleh karena itu, asesmen autentik menuntut
peserta didik melakukan, men emonstrasikan, menciptakan dan/atau
mengerjakan suatu tugas dalam kehidupan rill, sehingga peserta didik
memperoleh pemahaman yang lebih kaya mengenai apa yang dipikirkannya
dan bagaimana mengonstruksi makna (meaning).
b. Sejak Awal Peserta Didik Mengerti Kriteria yang Akan Digunakan
dalam Menilai Tugas Mereka
Peserta didik telah memahami kisi-kisi, kriteria dan format penilaian
yang akan digunakan. Kriteria dan format tersebut telah dikomunikasikan
kepada peserta didik sejak awal kegiatan pembelajaran dimulai, bahkan
peserta didik boleh bertanya ten- tang teknik dan format yang akan digunakan.
Dengan kata lain, peserta didik sejak awal betul-betul tidak ragu lagi tentang
aspek-aspek yang akan dinilai, bagaimana cara menilainya dan bobot skor tiap
aspek yang dinilai.
c. Valid dan Reliabel
Instrumen yang digunakan betul-betul dirancang berdasarkan target
belajar, tu juan dan kompetensi; serta sesuai dengan karakteristik materi
pelajaran yang diberi kan dan dengan pengalaman belajar yang telah
berlangsung. Penilaian bukan sekali jadi, dan bukan pula hanya dengan satu
jenis instrumen. Kesahihan dan keterandalan intrumen, dalam kaitannya
dengan mengukur dan menilai apa yang ingin diukur dan dinilai, tidak
diragukan lagi. Instrumen-instrumen yang digunakan telah divalidasi oleh

14
teman sebaya, dan mudah dibaca oleh perserta didik karena telah disiapkan
jauh sebelumnya. Kritik dan saran tentang instrumen penilaian telah
ditampung sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudian
disempurnakan lagi berdasarkan saran-saran tersebut.
d. Peserta Didik Menstruktur dan Mengonstruksi Sendiri Tugasnya
Menggunakan tes objektif dalam menilai kemajuan belajar peserta
didik, berarti "menggiring" peserta didik memilih jawaban dari alternatif
jawaban yang telah dise diakan; sedangkan menggunakan berbagai teknik
asesmen autentik dalam menilai kemajuan atau proses belajar peserta didik,
berarti pendidik/guru mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menstruktur dan mengonstruksi sendiri tugasnya. Dengan cara demikian,
asesmen autentik ikut membantu dalam mengembangkan nalar dan struktur
berpikir sehingga sadar bagaimana cara menarik kesimpulan yang benar,
bukan hanya memilih dari alternatif yang sudah disediakan.
e. Mengembangkan dan Mengutamakan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi
Asesmen autentik menuntut peserta didik untuk mengonstruksi sendiri,
melaku kan atau menerapkannya dalam kehidupan riil. Oleh karena itu,
dengan menggu nakan berbagai teknik-teknik dalam asesmen autentik, berarti
peserta didik minimal mengaplikasikan pengetahuan, pemahaman baru dan
kemampuan berpikirnya, bu- kan menyebutkan atau mengulang sesuatu yang
sudah dipelajari.
f. Autentik/Dalam Situasi Riil
Ciri lain adalah peserta didik dinilai pada saat ia menerapkan atau
melakukan sesuatu dalam kehidupan nyata/riil. Apa yang ia tampilkan dan apa
yang ia kerjakan in itulah kamampuan ia yang sesungguhnya.
g. Komprehensif dan Terintegrasi
Sisi lain yang perlu mendapat perhatian dalam asesmen autentik adalah
aspek-aspek yang diamati ataupun yang dinilai bukan hanya dari satu sisi,
seperti fakta atau kognitif saja, melainkan terpadu secara utuh dan
menyeluruh. Hal itu sangat ditentukan oleh bentuk tugas dan seni

15
mengelaborasi tugas dalam kehidupan nyata. Bukan faktanya yang ingin
diungkap, melainkan kemampuan mengaplikasikan fakta dalam situasi baru,
kemampuan mengorganisasikan, serta kejelasan dan ketepatan sikap dan
perilakunya dalam bertindak atau menyatakan sesuatu.
h. Menekankan Prosess dan Produk/Hasil
Asesmen autentik memperhatikan proses pelaksanaan suatu tugas dan
juga me- nilai produk yang dihasilkan. Tahu dan mampu dalam membuat
suatu tugas, belum bisa mewakili secara utuh. Karena itu, produk yang
dikerjakaannya perlu pula dinilai. Keterpaduan kedua fokus penilaian tersebut
menggambarkan peserta didik yang sesungguhnya dalam mata pelajaran yang
dinilai. Hasil asesmen akan baik kalau "prosesnya" bernilai baik dan
"produknya" juga bernilai baik.
i. Mengutamakan Fakta dan Bukti-bukti Langsung
Fakta dan bukti-bukti langsung adalah bagian integral dari asesmen
autentik. Penilai tidak boleh cepat percaya tanpa melihat bukti-bukti tugas atau
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh peserta didik, dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran secara utuh.
3. Teknik – Teknik Yang Digunakan Dalam Asesmen Autentik
Teknik - teknik yang dapat digunakan dalam asesmen autentik adalah:
a) Observasi
b) Pertanyaan Lisan/Pertanyaan Terbuka
c) Presentasi Kelas
d) Proyek
e) ugas-tugas
f) Jurnal
g) Kerja Kelompok
h) Portofolio
i) Rubrik
j) Interviu
k) Kelompok Terfokus
l) Tes Unjuk Kerja,

16
m) Percobaan/Demonstrasi
n) Debat/Diskusi
o) Peta Konsep
p) Ekshibisi
q) Poster.

C. Asesmen Unjuk Kerja


1. Pengertian asesmen unjuk kerja
Asesmen unjuk kerja merupakan penilaian atau asesmen yang
dilakukan pendidik atau guru dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan suatu tugas. Oleh karena itu penilaian unjuk kerja lebih diarahkan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan suatu tugas .Ciri utama atas menunjukkan kerja sebagai berikut :
1. peserta didik mengkonstruksi atau menyusun Sendiri Lebih dari memilih
atau merespon
2. Format asesmen mengikuti guru ia mengamati tingkah laku peserta didik
tentang kemampuan mereplikasi penguasaannya dalam dunia atau dalam
dunia ternyata
3. Skoring diarahkan pada pola pikir dan belajar peserta didik tampak oleh
karena itu

Oleh karena itu Asesmen unjuk kerja dapat digunakan dalam berbagai
mata pelajaran seperti bahasa Indonesia olahraga bahasa Inggris.

2. Karakteristik Asesmen Unjuk Kerja


a) menyusun respon sendiri berbeda dengan asesmen hasil belajar dengan
pendekatan tradisional dan mempunyai ciri yang sama dengan asas
nasional pada aspek penilaian unjuk kerja peserta didik bukan memilih
dari jawaban yang telah disediakan melainkan menyusun respon
sendiri
b) berpikir pada tingkat yang lebih tinggi kalau dalam asesmen dengan
pendekatan tradisional pendidik atau guru lebih sering menggunakan

17
tes objektif. Hal itu karena keterbatasan pendidik atau guru dalam butir
instrumen untuk kawasan kognitif tinggi atau karena tujuan
pembelajarannya adalah peserta didik mengetahui namun dalam asas
menunjuk kerja penekanannya pada kemampuan melakukan suatu
tugas dalam kehidupan nyata
c) keautentikan tugas-tugas merupakan ciri utama asesmen unjuk kerja
Jangan memberi tugas yang tidak terdapat dalam kehidupan nyata
kepada peserta didik.
d) proses dan produk dalam asesmen untuk kerja ini proses pembuatan
dan hasil kerja selalu menjadi tumpuan penilaian. Oleh karena itu
harus dilakukan melalui Bagaimana hasil kerja dibuat kemudian baru
menilai hasil kerjanya.
e) mengutamakan kedalaman bukan keluasan Fokus utama atas
menunjukkan kerja adalah kedalamannya penguasaan peserta didik
tentang suatu materi atau keterampilan asesmen unjuk kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan tes dan dapat pula dengan nontes.

3. Tes Unjuk Kerja


Tes unjuk kerja unjuk kerja merupakan suatu jenis tes dimana peserta
didik diminta untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan bahasa sesedikit
mungkin bahkan kalau memungkinkan dapat dihilangkan sama sekali untuk
menguji keterampilan bahasa atau berbicara.
Jenis – Jenis Tes Unjuk Kerja

Seperti juga tes objektif dan tes esai; tes unjuk kerja telah lama
berkembang teta- pi belum banyak dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
menurut keadaan yang sebenarnya. Banyak tipe tes unjuk kerja yang telah
disusun para ahli, beberapa di antaranya, sebagai berikut:
a) Paper and pencil performance
Paper and pencil performance test merupakan tes unjuk kerja yang
menggunakan kertas dan pensil dalam konstruksi tes, kemudian peserta
didik melakukan berdasarkan petunjuk tersebut.

18
b) Recognition test.
Tes tipe ini disusun dengan maksud untuk mengukur kemampuan
seseorang mengenal hal-hal esensial dalam suatu unjuk kerja/penampilan
atau dalam mengidentifikasikan suatu objek.
c) Simulated performance.
Dalam tipe ini , kondisi lingkungan yang digunakan adalah miniature
dari keadaan yang sebenarnya.oleh karena itu tes tipe ini dapat juga dikatakan
sebagai “miniature test”.
d) Work sample test.
Dalam tes tipe ini, peserta didik dihadapkan pada situasi yang
sebenarnya. Peserta didik diberi sampel kerja yang harus dilakukannya dalam
penampilan yang aktual. Apabila sampel kerja diambil secara tepat,
diadministrasikan dan diskor secara benar, maka keterampilan atau tingkah
laku yang diketahui tidak akan jauh menyimpang.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi
tes"sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil
akhir (end product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam
proses pembelajaran. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap" keterampilan" dan pengetahuan. Asesmen kinerja adalah
penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap akti)itas siswa
sebagaimana yang terjadi

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Apabila ada kekurangan dan kesalahan
dalam makalah ini, kami mohon maaf dan kami menunggu kritik serta
komentar dari dosen pengampu tentang makalah ini agar dapat bisa lebih baik
lagi kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Morrow, James R. dkk. (2005).Measurement and Evaluation In Human


Performance (Third Editon). Champagain, II: Human Kinethies Publisher.

21

Anda mungkin juga menyukai