Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“KONSEP EVALUASI BELAJAR”

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

EVALUASI BELAJAR

DOSEN PENGAMPU

Zain Ahmad Fauzi, M. Pd.

DISUSUN OLEH :

Reza rosyadi 1810125310085

Nor Istiqamah 1810125120062

Siti Aminah Nurul Aini 1810125320093

Elva Amelia Hasanah 1810125320096

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita rahmat dan karunia-Nya. Alhamdulillah berkat karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang diamanahkan oleh bapak Zain Ahmad
Fauzi selaku dosen mata kuliah Evaluasi Belajar di Universitas Lambung Mangkurat
yang berjudul “ Konsep Dasar Evaluasi”
Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, kerabat ,sahabat dan pengikut beliau hingga hari akhir nanti.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Namun, apabila ada
menemukan kesalahan dan kekeliruan. Kami sebagai penyusun makalah dengan
senang hati menerima kritikan, saran, dan pesan dari semua yang membaca makalah
ini terutama dosen mata kuliah Evaluasi Belajar yang kami harapkan sebagai bahan
koreksi untuk kami.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat
luas dan tercatat sebagai amal shaleh. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, 12 Februari 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................................iii
A. LATARBELAKANG..................................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................iv
C. TUJUAN......................................................................................................................iv
BAB II......................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
A. PENGERTIAN EVALUASI PEMBELAJARAN.........................................................1
B. PENGERTIAN PENGUKURAN.................................................................................2
C. PENGERTIAN PENILAIAN.......................................................................................2
D. PENGERTIAN TES.....................................................................................................3
E. KEDUDUKAN EVALUASI, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN TES..................3
F. FUNGSI DAN TUJUAN EVALUASI PEMBELAJARAN.........................................4
G. PRINSIP-PRINSIP UMUM EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN......................5
H. LANGKAH-LANGKAH EVALUASI.........................................................................6
I. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN TEKNIK EVALUASI
PEMBELAJARAN...............................................................................................................7
J. PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK.....................................................................11
K. RUANG LINGKUP PENILAIAN AUTENTIK.........................................................13
L. APLIKASI EVALUASI BERBASIS KELAS............................................................16
BAB III...................................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................................19
A. KESIMPULAN...........................................................................................................19
B. SARAN.......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pemerintah menentukan standar pendidikan
yang berkualitas. Indikator pendidikan yang berkualitas dengan dipenuhinya 8
(delapan) Standar Pendidikan Nasional, diantaranya adalah Standar Pendidikan dan
Kependidikan dan Standar Penilaian.

Standar Pendidik dan Kependidikan adalah kualifikasi akademik dan kompetensi


para agen pembelajar. Standar Penilaian adalah penilaian hasil belajar peserta didik
oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Guru sebagai tenaga pendidik dan
kependidikan dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus memiliki
kompetensi yang memadai sesuai dengan perkembangan. Menurut (Mahirah, 2017)
dalam [ CITATION Iqr18 \l 1033 ] Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat
belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan
kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan
fasilitas dan kualitas belajar siswa.

Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau
pembelajaran, sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk
meningkatkan mutupendidikan disekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi
adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
peserta didik untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka makalah ini akan membahas tentang Konsep
Dasar Evaluasi.

iii
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. Bagaimana pengertian Evaluasi, pengukuran, penilaian dan tes kedudukan?


2. Bagaimana penilaian autentik di SD?
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan evaluasi?
4. Bagaimana aplikasi evaluasi berbasis kelas?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi, pengukuran, penilaian, dan tes……


2. Untuk memahami bagaimana penilaian autentik di SD.
3. Untuk menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan evaluasi.
4. Untuk memahami aplikasi evaluasi berbasis kelas.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal


dari bahasa Inggris: evaluation; dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa
Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value; dalam bahasa Arab: Al-
Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk
(2010) berpendapat bahwa “evaluation is comparing the actual and real with the
predicted or promised” dimana perlu adanya renungan atas apa yang dicapai
dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan. Definisi ini juga
menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang
berbeda cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan
evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu evaluasi,
pengukuran dan tes. Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi
informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan
pembelajaran. Pengukuran adalah adalah suatu proses yang menghasilkan
gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki
oleh individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu sampel perilaku.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih
bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai
suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evaluasi (value
judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative
description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative
description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran maupun bukan
pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek
yang dinilai.

1
B. PENGERTIAN PENGUKURAN
Pengukuran ialah penentuan sesuatu besaran, ukuran, ataupun kapasitas,
pada biasanya digunakan pada sesuatu standar ataupun dimensi ataupun satuan
ukur. Pengertian dari pengukuran bisa pula dimaksud bagaikan pemberian angka
terhadap sesuatu objek, ataupun perihal tertentu oleh seorang bagi ketentuan
ataupun perumusan yang jelas serta disepakati.
 Nunnally & Bernstein, 1994 : Pengukuran dapat didefinisikan sebagai
suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan
aturan-aturan yang terstandar atau yang telah disepakati untuk
merepresentasikan atribut yang diukur.
 Mardapi 2004 : Pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan
angka terhadap suatu obyek secara sistematis.
 Lien : Pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan
menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis.
 Budi Hatoro : Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses
atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat
numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan
instrumen untuk melakukan penilaian.

C. PENGERTIAN PENILAIAN
Secara istilah, penilaian merupakan proses kegiatan untuk
mengetahui apakah suatu program yang sudah ditetapkan sebelumnya
berhasil dengan baik atau tidak baik. Agar mengetahui informasi mengenai
penilaian tersebut, digunakan pengukuran, baik itu menggunakan
instrumen tes maupun nontes. Tes sendiri artinya adalah penyajian
seperangkat pertanyaan atau tugas untuk dijawab atau dikerjakan. Nontes
meliputi kuisioner, wawancara, pengamatan, penugasan dan portofolio.

Jadi, penilaian adalah sebuah proses pengumpulan data untuk


menentukan sejauh mana, dan dalam hal apa, bagaimana ketercapaian

2
tujuan pendidikan, apa dan bagaimana yang belum tercapai dan apa yang
menjadi penyebabnya, serta apa tindak lanjutnya.

D. PENGERTIAN TES
Tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Pengukuran adalah suatu proses
atau kegiatan untuk menentukan kuantitas “sesuatu”. Penilaian adalah
suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik
dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari
pertimbangan tertentu. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas ( nilai dan arti ) dari sesuatu,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan
keputusan.

E. KEDUDUKAN EVALUASI, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN


TES
Istilah evaluasi, pengukuran, penilaian, dan tesr dalam
penggunaannya memang sering membingungkan karena semua istilah
tersebut termasuk ke dalam proses yang sama. Menurut Linn dan
Gronlund, penilaian/asesmen (assessment) adalah istilah umum yang
melibatkan semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang hasil belajar peserta didik (observasi, skala bertingkat
tentang kinerja, tes tertulis) dan pelaksanaan penilaian mengenai kemajuan
belajar peserta didik. Mulai dari mengukur, pengukuran merupakan suatu
proses pencarian data yang bersifat kuantitatif (angka). Dalam mengukur
tentutnya harus ada alat yang digunakan untuk mengukur. Alat yang
digunakan tergantung dari objek yang diukur dalam konteks ini alat ukur
yang digunakan adalah tes dan non tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan
yang dilaksanakan pada periode waktu tertentu sampai dengan dapat
membandingkan semua peserta didik. Tes juga merupakan alat atau

3
instrument yang sistematis yang terdiri dari seperangkat pertanyaan dan
tugas-tugas untuk mengukur prilaku siswa dengan menggunakan bantuan
skala numerik atau kategori tertentu.

F. FUNGSI DAN TUJUAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui dan
memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka
guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Fungsi
utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi,
yaitu :
a. Fungsi formatif
Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi
siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
b. Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran,
menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan
perkembangan belajar siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
d. Fungsi seleksi dan penempatan
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan
siswa sesuai dengan minat dan kemampuan.
Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal
siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Di
samping itu evaluasi juga berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena
itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah
evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi harus dilakukan
oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tetapi juga siswa. Maka tujuan
evaluasi pembelajaran meliputi:

4
a. Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar
b. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru
c. Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar
mengajar
d. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama
kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya
e. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuannya.

G. PRINSIP-PRINSIP UMUM EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

Prinsip-Prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai


panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi, karena jangkauan sumbangan
evaluasi dalam usaha perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-
prinsip yang mendasari pengembangan dan pemakaiannya. Sekaitan dengan
prinsip-prinsip penilaian tersebut, ada 4 prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar
hendaknya: (1) mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran; (2) mengukur sampel yang representatif
dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran; (3) mencakup
jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang
diinginkan; (4) direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya seesuai dengan yang
akan digunakan secara khusus, (5) dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-
besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan 6) dipakai untuk memperbaiki
hasil belajar.
Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya: (a) dirancang
sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi evaluasi, alat
evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi; (b) menjadi bagian yang integral dari
proses belajar mengajar; (c) agar hasilnya obyektif, evaluasi harus menggunakan
berbagai alat evaluasi dan sifatnya komprehensif; (d) diikuti dengan tindak
lanjutnya. Dari segi yang lain, prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran
meliputi: (a) prinsip keterpaduan; (b) prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip

5
kontinuitas; (d) prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan; (f) prinsip pedagogis;
(g) prinsip diskriminalitas; dan (h) prinsip akuntabilitas.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
prosees belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat
dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. perubahan
tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan perubahan perubahan tingkahlaku
yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena
itu, instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan dan isi
program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan
tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan kelulusan dan
kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Disamping itu, hasil evaluasi harus
dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-
betul akurat mencerminkan keadaan siswa secara objektif.
Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan
proses dan program selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata
untuk menentukan rating siswa, melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik
atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau alat pendidikan, evaluasi pembelajaran
harus dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi dalam program
pembelajaran, dilakukan secara kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan dapat
lebih mendorong siswa aktif belajar.

H. LANGKAH-LANGKAH EVALUASI
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi
belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut (Ramayulis, 2008: 225-
226) :

1) Penentuan Tujuan Evaluasi

2) Penyususnan Kisi-kisi soal

3) Telaah atau review dan revisi soal

4) Uji Coba (try out)

5) Penyusunan soal

6
6) Penyajian tes

7) Scorsing

8) Pengolahan hasil tes

9) Pelaporan hasil tes

10) Pemanfaatan hasil tes

I. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN TEKNIK EVALUASI


PEMBELAJARAN
Sedangkan langkah-langkah pengembangan teknik evaluasi pembelajaran
terbagi dua, ada penilaian teknik tes dan non tes (Muhammad Afandi, 2013: 65-
69) :

1. Langkah-langkah Pengembangan Penilaian Teknik Tes


a) Menetapkan tujuan pembelajaran; Tes formatif tes dilakukan
setiap pokok bahasan (ulangan harian), Tes sumatif tes dilakukan
dari beberapa bab biasa tes (uts/uas), Tes formatif untuk
mengetahui beberapa metoda pengajarannya, Tes sumatif untuk
mengetahui kemampuan siswa berupa nilai,
b) Menganalisi dokumen; Silabus (sudah berapa minggu/bulan), RPP
(tujuan apa yang sudah di rumuskan dalam kegiatan belajar),
Program pembelajaran/mingguan, bulanan atau semesteran (ruang
lingkup materi sampai kurun waktu tertentu), Buku sumber
(kedalaman, keluasan materi yang menjadi pokok penyusunan
soal), Agenda mengajar guru (mengetahui materi mana yang benar-
benar sudah diajarkan disuatu kelas)
c) Kisi-kisi soal tes sumatif; Menyusun kisi-kisi, merupakan tabel matrik
yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini
sebagai acuan sehingga dapat menulis soal yang isi dan tingkat
kesulitannya relatif proporsional
d) Menulis soal

7
1. Aturan umum penulisan soal
a. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
b. Jangan mengutip langsung kalimat dalam buku
c. Bila berupa pandangan seseorang sebutkan pendapat siapa
d. Soal tidak boleh member isyarat untuk soal lain
e. Hindarkan soal yang menanyakan hal-hal spele (harus hal
penting)
f. Hindarkan kebergantungan soal pada soal lain
g. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas tidak
menimbulkan penafsiran ganda.

2. Aturan penulisan soal Pilihan Ganda

a. Materi

1) Soal sesuai indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk


pilihan ganda).

2) Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi,


relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari).

3) Pilihan jawaban homogen dan logis.

4) Hanya ada satu kunci jawaban.

b. Konstruksi

1) Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.

2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban


merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

3) Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.

4) Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif


ganda

5) Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi


materi.

8
6) Gambar, grafik tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.

7) Panjang pilihan jawaban relatif sama.

8) Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua


jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya.

9) Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun


berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya.

10) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal


sebelumnya

c. Bahasa/Budaya

1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa


Indonesia.

2) Menggunakan bahasa yang komunikatif.

3)Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang


sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.

3. Aturan penulisan soal

a. Rumusan butir soal mengacu pada indikator

b. Batasan jawaban atau ruang lingkup harus jelas

c. Harus menggunakan kata tanya perintah seperti mengapa,


uraikan, jelaskan, bandingkan, buktikan, hitunglah dll.

d. Hindari pertanyaan apa, siapa, bila....

e. Menggunakan bahasa baku

f. Hindari kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda

9
g. Buat petunjuk yang jelas bagaimana soal itu dikerjakan

h. Buat jawaban bebarengan dengan membuat soal

i. Buat pedoman penskoran

e). Analisis rasional, berupa penelaahan soal yang ditinjau dari segi
teknis, isi, dan editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan
sebagai penelaahan soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan
format penulisan soal. Analisis secara isi dimaksudkan sebagai
penelaahan khusus yang berkaitan dengan kelayakan pengetahuan
yang ditanyakan. Analisis secara editorial dimaksudkan sebagai
penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format
dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya
(Surapranata, 2006: 1-2). Aspek yang diperhatikan di dalam
penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari
segi materi, konstruksi, bahsa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman
penskorannya.

f). Uji coba; soal yang telah dibuat diujicobakan kepada beberapa
responden yang memilki kriteria yang sama dengan responden
yang akan diterapkan misalanya soal akan diterapkan pada kelas
lima X makan ujicobanya di kelas lima Y

g). Analisis empiris (daya pembeda,kesukaran, korelasi, validitas


daan reabilitas)

h). Analisis butir soal, proses penelahaan butir soal melalui informasi
dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal.

i). Revisi soal dilakukan tentang perbaikan bagian soal yang masih belum
sesuai dengan yang diharapkan

j). Pembanyakan instrument sesuai dengan jumlah peserta yang akan di


ujikan

k). Pelaksanaan tes (jumlah peserta, pengawasan, kondisi ruangan)

10
l).Scoring setelah di periksa maka pendidik melakukan penskoran
sesuai dengan kriteria dan didapatkan data yang bermakna dalam
mengambil keputusan

m). Pemanfaatan hasil sesuai dengan tujuan sehingga dapat bermanfaat


bagi peserta tes, pendidik maupun lembaga yang berkepentingan.

2. Langkah-langkah Pengembangan Penilaian Teknik Non Tes

a) Menetapkan apa yang akan diukur (keperibadian, kepemimpinan,


tanggung jawab, sosiobilitas, emosi, motivasi, belajar, sikap,minat, nilai
moral)

b) Menentukan instrument; angket, wawancara, observasi dll Wawancara


(berstruktur/ tidak), Angket/ kuesioner (berstruktur/ tidak), Observasi
(tingkah laku individu/ kelompok), Studi dokumentasi, Inventori
(portopolio), Sosiomerti (social anak), Biografi autografi (daftar cek),
Analisi hasil kerja, Unjuk kerja.

c) Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan diungkap


(berdasarkan teori)

d) Menentukan format instrument (cek, pilihan, skala, uraian bebas

e) Mengembangkan kisi-kisi (penyebaran, pernyataan setiap asfek)

f) Menulis pernyataan

g) Analisis rasional.

J. PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK

Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan


pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai
instrumen penilaian. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid
atau reliable [ CITATION Set17 \l 1033 ]. Dalam sosialisasi yang disampaikan oleh

11
Mendikbud dijelaskan bahwa penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketika menerapkan penilaian
autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru
menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa penilaian autentik


adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai diri siswa yang dimulai dari awal
proses pembelajaran samapi akhir proses pembelajaran yang meliputi aspek
penilaian pengetahuan, keterampil dan sikap.

Pada penilaian autentik, siswa diminta untuk menerapkan konsep atau


teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau keterampilan
yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan keseimbangan
antara penilaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya.
Contohnya untuk PAUD, TK dan SD, lebih banyak porsinya pada soft skill
(misalnya kemampuan yang perlu dilatih dan diukur, antara lain: mengamati,
motivasi berprestasi, kemauan kerja keras, disiplin, berkomunikasi, tata krama,
dll) daripada penilaian hard skill (pengukuran penguasaan pengetahuan dan
keterampilan).

Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:

a. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau


produk.
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
c. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
d. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
e. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan
nyata setiap hari.
f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan
keluasannya (kuantitas).

12
Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai berikut:

a. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi


terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap
standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
b. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta,
menekankan pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja
(performance), bukan kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.
c. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh
sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian
kompetensi siswa.
d. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan
balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.

Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas, maka


proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari. Sehingga
dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip,
sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; penilaian
harus bersifat holistik mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap,
keterampilan dan pengetahuan).

K. RUANG LINGKUP PENILAIAN AUTENTIK


Penilaian hasil belajar peserta didik dalam konteks kurikulum 2013
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan
secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif
setiap peserta didik terhadap standar yang diterapkan. Dalam Permendikbud
Nomor 66 Tahun 2013 [ CITATION Set17 \l 1033 ] dinyatakan bahwa cakupan
penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran,
kompetensi muatan, kompetensi program, dan proses. Sejalan dengan cakupan
tersebut, teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Kompetensi Sikap

13
Penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik
yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan (receiving or
attending), merespon atau menanggapi (responding), menilai atau
menghargai (valuing), mengorganisasi atau mengelola (organization), dan
berkarakter (characterization). Kompetensi sikap dibagi menjadi dua yaitu
sikap spiritual dan sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi
kompetensi inti, yakni, Kompetensi Inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan
Kompetensi Inti 2 (KI 2) untuk sikap sosial. Pada Kurtilas ini, kompetensi
sikap, baik sikap spiritual (KI 1) maupun sikap sosial (KI 2) tidak
diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Jika kompetensi sikap
spiritual dan sosial tersebut tidak diajarkan, kompetensi tersebut harus
terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang
ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak
pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian
yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan
peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan,
pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Menilai kompetensi pengetahuan siswa melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tulis yang biasa digunakan guru berupa soal
pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan
uraian yang dilengkapi pedoman penskoran. Instrumen test lisan berupa
daftar pertanyaan dan instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan
atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang
dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Dalam Permendikbud Nomor 66

14
Tahun 2013 d i jelaskan bahwa pendidikan menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.
Adapun teknik dan instrumen penilaian, sebagai berikut:
1. Penilaian kompetensi sikap.
 Observasi, dilakukan secara berkesinambungan baik secara
langsung maupun tidak langsung perilaku siswa.
 Penilaian diri, meminta siswa mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam pencapaian kompetensi.
 Penilaian antarsiswa, siswa saling menilai terkait dengan
pencapaian kompetensi.
 Jurnal, merupakan catatan guru baik di dalam maupun di luar
kelas, mengenai kekuatan dan kelemahan siswa.
2. Penilaian kompetensi keterampilan.
 Penilaian kerja, siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan praktek, proyek dan portofolio.
 Tes praktek, penilaian yang menuntut respons berupa perilaku
yang sesuai dengan tuntutan kompetensi.
 Projek, tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan dan pelaporan baik tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu.
 Portofolio, berupa kumpulan seluruh karya siswa yang bersifat
reflektif-integratif, dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian siswa terhadap lingkungannya.
3. Penilaian kompetensi pengetahuan.
 Tes tulis, berupa PG, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan dan uraian.
 Tes lisan, berupa daftar pertanyaan.

15
 Penugasan, berupa pekerjaan rumah dan proyek yang dapat
dikerjakan individual maupun kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.
Prinsip yang paling penting dari penilaian autentik adalah dalam
pembelajaran tidak hanya menilai apa saja yang sudah diketahui oleh siswa, tetapi
juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah pembelajaran selesai.
Sehingga kualitas hasil belajar dan kerja siswa dalam menyelesaikan tugas dapat
terukur. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan dalam melakukan penilaian
autentik ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni:
1. Autentik dari instrumen yang digunakan, menggunakan
instrumen yang bervariasi yang disesuaikan dengan karakteristik atau
tuntutan kompetensi yang ada dikurikulum.
2. Autentik dari aspek yang diukur, menilai aspek-aspek hasil
belajar secara komprehensif meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
3. Autentik dari aspek kondisi siswa, menilai input (kondisi
awal siswa), proses (kinerja dan aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar), dan output (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap,
keterampilan maupun pengetahuan siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar).

L. APLIKASI EVALUASI BERBASIS KELAS


Pembelajaran merupakan salah satu aspek inti dalam pendidikan,
pembelajaran didalamnya mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Pembelajaran yang baik dapat diketahui tatkala evaluasi telah dilakukan,
adapun evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam pendidikan Islam, evaluasi
memiliki kedudukan yang sangat penting untuk mengukur dan menilai sejauh
mana keberhasilan pendidikan itu dilaksanakan.

Sebelum mengevaluasi, terlebih dahulu harus memahami suatu materi


pembelajaran itu itu sendiri, supaya dalam proses evaluasi selaras ranah yang
mesti dievaluasinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui ketercapaian sebuah
proses mata pelajaran, perlu diadakan evaluasi yang komprehensif dan terintegrasi

16
mencakup seluruh aspek yang mesti dievaluasi. Nuryamin (2011) mengamati
bahwa hakekat evaluasi pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang
penilaian dalam proses belajar mengajar yang mempunyai tujuan dan fungsi untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dalam mencapaitujuan pendidikan yang dicita-
citakan.
Dudin (2007) melaporkan untuk menjamin pengembangan mutu penyelenggaraan
pendidikan, perlu diadakan evaluasi yang bersifat sistemik mencakup : Pertama,
aspek input meliputi standar isi, standar pendidik, standar tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana. Kedua, aspek proses meliputi standar proses,
standar pengelolaan, dan standar penilaian pendidikan. Ketiga, aspek output,
meliputi standar kompetensi lulusan, dari segi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.

Penilaian berbasis kelas (PBK) merupakan salah satu pilar dalam


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). PBK adalah proses pengumpulan
dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar
siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan gambaran
kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum. PBK dilaksanakan secara terpadu dengan pembelajaran.

Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal,


terintegrasi dalam pembelajaran maupun dilakukan pada waktu yang lebih khusus.
PBK dilaksanakan melalui berbagai cara, diantaranya adalah melalui tes tertulis
(paper and pencil test), penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan hasil kerja
siswa, penilaian produk, dan penilaian unjuk kerja siswa, ataupun portofolio. PBK
merupakan sebuah proses yang dapat dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan
pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil
dari belajar siswa. Penerapan PBK di sekolah ini. Efektivitas penerapan PBK
dapat diukur dengan cara menggambarkan pemahaman guru terhadap PBK itu
sendiri, tujuan dan fungsi penerapan PBK dalam pembelajaran, manfaat dari
adanya penerapan PBK, serta kesesuaian antara prinsip yang dijalankan dengan
prinsip-prinsip dari PBK, serta jenis-jenis PBK, teknik pelaksanaan PBK, dan

17
bentuk dari PBK. PBK merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan
pada proses pembelajaran, sehingga hampir di setiap pertemuan pembelajaran
menggunakan PBK. Penilaian ini merupakan salah satu penilaian autentik yang
dapat mengukur kemampuan siswa secara objektif dilaksanakan untuk mengukur
sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran yang dilakukan.

Hal ini terungkap dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
responden penelitian dimana guru sudah melaksanakan PBK pada penilaian
pembelajarannya. Mereka melaksanakannya sejak diberlakukannya Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) sampai dengan sekarang. PBK dijadikan sebagai
pilihan dalam penilaian pada pembelajaran IPS, karena penilaian ini dianggap
dapat menggambarkan pencapaian hasil belajar siswa yang sebenarnya.
Keunggulan PBK dibandingkan penilaian lain adalah dapat menjamin proses
pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan kurikulum. Hasil penilaian dapat
menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai seluruh atau sebagian dari
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang ditetapkan oleh pihak
sekolah. Selain itu, keunggulan PBK diantaranya adalah dapat memeriksa
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung, serta dapat memudahkan mencari dan menemukan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran tersebut. Untuk
itu, pengetahuan dan pemahaman guru yang baik terhadap PBK sangat mutlak
dimiliki sebagai penunjang kelancaran penerapannya di dalam pembelajaran. Dari
hasil wawancara dengan responden penelitian dapat diketahui bahwa pemahaman
dan pengetahuan mereka tentang PBK sudah cukup baik. Menurut mereka, PBK
adalah suatu penilaian dengan cara mengumpulkan dan menggunakan hasil belajar
siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara sistematis,
menyeluruh, dan berkelanjutan, selanjutnya informasi ini digunakan untuk
menggambarkan prestasi dan kemajuan belajar siswa menyerap kompetensi yang
ditetapkan di dalam kurikulum.

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai
pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan
penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud adalah proses
membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan
pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang
dimaksud adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran
secara kualitatif. Evaluasi merupakan sarana untuk mendapatkan informasi yang
diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu pendidik untuk
mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan
mengetahui kemampuan-kemampuan siswa tersebut, pendidik dapat mengetahui
dan sekaligus membimbing peserta didik yang masih kurang mampu memahami
materi pelajaran yang telah mereka ajarkan.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip, ruang lingkup, jenis-jenis, dan bentuk
evaluasi pembelajaran yang dapat dilakukan dan diperhatikan oleh pendidik dalam
melakukan evaluasi pembelajaran.

B. SARAN

1. Hendaknya seorang tenaga pengajar dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap


kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena
dengan adanya evaluasi ini akan dapat menunjang kualitas dan mutu
pendidikan kita.
2. Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan pembelajaran yang telah diuraikan
diatas sangatlah penting karena dengan adanya hal tersebut  kita dapat belajar
bagaimana cara mengevalausi dari kegiatan belajar mengajar  apakah sudah
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

19
3. Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-syarat
dalam penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut serta memilih teknik
evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil yang diinginkan sesuai.

20
DAFTAR PUSTAKA

Iqra. (2018). Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar , 2 (2), 65-70.

Setiawan, D. (2017). Pendekatan Saintifik Dan Penilaian Autentik Untuk


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Al-
ASASIYYA: Journal Of Basic Education , 01 (02), 34-40.

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. E-book tersedia:


[http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-
content/uploads/sites/25/2013/01/34-Evaluasi-Pembelajaran.pdf]
Bloom, B.S. et.al. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw-
Hill
Mavin, Sharon dkk. (2010). The Evaluation of Learning and Development in the
Workplace: A Review of the Literature
Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Stufflebeam, D.L. et.al. (1977). Educational Evaluation and Decision Making.
Illinois:F.E. Peachock Publisher. Inc
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

21

Anda mungkin juga menyukai