Anda di halaman 1dari 12

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Biologi Abad 21


Yang diampu Oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D dan
Rifka Facrunnisa, S.Pd., M.Ed.

Oleh:
Kelompok 6
Offering A-A/S1 Pendidikan Biologi

Aisyah Siti Faizah 160341606039


Destha Ramadanty P 160341606015
Nanda Ayu Rahmadita 160341606072
Racy Riski ……. 160341606061
Umar Hanif….. 160341606077

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2019

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas pertama kali diucapkan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabil’aalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa. Dan dengan petunjuknya kita dapat menyelesaikan
makalah sesuai dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW serta para keluarga, sahabat, tabi’in dan para
pengikutnya. Dan dengan itu kita selalu menantikan syafa’atnya kelak di hari
pembalasan.
Di kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah yang
berjudul “KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF”. Sebelumnya
kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Prof. Dra. Herawati


Susilo, M. Sc., Ph. D. dan Rifka Facrunnisa, S.Pd., M.Ed. yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
2. Dan tidak lupa juga kepada teman-teman Offering A-A 2016 S1 Pendidikan
Bilogi UM yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Malang, 16 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.......................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dari keterampilan berpikir kritis dan kreatif.................................
2.2 Cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis.....................................
2.3 Cara mengembangkan keterampilan berpikir kreatif .................................
2.4 Cara mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif .............................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
Daftar Rujukan...........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dalam makalah ini.
a. Apa definisi dari keterampilan berpikir kritis dan kreatif?
b. Bagaimana cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis?
c. Bagaimana cara mengembangkan keterampilan berpikir kreatif?
d. Bagaimana cara mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif?
1.3 Tujuan
Berikut adalah tujuan makalah ini.
a. Untuk mengetahui definisi dari keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
b. Untuk mengetahui cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
c. Untuk mengetahui cara mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
d. Untuk mengetahui cara mengukur kemampuan berpikir kritis dan
kreatif.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif


Menurut Ennis (2011) berpikir kritis merupakan pemikiran reflektif yang
masuk akal yang terfokus pada memutuskan apa yang harus dipercaya atau dila-
kukan. Pratiwi & Suwono (2015) mengungkapkan definisi berpikir kritis yakni
aktivitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan pemikiran serta cara untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dalam diri pelajar dengan cara
menganalisis isu atau masalah. Pembelajaran yang menggunakan analisis kritis
membuat pelajar akan mengalami proses berpikir seperti memperhatikan,
mengkategorikan, menyeleksi, dan mengambil keputusan. Ennis (2011)
menyebutkan bahwa terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang terangkum
dalam lima kelompok keterampilan berpikir, yakni memberikan penjelasan
sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan
lanjut, serta membuat strategi dan taktik.
Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan
sekolah maupun luar sekolah. Menurut Sudarma (2013) kreativitas berasal dari
kata “to create” artinya membuat,dengan kata lain kreativitas adalah kemampuan
untukl membuat sesuatu baik dalam bentuk ide, langkah ataupun produk. Menurut
Yusuf (2011) berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir dengan cara baru dan
mampu menemukan masalah yang unik. Kemampuan berpikir bukan hanya
konvergen (menghasilkan banyak jawaban untuk pertanyaan sama) tetapi juga
berpikir konvergen (menghasilkan jawaban berbeda dalam satu pertanyaan).

2.2 Cara Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis


2.3 Cara Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif
2.4 Cara Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif
Menurut Ennis (2001) tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis,
dapat dibedakan menjadi tes spesifik untuk suatu topik dan tes yang umum (untuk
semua topik). Tes berpikir kritis spesifik untuk suatu topik mengukur hanya satu

5
topik atau subjek saja, sedangkan tes berpikir kritis umum mengunakan konten
dari berbagai bidang atau bersifat umum. Komite National Academy of Education
merekomendasikan untuk mengembangkan tes berpikir tingkat tinggi yang
spesifik untuk suatu subjek. Pemahaman penuh mengenai suatu subjek atau topik
menunjukkan bahwa seseorang dapat berpikir dengan baik pada suatu subjek.
Ennis mengatakan bahwa belum ada tes berpikir kritis yang spesifik untuk suatu
subjek yang tujuan utamanya adalah mengukur berpikir kritis pada suatu bidang
atau topik yang spesifik (Ennis 2001).
Terdapat banyak publikasi yang mengetengahkan asesmen berpikir kritis,
yang sebagian besar berformat tes pilihan ganda. Tes tersebut memiliki kelebihan
dalam hal efisiensi dan biaya, namun saat ini dianggap kurang komprehensif.
Penyusunan tes pilihan ganda yang baik memerlukan banyak waktu dan
membutuhkan serangkaian revisi, uji coba, dan serangkaian revisi ulang. Tulisan
Norris & Ennis (1989) dapat dipelajari jika ingin mengembangkan asesmen
berpikir kritis dengan format tes pilihan ganda.
Menurut Ennis, asesmen yang dikembangkan untuk kemampuan berpikir
kritis sebaiknya berformat tes open ended dibandingkan dengan tes pilihan ganda,
karena tes open ended dinyatakan lebih komprehensif. Berikut ini beberapa
macam asesmen berpikir kritis berformat tes open ended yang disampaikan Ennis
(2001):
1. Tes pilihan ganda dengan penjelasan tertulis
Tes pilihan ganda dengan penjelasan tertulis maknanya dalam suatu soal pilihan
ganda, yang memposisikan orang yang tes untuk memilih jawaban dari beberapa
opsi, setelah memilih jawaban tersebut, orang yang dites harus menjelaskan alasan
memilih jawaban tersebut. Tes ini sangat spesifik karena jawaban yang diberikan
oleh seseorang akan spesifik terhadap suatu hal bergantung jawaban yang
dipilihnya.
2. Tes essay berpikir kritis
Beberapa pendekatan untuk membuat esai berpikir kritis, tergantung pada tujuan
pembuatannya:
a. Tes essay high structure: ditunjukkan sebuah topik argumetatif dengan
paragraf yang diberi nomor, yang sebagian besar masih salah. Selanjutnya

6
siswa diminta untuk menilai kebenaran setiap paragraf dan keseluruhan topik,
serta mempertahankan penilaian mereka tersebut.
b. Tes essay medium stucture merupakan tes yang lebih disederhanakan dari high
structure, yaitu dengan memberikan topik argumentatif dan meminta siswa
memberi respon berupa argumen pada topik tersebut dan mempertahankan
tanggapan tersebut tanpa menentukan organisasi respon.
c. Tes essay minimal structure yang merupakan bentuk paling sederhana karena
terdiri dari suatu pertanyaan yang harus dijawab atau suatu masalah yang
harus ditangani.
Berikut adalah contoh dari soal essay high structure yang terdapat lima butir:
 Merokok merupakan kebiasaan yang banyak dilakukan oleh orang
Indonesia. Sekalipun telah diketahui bahaya merokok, baik bagi diri sendiri
maupun bagi orang lain di sekitarnya, namun mereka tetap melakukannya
dengan berbagai alasan. Mereka merokok di berbagai tempat, bahkan di
tempat-tempat umum. Bagaimana solusi yang dapat kamu tawarkan untuk
mengatasi permasalahan tersebut?
 Menurut penelitian diketahui bahwa masing-masing orang di Indonesia
menghasilkan rerata sampah sejumlah 2,5 L dalam satu hari. Jika
diakumulasikan maka akan ada banyak sekali timbulan sampah.
Masing-masing orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menangani
sampah. Sebagian orang membakar sampah mereka dengan alasan
hasil pembakaran sampah yang berupa abu dapat dijadikan sebagai
pupuk tanaman. Setujukah kamu terhadap pengelolaan sampah dengan
cara membakar sampah? Jelaskan alasanmu!
 Pada lingkungan sekitar banyak dijual makanan yang diberi zat
pewarna dan perasa buatan untuk menarik perhatian konsumen. Ada
sebagian masyarakat yang menganggap bahwa makanan yang diberi
pewarna dan perasa buatan layak dikonsumsi, tetapi sebagian yang
lainnya menganggap bahwa makanan tersebut tidak layak dikonsumsi.
Bagaimanakah pendapatmu tentang makanan yang diberi pewarna dan
perasa buatan? Jelaskan alasanmu!

7
 Posisi duduk seseorang dapat mempengaruhi bentuk tulang belakang.
Sebagian orang berpendapat bahwa posisi duduk harus benar agar
kesehatan tulang terjaga. Namun sebagian lainnya tidak memperhatikan
posisi duduk, tetapi lebih mementingkan kenyamanannya. Bagaimana
menurutmu tentang kedua pendapat tersebut? Jelaskan alasanmu!
 Sebagian orang memiliki kebiasaan seperti berikut: membaca buku
dalam waktu yang lama dan dengan jarak yang dekat (kurang dari 30
cm), menonton TV dengan jarak yang dekat (kurang dari 2,5 m), melihat
layar HP dengan jarak yang dekat (kurang dari 40 cm). Menurutmu,
bagaimanakah kebiasaan tersebut dan bagaimanakah dampaknya
terhadap kesehatan mata? Jelaskan alasanmu!
3. Tes unjuk kerja (performance assessment)
Penilaian kinerja adalah yang paling mahal dari semua, karena membutuhkan
waktu ahli yang cukup dikhususkan untuk setiap siswa. Ini memiliki wujud
validitas terbesar untuk apa pun yang terungkap, karena situasinya lebih realistis-
mungkin situasi kehidupan nyata. Namun demikian semakin besar realisme,
semakin sedikit jaminan kelengkapan. Dalam situasi kehidupan nyata, orang
umumnya mengungkapkan hanya apa yang dibutuhkan oleh situasi, dan situasi
yang paling diamati tidak memerlukan semua aspek kritis berpikir. Jadi penilaian
kinerja kehidupan nyata kesulitan yang ditemukan mirip dengan yang dipenilaian
multiplechoice: mengurangi kelengkapan. Lain kemungkinan bahaya dalam
penilaian kinerja adalah subjektivitas yang berlebihan.
Menurut Worthington (2006), mengukur kemampuan berpikir kreatif
siswa dapat dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil kerja siswa yang
merepresentasikan proses berpikir kreatifnya. Sementara menurut McGregor
(2007), mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat pula dilakukan
dengan mendasarkan pada apa yang dikomunikasikan siswa, secara verbal
maupun tertulis. Apa yang dikomunikasikan siswa tersebut dapat berupa hasil
kerja siswa terkait tugas, penyelesaian masalah, atau jawaban lisan siswa
terhadap pertanyaan guru.

Salah satu instrumen penilaian yang dapat mengukur keterampilan


berpikir kreatif siswa adalah instrumen soal essay yang menuntut jawaban

8
kreatif. Instrumen ini sebaiknya dilengkapi rubrik penilaian yang sesuai
dengan komponen berpikir kreatif menurut ahli. Komponen-komponen
berpikir kreatif dapat ditemukan berdasarkan pendapat para ahli. Menurut
Santrock (2007) kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-
cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang
unik. Stenberg (2012) dan Runco (2007) juga sepakat bahwa kreativitas adalah
proses memproduksi sesuatu yang orisinil dan bernilai. Lebih lanjut Pehkonen
& Helsinki (1997) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kombinasi
dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi
masih dalam kesadaran. Silver (1997) juga menjelaskan bahwa komponen
berpikir kreatif mencakup kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan
kebaruan (novelty). Hubungan komponen tersebut dengan pengajuan dan
pemecahan masalah seperti pada tabel berikut:

Berdasarkan definisi di atas, maka komponen berpikir kreatif yang


digunakan adalah kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Komponen kreativitas di
atas diuraikan menjadi beberapa indikator dan deskriptor dalam bentuk kisi-kisi
instrumen soal yang berupa tes (soal-soal essay) dan non-tes (rubrik).

9
Silver (1997) mengemukakan cara lain untuk mengukur kemampuan
berpikir kreatif , yakni dengan soal terbuka (open-ended problem). Menurut Livne
(2008), soal terbuka (open-ended problem) adalah soal yang memiliki beragam
jawab. Dalam hal ini, aspek-aspek yang diukur adalah kelancaran, keluwesan, dan
kebaruan, dan keterincian. Kelancaran berkaitan dengan banyaknya solusi.
Keluwesan berkaitan dengan ragam ide. Kebaruan berkaitan dengan keunikan
jawaban siswa. Sedangkan aspek keterincian berkaitan keterincian dan keruntutan
jawaban. Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif yang diukur adalah
kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Aspek kelancaran meliputi
kemampuan (1) menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban
terhadap masalah tersebut; atau (2) memberikan banyak contoh atau pernyataan
terkait konsep atau situasi matematis tertentu. Aspek keluwesan meliputi
kemampuan (1) menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah; atau (2)
memberikan beragam contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi tertentu.
Aspek kebaruan meliputi kemampuan (1) menggunakan strategi yang bersifat
baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah; atau (2) memberikan
contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Aspek
keterincian meliputi kemampuan menjelaskan secara terperinci, runtut, dan
koheren terhadap prosedur, jawaban, atau situasi tertentu.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

11
DAFTAR RUJUKAN
Ennis, R. H. 1996. Critical thinking. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Ennis, R. H. 2001. Critical Thinking Assessment.The Ohio State University. 32,
(3).(Online)(http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis%20Critical
%20Thinking%20Assessment.pdf), diakses tanggal 10 Februari 2019.
Livne, N.L. (2008) Enhanching Mathematical Creativity through Multiple
Solution to Open-Ended Problems Online.
McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open
University Press
Runco. (2007). Creativity Theories and Themes: Research, Development, and
Practice. London: Elsevier Academic Press.
Santrock, J. (2007). Child Development. New York: McGraw-Hill.
Silver. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathemathical
Problem Solving and Thinking in Problem Posing. International Review on
Mathematical Education, 29, 7580.
Stenberg, R. J., & Stenberg, K. (2012). Cognitive Psychology. California:
Wadsworth, Cengage Learning.
Worthington, M. 2006. Creativity Meets Mathematics. [Online] Tersedia:
http://www.childrens-mathematics.net/creativity_meets_mathematics.pdf.

12

Anda mungkin juga menyukai