Anda di halaman 1dari 18

KEGIATAN BELAJAR 1

FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN


BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis beras terdiri atas tiga
komponen, yaitu, (1) kebahasaan, (2) kemampuan berbahasa dan (3) kesastraan. Komponen
kebahasaan terdiri atas dua aspek, yaitu (1) struktur kebahasaan yang meliputi fonologi,
morfologi, sintaksis, semantic, kewacanaan, dan (2) kosakata. Kemampuan berbahasa terdiri
atas empat aspek, yaitu (1) kemampuan mendengar/menyimak, (2) kemampuan membaca
(kedua kemampuan ini bersifat reseptif), (3) kemampuan berbicara dan (4) kemampuan menulis
( kedua kemampuan terkahir ini bersifat produktif). Dalam praktik komunikasi yang nyata
keempat keterampilan tersebut tidak berdiri sendiri melainkan merupakan perpaduan dari
keempatnya.
Perhatikan contoh berikut :
Resa : Tut apakah kamu sudah mengerjakan pr? (kegiatan berbicara)
Tuti : Sudah mengapa? (kegiatan mendengarkan dilanjutkan dengan kegiatan berbicara)
Resa : Coba saya lihat, akan saya cocokkan dengan PR saya! (kegiatan berbicara)
Tuti : Ini! (kegiatan berbicara)
Resa : Wah PR-ku ada yang salah, kalau begitu saya ganti (melihat PR Tuti, kegiatan
membaca dilanjutkan dengan menulis)
Dari ilustrasi diatas, dapat diberikan contoh bahwa dalam berkomunikasi, empat
keterampilan berbahasa itu tidak dapat dipisah-pisahkan. Kegiatan siswa dalam kelas pun tidak
dapat dipisah-pisahkan. Contohnya pada waktu siswa mendengarkan guru, kemudian mencatat
apa saja yang dianggap penting, jika siswa tersebut bertanya tentang apa saja yang belum
dipahaminya, kemudian dijawab oleh guru. Jadi dalam berkomunikasi keempat keterampilan itu
saling bergantian kehadirannya, tidak mungkin hadir satu keterampilan saja. Dalam belajar
Bahasa di kelas, kenyataan kegiatan berkomunikasi harus diperhatikan. Tidak mungkin di dalam
kelas guru hanya melatih pengembangan kompetensi berbicara saja tanpa diikuti keterampilan
berbahasa yang lainnya, begitu seterusnya. Hanya saja karena materi pembelajaran Bahasa
meliputi beberapa aspek, maka dalam pembelajaran Bahasa ada pemfokusan dari aspek-aspek
tersebut. Dengan demikian ada pembelajaran Bahasa dengan fokus keterampilan berbahasa,
pembelajaran Bahasa dengan fokus sastra. Dalam pembelajaran dengan fokus berbahasa dapat
difokuskan lagi menjadi empat kegiatan yaitu pada kegiatan (1) mendengarkan, (2) berbicara,
(3) membaca dan (4) menulis. Yang dimaksud dengan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
fokus keterampilan berbahasa adalah pembelajaran Bahasa Indonesia yang ditekankan pada
pengembangan salah satu kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada.
Dalam pemilihan isi pembelajaran hendaknya memperhatikan kriteria keterpaduan butir-butir
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi komunikatif yang secara nyata ada dalam
komunikasi. Misalnya tentang proses menulis dan membaca/mendengarkan dengan fokus
menulis pertama kali siswa diberi bacaan/simakan (sastra/non sastra) yang memuat sejumlah
atau informasi sebagai bahan untuk menulis. Dalam menulis atau mengarang ini diperlukan
penugasan siswa akan aspek kebahasaan misalnya, tentang ejaan, bentukan kata, penggabungan
kalimat, dan sebagainya. Adapun ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Guru : Selamat pagi anak-anak
Siswa : Selamat pagi bu
Guru : Anak-anak minggu lalu kalian sudah berlatih meringkas sebuah karangan yang ibu
berikan, maka pagi ini ibu akan mendengarkan dongeng melalui tape recorder. Coba
kalian ikuti dongeng itu baik-baik, setalah itu kamu tuliskan ringkasan ceritanya,
sekali lagi ibu ingatkan supaya kali ini tidak ada kesalahan ejaan lagi
Siswa : Baik bu (siswa mendengarkan dongeng sambil mencatat yang penting)
Guru : Baik, anak-anak. Kalian telah mendengarkan dongeng tersebut tugasmu sekarang
adalah menulis ringkasan dongeng tersebut.
Ilurtrasi diatas menggambarkan adanya perpaduan antara keterampilan mendengarkan
dan menulis, disamping itu siswa harus memadukan kemampuan pemahaman kebahasaan yang
meliputi ejaan, bentukan kata, bentukan kalimat supaya karangannya benar.
Pendekatan pembelajaran berbahasa Indonesia seperti yang digambarkan diatas
merupakan salah satu penerapan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia berdasarkan kurikulum Bahasa Indonesia tahun 1994 baik di pendidikan SD, SMP
maupun SMA, yaitu pendekatan integrative. Pendekatan ini masih terus digunakan dalam
kurikulum bahas Indonesia tahun 2004. Penggunaan pendekatan integratif ini dapat dilihat
dalam GBPP yang terdapat dsalam rambu-rambu butir 2 yang berbunyi dalam GBPP ini tujuan
khusus pengajaran disajikan dalam komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan
disajikan secara terpadu. Namun dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru dapat memfokuskan
pada salah satu komponen. dengan demikian dalam pembelajaran di dalam kelas guru
memfokuskan pada komponen penggunaan yaitu keterampilan berbahasa.
Oleh karena itu keterampilan berbahasa ada empat, maka guru dapat memfokuskan
pembelajarannya pada salah satu keterampilan yaitu mendengarkan, berbicara, menulis, atau
membaca. Adapu salah satu alternatif contoh model pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
salah satu fokus keterampilan berbahasa untuk SD kelas rendah maupun SD kelas tinggi yang
akan dipelajari pada bahasan berikutnya.
Jika pembelajaran Bahasa Indonesia difokuskan pada pengembangan kompetensi dasar
mendengarkan, langkah-langkah pembelajarannya yang difokuskan, misalnya pada
pengembangan kompetensi dasar menulis. Jika difokuskan pada pengembangan kompetensi
dasar mendengarkan maka porsi alokasi waktu untuk latihan mendengarkan lebih banyak
daripada untuk keterampilan lainnya.

B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA


Dalam kurikulum 2004 pembelajaran sastra tidak berdiri sendiri tetapi dipadukan dengan
kompetensi dasar yang lain yaitu keterampilan berbahasa dan kebahasaan. Misalnya dalam
kurikulum 2004 yang berhubungan dengan pembelajaran sastra di SD kelas rendah (1)
mendengarkan dongeng, (2) mendeklamasikan puisi atau syair lagu dan memerankan tokoh
dongeng dalam kegiatan berbicara, (3) membaca penggalan cerita dll, sedangkan untuk SD kelas
tinggi , misalnya (1) mendengarkan pembacaan teks drama, (2) memerankan drama pendek, (3)
membaca cerita rakyat, (4) mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dan lain-lain.
Pada saat ini pembelajaran sastra ditekankan pada apresiasi sastra, oleh karena itu teori
sastra perlu diajarkan dengan persentase yang sangat kecil, dan tentu saja semakin tinggi jenjang
pendidikan siswa teori sastra perlu diajarkan untuk mengapresiasi karya sastra. Dengan
demikian pembelajaran dengan fokus sastra berarti dalam langkah-langkah pembelajarannya
semua kegiatan belajar-mengajar difokuskan untuk mengapresiasi sastra lewat pembacaan puisi,
mendengarkan cerita rakyat atau yang lainnya. Ilustrasi pembelajaran berfokus sastra tercermin
pada contoh berikut ini
Guru : Anak-anak,apa kamu masih ingat siapa juara kelas kita pada tahun lalu?
Siswa : Yamin, bu, dia sekarang di SMPN 3
Guru : Benar,. Samakah membaca puisi dengan prosa anak-anak ?
Siswa : Tidak sama bu, lebih sulit membaca puisi
Guru : Baik anak-anak ibu memperdengarkan melalui tape recorder bagaimana Cara
membaca puisi yang baik, disamping itu kalian dapat memperhatikan bagaimana cara
membacanya, kalian dapat menikmati karya sastra tersebut. Karya sastra yang berupa
puisi itu akan dapat dinikmati kalau dibaca dengan penuh penjiwaan artinya
intonasinya disesuaikan dengan tuntutan yang ada dalam puisi tersebut. Kalau
menggambarkan kesedihan ya dibaca sedih, jika yang digambarkan dalam puisi itu
kegeraman maka harus dibaca dengan nada geram., begitu seterusnya. Nah anak-anak
coba kalian ikuti baik-baik pembacaan puisi berikut dan usai ini kalian menuliskan
inti ceritanya sebagai bukti bahwa kalian memahami puisi tersebut.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN


BERBAGAI FOKUS
Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat difokuskan pada salah satu aspek yaitu
kebahasaan, keterampilan berbahasa, atau sastra. Dengan demikian guru harus pandai-pandai
membuat atau menyusun perencanaan pembelajaran Bahasa indonesiayang menyangkut
penataan materi, pemilihan strategi, penetapan alat pelajaran, dan teknik evaluasinya.
Adapun tujuan dan manfaat pembelajaran Bahasa Indonesia dengan berbagai fokus
tersebut adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang ditekankan, misalnya
yang ditekankan adalah kompetensi dasar mendengarkan maka porsi untuk pembelajaran
mendengarkan lebih banyak daripada yang lain, jika pembelajarannya ditekankan atau
difokuskan pada sastra maka tujuannya adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengapresiasi sastra.
Kalau dilihat dari segi guru pembelajaran Bahasa Indonesia dengan berbagai fokus ini
bertujuan untuk memudahkan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran di kelas,
misalnya jika di dalam pembelajaran Bahasa di kelas 1 SD si pembelajar harus dapat melakukan
sesuatu yang sesuai dengan perintah guru misalkan duduk, berdiri, membuka buku,
mendengarkan baik-baik, dan lain-lain. Maka guru dapat merancang bagaimana
pembelajarannya di dalam kelas. Karena sekarang yang diberlakukan adalah kurikulum 2004,
maka guru harus melihat standard kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar.
KEGIATAN BELAJAR 2
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Salah satu tahap yang harus ditempuh guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar
mengajar adalah menyusun rencana pembelajaran. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
menurut kurikulum 2004 mata pelajaran BI, 4 keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis (dalam kurikulum 2004 disebut kompetensi dasar berbahasa) harus
mendapat perhatian yang seimbang dan dilaksanakan terpadu. Dan memperhatikan bagaimana
memadukan empat keterampilan tersebut dengan kompetensi dasar kebahasaan dan sastra.
Keterpaduan pembelajaran yang dimaksud dapat diwujudkan dalam dua cara yakni
keterpaduan dengan fokus keterampilan tertentu dan keterpaduan tanpa fokus, yang berarti
keempatnya diperlakukan secara seimbang atau sama. Keterpaduan dalam perencanaan
pembelajaran akan tampak mulai dari kompetensi dasar yang dijadikan fokus, hasil belajar yang
diharapkan, indicator, langkah-langkah pembelajaran, media/sumber belajar, dan pemilihan dan
penetapan penilaiannya.oleh karena itu langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran
perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan berpegang pada prinsip keutuhan, keterpaduan,
kesinambungan, dan kealamihan (suyono,1994:114)
Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendiri yang harus dikuasai guru.
Guru yang professional dituntut untuk mengetahui masing-masing karakter setiap pembelajaran
keterampilan berbahasa, ketarampilan kebahasaan, dan juga sastra. Hal penting yang harus
diperhatikan bagi guru bahasa adalah (1) memahami karateristik pembelajaran untuk masing
masing kompetensi; (2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat (3); memahami dan
menafsirkan secara kritis dan kreatif isi kurikulum; (4) memahami masing-masing kompetensi
dalam pembelajaran BI di SD
Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang dapat
dilakukan gurupada pertemuan pertama baik di kelas rendah maupun kelas tinggi. Guru perlu
menganalisis kebutuhan awal siswa dengan mengetahui latar belakang Bahasa siswa. Denagn
mengetahui latar belakang Bahasa siswa guru dengan mudah merencanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan juga sesuai dengan tuttutan kurikulum.
Pembelajaran mendengarkan kelas rendah dimaksudkan unutk mengetahui daya simak siswa,
daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar mengungkapkan
pengetahuan, kemampuan, dan keberanian siswa dalam berbicara. Kedua keterampilan
berbahasa yakni mendengarkan dan berbicara merupaka kegiatan resiprokal artinya kegiatan
tersebut saling mengisi. Jika kedua keterampilan tersebut dimiliki siswa, dengan mudah mereka
mengembangkan keterampilan berbahasa yang lain.
Untuk merencanakan pembelajaran kompetensi dasar membaca di SD berbeda dengan di
SMP dan SMA. di sekolah dasar membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan
huruf, kata, dan kalimat sederhana pada anak sistem pembelajarnnya dikenal dengan istilah
membaca awal (membaca permulaan). Oleh karena itu guru harus dapat (1) memahami metode
pembelajaran membaca kelas rendah, (2) memahami teori belajar Bahasa kedua, (3) memilih
media yang tepat, (4) memahami organisasi kelas Bahasa yang komunikatif . Sedangkan pada
kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa yang dibaca (membaca pemahaman), sehingga
guru harud dapat (1) menguasai materi membaca, (2) menguasai berbagai metode dan teknik
pembelajaran membaca, (3) menciptakan bahan membaca yang terkini dan sesuai dengan usia
anak pada masing-masing kelas, (4) memahami keinginan anak dan (5) menjadikan anak gemar
membaca.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode atau
teknik. Yang perlu diketahui sebagai guru Bahasa yang professional adalah teknik apa yang
harus anda gunakan, pada pembelajaran kelas awal atau membaca permulaan anda dapat
menggunakan (1) metode S.A.S, (2) metode global, (3) metode permainan, dan sebagainya.
Sedangkan pada kelas tinggi (membaca pemahaman) dapat menggunkan teknik (1) membaca
nyaring, (2) membaca ekstensif, (3) membaca intensif dengan teknik scramble, (4) membaca
cepat, (5) membaca skimming, (6) membaca scanning, (7) membaca dengan teknik SQ3R.
Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang sering dinilai banyak orang masih
belum berhasil. Untuk membuat seseorang terampil menulis harus dimulai sejak dini, agar
seseoarng mempunyai keterampilan menulis seseorang dituntut (1) memiliki kemampuan
mendengarkan yang tinggi, (2) gemar membaca, (3) kemampuan mengungkapkan apa yang
disimak dan dibaca dan (4) menguasai kaidah penulisan.
Pembelajaran menulis dikelas rendah (menulis permulaan) yang perlu ditanamkan pada
siswa adalah penguasaan tulisan, penulisan kata, penulisan kalimat sederhana, sedangkan untuk
kelas tinggi pembelajaran menulis siswa dituntut untuk menguasai teknik menulis, menuangkan
ide ke dalam tulisan, mengembangkan ide yang dimilikinya, mampu memilih kata, kalimat, dan
gaya dalam menulis.
Menulis merupaka suatu proses, sebagai suatu proses menulis itu dilakukan secara
bertahap, yakni perencanaan menulis (pramenulis), penulisa, dan revisi. Untuk melaksanakan
pembelajaran menulis dapat menggunkan beberapa metode, teknik, dan media yang sesuai
dengan kondisi siswa sekolah serta kemampuan anda. Perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran menulis kelas tinggi dapat dilakukan dengan teknik (1) Diagram Pohon, (2)
Diagram Lingkaran, (3) Diagram Piramida Terbalik dan (4) Tabel.
Teknik diagram

A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS


KETERAMPILAN BERBAHASA
Model pembelajaran BI dengan fokus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya
mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja, akan tetapi keterampilan yang
menjadi fokus mendapat penekanan dan mendapat porsi waktu yang lebih dari keterampilan lain
yang tidak fokus, karena setiap keterampilan berbahasa yang menjadi fokus merupakan
kegiatan pembelajaran utama.

1. Model pembelajaran BI dengan Fokus Mendengarkan [Menyimak]

Perencanaan pembelajaran untuk kelas rendah yang perlu diperhatikan adalah:


a. Kompetensi dasar
b. Hasil belajar yang diharapkan
c. Materi
d. Kompetensi dasar kebahasaan
e. Tema
f. Dan keterpaduan dalam pembelajaran.

Model Pembelajaran Menyimak di SD untuk Kelas Rendah

Mata pelajaran : B. Indonesia


Satuan pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas / Semester : 1/1
Waktu : 2 kali pertemuan (4 X 35 menit )
Tema : Alam sekitar
Kompetensi Dasar : siswa mampu mendengarkan dan membedakan berbagai
bunyi / suara serta bunyi bahasa
Hasil belajar : siswa mampu membedakan berbagai bunyi / suara, bunyi
bahasa dan menanggapi
Indikator :
1. Mencocokkan gambar sesuai dengan informasi yangdidengarkan
2. Mengisi kolom / memberi tanda sesuai dengan informasi yang
didengar
3. Menyelesaikan gambar yang belum selesai
4. Menggolongkan gambar berdasarkan informasi yang didengarkan,
seperti kelompok gambar binatang, kelompok gambar tumbuhan,
dan lain lain
Langkah langkah pembelajaran :
Pertemuan pertama
1. Tanya jawab tentang nama nam burung dan binatang peliharaan dan ditirukan suaranya
masing masing oleh siswa dan guru
2. Guru memperlihatkan gambar burung dan gambar binatang serta menirukan bunyi masing
masing
3. Siswa secara bergilir ditanya tentang nama burung atau binatang yang ada pada gambar
yang diperlihatkan guru
4. Siswa secara bergilir mengelompokkan gambar burung dan gambar binatang
5. Salah satu siswa disuruh menunjukkan atau memilih nama burung atau nama binatang yang
disebutkan guru. Siswa yang lain secara bersama-sama menirukan
menyebutkan/mengucapkan nama burung/binatang yang dimaksud.
6. Gambar-gambar yang ditempelkan pada papan flanel atau papan tuli, masing-masing diberi
tulisan dibawahnya, kemudian dibaca secara bersama-sama
7. Guru melepas tulisan yang terdapat dibawah gambar, kemudian diganti dengan tulisan yang
belum lengkap salah satu atau dua hurufnya dihilangkan. Siswa disuruh melengkapi secara
bergantian
8. Siswa berlatih menulis nama-nama burung atau binatang dipapan tulis sesuai yang ditunjuk
guru
9. Guru dan siswa mengulang membaca gambar bersama-sama dan meminta siswa untuk
mempelajari dirumah
10. Menutup pelajaran
Pertemuan Kedua
1. Tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya
2. Secara bersama-sama guru dan siswa membaca nama burung atau binatang sesuai gambar
yang disediakan guru
3. Siswa menempelkan tulisan dibawah gambar sesuaii dengan nama burung atau binatang
yang ada pada gambar
4. Masing-masing siswa menulis nama burung dan binatang dibuku
5. Mencocokkan tulisan siswa dengan gambar
6. Menyelesaikan gambar yang belum sesuai dan menuliskan nama dibawahnya
7. Guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Catatan : Apabila siswa belum dapat membaca dan menulis tentang materi diatas,
pembelajaran belum berhasil maka kegiatan harus diulangi lagi. Guru perlu perlu
mencari kelemahannya .

Model Pembelajaran Menyimak di SD untuk Kelas Tinggi

Mata pelajaran : B. Indonesia


Satuan pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas / Semester : 4/1
Waktu : 2 kali pertemuan (4 X 40 menit )
Kompetensi Dasar : siswa mampu mendengarkan cerita pengalaman teman
Hasil belajar : siswa mampu memberi tanggapan atas cerita teman yang
telah didengar dan mampu mengutarakan kembali isi
cerita
Indikator :
1. Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan cerita yang didengar
2. Mengutarakan kembali cerita
3. Menyampaikan cerita mirip atau cerita yang lain
4. Menuliskan cerita
Langkah langkah pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Tanya jawab tentang pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan
2. Salah seorang siswa disuruh menceritakan pengalamannya yang menarik
3. Siswa yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan isi cerita yang telah didengar dari
temannya
4. Guru mengomentari kalimat tanya yang digunakan siswa dalam bertanya
5. Tanya jawab tentang kalimat tanya
6. Seluruh siswa disuruh menuliskan kembali cerita yang didengar
7. Masing-masing siswa membacakan tulisannya
8. Mengidentifikasi kesalahan ejaan seperti tanda baca, huruf kapital, dll dalam tulisan masing
-masing
9. Guru memberi komentar tulisan siswa satu satu
10. Guru memberi tugas siswa untuk mencari cerita yang mirip dengan cerita teman atau cerita
lain yang pernah dibaca dan kemudian dikumpulkan pada pertemuan yang akan datang
Pertemuan kedua
1. Seluruh Siswa Mengumpulkan Tugas
2. Guru Memilih Beberapa Tulisan Siswa Dan Menyuruh Pemiliknya Menceritakan Didepan
Kelas
3. Siswa Yang Lain Menanggapi Dan Bertanya Tentang Isi Cerita
4. Tulisan Kemudian Ditukarkan Kepada Teman Sebangku Untuk Menyempurnakan
5. Guru Memberikan Pengarahan Tentang Hal-Hal Yang Tidak Dimengerti Siswa
6. Siswa Merevisi Tulisaanya Sesuai Dengan Saran Dari Teman Dan Guru
7. Tulisan Yang Dianggap Baik Dibacakan Didepan Kelas Dan Dijadikan Pajangan
8. guru memberi tugas menulis untuk pertemuan berikutnya.

2. Model Pembelajaran BI dengan Fokus Berbicara


Pembelajaran BI dengan fokus berbicara semua aktivitas pembelajaran berbicara
berangkat, tertuju dan berpulang pada keterampilan berbicara. Mengingat semuanya berfokus
pada pembelajaran berbicara maka aktivitas pembelajaran didominasi oleh keterampilan
berbicara. Aktivitas keterampilan yang lain, unit kompetensi dasar kebahasaan, dan sastra yang
ditampilkan sekadar sebagai pendukung berjalannya secara wajar (alami) kegiatan pembelajaran
agar tidak terkesan kaku dan aneh.
Dalam proses pembelajaran, Coles (1995) menyatakan bahwa berbahasa lisan
merupakan inti dan setiap kurikulum pengajaran. Pada kenyataannya, sebagian besar kegiatan
belajar dan mengajar dilakukan melalui media komunikasi lisan. Oleh sebab itu, setiap
pembelajaran hendaknya tidak menyebabkan siswa menjadi pendiam karena berbahasa lisan
(berbicara) merupakan katalisator untuk perubahan kognitif dan afektif, serta merupakan bagian
yang penting dalam perkembangan berpikir kritis. Pada akhirnya jika masing-masing siswa
diberi kesempatan untuk saling memberi dan mendengarkn sumbangan suara/pendapat, akan
terbentuklah satu komunitas yang kuat. Dengan meningkatnya kuantitas interaksi di kelas, baik
antara guru dan siswa maupun antara siswa dan siswa, kegiatan berpikir kritis diharapkan akan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kelas.
Model pembelajaran BI dengan fokus berbicara di sekolah yang satu dengan yang
lainnya tentulah amat beragam. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
berbicara, antara lain (a) suasana belajar di sekolah (di kelas) dan (b) kegiatan berbicara.

Model Pembelajaran Berbicara di SD untuk Kelas Rendah

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 1/I
Waktu : 1 kali pertemuan (2 x 35 menit)
Tema : Diri Sendiri
Kompetensi Dasar : Siswa mampu memperkenalkan diri
Hasil Belajar : Siswa mampu memperkenalkan diri dengan menggunakan kalimat
sederhana dan bahasa yang santun
Indikator :
1. Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal
dengan kalimat sederhana
2. Menyebutkan nama orang tua dan saudara kandung
3. Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman
sekelas

Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Guru memberi salam dan memperkenalkan diri dan diteruskan dengan tanya jawab tentang
nama kelas, nama sekolah, pelajaran yang akan diajarkan, dan seterusnya.
2. Siswa secara bergilir ditanya tentang nama, orangtua, anggota keluarga, dan tempat
tinggalnya.
3. Siswa secara bergilir memperkenalkan diri dan anggota keluarganya
4. Salah seorang siswa disuruh memilih kartu nama yang telah dsediakan atau yang sudah
dapat menulis disuruh menuliskan namanya di papan tulis
5. Secara bersama-sama membaca nama salah satu siswa yang dipilih atau ditulis di papan
tulis
6. Guru memulai memperkenalkan beberapa tulisan sesuai dengan materi untuk membaca dan
menulis permulaan sebagai bahan pembelajaran berbicara selanjutnya dan juga sebagai
bahan pembelajaran kompetensi dasar yang lain pada pertemuan berikutnya
7. Siswa berlatih menulis namanya masing-masing di papan tulis, kemudian dibaca secara
bersama-sama
8. Menutup peajaran
Catatan : Apabila siswa belum dapat berbicara (memperkenalkan diri), pembelajaran
belum berhasil maka kegiatan harus diulang lagi. Guru perlu mencari
kelemahan nya dan selalu berusaha memaksimalkan pembelajaran agar siswa
memiliki keberanian untuk berbicara disepan kelas

Penilaian :
1. Dilakukan selama dalam proses pembelajaran (nilai proses)
2. Penilaian dapat berupa nilai perbuatan

Model Pembelajaran Berbicara di SD untuk Kelas Tinggi

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 4/I
Waktu : 1 kali pertemuan (2 x 40 menit)
Kompetensi Dasar : Siswa mampu menjelaskan petunjuk penggunaan
Hasil Belajar : Siswa mampu menjelaskan petunjuk penggunaan
dengan bahasa yang komunikatif
Indikator :
1. Membacakan petunjuk penggunaan obat, alat dan sejenisnya
2. Menjelaskan secara teperinci petunjuk penggunaan obat, alat dan
sejenisnya disertai peragaan dengan bahasa yang komunikatif

Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Tanya jawab tentang macam-macam obat dan alat
2. Salah seorang siswa disuruh menceritakan pengaamannya ketika sakit, obat yang diminum
dan menjelaskan cara meminumnya
3. Siswa yang lain disuruh menjelaskan macam-macam obat serangga yang sering ditemukan
di pasaran dan menjelaskan cara-cara memberantas serangga yang disebutkan
4. Guru mengomentari kata-kata/kalimat yang digunakan siswa dalam menjelaskan
5. Tanya jawab tentang macam-macam obat yang dapat dibeli di toko obat dan yang harus
dengan resep dokter
6. Siswa secara disuruh memperagakan cara menggunakan alat pembasmi serangga atau alat
menyemprotkan pupuk terhadap tanaman
7. Tanya jawab apa perbedaan obat yang harus diminum 1 x 2 dengan 2 x 1 sehari
8. Menyimpulkan pelajaran, guru memberi tugas (PR) menulis tentang obat-obat terlarang
untuk bahan pertemuan yang akan datang

Penilaian:
1. Dilakukan selama dalam proses pembelajaran (nilai proses) dan hasil
2. Untuk menilai keberhasilan menyimak siswa dapat dinilai melalui bobot pertanyaan dalam
menanggapi cerita, dan juga dar hasil meringkas atau menulis siswa
3. Untuk menilai kompetensi dasar kebahasaan guru dssapat menilai secara tertulis dengan
membuat soal-soal kebahasaan.

3. Model Pembelajaran BI dengan Fokus Membaca


Membaca merupakan keterampilan dasar. Ini berarti bahwa keterampilan tersebut perlu
di miliki setiap orang, bukan saja untuk meraih keberhasilan selama bersekolah melainkan juga
untuk kebutuhan sepanjang hayat. Membaca merupakan suatu proses untuk memahami makna
suatu tulisan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut
kerja sama antara sejumlah kemampuan. Untuk dapat membaca suatu bacaan, seseorang harus
dapat menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Untuk dapat membaca suatu bacaan,
seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

Model Pembelajaran Membaca di SD untuk Kelas Rendah

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 1/I
Waktu : 1 kali pertemuan ( 2x35 menit )
Kompetensi Dasar : Siswa mampu membaca nyaring
Hasil Belajar : Siswa mampu membaca nyaring suku kata, kata
label, angka arab, kalimat sederhana
Indikator :
1. Mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata,
kata, dan kalimat sederhana.
2. Membaca nyaring (di dengar siswa lain ) kalimat demi kalimat
dalam paragraf serta menggunakan lafal dan intonasi yang tepat
sehingga dapat di pahami orang lain.

Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Tanya jawab tentang gambar-gambar yang telah di pelajari pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa menempelkan huruf-huruf di bawah gambar.
3. Secara bersama-sama membaca kata yang ditempel di bawah gambar.
4. Siswa melengkapi huruf yang kosong pada kata-kata yang ditempel di papan tulis.
5. Siswa menulis di buku masing-masing.
6. Siswa membuat kalimat dengan kata-kata yang telah di tulis.
7. Masing-masing membacakan kalimatnya.
8. Merevisi kalimat masing-masing sesuai dengan kesalahannya dengan bimbingan guru.
9. Membaca secara bersama-sama seluruh kata dan kalimat.
10. Guru memberi pekerjaan rumah menulis dan memberikan bahan yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
11. Menutup pelajaran.
Catatan :
Materi hendaknya berupa kata-kata bentuk dasar sesuai dengan gambar,
dan kalimat sederhana. Gambar diusahakan yang mudah dikenal dalam
kehidupan siswa sehingga memudahkan siswa belajar membaca.

Model Pembelajaran Membaca di SD untuk Kelas Tinggi

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 5/I
Waktu : 1 kali pertemuan (2x40 menit )
Kompetensi Dasar : Siswa mampu membaca dalam hati
Hasil Belajar : Siswa mampu menemukan persamaan dan
perbedaan antarteks dalam teks-teks yang bertema
sama
Indikator :
1. Menganalisis hal-hal yang sam dan berbeda pada masing-masing
teks.
2. Menyampaikan perbedaan atau persaman teks (dalam beberapa
kalimat).

Langkah-langkah Pembelajaran :
Pertemuan Pertama
1. Tanya jawab tentang beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar siswa dan meminta tugas
siswa membawa bacaan dari koran tentang peristiwa diletakkan di atas meja.
2. Siswa membaca bacaan yang diperoleh dari koran masing-masing selama 20 menit.
3. Masing-masing siswa mengemukakan isi teks yang dibaca.
4. Mengulangi membaca teks masing-masing.
5. Setiap siswa membuat analisis secara tertulis tentang persamaan dan perbedaan dari teks
yang dibaca.
6. Secara bergilir melaporkan hasil analisis.
7. Tanya jawab sesuai dengan isi teks masing-masing.
8. Memberikan tanggapan terhadap analisis teman.
9. Memberikan pengayaan dan menyimpulkan pelajaran.
10. Guru memberi tugas untuk pertemuan berikutnya.
Catatan :
Jika waktu kurang dapat diteruskan pada pertemuan berikutnya. Teks,
hasil analisis siswa, dan tanggapan dari siswa yang lain yang bagus dapa
dipajang dan digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan berbahasa
yang lain dan bahan pembelajaran kempetensi kebahasaan.

4. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Menulis


Menulis merupakan suatu cara mengkomunikasikan pesan secara tertulis kepada
pembaca untuk tujuan tertentu, (Troyka dalam Soesilo, 1995:11). Menulis terdiri dari beberapa
tahap, yaitu tahap pramenulis, menulis, revisi, dan penyuntingan.
Dalam Kurikulum 2004, pembelajaran menulis dicantumkan secara eksplisit sebagai
kompetensi dasar berbahasa. Untuk melatih siswa agar terampil menulis dengan baik, guru perlu
membimbing melalui proses menulis agar dapat memunculkan gagasan, mengembangkan
gagasan yang telah dimiliki, membuat konsep (draf), merevissi, menyunting, kemudian menulis
karangan yang sesungguhnya.
Menurut Pangestu (1996:81), pembelajaran menulis diharapkan mampu mengarahkan
siswa ke usaha pengembangan sumber dayanya dan menjadikan pembelajaran menulis lebih
bermakna dan berharga bagi siswa. Selanjutnya, diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi
penulis dan pemikir yang baik, serta mandiri. Tujuan akhir pembelajaran menulis adalah agar
siswa mampu mengekspresikan dan menggeneralisasikan pengetahuan, pengalaman, serta
kemampuannya dalam tulisan.
Contoh model pembelajaran menulis:

Model Pembelajaran Menulis di SD Kelas Rendah

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : II/1
Waktu : 1 kali pertemuan (2 x 35 menit)
Kompetensi Dasar : Siswa mampu menulis pengalaman sendiri
Hasil Belajar : Siswa mampu menulis pengalaman menggunakan kalimat sederhana
dengan huruf sambung
Indikator : Menulis pengalaman dengan huruf sambung
(memperhatikan ketepatan dan kecepatan)

Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Tanya jawab tentang pengalaman masing-masing siswa yang menarik.
2. Beberapa siswa disuruh menceritakan pengalamannya yang menarik di depan kelas.
3. Siswa menuliskan pengalamannya di buku masing-masing.
4. Umpan balik dengan teman sebangku.
5. Masing-masing merevisi tulisannya dengan menggunakan huruf sambung.
6. Guru memberikan komentar pada beberapa tulisan siswa yang salah dan beberapa tulisan
siswa yang bagus.
7. Menutup pelajaran dengan memberikan pekerjaan rumah menulis dengan huruf sambung.
Catatan :
Bagi siswa yang belum mampu menulis dengan tepat, rapi, dan benar pekerjaan
rumah cukup mengulang tulisan yang telah ditulis di sekolah.
Penilaian :
Penilaian dilakukan dengan menggunakan format penilaian menulis yang berisi
ketepatan penulisan, keindahan tulisan, kerapian, ejaan/tanda baca.

Model Pembelajaran Menulis di SD Kelas Tinggi

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : IV/1
Waktu : 1 kali pertemuan (2 x 40 menit)
Kompetensi Dasar : Siswa mampu menulis laporan
Hasil Belajar : Siswa mampu menulis melalui tahapan yang benar
Indikator :
1. Menulis laporan berdasarkan tahapan (dari catatan ke konsep
awal/buram awal).
2. Memperbaiki tulisan berdasarkan masukan dari teman atau guru
agar menjadi laporan yang baik.
Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Tanya jawab tentang kegiatan ekstra kulikuler pramuka/PMR.
2. Untuk memulai menulis siswa dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan
kegiatan ekstra yang diikuti masing-masing.
3. Mendiskusikan, sumbang saran tentang tulisan siswa.
4. Siswa menulis draft atau konsep kasar dengan menambahkan ide tentang hal yyang telah
ditulis.
5. Umpan balik dengan teman sebangku dan bimbingan guru.
6. Siswa menulis kembali laporannya sesuai dengan masukan baik dari teman maupun dari
guru dan laporan siap diserahkan kepada guru.
7. Pemilihan laporan terbaik supaya bisa dipajang atau digunakan sebagai bahan pembelajaran
membaca.
Penilaian :
Penilaian dilakukan dengan menggunakan format penilaian menulis yang
berisi ketepatan penulisan, kaidah perumusan laporan, ejaan/tanda baca, isi,
dan bahasanya.

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA


Pembelajaran sastra di SD/MI berdasarkan kurikulum2004 secara eksplisit tidak berdiri
sendiri, akan tetapi terintegrasi (terpadu dengan kompetisi dasar atau keterampilan berbahasa
atau kompetensi dasar kebahasaan). Hal itu dapat anda lihat pada isi kurikulum 2004. Misalnya
untuk kelas rendah dapat dilihat pada (1) mendengarkan dongeng, (2)mendeklamasikan puisi
atau syair lagu dan memerankan tokoh dongeng dalam pembelajaran berbicara, (3) membaca
penggalan cerita dan lain-lain dapat anda lihat pada kurikulum, sedangkan untuk kelas tinggi,
misalnya (1) mendengarkan pembacaan teks drama, (2) memerankan drama pendek tanpa teks,
(3) membaca cerita rakyat, dan (4)mengubah puisi kedalam bentuk prosa, dan masih banyak
banyak lagi silahkan mengkaji Kurikulum 2004.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut anda dapat menafsirkan bahwa pembelajaran sastra
di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra di ajarkan dengan presentase
yang sangat kecil, tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan siswa , teori-teori sastra itu perlu
diajarkan sebagai bekal pengetahuan siswa tentang sastra. Karena dengan mempelajari sastra
dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan, teknologi dan ragam budaya. Oleh karena itu,
sebagai seorang profesional, guru harus memahami juga dunia kesastraan.
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan
anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada suasana yang tepat, dapat merupakan
wahana bagi mereka mempelajari dunia sekitarnya. (Zuchdi, D. Dan Budiasih, 1997:75).
Dengan membaca sastra anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Karya
sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka, membentuk sikap positif, dan
menyadari hubungan yang manusiawi (Sawyer dan Corner, 1991:2-5). Contoh model
pembelajaran menulis berikut ini hanyalah salah satu alternatif.

Model Pembelajaran Sastra di SD Kelas Rendah

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 2/1
Waktu : 1 kali pertemuan (2 x 35 menit)
Kompetensi Dasar : Siswa mampu mendengarkan dongeng.
Hasil Belajar : Siswa mampu menjelaskan isi dongeng yang telah didengar dan
mengajukan pertanyaan.
Indikator :
1. Menjawab pertanyaan tentang isi dongeng.
2. Menjelaskan isi dongeng
3. Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang dongeng.
Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Guru mendongengkan tentang kisah kancil dan buaya.
2. Tanya jawab tentang isi yang di dongengkan guru.
3. Jika siswa belom mengerti, guru mengulangi mendongeng.
4. Secara bergilir siswa menjawab pertanyaan isi dongeng.
5. Siswa menjelaskan isi dongeng.
6. Masing-masing siswa mengajukan pertanyaan tentang isi dongeng.
7. Siswa meringkas isi dongeng dengan bahasanya masing-masing secara tertulis.
8. Membaca hasil ringkasan masing-masing.
9. Memberi tugas mencari dongeng untuk pertemuan berikutnya.
10. Menyimpulkan isi pelajaran dan menutup pelajaran.

Catatan :
Dari langkah pembelajaran di atas dapat di ajarkan beberapa
keterampilanberbahasa. Langkah pertama tampak kegiatan siswa
mendengarkan, langkah kedua berbicara, langkah ketujuh menulis, dan
kedelapan membaca.
Sumber :
1. Pengetahuan guru tentang berbagai dongeng.
2. Buku Lancar Berbahasa I karya Dendi Sugondo.
3. Kumpulan buku cerita (dongeng)

Penilaian :
Dapat dilakuan untuk penilaian menyimak, berbicara, dan menulis sesuai
dengantingkat kesulitan.

Model Pembelajaran Sastra di SD Kelas Tinggi


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 4/II
Waktu : 1 kali pertemuan (2 x4 menit)
Kompetensi Dasar : Siswa mampu membuat pantun.
Hasil Belajar : Siswa mampu membuat pantun sederhana
Indikator :
1. Membuat pantun sederhana sesuai dengan syarat-syarat pantun
2. Membacakan pantun yang telah dibuat dengan lafal dan
intonasi yang sesuai.
Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Guru menanyakan tuags membuat pantun yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya
2. Salah seorang siswa disuruh membacakan pantun yang dibuatnya.
3. Tanya jawab tentang isi pantun yang telah dibacakan.
4. Tanya jawab tentang syarat-syarat pantun dan macam-macamnya.
5. Siswa merevisi pantun yang telah di buatnya masing-masing sesuai dengan syarat pantun.
6. Secara bergilir siswa membacakan pantun yang dibuatnya.
7. Menyimpulkan isi pelajaran dan menutup pelajaran.
Catatan :
Dari langkah pembelajarn di atas dapat diajarkan beberapa keterampilan
berbahasa dan teori sastra
Penilaian :
Dapat dilakukan dengan penilaian proses dan hasil belajar. Penilaianproses
dapat dilihat dari kegiatan membaca pantun dan penilaian hasil dapat dilhat pada
pantun yang dibuat masing-masing siswa.

Anda mungkin juga menyukai