IDAHARYANI, S.PD.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
Ida.idaharyani65@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru yaitu : rendahnya
hasil belajar matematika siswa, rendahnya keaktifan siswa saat mengikuti mengikuti kegiatan
pembelajaran, dan rendahnya respon siswa terhadap metode, pendekatan, dan model
pembelajaran yang digunakan guru. Salah satu penyebabnya karena dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan tujuan untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan Seberapa besar perbedaan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun
ruang sisi lengkung yang diajar dengan pendekatan open-ended berbasis kooperatif tipe
STAD dengan pembelajaran biasa?
Desain penelitian ini adalah static group comparison design dengan satuan eksperimen
adalah siswa kelas IX A dan siswa kelas IX B SMPN 39 Bulukumba tahun pelajaran 2012-2013.
Kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended berbasis kooperatif tipe STAD adalah siswa kelas IX A sejumlah 37 orang sebagai
kelas eksperimen dan siswa kelas IX B sejumlah 34 orang sebagai kelas kontrol.
Hasil analisis menunjukkan hasil belajar matematika siswa, keaktifan siswa, dan respon siswa
terhadap pembelajaran dengan menerapkan pendekatan open-ended berbasis kooperatif tipe
STAD meningkat.
Kesimpulan dari penelitian ini membuktikan, bahwa pendekatan open-ended berbasis kooperatif
tipe STAD mampu mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran karena
pembelajaran open-ended membuat siswa bebas berekspresi, berani mengungkapkan pendapat
karena memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan jawaban.
Kata Kunci : Pendekatan Open-Ended, Kooperatif Tipe STAD, Bangun Ruang Sisi
Lengkung.
2
Pendahuluan
Pendidikan merupakan aktivitas yang berupaya untuk mengembangkan atau
membangun manusia dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat melainkan
memerlukan waktu yang lama, bahkan setelah berganti generasi baru hasilnya dapat diketahui.
Sehingga apabila terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaannya maka akan berakibat
buruk karena kegagalan yang terjadi pada umumnya sudah terlambat untuk diperbaiki. Atas dasar
kenyataan tersebut maka sebelum dilaksanakan, pendidikan itu harus dirancang dan
direncananakan secara cermat.
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan telah mengalami pergeseran. Proses
pendidikan yang semula dipandang sebagai proses sosialisasi yang bertujuan untuk menyiapkan
peserta didik untuk menyesuaikan diri dalam hidup bermasyarakat, bergeser menuju proses
pembelajaran dimana guru berperan untuk mengatur, menyiapkan, dan membantu siswa sehingga
tercipta kondisi belajar yang kondusif dalam rangka pengembangan manusia seutuhnya.
(Irmansyah 2006:1).
Untuk mengembangkan manusia seutuhnya dan untuk mencegah terjadinya kesalahan
dalam pengelolaan pendidikan, maka guru selaku pendidik merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mencegah kesalahan dalam pengelolaan pendidikan, (Sanjaya 2009:13 mengatakan
dalam implementasi standar proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting,
sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung
tombak.
Keberagaman pendekatan yang digunakan saat proses pembelajaran sangat
dianjurkan karena tidak ada pendekatan pembelajaran yang terbaik, seperti yang dikatakan oleh
Nisbet (Idaharyani 2010: 10) bahwa tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara
mengajar yang paling baik, orang-orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan
kepribadian sehingga mereka mengadopsi pendekatan-pendekatan yang karakteristiknya berbeda
untuk belajar.
Berkaitan dengan hal di atas, Bodner (Irmansyah 2006) mengatakan bahwa peran guru
bukan lagi sebagai sumber otoritas ilmu pengetahuan, tetapi berperan sebagai fasilitator atau
mediator yang kreatif serta mengajar sebagai suatu proses negosiasi para pendidik.
Selama ini problem yang tradisional seringkali digunakan dalam pembelajaran
matematika baik pada tingkat sekolah dasar maupun pada sekolah lanjutan. Sebagai akibatnya
siswa tidak memiliki kecenderungan untuk bertindak bebas dalam menentukan atau menjawab
masalah matematika karena masalah itu telah diformulasikan dengan baik dan dengan jawaban
yang benar atau salah, dan jawaban yang benar hanya memiliki satu solusi. Problem yang
demikian biasa disebut problem lengkap atau masalah tertutup (TIM MKPBM 2001).
3
Untuk menggali kreativitas dan memupuk kemampuan siswa dalam berinovasi maka
problem tertutup atau problem tak lengkap merupakan salah satu alternatif yang perlu
dikembangkan agar dapat mengikuti perkembangan kognitif siswa dalam proses menyelesaikan
suatu masalah matematika.
Pendekatan yang digunakan untuk membelajarkan siswa tanpa memaksa mereka
untuk memberikan jawaban dengan alternatif tertentu saja merupakan perhatian utama dalam
penelitian ini. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan yang lebih memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi dalam mengungkapkan
jawaban dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
Menurut Driver (TIM MKPBM 2001: 79) dalam pendekatan ini penekanan tentang
belajar dan mengajar lebih terfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka,
dan bukan pada kebenaran siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dikerjakan guru. Pada
pendekatan ini masalah diformulasikan untuk memiliki multi jawaban yang benar yang biasa
disebut juga dengan problem tak lengkap atau problem terbuka atau yang lebih dikenal dengan
nama pendekatan open-ended.
Pendekatan open-ended diharapkan mampu mengembangkan kreativitas serta pola
pikir matematis siswa melalui pemecahan masalah dan mampu membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat (Poppi 2003:2) salah
satu alternatif pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada aktifitas serta kreativitas
siswa yaitu pendekatan open-ended.
Model pembelajaran kooperatif banyak dianjurkan oleh para ahli pendidikan dewasa
ini untuk digunakan, karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Slavin (Rusman
2010:205) bahwa
(1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan
sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan
menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan
siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan
dengan pengalaman.
4
bukan untuk mendapatkan jawaban akhir tetapi lebih menekankan pada cara yang diambil tentang
bagaimana teknik yang digunakan untuk sampai pada suatu jawaban.
Ruseffendi (1991 : 256) mengatakan,jawaban pertanyaan terbuka dapat bermacam-
macam; tidak terduga. Pertanyaan terbuka menyebabkan yang ditanya untuk membuat hipotesis,
perkiraan, mengemukakan pendapat, menilai menunjukkan perasaannya, dan menarik
kesimpulan.
Prinsip dari pembelajaran open-ended adalah: 1) kegiatan siswa harus terbuka dan
mandiri, 2) karena ada keterkaitan pengetahuan sebelumnya dengan masalah yang sementara
dihadapi maka siswa harus menguasai pengetahuan prasyarat, 3) dalam hal penilaian benar atau
salah dari jawaban siswa maka guru harus bersikap hati-hati dan bijaksana karena guru akan
menghadapi situasi yang tak terduga seperti ide-ide yang muncul dari siswanya, 4) guru memiliki
peran penting untuk memberikan masukan berupa petunjuk secara garis besar bagaimana
menyelesaikan masalah matematika, 5) menghargai ide dan hasil kerja siswa.
Menurut Nohda (Dahlan 2010), tujuan dari open ended problem adalah untuk
membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem
solving secara simultan. Artinya kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus
dikembangkan secara maksimal sehingga kemampuan aktual yang dimiliki siswa dapat berubah
menjadi kemampuan potensial.
Kelebihan dari pendekatan open-ended adalah: 1) siswa dapat mengekspresikan ide
dan pegetahuan yang telah mereka kuasai sebelumnya; 2) Seluruh siswa memiliki kesempatan
yang sama dalam memberikan jawaban karena mereka tak perlu ragu akan jawaban mereka
(benar atau salah prosesnya); 3) Siswa merasa senang karena merasa dihargai ide-ide mereka; 4)
Pembelajaran open-ended menyenangkan karena kebebasan berekspresi diutamakan.
Sedangkan kekurangannya yaitu: 1) Siswa merasa kesulitan pada saat memulai menjawab
permasalahan yang diajukan; 2) Karena jawabannya bersifat bebas maka guru mengalami
kesulitan pada saat memeriksa jawaban siswa; 3) Siswa merasa kesulitan dalam menarik
kesimpulan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan hasil belajar matematika
antara siswa yang diajar dengan pendekatan open-ended berbasis kooperatif tipe STAD dan
pembelajaran biasa.
Metodologi Penelitian
Desain penelitian.
Desain penelitian ini adalah static group comparison design. Dalam desain ini
terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai subjek penelitian. Kelompok pertama diberi
6
perlakuan sedangkan kelompok kedua tidak diberi perlakuan. Kelompok kedua berfungsi sebagai
kelompok pembanding/ pengontrol.
Satuan Eksperimen Dan Perlakuan.
Satuan eksperimen adalah siswa kelas IX A dan siswa kelas IX B SMP Neg. 39
Bulukumba tahun pelajaran 2012/2013. Satuan eksperimen ditetapkan setelah melalui
pengacakan berkelompok (Cluster Random Sampling), pada prosedur ini yang dikenai
pengacakan adalah kelompok-kelompok homogen. Berdasarkan hasil pengacakan maka
ditetapkan kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan open-ended berbasis kooperatif tipe STAD adalah kelas IX A.
Instrumen Penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen yaitu : Lembar Aktivitas Belajar
Matematika Siswa, Lembar Respon Siswa, dan Tes Hasil Belajar. Instrumen-instrumen tersebut
dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya, karena untuk memperoleh alat atau instrumen
penelitian yang baik, harus memenuhi dua kriteria utama yaitu kriteria validitas dan kriteria
reliabilitas. (Sugilar 2011:3.26)
Metode Analisis Data.
Data yang diambil dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas belajar
matematika dan respon siswa dianalisis secara kualitatif sedangkan tes hasil belajar matematika
siswa dianalisis secara kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk membuktikan hipotesis bahwa
Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan pendekatan open-ended
berbasis kooperatif tipe STAD dan pembelajaran biasa.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Hasil Tes Awal (Pretest).
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan memberikan perlakuan terlebih
dahulu dilakukan tes awal (pretest). Berikut ini merupakan keluaran SPSS dari hasil tes awal
(pretest) terhadap siswa kelas IX A dan kelas IX B.
Nilai tertinggi yang diperoleh kelas IX A adalah 60.00 dan kelas IX B adalah 70.00,
nilai terendah kelas IX A adalah 20.00 dan kelas IX B adalah 25.00. Nilai rata-rata kelas IX A
sebesar 44.3243 sedangkan kelas IX B sebesar 52.8788 dengan simpangan baku 9.14104 untuk
kelas IX A dan 9.35667 untuk kelas IX B. Berdasarkan data di atas maka dapat simpulkan bahwa
hasil tes awal antara siswa kelas IX A dan kelas IX B memiliki kemampuan awal yang tak jauh
berbeda.
Syarat siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh nilai minimal lebih dari atau
sama dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) atau siswa yang memperoleh lebih dari
7
atau sama dengan 62. Berdasarkan syarat di atas maka siswa kelas IX A tidak ada yang tuntas
sedangkan kelas IX B tuntas sejumlah 3 orang (9,09%).
kelas eksperimen dan 20.58% kelas kontrol, kelompok rendah dan sangat rendah sejumlah
17.14% kelas eksperimen dan 67.64% kelas kontrol.
Kelas IX A diberi kode 1 (1.00) diperoleh probabilitasnya 0.072. Untuk taraf uji
probabilitas p = 0.05 sehingga 0.072 > 0.05 artinya kelas IX A berasal dari satuan eksperimen
yang berdistribusi normal, untuk kelas IX B (2.00) diperoleh probabilitas 0.097 berarti untuk taraf
probabilitas uji p = 0,05 memenuhi 0.097 > 0,05 artinya kelas yang diajar dengan pembelajaran
biasa berasal dari satuan eksperimen yang berdistribusi normal pula.
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai 1.00 .125 35 .186 .936 35 .041
2.00 .096 34 .200(*) .961 34 .259
Dari data di atas diperoleh probabilitas kelas yang diajar dengan pendekatan open
ended berbasis kooperatif tipe STAD (1.00) adalah 0.186. Untuk taraf probabilitas uji p = 0.05
maka 0.186 > 0.05 artinya kelas yang diajar dengan pendekatan open ended berbasis kooperatif
9
tipe STAD berasal dari satuan eksperimen yang berdistribusi normal, untuk kelas yang diajar
dengan pembelajaran biasa (2.00) diperoleh probabilitas 0.200 berarti 0.200 > 0.05 artinya kelas
yang diajar dengan pembelajaran biasa berasal dari satuan eksperimen yang berdistribusi normal.
Dari data pada tabel di atas diperoleh taraf signifikan 0.141, jika dibandingkan
dengan taraf signifikansi p = 0,05 maka 0.141 > p. Karena probabilitas yang diperoleh lebih dari
p = 0,05, maka variansi setiap perlakuan dikatakan sama (homogen).
Berdasarkan data Hasil Uji Homogenitas tes awal (pretest) dan test akhir (posttest) maka dapat
disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan berasal dari satuan eksperimen yang memiliki
variansi yang sama.
e. Pengujian Hipotesis.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas maka dapat disimpulkan bahwa
data kedua kelompok siswa yaitu kelas eksperimen dengan pembelajaran menerapkan pendekatan
open ended berbasis kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa adalah
homogen sementara hasil uji normalitas menunjukkan kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal.
Pengujian hipotesis dilakukan terhadap data tes hasil belajar matematika siswa
(posttest) dengan menggunakan uji dua pihak dengan cara membandingkan rata-rata selisih
10
antara hasil posttest antara siswa yang diajar dengan pendekatan open ended berbasis kooperatif
tipe STAD dan siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa.
( X 1X 2) 0
2 ( n1 1 ) S21 +(n21)S22 Tn
S p=
n1 +n22 dan = Sp
1 1
+
n 1 n2
, (Arikunto 2010).
Data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah rata-rata kelas eksperimen (X 1) =
69.43, rata-rata kelas kontrol (X 2) = 47.73, simpangan baku kelas eksperimen (S 1) = 6.14,
simpangan baku kelas kontrol (S2) = 7,16, dengan subjek penelitian kelas eksperimen (n 1) = 35
dan kelas kontrol (n2) = 34.
2 ( n1 1 ) S 21+(n2 1)S 22 Th
S p = = 44.424 atau Sp = 6.67 , dan =
n 1+n 22
( X 1X 2) 0
Sp
1 1
+
n 1 n2
= 4.05
Dari perhitungan diperoleh TH (t hitung) = 4.05, dari tabel diperoleh t 0.05(40) = 1.30.
Karena thitung > ttabel atau 4.05 > 1.30 maka diputuskan H0 : = = 0 ditolak sehingga H1
1 2
pendekatan Open-Ended berbasis kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung
karena terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan pendekatan
open-ended berbasis kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan
pembelajaran biasa.
2. Analisis Data Kualitatif.
Data berupa aktivitas belajar matematika siswa dan respon siswa dianalisis secara
kualitatif dengan berpedoman pada kriteria berikut ini.
Tabel 4. 35 Kriteria Penilaian Aktivitas belajar dan Respon Siswa
11
Skor Kategori
81 100 Sangat Baik
61 80 Baik
41 60 Cukup
21 40 Kurang
0 - 20 Sangat Kurang
pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended berbasis kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) efektif untuk meningkatkan hasil belajar pada materi bangun ruang sisi
lengkung karena terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan
pendekatan open-ended berbasis kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan
pembelajaran biasa.
Aktivitas belajar matematika siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak
terlalu banyak perbedaan. Perbedaan aktivitas belajar matematika siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah sebagai berikut : Kelas eksperimen : keaktifan siswa dalam kelompok
sangat tinggi, siswa mampu mengemukakan ide dalam menyelesaikan soal menurut cara mereka.
Kelas kontrol : keaktifan siswa dalam kelompok kurang, siswa tidak mampu mengemukakan ide
dalam menyelesaikan soal menurut cara mereka, pada umumnya siswa meniru cara kerja yang
12
diberikan melalui contoh soal yang dijelaskan guru atau contoh soal dari modul dan buku teks
pegangan siswa.
Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar matematika siswa dapat disimpulkan
bahwa aktivitas belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan open ended berbasis
kooperatif memiliki nilai rata-rata 88.82 % atau berkriteria sangat baik. Sementara kelas yang
diajar dengan pembelajaran biasa berdasarkan hasil pengamatan memiliki nilai rata-rata 68.67
atau berkriteria baik.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan pendekatan open ended
berbasis kooperatif pada kelas eksperimen adalah lebih dari 50 % siswa memberikan respon
positif terhadap seluruh aspek yang ditanyakan. Respon siswa terhadap pembelajaran biasa pada
kelas kontrol adalah lebih dari 50 % siswa memberikan respon positif terhadap 6 dari 10 aspek
atau 60 % dari aspek yang ditanyakan.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan open ended berbasis kooperatif tipe STAD sangat baik, sedangkan pembelajaran
biasa mendapat respon sangat kurang dari siswa kelas kontrol.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil penelitian dengan menggunakan
pendekatan open ended berbasis kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan
pembelajaran biasa adalah:
a. Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended berbasis kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division) efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada
berbasis kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) lebih baik jika
ended berbasis kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) berkriteria
sangat baik. Sementara kelas yang diajar dengan pembelajaran biasa berkriteria baik
d. Respon siswa pada kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan open ended
berbasis kooperatif tipe STAD sangat baik, sedangkan siswa yang diajar dengan
pembelajaran biasa memberikan respon sangat kurang.
2. Saran
a. Menggunakan pendekatan open ended pada saat kegiatan pembelajaran karena :
siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta
memungkinkan untuk mengekspresikan ide-idenya,
13