Anda di halaman 1dari 11

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab dua memuat kajian pustaka yang berisihakikat menulis,tujuan


menulis,sastra, drama, menulis naskah drama dan kerangka drama
2.1

Pengertian Menulis
Morsey (Tarigan 2007: 122) menyatakan bahwa menulis sebagai suatu

keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena


penulis dituntut untuk menyusun dan mengorganisasikan isi tulisanya. Kegiatan
yang kompleks tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan mental,
intelektual, dan sosial seseorang. Menulis juga dapat meningkatkan kecerdasan,
kreatifitas dan menumbuhkan keberanian. Sehubungan dengan hal ini, ada
seorang penulis yang mengatakan bahwa menulis melaporkan atau
memberitahukan, dan mempengaruhi maksud serta tujuan. Seperti itu hanya dapat
dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikiran dan
mengutarakanya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi,
pemakaian kata-kata dan struktur kalimat.
Tarigan (2007: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut, jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Gambar grafik atau lukisan tidak menyampaikan makna-makana dan tidak
menggambarkan kesatuan bahasa. Oleh karena itu, menulis merupakan suatu

prestasi dan bagian dari kesatuan ekspresi bahasa. Kesatuan ekspresi bahasa yang
meliputi pengungkapan gagasan atau perasaan melalui suatu bahasa. Hal tersebut
merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan
menulis. Melukis gambar bukanlah menulis, dengan kata lain menggambar hurufhuruf bukanlah menulis.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, menulis
adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan dan informasi pada media
dengan menggunakan huruf. Media yang digunkan adalah kertas, dengan alat tulis
pensil atau pulpen digunakan untuk menulis huruf, sehingga menjadi rangkaian
kalimat sesuai dengan kehendak dan keinginan penulis. Akan tetapi, seorang
penulis harus mengetahui maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum
menulis. Jika penulis dapat merumuskan maksud dan tujuan menulis dari segi
responsi pembaca, tulisan penulis pasti akan lebih sesuai dan serasi dengan
harapan pembaca. Mengacu pada pemikiran tersebut, menulis bukan hanya
sekedar menuliskan apa yang diucapkan, tetapi menulis juga suatu kegiatan yang
terorganisir sedemikian rupa, sehingga terjadi suatu tindakan komunikasi antara
penulis dan pembaca. Apabila yang dimaksudkan penulis sama dengan pembaca,
maka penulis dapat dikatakan terampil menulis.

10

2.2 Tujuan Menulis


Menurut Tarigan (2007: 24) menyatakan bahwa tujuan menulis adalah
persuasi, informasional, pernyataan diri, kreatif, dan pemecahan masalah.
1. Tujuan menulis persuasif adalah untuk mempengaruhi dan mengubah sikap,
menghimbau pembaca agar dengan rela hati melakukan sesuatu dengan kehendak
penulis disertai dengan kesadaran dan dilandasi oleh pengertian.
2. Tujuan menulis informasional adalah untuk memberi informasi atau
keterangan kepada pembaca.
3. Tujuan menulis pernyataan diri adalah menulis dengan tujuan
memperkenalkan diri pengarang kepada pembaca.
4. Tujuan menulis kreatif adalah menulis yang erat hubunganya dengan tujuan
pernyataan diri, tulisan yang mempunyai tujuan mencapai nilai-nilai kesenian.
5. Tujuan menulis pemecahan masalah yaitu ingin memecahkan masalah yang
dihadapi.
Berdasarkan tujuan menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
naskah drama sesuai dengan tujuan nomor empat yaitu tujuan menulis kreatif.
Dalam menulis naskah drama dibutuhkan kreatifitas yang tinggi sehingga
mencapai nilai-nilai kesenian.
2.3 Pengertian Parafrase
Menurut Sugiyarto (2008:54) pengertian parafrase adalah adalah strategi
pemahaman kandungan makna dalam suatu tulisan dengan jalan mengungkapkan
kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata
atau kalimat yang berdeda dengan kata-kata yang digunakan oleh

11

pengarangnya. Sedangkan menurut KBBI (2009) pengertian parafrase adalah


sebagai berikut:
1. Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam
bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
2. Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan katakata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang
tersembunyi.
Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan
menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal. Parafrasa tampil
dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sebuah wacana asli menjadi
wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya.
Parafrasa cenderung diuraikan dengan menggunakan bahasa si pembuat parafrasa
bukan diambil dari kalimat sumber aslinya apalagi membuat parafrasa secara
lisan.
2.4 Ciri-Ciri Parafrase
Menurut Sugiyarto (2008: 81) ciri-ciri parafrase adalah sebagai berikut
1. Bentuk bahasa berubah dari satu bahasa ke bentuk bahasa yang lain,
misalnya puisi menjadi prosa, prosa menjadi drama dan sebagainya..
2. Tidak merubah ide pokok dari jenis wacana yang diparafrasekan.
3. Terdapat perubahan struktur kalimat namun tidak merubah arti klaimat.
Berdasarkan beberapa ciri parafrase di atas, maka dalam menulis parafrase
bagi mereka yang baru dalam taraf belajar, langkah membuat parafrasa ialah
dengan cara meringkasnya terlebih dahulu. Namun, harus diingat parafrasa
disusun dengan bahasa sendiri, bukan dengan bahasa asli penulis (Ningsih,

12

2008:48). Pendekatan sebagai prinsip dasar atau landasan yang digunakan


seseorang ketika mengapresisikan puisi dapat bermacam-macam.
Keanekaragaman pendekatan yang digunakan ditentukan oleh tujuan dan apa yang
akan diapresiasikan lewat teks sastra yang dibacanya. Memparafrasakan suatu
tuturan atau karangan secara lisan bisa dilakukan setelah mendengar tuturan lisan
atau setelah membaca suatu naskah tulisan.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak samadengan
prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larikatau bait. Pada puisi
banyak terdapat kata-kata yang bermakna kias ataukonotasi. Oleh karena itu, isi
atau tema puisi biasanya tersirat.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memparafrasakan puisi menjadiprosa ialah seperti berikut.(1) Bacalah atau
dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.(2) Pahami isi kandungan puisi
secara utuh.(3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.
(4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa
denganmenggunakan kalimat sendiri.
Berikut contoh paraphrase prosa menjadi Puisi
PAGI DI UFUK PERANTAUAN
Kuucap salam kala mentari kembali lepas dari sangkarnya
Bersiap menuai peluh dibalik lalu-lalang gemuruh ibukota
Kubenting tulang berdesing besi
Berpeluh keringat yang mungkin terbeli
Di pagi yang mulai bising ini
Aku menatap mimpi
Tentang hidup yang lebih bestari
Demi harapan yang bersemi menyungging di anak-istri

13

(Arifandi Lubis)
parafrase:
Ketika pagi datang mentari bersinar dengan cerah, ramai susana ibukota
tempatku bekerja. Aku bersiap-siap untuk kembali bekerja. Bekerja membenting
tulang untuk memperoleh hasil untuk memenuhi kebutuhan hidup. aku berharap
suatu saat nanti akan merubah nasib keluargaku menjadi lebih baik dan
membahagiakan anak-istriku yang menunggu di kampung halaman.
2.5 Pengertian Puisi
Pengertian puisi menurut Tarigan, (2007:4) adalah kata Poet berasal dari
kata Yunani yang berarti membuat, mencipta melalui imajinasinya. Puisi adalah
karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingat, dan diberi irama dengan
bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata majas (imajinatif). Kata betul-betul
terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun
berkekuatan. Oleh karena itu, salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata
yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu mewakili makna yang lebih
luas. Karena itu, kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dibuat
bergaya dengan bahasa figuratif (Waluyo, 2002:1).
Puisi terkadang hanya berisi satu kata atau suku kata yang terus diulangulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak
dimengerti. Tetapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala keanehan yang
diciptakannya. Tidak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah puisi. Puisi dapat dikatakan sebuah karya sastra yang paling menarik,
tetapi juga yang paling rumit. A.Teeuw (dalam Sulistianingsih, 2010:209)

14

berpendapat bahwa puisi dikatakan menarik karena puisi juga menggugah kita
lebih dalam, puisi mengguncang imajinasi, puisi mendorong pikiran kita,
menggerakan hati kita, dan pada akhirnya menimbulkan kesenangan serta hiburan
kepada kita. Membaca puisi berarti bergulat terus-menerus untuk merebut makna
sajak yang disajikan oleh penyairnya
Puisi sebagai karya seni itu puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai
keindahan yang khusus untuk puisi. Hanya saja sesuatu itu (khususnya dalam
karya sastra) disebut puitis apabila hal itu membangkitkan perasaan, menarik
perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas secara umum, serta menimbulkan
keharuan. Hal yang menimbulkan keharuan itu bermacam-macam sekali, maka
kepuitisan pun bermacam-macam.
Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya
dengan bentuk visual: tipografi, susuan bait, bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi,
kiasan bunyi lambang rasa; dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana
retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, dan gaya bahasa. (Altenbernd, dalam
Pradopo, 2005:13) dalam mencapai kepuitisan itu penyair mempergunakan
banyak cara sekaligus secara bersamaan untuk medapatkan jaringan efek puitis
yang sebanyak-banyaknya yang lebih besar daripada pengaruh beberapa
komponen secara terpisah penggunaannya. Antara unsur pernyataan (ekspresi)
sarana kepuitisan, yang satu dengan yang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ekspresi dari
pengalaman imajinatif manusia yang bentuknya terikat oleh rima, irama, dan kata
puitis, maka pertama kali yang diperoleh adalah pengalaman. Semakin banyak

15

seseorang membaca puisi serta menikmatinya maka semakin banyak pula


pengalaman yang diperoleh dan dinikmati, terlebih pengalaman imajinatif.
2.6 Ciri-Ciri Puisi
Menurut Pradopo (2005: 23) ciri-ciri puisi adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan bahasa yang padat
Bahasa yang digunakan dalam sebuah puisi harus padat, tidak berbelitbelit dan cenderung singkat. Kepadatan bahasa puisi diperlukan karena
puisi bukan merupakan karya sastra yang panjang seperti prosa.
2. Memiliki baris, rima dan bunyi
Pada puisi terdapat kaidah penulisan baris, rima dan irama. Puisi lama
memiliki kaidah penulisan baris, rima dan irama yang ketat sedangkan
pada puisi baru tidak terdapat pembatasan jumlah penulisan baris, rima
dan irama.
2.7 Pengertian Prosa
Prosa menurut Rosidi (dalam Tarigan, 2011:40) adalah suatu bentuk prosa
naratif fiktif,Prosacenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern)
dan novel. Prosayang sukses mengandalkan teknik teknik satra seperti
tokoh,plottema bahasa,dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi
yang lebih panjang,ceritanya bisa dalam berbagi jenis
Prosa menurut (Kosasih,2012:34) merupakan salah satu genre sastra bentuk
prosa.Sesuai dengan namanya,jenis ini merupakan genre prosa yang lain.

16

Misalnya,novel atau roman.Dengan demikian,istilah Prosa dapat diartikan sebagai


cerita yang pendek. Prosa adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau
bila diketik kira-kira 17 halaman kuarto spasi ganda.Kesimpulan itu memberikan
kemungkinan bahwa Prosa sebagai jenis sastra yang khusus dapat dibaca sekali
duduk dalam waktu satu atau dua jam.
Oleh karena itu,Prosa pada umumnya bertema sederhana.Jumlah tokohnya
terbatas.Jalan ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup yang
terbatas. Prosa kurang kompleks dibanding dengan novel. Prosa pada umumnya
memusatkan perhatian pada satu perihal,memiliki satu plot,setting yang
tunggal,jumlah tokoh yang terbatas,termasuk periode pada waktu yang singkat.
Bentuk-bentuk diksi yang lebih panjang,ceritanya condong berisi unsur-unsur inti
spesifik dari susunan dramatis yaitu eksposisi (pengantar setting,kondisi serta
tokoh utamanya),komplikasi (momen didalam cerita yag memperkenalkan
konflik), aksi yang meningkat (waktu yang memastikan untuk si tokoh utama
serta prinsip mereka pada satu langkah), klimaks (titik ketertarikan paling tinggi
dalam pengertiann konflik serta ntitik cerita yang memiliki kandungan aksi
terbanyak atau terutama), penyelesaian (sisi cerita dimana konflik dipecahakan),
Prosa pendek modern cuma sesekali memiliki kandungan eksposisi. yang lebih
umum yaitu awal yang mendadak, dengan cerita yang diawali di dalam aksi.
layaknya didalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari Prosajuga memiliki
kandungan klimaks, atau titik balik. tetapi demikianlah, akhir dari banyak Prosa
umumnya mendadak serta terbuka serta bisa memiliki kandungan atau bisa juga
tidak pesan moral atau pelajaran praktis. layaknya banyak bentuk seni manapun.

17

2.8 Ciri-Ciri Prosa


Prosa sebagai jenis sastra memiliki ciri-ciri tertentu.Menurut
(Kosasih,2012:34) ciri-ciri pada sebuah Prosa yaitu.
1.
2.
3.
4.

alur lebih sederhana


tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang
latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkup yang relatif terbatas,
Prosa harus pendek,Artinya, cukup pendek untuk dibaca dalam sekali

duduk
5. Prosa memberi kesan kepada pembacanya terus-menerus, tanpa terputusputus, sampai kalimat terakhir
6. Prosa seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggal dan
unik.Sebuah Prosa yang baik mempunyai ketunggalan pikiran dan action
yang bisa dikembangakan lewat garis yang langsung dari awal hingga
akhir
7. Prosa harus ketat dan padat.Prosa harus berusaha memadatkan setiap
gambaran pada ruangan sekecil mungkin. Maksudnya agar pembaca
mendapatkan kesan tunggal dari keseluruhan cerita
8. Prosa harus tampak sungguhan.Seperti sungguhan adalah dasar dari semua
seni mengisahkan cerita. Semua tokoh ceritanya dibuat sungguhan,
berbicara dan berlaku seperti manusia yang betul-betul hidup
9. Prosa harus memberi kesan yang tuntas.Selesai membaca Prosa, pembaca
harus merasa bahwa cerita itu betul-betul selesai. Jika ujung cerita masih
terkatung-katung, pembaca akan merasa kecewa.
Sedangkan menurut Tarigan (2011) Prosa memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut:
1. Ciri-ciri utama Prosa adalah singkat, padu dan intensif (brevity unity,
intensity).
2. Unsur-unsur Prosa adalah: adegan, tokoh dan gerak (scene, character,
action).

18

3. Bahasa Prosa bersifat tajam, sugestif dan menarik perhatian (incisive,


suggestive, alert)
4. Prosa mengandung interpretasi pengarang tentang konsepnya mengenai
kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Sebuah Prosa menimbulkan efek dalam pikiran pembeca.
6. Memiliki hanya satu konflik yang menguasai jalan cerita
7. Mempunyai seorang tokoh utama
8. Bergantung pada satu situasi
9. Memberikan satu impresi tunggal
10. Mennyajikan satu emosi

Anda mungkin juga menyukai