Anda di halaman 1dari 6

73

PEMAKNAAN PUISI “GADIS PEMINTA-MINTA” KARYA TOTO


SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN
SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS
Wardah Hanafiah
wardah_hanafiah@yahoo.com

Abstract

As homo semioticus, humans communicate to others through signs, e.g. poem. and to understand
these signs, we need a certain method in order to be able to reach the meaning and ideas of the
writer getting the meaning across.
Riffaterre said that a poem says one thing, and means another. It means that a poem speaks
indirectly so that the use of its language is of a different form. The indirection is produced by
displacing, distorting, or creating meaning. The true meaning of poetry, can be achieved through
the two levels or stages of reading, i.e. heuristic reading and retroactive reading.
Through his poem, Toto Sudarto Bachtiar sees poverty as reflected by the poem of Gadis
Peminta-minta as a manifestation of God’s affection that has to be passed in patience. The
intertextuality between the two poems of Gadis Peminta-minta by Toto Sudarto Bachtiar and
Kepada Peminta-minta by Chairil Anwar can be seen from the major theme in common, that is how
both of them see poverty.

Key Words: Semioticus, heuristic, retroactive, intertextuality.

Abstrak

Manusia sebagai mahluk homo semioticus berkomunikasi dengan manusia lainnya


menggunakan tanda-tanda, misalnya puisi, dan untuk memahami tanda-tanda ini, diperlukan metode
tertentu untuk memahami makna dan gagasan si penulis.
Riffaterre mengatakan bahwa sebuah puisi yang menyatakan sesuatu, dapat bermakna lain. Hal
ini mengandung makna bahwa sebuah puisi mengungkapkan sesuatu yang tidak langsung sehingga
bahasa yang digunakan berbeda. Ketidak langsungan ini disebabkan oleh penggantian arti,
penyimpangan arti atau penciptaan arti. Makna sesungguhnya sebuah puisi dapat diperoleh melalui
dua tahap pembacaan yaitu: pembacaan heuristik dan pembacaan retroactif.
Melalui puisinya, Gadis Peminta-minta Toto Sudarto Bachtiar memaknai kemiskinan sebagai
wujud kasih sayang Tuhan pada hambanya yang harus dilalui dengan sabar. Hubungan
intertekstualitas puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar dengan puisi Kepada
Peminta-minta karya Chairil Anwar terlihat dari tema besar yang sama, yaitu bagaimana mereka
berdua memaknai kemiskinan.

Kata Kunci: Semiotik, heuristik, retroaktif, intertekstualitas

PENDAHULUAN semioticus (Zoest, 1993: xvi) yang dengan


perantaraan tanda-tanda melakukan
Sebuah puisi, mengatakan suatu hal komunikasi dengan sesamanya, antara lain
untuk memaksudkan sesuatu yang lain: a melalui puisi.
poem says one thing and means another Bahasa puitik terutama berkaitan dengan
(Riffaterre, 1978: 1). Artinya, puisi pertanyaan: Apa yang membuat bahasa
berbicara secara tidak langsung sehingga verbal menjadi karya seni? karena bahasa
bahasa yang digunakan pun berbeda dengan puitik memiliki diferentia specifica
bahasa sehari-hari. Manusia adalah homo (kekhususan yang membedakan) (Jakobson
_____________________________________________________________________________________________________
Epigram Vol. 12 No. 1 April 2015
74

dalam Zoest, 1996: 65). Oleh karena itu, dan seorang ahli filsafat Amerika, Charles
untuk bisa memahami dan menikmati Sanders Peirce (1839– 1914). Saussure
sebuah puisi, diperlukan sebuah metode menyebut ilmu itu dengan nama semiologi
tertentu untuk dapat meraih konsep dan sedangkan Peirce menyebutnya semiotika.
gagasan yang dimaksud oleh penulisnya. Kedua istilah ini mengandung pengertian
Salah satunya adalah melalui analisis yang persis sama, walaupun penggunaan
semiotika yang mengkaji puisi melalui salah satu dari kedua istilah tersebut
tanda-tanda yang digunakannya, dan biasanya menunjukkan pemikiran
analisis intertekstualitas yang mengkaji pemakainya.
sebuah puisi dengan membandingkannya
dengan hipogramnya. 2. Pembacaan Semiotik
Dalam artikel ini, penulis mencoba Preminger dalam Pradopo (2010:142)
memaknai puisi “Gadis Peminta-minta” mengatakan bahwa bahasa merupakan
karya Toto Sudarto Bachtiar melalui sistem semiotik tingkat pertama yang sudah
pendekatan semiotika Riffaterre, dan mempunyai arti (meaning). Dalam karya
kemudian menganalisanya secara sastra, arti bahasa ditingkatkan menjadi
intertekstual dengan puisi “Kepada makna (significance) sehingga karya sastra
Peminta-minta” karya Chairil Anwar itu merupakan sistem semiotik tingkat
sebagai hipogramnya. kedua. Riffaterre (1978:166) mengatakan
bahwa pembacalah yang bertugas untuk
KAJIAN TEORI memberikan makna tanda-tanda yang
1. Semiotika terdapat pada karya sastra.
Semiotika – berasal dari bahasa Yunani Tanda-tanda itu akan memiliki makna
semeion yang berarti tanda – adalah cabang setelah dilakukan pembacaan dan
ilmu yang berurusan dengan pengkajian pemaknaan terhadapnya, karena
tanda dan segala sesuatu yang berhubungan sesungguhnya dalam pikiran pembacalah
dengan tanda, seperti sistem tanda, dan transfer semiotik dari tanda ke tanda terjadi
proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (the semiotic process really takes place in
(Zoest, 1993: 1). Zoest (1996:5) the reader’s mind) (Riffaterre, 1978: 4).
melanjutkan lagi dengan: cara berfungsinya, Untuk dapat memberi makna puisi
hubungannya dengan tanda-tanda lain, secara semiotik, dapat dilakukan dengan
pengirimannya, dan penerimaannya oleh pembacaan heuristik (heuristic reading) dan
mereka yang mempergunakannya. hermeneutik (hermeneutic reading) atau
Pada awalnya semiotika merupakan ilmu retroaktif (retroactive reading) (Riffaterre,
yang mempelajari setiap sistem tanda yang 1978: 5-6). Pembacaan heuristik adalah
digunakan dalam masyarakat manusia. pembacaan karya sastra berdasarkan
Dengan kata lain, semiotika adalah ilmu struktur bahasanya, atau secara semiotik
yang menyelidiki semua bentuk komunikasi adalah berdasarkan konvensi semiotik
yang berkaitan dengan makna tanda-tanda tingkat pertama. Dalam pembacaan
dan berdasarkan atas sistem tanda tanda. heuristik, puisi dibaca berdasarkan struktur
Teeuw (1982:50) mengatakan bahwa bahasanya, dan untuk memperjelas arti
semiotika merupakan tanda sebagai tindak bilamana perlu diberi sisipan kata, atau
komunikasi. sinonim kata-katanya ditaruh dalam tanda
Tokoh yang dianggap pendiri semiotika kurung.
adalah dua orang yang hidup sezaman, yang Pembacaan hermeneutik adalah
bekerja secara terpisah dan dalam lapangan pembacaan karya sastra berdasarkan sistem
yang tidak sama (tidak saling semiotik tingkat kedua atau berdasarkan
mempengaruhi). Tokoh semiotik itu adalah konvensi sastranya. Disebut juga
seorang ahli linguistik berkebangsaan pembacaan retroaktif, karena dilakukan
Swiss, Ferdinand de Saussure (1857–1913) ulang sesudah pembacaan heuristik dengan

_____________________________________________________________________________________________________
Wardah Hanafiah
Pemaknaan Puisi "Gadis Peminta-minta" ...
75

memberi konvensi sastranya. Konvensi serta transformasi teks-teks lain.


sastra yang memberikan makna itu Transformasi itu sendiri adalah
diantaranya adalah ketidaklangsungan memindahkan sesuatu dalam bentuk atau
ucapan / ekspresi sajak. (Pradopo, 2003: wujud lain yang pada hakikatnya sama
135-136). (Pradopo, 2010:132). Teks tertentu yang
Ketidaklangsungan ekspresi menurut menjadi latar penciptaan sebuah karya
Riffaterre (1978:2) disebabkan oleh tiga hal: inilah yang oleh Riffatrre (1978: 23)
2.1. Penggantian arti (displace of meaning) disebut hipogram (hypogram). Sementara
Penggantian arti disebabkan oleh itu, teks yang menyerap dan
penggunaan metafora dan metonimi mentransformasikan hipogram disebut teks
(untuk menyebut bahasa kiasan pada transformasi (Riffaterre, 1978: 51).
umumnya) dalam karya sastra. Namun Untuk mendapatkan makna hakiki dari
penggantian arti tidak terbatas pada teks sastra tersebut, digunakanlah metode
bahasa kiasan saja, tetapi bisa juga intertekstual yaitu membandingkan,
pada simile, personifikasi, sinekdoke, menjajarkan, dan mengkontraskan sebuah
per-bandingan epos, dan alegori. teks transformasi dengan hipogramnya.
2.2. Penyimpangan arti (distorting of Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam
meaning). Penyimpangan arti sajak-sajak itu, maka proses pemaknaan
disebabkan oleh tiga hal, yaitu akan dilakukan. Dengan demikian, konsep
ambiguitas, kontradiksi, (ber- semiotika Riffaterre yang akan digunakan
hubungan dengan ironi, yang dalam kajian ini dapat membantu untuk
umumnya digunakan untuk mengejek menemukan makna yang utuh dan
sesuatu yang keterlaluan), dan non- menyeluruh dalam puisi Gadis Peminta-
sense (bentuk kata-kata yang secara minta.
linguistik tidak mempunyai arti, sebab
tidak terdapat dalam kosa-kata, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
misalnya penggabungan dua kata atau GADIS PEMINTA – MINTA (Karya:
lebih, pengulangan suku kata dalam Toto Sudarto Bachtiar)
satu kata). Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng
2.3. Penciptaan arti (creating of meaning). kecil
Penciptaan arti merupakan konvensi Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
kepuitisan yang berupa bentuk visual Tengadah padaku pada bulan merah jambu
yang secara linguistik tidak Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
mempunyai arti, tetapi menimbulkan
makna dalam karya sastra. Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur
3. Hubungan Intertekstual sosok
Teeuw dalam Pradopo (2003: 131-132) Hidup dari kehidupan angan-angan
mengatakan bahwa sebuah karya sastra gemerlapan
merupakan sebuah response terhadap karya Gembira dari kemayaan riang
sastra yang terbit sebelumnya. Oleh karena
itu sebuah teks tidak dapat dilepaskan sama Duniamu yang lebih tinggi dari menara
sekali dari teks yang lain. Sebuah karya katedral
sastra baru mendapatkan maknanya yang Melintas-lintas di atas air kotor, tetapi yang
hakiki dalam kontrasnya dengan karya begitu kau hafal
sebelumnya. Jiwa begitu murni, terlalu murni
Masih dalam Pradopo, Julia Kristeva Untuk bisa membagi dukaku
mengemukakan bahwa tiap teks itu,
termasuk teks sastra, merupakan mozaik Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan Bulan di atas itu tak ada yang punya

_____________________________________________________________________________________________________
Epigram Vol. 12 No. 1 April 2015
76

Dan kotaku, ah kotaku jambu//, yang bertengadah pada si aku


Hidupnya tak lagi punya tanda adalah gadis peminta-minta ataukah
(Sumber: Kinayati Djojosuroto, Teori dan personifikasi senyummu.
Pemahaman Apresiasi Puisi. Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2009) 1.2.2. Kontradiksi
Pada puisi Gadis Peminta-minta,
1. Ketidaklangsungan ekspresi kontradiksi tampak pada bait kedua dan
1.1. Penggantian Arti ketiga. di satu gadis peminta-minta tinggal
1.1.1. Bait Pertama di kolong jembatan, namun kehidupannya
Secara metaforis menggambarkan penuh dengan angan-angan akan
senyum gadis peminta-minta yang terlalu kegemerlapan hidup.
kekal untuk mengenal duka. Bulan Pada bait ketiga, jiwa gadis peminta-
digambarkan secara metafora berwarna minta digambarkan lebih tinggi dari menara
merah jambu. Sedangkan kotaku katedral, artinya jiwanya sangatlah suci dan
digambarkan secara personifikasi mulia. Namun ia tinggal dan sehari-hari
kehilangan jiwanya. melintasi air yang kotor, yang wilayahnya
sangat ia kenal.
1.1.2. Bait Kedua
Kolong jembatan digambarkan secara 1.2.3. Non-sense
personifikasi sebagai yang melulur sosok. Dalam puisi ini, non-sense muncul
Di mana penghuni - penghuninya dalam kata melulur sosok. Melulur adalah
digambarkan secara metaforis hidup dari perbuatan membaluri tubuh dengan lulur
angan-angan akan gemerlapnya dunia, dan dengan tujuan agar si pemilik tubuh akan
kegembiraan mereka hanyalah bersifat bersih dan kuning tubuhnya. Penyair
maya semata. menggunakan kata melulur sosok untuk
menggambarkan bagaimana kehidupan di
1.1.3. Bait Ketiga bawah kolong jembata itu akan
Bait ini berisi metafora tentang dunia “membersihkan” penghuninya, sehingga
gadis peminta-minta yang digambarkan pada saat kembali pada yang kuasa mereka
lebih tinggi atau mulia dari sesuatu yang akan bersih dari dosa karena terhapuskan
sifatnya suci, yang dalam bait ini oleh penderitaan yang mereka alami selama
disimbolkan dengan menara katedral. Dunia hidup. Hal ini sejalan dengan keyakinan
si gadis peminta secara personifikasi dalam agama Islam yang dianut penyair,
digambarkan melintas-lintas atau melewati yang menyatakan bahwa tempat orang
air yang kotor. Walaupun begitu, jiwa gadis miskin adalah di surga berdampingan
peminta-minta terlalu murni jika harus bersama Rasulullah.
merasakan kedukaan si aku.
1.3. Penciptaan Arti
1.1.4. Bait Keempat Dalam puisi Gadis Peminta-minta,
Bait kelima berisi kesedihan si aku yang penciptaan arti yang menonjol adalah sajak.
kotanya tak akan lagi memiliki tanda dan Terdapat ulangan bunyi il dalam : gadis
bulan yang akan kehilangan pemiliknya jika kecil berkaleng kecil; ulangan bunyi al
si gadis peminta-minta mati. dalam: terlalu kekal untuk kenal duka, dan
dalam larik //duniamu yang lebih tinggi dari
1.2. Penyimpangan Arti menara katedral/ melintas-lintas di atas air
1.2.1. Ambiguitas kotor, tetapi yang begitu kau hafal//, serta
Dalam puisi Gadis Peminta-minta, ulangan bunyi an dalam: hidup dari
ambiguitas tampak di bait pertama pada kehidupan angan-angan gemerlapan,
larik //senyummu terlalu kekal untuk kenal Persajakan ini secara linguistik tidak
duka/ tengadah padaku pada bulan merah

_____________________________________________________________________________________________________
Wardah Hanafiah
Pemaknaan Puisi "Gadis Peminta-minta" ...
77

menimbulkan arti, tetapi secara kepuitisan 3. Pembacaan hermeunetik puisi Gadis


menimbulkan intensitas makna. Peminta-minta karya Toto Sudarto
Bachtiar
2. Pembacaan heuristik puisi Gadis 3.1. Bait Pertama
Peminta-minta karya Toto Sudarto Bait ini mengisahkan kesan si aku pada
Bachtiar gadis peminta-minta yang walaupun
2.1. Bait Pertama hidupnya sebenarnya penuh dengan duka,
Setiap (kali) kita bertemu, (duhai) gadis tetapi si gadis peminta-minta selalu
kecil berkaleng kecil (=yang membawa tersenyum. Senyumnya pada si aku
kaleng kecil) membuat si aku bahagia. Namun kejamnya
Senyummu terlalu kekal untuk (me)kenal kehidupan kota membuat si aku merasa
duka bahwa kehidupan kota sampai tak memiliki
(Engkau) (me)Tengadah padaku pada (saat) hati/jiwa karena kerasnya.
bulan (berwarna) merah jambu
Tapi kotaku jadi (merasa) (ke)hilang(an), 3.2. Bait Kedua
tanpa (memiliki) jiwa Bait kedua menggambarkan keinginan si
aku untuk mengenal lebih jauh kehidupan
2.2. Bait Kedua gadis peminta-minta yang tinggal di kolong
Ingin aku (me)ikut(i)(mu), (duhai)gadis sebuah jembatan. Penghuni kolong
kecil berkaleng (=yang membawa kaleng) jembatan tersebut digambarkan berangan-
kecil angan bisa merasakan kehidupan yang
Pulang ke bawah (=kolong) jembatan yang mewah, dan kegembiraan yang mereka
melulur sosok (yang penghuninya) rasakan hanyalah bersifat maya.
Hidup dari kehidupan (akan) angan-angan
(tentang) (ke)gemerlapan 3.3. Bait Ketiga
Gembira dari kemayaan riang (=riang yang Dalam bait ini, si aku menggambarkan
bersifat maya) bahwa jiwa gadis peminta-minta sangat
murni dan suci, jauh dari kemunafikan.
2.3. Bait Ketiga Namun pemilik jiwa yang murni ini harus
Duniamu yang (murni) lebih tinggi dari tinggal dan melintas di atas air sungai yang
menara katedral (yang suci) kotor. Karena jiwa gadis peminta-minta
Melintas-lintas di atas air (yang) kotor, yang sangat murni itulah si aku merasa
tetapi yang begitu kau hafal (=sangat bahwa tidak sepantasnyalah si gadis
engkau hafal) peminta-minta merasakan duka dan
Jiwa(mu) begitu murni, (bahkan) terlalu pahitnya kehidupan.
murni
Untuk bisa membagi (=merasakan) dukaku 3.4. Bait Keempat
Bait terakhir berisi kesedihan si aku
2.4. Bait Keempat andaikata gadis peminta-minta meninggal
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil dunia, karena tidak akan ada lagi kemurnian
(=yang membawa kaleng kecil) jiwa kaum miskin.
Bulan di atas (langit) itu tak (akan) ada yang
punya (=memiliki) 4. Analisis Intertekstual “Gadis
Dan kotaku, ah kotaku Peminta_minta” dengan “Kepada
Hidupnya (=hidup kotaku) tak lagi Peminta-minta”
(mem)punya(i) tanda Jika puisi “Gadis Peminta-minta” karya
Toto Sudarto Bachtiar dikaitkan dengan
“Kepada Peminta-minta” karya Chairil
Anwar, maka intertekstualitas kedua puisi
ini terlihat dari tema besar yang sama, yaitu

_____________________________________________________________________________________________________
Epigram Vol. 12 No. 1 April 2015
78

bagaimana mereka berdua memaknai KESIMPULAN


kemiskinan.
Chairil Anwar memaknai kemiskinan Setelah analisis dilakukan, makna puisi
sebagai hantu yang mengejarnya Gadis Peminta-minta menjadi semakin
sebagaimana tergambar dalam larik jelas, walaupun tentu saja masih terbuka
mengganggu dalam mimpiku. Kemiskinan kemungkinan interpretasi oleh pembaca
baginya adalah realita yang tak terelakkan, lain, karena pada dasarnya pemaknaan puisi
dan dituangkannya dalam //Mengempas aku melalui analisis semiotika Riffaterre
di bumi keras/ Di bibirku terasa pedas/ menyerahkan kepada pembaca untuk
Mengaum di telingaku// memberikan makna tanda-tanda yang
Namun kegarangan Chairil Anwar terdapat pada karya sastra.
melunak, ketika ia menyadari onak-onak Melalui puisinya, Toto Sudarto Bachtiar
kemiskinan. Ia menjadi melunak dan memaknai kemiskinan yang tercermin
tertunduk pada saat menyuarakan melalui si Gadis Peminta-minta sebagai
kemiskinan: //Baik, baik, aku akan wujud kasih sayang Tuhan pada hambanya
menghadap Dia/ Menyerahkan diri dari yang harus dilalui dengan penuh arif dan
segala dosa/ Tetapi jangan tentang aku sabar, karena kemiskinan adalah jalan
lagi/ Nanti darahku jadi beku// menuju kekayaan di hari akhir kelak.
Kata dosa merujuk kepada perasaan Hubungan intertekstualitas puisi Gadis
Chairil Anwar yang merasa bersalah karena Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar
ia sejatinya dapat berbuat sesuatu dalam dengan puisi Kepada Peminta-minta karya
mengentaskan kemiskinan, paling tidak Chairil Anwar terlihat dari tema besar yang
dengan cara menyuarakannya. Namun sama, yaitu bagaimana mereka berdua
tampaknya dia berkendala sehingga di sisi memaknai kemiskinan.
lain dia tidak mampu melakukan apa yang
bisa dia lakukan. Dia merasa miris tapi tidak DAFTAR PUSTAKA
tahu harus berbuat apa.
Sementara itu Toto Sudarto Bachtiar Djojosuroto, Kinayati.2009 Teori dan
memaknai kemiskinan yang tercermin Pemahaman Apresiasi Puisi..
melalui si Gadis peminta-minta sebagai Yogyakarta: Pustaka
wujud kasih sayang Tuhan pada hambanya
yang harus dilalui dengan penuh arif dan Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa
sabar, karena kemiskinan adalah jalan Teori Sastra, Kritik dan
menuju kekayaan di hari akhir kelak. Hal ini Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka
tergambar dalam larik Duniamu yang lebih Pelajar
tinggi dari menara katedral.
Toto Sudarto juga menunjukkan Riffaterre, Michael.1978 Semiotics of
bagaimana ia mamahami kehidupan Poetry. Bloomington: Indiana
kemiskinan di bawah kolong jembatan, University Press.
yang mana kemewahan bagi para
penghuninya hanyalah angan-angan, dan Zoest, Aart van. 1996. Serba-Serbi
bahwa kegembiraan mereka sifatnya hanya Semiotika. Editor, Panuti Sajiman dan
maya. Dan bagi Toto, kemiskinan adalah Aart van Zoest. Jakarta: Gramedia
keniscayaan, dan apabila kemiskinan itu Pustaka
hilang, maka ia akan kehilangan kemurnian
jiwa kaum miskin. Zoest, Aart van. Semiotika. 1993. Jakarta:
Yayasan Sumber Agung

_____________________________________________________________________________________________________
Wardah Hanafiah
Pemaknaan Puisi "Gadis Peminta-minta" ...

Anda mungkin juga menyukai