IPAS SD KELAS 4
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Penyusun : Kristiana Welsi,
Instansi : SDN Bertingkat Naikoten
Tahun Penyusunan : Tahun 2024
Jenjang Sekolah : SD
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial ( IPAS)
Fase / Kelas : B / IV
Bab VI : Indonesia Kaya Budaya
Topik A : Keunikan Kebiasaan Masyarakat di Sekitarku
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
(Diambil dari fase B berdasarkan elemen keterampilan proses)
Di akhir fase ini, peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan
menggunakan pancaindra dan dapat mencatat hasil pengamatannya.
C. KOMPETENSI AWAL
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Elemen : Keterampilan Proses.
Peserta didik dapat mengidentifikasi (C4) awal mula daerah dan tokoh-tokoh lokal
yang berperan penting dalam perkembangan daerah tempat tinggalnya.
Peserta didik mampu menafsirkan ( C5) sikap baik yang dapat diteladani dari tokoh
daerah tempat tinggalnya.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi awal mula daerah dan tokoh-
tokoh lokal yang berperan penting dalam perkembangan daerah tempat tinggalnya.,
menafsirkan sikap baik yang dapat diteladani dari tokoh daerah tempat tinggalnya.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Bagaimana cerita asal mula daerah tempat tinggal kalian?
Siapa saja tokoh lokal yang memiliki peran dalam perkembangan daerah tempat tinggal
kalian?
Apa sajakah hal yang berbeda dari daerah tempat tinggal kalian di masa dahulu dan kini?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Tahap Kegiatan Waktu
Pendahuluan Sebelum peserta didik memasuki kelas, guru 10
mengondisikan agar peserta didik berbaris di depan Menit
kelas secara rapi dengan dipimpin oleh salah satu
peserta didik dan secara bergiliran bersalaman kepada
Guru memasuki kelas. Langkah ini dilakukan apabila
pembelajaran IPAS dilaksanakan pada jam pertama.
Guru memberikan salam dan memberikan kesempatan
kepada ketua kerohanian untuk memilih secara bergiliran
teman,empat agama memimpin berdoa di depan
kelas,bersama sesuai dengan agama dan kepercayaanya
masing-masing sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Guru mengajak peserta didik untuk menyanyikan salah
satu dari sabang sampai marauke.
Guru mengecek kehadiran peserta didik
Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali
pembelajaran pertemuan sebelumnya.
Untuk mengawali pembelajaran secara klasikal, guru
menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran pada
pertemuan ini. Kemudian, dilanjutkan dengan
mengutarakan pertanyaan-pertanyaan singkat yang
berkaitan dengan keunikan kebiasaan masyarakat di
daerahku, untuk mengecek pengetahuan awal peserta
didik.
Menurut anda, bagaimana cara menghargai para
tokoh perjuangan yang telah memperjuangkan
daerah yang anda tinggal?
Bagaimana keadaan daerah jika tidak ada
hubungan antara keberagaman budaya dan
kearifan lokal dengan konteks kehidupan saat ini?
Bagaimana cara agar warisan budaya tetap lestari?
Mengapa kearifan lokal sangat perlu dilestarikan?
(Identitas diri).
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik setelah
menjawab beberapa pertanyaan yang berkiatan dengan
topik pembelajaran.
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan serta
mempersiapkan media pembelajaran yang akan
digunakan di dalam pembelajaran.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk literasi,dengan membaca buku.
Inti FASE 1 50 Menit
Orientasi siswa pada masalah
Guru menayangkan video terkait “Kearifan Lokal yang
ada di daerah” (Pemahaman Budaya) Pakayan adat
NTT
Peserta didik melakukan tanya jawab terkait video yang
telah diamati bersama Guru bertanya kepada peserta
didik“Video tersebut menayangkan tentang apa?”
(Pemahaman Budaya)
Peserta didik menjawab pertanyaan guru
Video apa yang kalian tonton?
“Menurut kalian apa yang dimaksudkan dengan kearifan
lokal?”
Apakah manfaat adanya warisan budaya di sekitar kalian?
Peserta melakukan diskusi dan menjelaskan pengertian
kearifan lokal
Guru meluruskan jawaban peserta didik (berfikir kritis)
Untuk memperdalam pengetahuan siswa terkait dengan
konsep kearifan lokal, guru selanjutnya memberikan
memberikan pertanyaan kepada peserta didik
(Pemahaman budaya)
Adapun beberapa pertanyaan yang ada yakni:
1. Kebiasaan apa yang menurut kalian paling unik di
lingkungan masyarakat dan kelurga?
2. Kebiasaan apa yang ternyata banyak juga dilakukan
oleh orang-orang
3. Apa yang membuat kebiasan ini hilang?
4. Apa yang harus dilakukan agar kearifan lokal ini bisa
lestari?
FASE 2
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membagi peserta didik dalam kelompok
(Kolaborasi)
Di dalam kelompok peserta didik mengerjakan LKPD
Bersama teman kelompok peserta didik
Mencari tahu informasi terkait dengan kearifan
dan keberagaman budaya serta suku yang ada
di daerah NTT
FASE 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Setelah mengerjakan dalam kelompok peserta didik
membuat suatu (produk) yang berkaitan dengan pekerjaan
kelompok sebelumnya yakni dengan tema”Hubungan
Kearifan Lokal dengan Konteks Hidup Masyarakat”
FASE 5
Mengevaluasi
Peserta didik melakukan presentasi terkait dengan hasil
pengerjaan produk (Konstruksi trnasformatif).
Guru mengapresiasi semua pekerjaan yang dilakukan
peserta didik dalam kelompok
Guru memberikan masukan ataupun saran terkiat dengan
hasil presentasi siswa.
Guru membagikan stcky note (menulis manfaat pakayan
adat dan kearifa lokal dalam kehidupan sehari - hari
dan menempel pada tabel di papan tulis,secara
bergiliran) untuk menggali pemahaman,kemandirian
agar siswa dapat memahami,mengerti keunikan
kebiasaan masyarakat di sekitar (Konstruksi
Transformatif).
Penutup Peserta didik diajak untuk merefleksi ketercapaian 10
kemampuannya selama pembelajaran. Menit
Peserta didik dibimbing membuat simpulan pembelajaran
hari ini
Guru Bersama peserta didik menutup kegiatan belajar
dengan berdoa Bersama
E. REFLEKSI GURU DAN PESERTA DIDIK
Apakah seluruh siswa berperan secara maksimal dalam diskusi kelompok ?
Apakah model PBL dengan pendekatan CRT berhasil membuat siswa tertarik dalam pembelajaran
dan berhasil membuat peserta didik lebih aktif?
Hal-hal apa yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran berikutnya?
Menurut anda, bagaimana cara menghargai para tokoh perjuangan yang telah
memperjuangkan daerah yang anda tinggal?
Bagaimana keadaan daerah jika tidak ada hubungan antara keberagaman budaya dan kearifan
lokal dengan konteks kehidupan saat ini?
Bagaimana cara agar warisan budaya tetap lestari?
Mengapa kearifan lokal sangat perlu dilestarikan?
Pedomaan Penskoran
No Jawaban Skor
1 1. Memperingati peristiwa-peristiwa penting 20
2. Saling menghormati dan menghargai sesama masyarakat
dalam daerah.
3. Cinta dan berbakti terhadap daerah
4. Mengikuti bentuk kegiatan penanaman tradisi yang sudah
diwariskan.
2 Hilangnya kebudayaan kita yang nantinya akan punah atau bahkan 20
jadi diakuin negara lain, masuknya paham barat yang bisa merusak
moral bangsa. Gaya hidup masyarakat yang lebih memilih budaya
luar.
3 1. Mempelajari Budaya lokal 20
2. Mengikuti kegiatan kebudayaan
3. Memperkenalkan budaya di sosial media
4. Mengajarkan budaya kepada orang lain
5. Tidak terpengaruh pada budaya asing
Total 100
Tujuan Aspek
Pembelajaran Perlu Cukup Baik Sangat Baik
Bimbingan (61—70) (71—80) (81—100)
(0—60)
Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik
mengidentifikasi belum mampu mengidentifikasi mengidentifikasi mengidentifikasi
keberagaman mengidentifikasi 1-3 kebiasaan lebih dari 3 5-8 kebiasaan di
budaya dan kebiasaan masyarakat di kebiasaan masyarakat dan
kearifan lokal di masyarakat di sekiar. masyarakat di di masyarakat
daerah tempat lingkungan keluarga dan
tinggalnya kelurga dan masyarakat. sekitar.
masyarakat
sekitar.
b. Asesmen Formatif 1
Tujuan Pembelajaran:
Melalui diskusi penalaran kritis, peserta didik kelas IV B SDN Bertingkat Naikoten mampu
mennafsirkan (C5) sikap baik yang dapat diteladani dari tokoh daerah tempat tinggalnya.
Teknik Asesmen: Tes tertulis
Instrumen Asesmen: Rubrik
Tujuan Aspek
Pembelajaran Perlu Cukup Baik Sangat Baik
Bimbingan (61—70) (71—80) (81—100)
(0—60)
Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik
mampu
belum mampu cukup mampu mampu sangat mampu
menafsirkan
sikap baik yang menafsirkan menafsirkan menafsirkan menafsirkan
dapat diteladani
pentingnya pentingnya pentingnya pentingya
dari tokoh
daerah tempat kearifan lokal kearifan lokal kearifan lokal kearifan lokal
tinggalnya.
dengan dengan konteks dengan konteks dengan konteks
konteeks hidup saat ini. hidup saat ini.. hidup saat ini.
a. Rote
b. Ende
c. Manggarai
d. Atambua
a. Kupang
b. Labuan Bajo
c. Sunba
d. Kefa
Bentuk Dimensi Proses
Tujuan Teknik Pedoman
No Instrume Indikator Soal Soal Kognitif
Pembelajaran Penilaian Penilaian
n
A. Ti’i
B. Topo
C. Lesu
D. Marangia
G. PENGAYAAN DAN REMIDIAL
Pengayaan: Remedial
Pengayaan diberikan untuk Remedial dapat diberikan
menambah wawasan peserta didik kepada peserta didik yang
mengenai materi pembelajaran yang capaian pembelajarannya belum
dapat diberikan kepada peserta didik tuntas.
yang telah tuntas capaian Guru memberi semangat kepada
pembelajarannya. peserta didik yang belum tuntas.
Pengayaan dapat ditagihkan atau Guru akan memberikan tugas
tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan bagi peserta didik yang belum
dengan peserta didik. tuntas dalam bentuk
Berdasarkan hasil analisis penilaian, pembelajaran ulang, bimbingan
peserta didik yang sudah mencapai perorangan, belajar kelompok,
ketuntasan belajar diberi kegiatan pemanfaatan tutor sebaya bagi
pembelajaran pengayaan untuk peserta didik yang belum
perluasan atau pendalaman materi mencapai ketuntasan belajar
sesuai hasil analisis penilaian.
Lampiran
Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk
melindungi dan mengolah lingkungan hidup secara lestari. Dapat berbentuk ritual atau upacara
adat, kepercayaan, pengelolaan sumber daya alam, cara menanam, dan lain sebagainya. Bisa
juga berupa hukum adat yang disepakati bersama.
Pakaian adat yang pertama ini merupakan pakaian adat asli dari suku Dawan. Untuk suku Dawan
ini tinggal di beberapa wilayah di NTT antara lain Belu, Kupang, dan Timor. Nah, untuk nama
pakaian adat NTT suku Dawan ini sendiri dikenal sebagai baju amarasi.
Baju amarisi yang dikenakan oleh wanita terdiri dari beberapa komponen yaitu kebaya, sarung
tenun untuk bawahan, dan selendang yang diselempangkan untuk menutupi dada. Di samping itu,
baju amarisi juga dilengkapi dengan beberapa aksesori seperti sisir emas, tusuk konde berhiaskan
tiga koin emas, dan gelang sepasang yang mempunyai bentuk kepala ular.
Lalu, bagi para pria, baju amarisi yang dipakai terdiri dari kemeja bodo dan sarung tenun yang
diikat di pinggang. Para pria juga mengenakan perhiasan sebagai aksesori seperti kalung
mutisalak, kalung habas, gelang timor, dan ikat kepala yang berhiaskan tiara
Suku berikutnya yang ada di NTT adalah suku Helong. Menurut sejarahnya, suku ini termasuk
penduduk asli dari Pulau Timor. Saat ini, kebanyakan dari suku Helong berdomisili di daerah
Kupang, tepatnya Kupang Tengah dan Kupang Barat. Tetapi, beberapa masyarakat suku Helong
pun juga ditemukan di beberapa pulau lain di NTT seperti Pulau Semau dan Pulau Flores
Beralih mengenai pakaian adatnya, suku Helong membedakan pakaian adatnya untuk para wanita
dan pria. Untuk wanita, pakaian adatnya terdiri dari atasan kebaya atau kemben dan bawahan
sarung yang diikat dengan ikat pinggang emas atau pending seperti yang ada pada gambar
pakaian adat NTT suku Helong yang tertera di atas.
Sebagai pelengkap, aksesori yang dikenakan oleh wanita suku Helong berupa bula molik yaitu
hiasan kepala yang berbentuk bulan sabit. Kemudian, mereka juga mengenakan kalung dengan
bentuk bulang serta giwang atau anting-anting yang disebut dengan karabu.
Sementara itu, para pria suku Helong mengenakan pakaian adat berupa atasan kemeja bodo,
bawahan selimut lebar, destar sebagai ikat kepala, dan perhiasan leher yang dikenal dengan habas.
Suku Rote adalah sebuah suku yang menurut sejarahnya pernah bermigrasi dari Pulau Seram,
Maluku dan sekarang menjadi penduduk asli di Pulau Rote. Tetapi, suku ini juga mendiami
beberapa pulau lain di NTT seperti Pulau Timor, Pulau Ndao, Pulau Pamana, Pulau Nuse, Pulau
Heliana, Pulau Manuk, Pulau Landu, dan lainnya.
Dalam hal pakaian adatnya, suku Rote patutlah berbangga dikarenakan pakaian adat suku Rote
telah dijadikan sebagai ikon pakaian adat daerah untuk NTT. Pakaian adat ini memang unik dan
punya ciri khas.
Nah, keunikan pakaian adat suku Rote tersebut ada pada penutup kepalanya yang disebut dengan
ti’i langga. Bentuk topi inilah yang membuatnya unik mengingat sangat mirip dengan topi yang
dipakai oleh orang-orang meksiko.
Ti’i langga tersebut dibuat dari bahan daun lontar kering. Pria yang memakai topi ini diyakini
akan menambah kewibawaan. Selain topi ti’i langga, para pria juga mengenakan selendang yang
diselempangkan pada bahu sebagai aksesoris tambahan.
Sedangkan untuk komponen utama dari pakaian adat NTT suku Rote yang dikenakan para pria
terdiri dari kemeja putih dan sarung tenun berwarna gelap. Lalu, pada wanita, komponen pakaian
adatnya terdiri dari kebaya dan sarung yang ditenun secara tradisional
Nampak pada gambar pakaian adat NTT suku Sumba yang tercantum di atas, pakaian adat dari
suku yang mendiami Pulau Sumba ini bisa dibilang cukup sederhana. Nama pakaian adat NTT
untuk suku Sumba pria dikenal dengan hinggi. Dalam pemakaiannya, hinggi yang dikenakan
terdiri dari dua lembar yaitu hinggi kawuru dan hinggi kombu.
Lalu, pada bagian kepala dilengkapi dengan ikat kepala yang dililitkan atau diikat membentu
jambul. Posisi jambul tersebut bisa dibuat pada bagian depan ataupun samping kiri dan kanan
bergantung dengan simbol yang ada. Ikat kepala ini dinamai dengan tiara patang.
Tak lupa, pakaian adat pria Sumba ini dilengkapi dengan beberapa aksesori seperti kabiala
(senjata tradisional suku Sumba) yang diselipkan di bagian ikat pinggang. Pemakaian kabiala ini
melambangkan keperkasaan
Kemudian, di pergelangan tangan bagian kiri, para pria Sumba juga mengenakan perhiasan yang
disebut dengan mutisalak dan kanatar. Pemakaian perhiasan ini menyimbolkan strata sosial dan
kemampuan ekonomi.
Berikutnya, bagi para wanita mengenakan kain dengan nama-nama yang berbeda di antaranya lau
kawuru, lau mutikau, lau pahudu, dan lau pahudu kiku. Kain tersebut dikenakan sampai setinggi
dada dan bagian bahunya ditutup dengan taba huku yang punya warna senada dengan kain yang
dipakai.
Pada bagian kepalanya, tiara dengan warna polos diikatkan serta dilengkapi dengan pemakaian
hai kara atau tiduhai. Untuk bagian dahi juga dipakaikan maraga (semacam perhiasan logam),
bagian telinga diberi perhiasan yang disebut mamuli, dan bagian leher diberi kalung emas untuk
membuat tampilan wanita Sumba semakin menawan.
5. Pakaian Adat Suku Sabu
Sama seperti namanya, suku Sabu merupakan suku yang tinggal di wilayah Pulau Sabu tepatnya
di Kabupateng Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pakaian adat suku Sabu juga dibedakan untuk
wanita dan pria. Untuk pria, pakaian yang dipakai meliputi atasan kemeja putih lengan panjang.
Kemudian, bagian bawahan sekaligus selendangnya berupa sarung tenun. Pakaian ini dilengkapi
dengan adanya aksesori ikat kepala mahkota 3 tiang yang dari emas, kalung habas, kalung
mutisalak, sepasang gelang emas, dan sabuk berkantong. Sementara itu, komponen pakaian untuk
wanita lebih sederhana dengan memakai kebaya serta sarung tenun dan ikat pinggang (pending).
Suku Lio tergolong sebagai suku tertua yang ada di Flores. Lebih tepatnya suku ini mendiami
Kabupaten Ende. Sebagai suku yang tertua, tentunya kebudayaan yang dimiliki pun sudah sangat
melegenda.
Salah satu nama pakaian adat NTT khas suku Lio yang sampai saat ini tetap dilestarikan adalah
ikat patola. Bila dijabarkan, ikat patola merupakan sebuah kain tenun yang dikhususkan untuk
kalangan kepala suku atau warga kerajaan.
Motif dari ikat patola cukup beragam mulai dari motif dedaunan, hewan seperti biawak, hingga
manusia seperti pada gambar pakaian adat NTT di atas. Motif-motif tersebut umumnya ditenun
menggunakan benang berwarna biru atau merah pada dasaran kain berwarna gelap. Untuk
melengkapi motif ini, kain ini biasanya akan diberi hiasan manik-manik ataupun kulit kerang di
tepi kainnya.
Hanya saja, hiasan manik-manik dan kulit kerang itu lebih dikhususkan untuk para wanita
bangsawan. Menurut sejarahnya, ikat patola mendapat pengaruh dari budaya Portugis serta India
dikarenakan adanya perdagangan rempah-rempah ke Flores di abad 16. Ikat patola dinilai sangat
sakral mengingat kain ini juga dipakai untuk menutup jenazah para kepala suku, bangsawan, dan
raja.
Manggarai menjadi salah satu suku yang ada di NTT dengan pakaian adatnya yang mempunyai
nilai-nilai filosofis. Nama pakaian adat tersebut adalah kain songke. Kain ini menjadi pakaian
adat wajib yang dipakai oleh wanita suku Manggarai
Pemakaian kain songke bisa dibilang mirip dengan pemakaian sarung. Hanya saja, dalam
memakainya tidak bisa sembarangan, dikarenakan ada bagian tertentu yang harus menghadap ke
bagian depan.
Kain songke ini didominasi oleh warna hitam yang melambangkan keagungan dan kebesaran
orang suku Manggarai. Di samping itu, setiap motif yang berbeda pada kain songket juga
melambangkan nilai yang berbeda pula.
Misalnya, pada motif wela kaleng menyimbolkan ketergantungan manusia dengan alam, lalu
motif motif ranggong menyimbolkan kejujuran serta kerja keras, dan motif su’i melambangkan
jika segala sesuatu itu ada batasnya.
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang kaya akan kebudayaan dengan
keberagaman suku-suku yang tinggal di wilayahnya. Terdapat tujuh suku yang mendiami NTT,
yaitu suku Sumba, suku Sabu, suku Helong, suku Rote, suku Dawan, suku Lio, dan suku
Manggarai. Kehadiran ketujuh suku ini memberikan kekayaan budaya yang khas bagi NTT, tidak
hanya terkenal dengan keindahan alamnya.
Setiap suku di NTT memiliki pakaian adat yang berbeda-beda, yang merupakan simbol dari
identitas dan tradisi mereka. Pakaian adat ini juga sering dihiasi dengan aksesori dan perhiasan
yang memiliki makna filosofis dan sosial yang dalam.
Misalnya, pakaian adat suku Dawan dengan baju amarisi, pakaian adat suku Helong dengan
selendang dan bula molik, pakaian adat suku Rote dengan ti’i langga dan hinggi, pakaian adat
suku Sumba dengan hinggi dan aksesori seperti kabiala, pakaian adat suku Sabu dengan kalung
habas dan tiara patang pada pakaian suku Lio, serta kain songke pada pakaian adat suku
Manggarai.
Pakaian adat ini tidak hanya menjadi bagian penting dari identitas budaya setiap suku, tetapi juga
memiliki nilai-nilai simbolis dan sakral yang turun-temurun. Kelestarian dan pelestariannya
menjadi penting untuk menjaga warisan budaya dan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya.
Sebagai provinsi yang memiliki kekayaan budaya seperti ini, NTT juga menjadi destinasi wisata
budaya yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keberagaman budaya ini
menjadi aset berharga bagi NTT dalam memperkuat identitas daerah dan meningkatkan potensi
pariwisata serta pelestarian warisan budaya NTT untuk generasi mendatang.
Dari 7 suku adat NTT yang masing-masing mempunyai pakaian adat masing-masing,
menunjukkan kalau NTT merupakan provinsi yang kaya akan kebudayaan dan bukan hanya kaya
akan keindahan alam saja. Bahkan, di setiap pakaian adat suku tersebut juga menyimpan
keunikan yang membuatnya semakin layak untuk dijaga kelestariannya.
Lampiran
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Nama :
Kelas :
Sebelum kalian mengenal warisan kebiasaan budaya di Indonesia, sebaiknya kita mengenal dahulu
kebiasaan masyarakat di lingkungan terdekat kalian dan kebiassan yang ada di lingkungan kelurga.
Coba temukan contoh kebiasaan yang ada di masyarakat secara turun temurun.
Kebiasaan apa saja yang ada di lingkungan dan lingkunagan keluarga?
Kebiasaan apa saja yang ada di lingkuangan masyarakat?
Manfat dari kebiasaan tersebut bagi lingkungan masyarakat dan keluarga
Peserta didik mengenal keragaman budaya, kearifan lokal, sejarah (Pakayan Adat) di provinsi
tempat tinggalnya serta menghubungkan dengan konteks kehidupan saat ini.
Setelah kalian mempelajarai lebih dalam terkait dengan kearifan lokal sekarang coba diskusikan
dalam kelompok mencari tahu informasi terkait dengan kearifan dan keberagaman budaya yang
ada di daerah NTT...................................................................................................
GLOSARIUM
Kearifan lokal adalah kebiasaan, perilaku, dan nilai-nilai baik yang diwariskan dari nenek
moyang yang masih diterapkan di masyarakat.
Adat : tata kelakuan yang turun-temurun dan kekal dari generasi satu ke generasi lainnya
sebagai warisan, sehingga integrasinya kuat terkait dengan pola perilaku masyarakat.
Nilai : segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku manusia mengenai baik buruk yang
diukur oleh agama, tradisi, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat
Budaya: cara hidup yang terdapat pada sekelompoh manusia, yang telah berkembang dan
diturunkan dari generasi ke generaasi dari sesepuh kelompok tersebut.
Warisan: semua peninggalan pewaris yang berupa hak dan kewajiban atau semua harta
kekayaan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia setelahdikurangi semua
utangnya.
Perilaku : seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam melalukan respon terhadap
sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini.
Kebiasaan: perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa melalui proses berpikir
karena perilaku tersebut adalah respon terhadap sesuatu yang umumnya adalah perbuatan
sehari-hari.
Tradisi: kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada
hingga kini dan belum dihancurkan atau dirusak
Etika: refleksi jiwa, ungkapan perasaan terhadap perilaku atau tindakan orang lain atau diri
kita berdasarkan nilai-nilai yang disepakati karena etika berasal dari kata etos yang berarti
kebiasaan, karakter, atau watak.
Moral: ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama
tertentu
Turun-temurun: berpindah-pindah dari orang tua kepada anak, kepada cucu, dan seterusnya
DAFTAR PUSTAKA
Buku siswa Fitri, Amalia, dkk., (2021). Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial
untuk SD Kelas V. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, danTeknologi.-
Modul Pendalaman Materi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial Kelas V Semester 2. Solo:
Persada Ilm