Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RIZKA NISA AULIA SINAGA

NIM : 0303212127

SEM/JUR : IV/BKPI 5

TANGGAL : SENIN, 08 MEI 2023

MATA KULIAH : SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

UTS

Jawaban

1. Kehidupan di Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan istilah jahiliyah atau kebodohan.
Masyarakat Jahiliyah ini identik dengan peradaban yang sangat buruk. Pelacuran dimana-
mana, pertumpahan darah, perbuatan keji yang tak dapat diterima akal sehat. Sebelum
diutusnya Nabi Muhammad SAW, orang-orang Arab menganut agama Yahudi, Nasrani,
Majusi, Shabi'ah dan penyembah berhala (paganisme). Masyarakat Arab mengalami
kemerosotan moral. Minuman keras, judi, cabul, dan seks bebas adalah hal biasa.

 Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah Nabi Muhammad juga
mengajarkan Alquran karena Alquran merupakan intisari dan sumber pokok ajaran Islam.
Disamping itu Nabi Muhamad SAW juga mengajarkan tauhid kepada umatnya.
Pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan
keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia supaya mempergunakan akal
pikirannya dalam memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam
semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.

 Pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan
politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran Islam, dan
merupakan cerminan dari sinar tauhid tersebut. Cara Nabi melakukan pembinaan dan
pengajaran pendidikan agama Islam di Madinah adalah dengan membentuk dan
membina masyarakat baru menuju satu kesatuan sosial dan politik. 

2. Terdapat beberapa komponen yang terkandung dalam Sejarah Pendidikan Islam, antara
lain :

- Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam: Komponen ini merujuk pada


proses tumbuh dan berkembangnya pendidikan Islam dari masa ke masa. Pertumbuhan dan
perkembangan tersebut meliputi segala aspek, seperti kurikulum, metode pengajaran, institusi
pendidikan, dan sebagainya.

- Ide dan konsepsi: Komponen ini merujuk pada pemikiran dan konsep-konsep yang
mendasari pendidikan Islam. Hal ini meliputi ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip yang
menjadi dasar pendidikan Islam, seperti tauhid, akhlak, ilmu, dan sebagainya.
- Institusi pendidikan: Komponen ini merujuk pada lembaga-lembaga pendidikan Islam
yang telah dibangun sepanjang sejarah, seperti madrasah, pesantren, masjid, dan sebagainya.
Institusi pendidikan Islam ini memiliki peran penting dalam pengembangan pendidikan Islam
di seluruh dunia.

- Operasionalisasi: Komponen ini merujuk pada proses pengoperasian dan pelaksanaan


pendidikan Islam dalam praktiknya. Hal ini mencakup semua aktivitas yang terkait dengan
pendidikan Islam, seperti pengajaran, penelitian, evaluasi, dan sebagainya.

Sejarah Pendidikan Islam mencakup pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, ide
dan konsepsi yang mendasari pendidikan Islam, institusi pendidikan Islam, dan
operasionalisasi pendidikan Islam dalam praktiknya. Memahami semua komponen ini adalah
penting untuk memahami bagaimana pendidikan Islam berkembang dari masa ke masa dan
bagaimana pendidikan Islam memainkan peran penting dalam perkembangan masyarakat
Islam.

3. Pembaharuan (reformasi) adalah upaya untuk mengubah, memperbaiki atau memperbarui


suatu sistem atau praktik yang dianggap kurang efektif atau tidak lagi sesuai dengan
kebutuhan masa kini. Dalam konteks Mesir pada akhir abad ke-18 M, pembaharuan
pendidikan Islam diarahkan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang dianggap kurang
efektif dan tidak dapat memenuhi kebutuhan zaman.

Napoleon Bonaparte menginvasi Mesir pada tahun 1798 dan membawa bersamanya para
ilmuwan Eropa. Kehadiran mereka memicu rasa ingin tahu dan kesadaran akan kekurangan
pendidikan di kalangan masyarakat Mesir. Pada saat yang sama, terdapat pula keinginan
untuk mengimbangi pengaruh Eropa dengan mengembangkan pendidikan Islam yang lebih
baik.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya pembaharuan pendidikan Islam di


Mesir, antara lain:

 Kekhawatiran terhadap penurunan kualitas pendidikan di Mesir. Adanya keinginan


untuk memodernisasi pendidikan Islam agar dapat mengimbangi kemajuan
Eropa .Kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam memajukan bangsa Mesir. Pola
pemikiran pembaharuan pendidikan Islam di Mesir dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
 Pemikiran tradisional-modernis: Pola pemikiran ini menggabungkan tradisi Islam
dengan konsep-konsep modern. Tokoh yang mewakili pemikiran ini antara lain
Muhammad Abduh dan Rashid Rida.

 Pemikiran modernis: Pola pemikiran ini menekankan pada kebutuhan untuk


menyesuaikan pendidikan Islam dengan tuntutan zaman modern. Tokoh yang
mewakili pemikiran ini antara lain Taha Hussein dan Ali Abd al-Raziq.

 Pemikiran salafi: Pola pemikiran ini menekankan pada pengembalian kepada praktek-
praktek Islam awal yang murni. Tokoh yang mewakili pemikiran ini antara lain
Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan Muhammad bin Saud.

Pembaharuan pendidikan Islam di Mesir terjadi sebagai respons terhadap invasi Napoleon
dan kesadaran akan kekurangan pendidikan di Mesir. Tiga pola pemikiran pembaharuan
pendidikan Islam di Mesir meliputi tradisional-modernis, modernis, dan salafi. Tokoh-tokoh
yang mewakili pemikiran tersebut antara lain Muhammad Abduh, Rashid Rida, Taha
Hussein, Ali Abd al-Raziq, Muhammad ibn Abd al-Wahhab, dan Muhammad bin Saud.

4. Beberapa hal yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Nizhamiyah adalah sebagai


berikut:

1. Penyebaran ilmu pengetahuan oleh Nizham Al-Mulk karena ia adalah seorang


sarjana. Pantas jika ia memiliki semangat untuk membangun lembaga pendidikan
yang modern.

2. Konflik keagamaan yang sangat panjang dalam sejarah Islam hingga abad 5/11 antara
kelompok-kelompok yang mengembangkan pemikiran keagamaan dalam Islam,
misalnya Mu'tazilah, Syi'ah, Asy'ariyah, Hanafiyah, Hanbaliyah dan Syafl'iyah.
Perdana Menteri (wazir) Saljuq sebelum Nizham Al-Mulk adalah Al-Kunduri seorang
bermazhab Hanafi dan pendukung paham teologi Mu'tazilah. Salah satu kebijakannya
sebagai wazir adalah mengusir dan menganiaya para penganut Asy'ariyah yang sering
disebut sebagai penganut Syafi'i. Setelah digantikan Nizham al-Mulk, beberapa
penulis sejarah pendidikan Islam menyebut bahwa tak ada indikasi pergantian pejabat
yang berbeda paham teologi dan mazhab fqih itu merubah kebijakan politik
keagamaan sebelumnya, sehingga merupakan aksi balasan. Nizham al-Mulk sebagai
penganut Syafl'iyah hanya membangun madrasah yang diperuntukkan secara khusus
bagi perkembangan mazhab Syafi'iyah. Tidak ada bukti bahwa ia melakukan tindakan
balasan, sehingga menghancurkan mazhab lainnya, seperti Mutazilah dan Syiah.
Kelompok- kelompok itu pada akhirnya melemah dengan sendirinya. Jadi, sebenarnya
ia ingin posisi Syafi'iyah-Asy'ariyah menguat melalui jalur pendidikan.

3. Madrasah Nizhamiyyah juga dimaksudkan sebagai wadah penataran bagi pegawai


pemerintahan terutama dalam mengurusi dan memperbaiki sistem administrasi
Negara. Lulusan madrasah yang siap pakai akan ditempatkan dikepegawaian negara
sesuai dengan keahliannya, misalnya sebagai katib sekretaris, qadhi (hakim) dan
sebagainya.Terbukti, sistem madrasah berhasil dalam bidang ini.

4. Pengembangan kestabilan politik dalam negeri. Sebagai wazir, tindakan Nizham al-
Mulk membangun madrasah adalah untuk menguatkan jaringan dan kerangka kerja
ulama dan umara', yang berarti hubungan yang serasi antara pemerintah dan rakyat,
terutama kelompok Syafi'iyah-Asy'ariyah. Madrasah pada masa Nizham al-Mulk
dibangun dalam rangka memenuhi kebutuhan khusus yaitu penerapan kebijakan
politik di seluruh negeri di bawah kekuasaannya. Lembaga terbaik untuk meyangga
hubungannya dengan rakyat adalah lembaga tanpa ikatan resmi, misalnya di bawah
otoritas khalifah, seperti mesjid. Lembaga independen tersebut adalah madrasah yang
dibangunnya.

 Mengapa peran pemerintah Bani Saljuk cukup besar terutama dalam penentuan
kurikulum madrasah Nizhamiyah : Karena sistem pengajarannya menitikberatkan
pada maxhab Syafi'i dan paham Asy'ariyah. Meski demikian pada kurikulum yang di
gunakan terdapat perjnbangan yang proporsional antara disiplin ilmu keagamaan
(tafsir, hadits, fikih, kalam, dan lainnya) dan disiplin ilmu aqliyah (filsafat, logika,
matematika, kedokteran, dalan lainnya).

Anda mungkin juga menyukai