Anda di halaman 1dari 11

Jenis-jenis Lembaga Pendidikan Islam

Berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlangsungnya pendidikan, maka tentunya
akan menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilaksanakan. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih luas tentang jenis-jenis lembaga pendidikan Islam harus ditinjaunya dari berbagai aspek,
seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Lembaga Pendidikan Islam Dilihat dari Ajaran Islam sebagai Asasnya


Dalam ajaran islam, perbuatan manusia disebut dengan amal, yang telah melembaga dalam jiwa
seorang muslim, baik amal yang berhubungan dengan Allah swt maupun amal yang berhubungan dengan
manusia dan alam semesta. Sedangkan Mahmud Syaltut mengemukakan bahwa ajaran Islam mencakup aspek
aqidah, syariah dan muamalah yang dapat membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik.

Asas seluruh ajaran dan amal islam adalah iman. Islam telah menetapkan norma- norma dalam mengajarkan
ajaranya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sidi Ghazalba. Bahwa jenis lembaga pendidikan Islam yang
serba tetap dan tidak boleh berubah dan tidak mungkin berubah adalah:
a. Rukun iman adalah asas ajaran dan amal islam
b. Ikrar, keyakinan atau pengucapan dua kalimat syahadat, adalah lembaga pernyataan
c. Thaharah, lembaga penyucian
d. Shalat, lembaga utama diri
e. Zakat, lembaga pemberian wajib
f. Puasa, lembaga menahan diri
g. Haji, lembaga kunjungan ke Baitullah
h. Ihsan, lembaga membaiki
i. Ikhlas, lembaga yang menjadikan amal agama
j. Taqwa, lembaga menjaga hubungan dengan ALLAH SWT

Adapun lembaga-lembaga yang dapat berubah, karena perubahan norma- norma adalah sebagai berikut:
a. Ijtihad, lembaga berpikir
b. Fiqih, lembaga putusan tentang hukum yang dilakukan dengan metode ijtihad
c. Akhlak, lembaga nilai- nilai tingkah laku perbuatan
d. Lembaga pergaulan masyarakat (social)
e. Lembaga ekonomi
f. Lembaga politik
g. Lembaga pengetahuan dan tekhnik
h. Lembaga seni
i. Lembaga negara

Agama islam adalah agama yang universal, serba tetap dan tidak terikat oleh ruang dan waktu, dan
merupakan agama yang diridhai Allah Swt.

2. Lembaga Pendidikan Islam ditinjau dari Aspek Penanggung Jawab


Tanggung jawab kependidikan merupakan suatu tugas wajib yang harus dilaksanakan, karena tugas
ini satu dari beberapa instrumen masyarakat dan bangsa dalam upaya pengembangan manusia sebagai
khalifah dibumi. Tanggung jawab ini dapat dilaksanakan secara individu dan kolektif. Secara individu
dilaksanakan oleh orang tua dan kolektif kerja sama seluruh anggota keluarga, masyarakat dan ppemerintah.

Menurut Al-Qabisy, pemerintah dan orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak baik berupa
bimbingan, pengajaran secara menyeluruh. Konsep tanggung jawab pendidikan yang dikemukakannya ini
berimplikasi secara tidak langsung dalam melahirkan jenis-jenis lembaga pendidikan sesuai dengan
penanggung jawabnya.

a. Lembaga pendidikan in-formal (keluarga)


Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antar sekelompok orang yang
mempunyai pola-pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum ada dilingkungannya.

Dalam islam keluarga dikenal dengan istilah Usrah, dan Nasb. Sejalan dengan pengertian diatas, keluarga
juga dapat diperoleh lewat persusuan dan pemerdekaan. Pentingnya serta keutamaan keluarga sebagai
lembaga pendidikan Islam disyaratkan dalam Al-Qur’an.
Artinya:
“ hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka”.(Tahrim 66:6)

b. Lembaga pendidikan formal (sekolah/madrasah)


Abu Ahmad dan Nur Uhbiyato memberi pengertian tentang lembaga pendidikan sekolah, yaitu bila
dalam pendidikan tersebut diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan
dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan. Gazalba memasukkan
lembaga pendidikan formal ini dalam jenis pendidikan sekunder, sementara pendidiknya adalah guru yang
profesional.

Lembaga pendidikan Islam di Indonesia antara lain: raudhatul athfal atau bustanul athfal, madrasah
ibtidaiyah atau sekolah dasar Islam, madrasah tsanawiyah, sekolah menengah pertama Islam dan berbagai
sekolah lainnnya yang setingkat.
c. Lembaga pendidikan non-formal (masyarakat)
Lembaga pendidikan non-formal adalah lembaga pendidikan yang teratur namun tidak mengkuti
peraturan-peraturan yang tetap dan kuat. Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang
terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat memiliki cita-cita yang
diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia
dari tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus
tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tangung jawabnya dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Berpijak pada tanggung jawab masyarakat di atas, lahirlah lembaga pendidikan Islam yang dapat dikelompok
dalam jenis ini adalah:
1. Mesjid, mushalla, langgar, surau dan rangkang
2. Madrasah diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi
3. Majlis ta’lim, taman pendidikan al-Quran, taman pendidikan seni al-Quran, wirid remaja/dewasa
4. Kursus-kursus keislaman
5. Badan pembinaan rohani
6. Badan-badan konsultasi keagamaan
7. Musabaqah tilawah al-Quran

3. Lembaga Pendidikan Islam Dilihat dari Aspek Tempat dan Waktu


Pada mulanya pendidikan Islam oleh Nabi saw secara sembunyi dan disampaikan melalui individu ke
individu. Tetapi setelah pemeluk Islam bertambah banyak diperlukan lembaga pendidikan supaya
pelaksanaan pendidikan lebih efektif dan efektif.

Untuk lebih sistematisnya uraian, maka akan membagi bentuk lembaga pendidikan itu berdasarkan
babakan sejarah pendidikan Islam, yaitu:
a. Periode Pembinaan
Lembaga pendidikan pertama dalam Islam adalah keluarga atau rumah tangga. Dalam sejarah, bahwa
rumah tangga yang dijadikan basis dan markas pendidikan Islam pertama adalah rumah tangga (dar) Arqam
bin Abi Arqam. Rumah sebagai lembaga sosial pendidikan dalam Islam diisyaratkan Al-Qur'an.
Secara formal di rumah Arqam inilah Nabi saw mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada para
sahabat, dan di sini pula Nabi saw menerima para tamu yang ingin bertanya tentang ajaran Islam dan orang
yang ingin masuk Islam.

Hijrah Nabi saw ke Madinah merupakan pertanda bagi terbukanya lembaga pendidikan baru dalam
sejarah pendidikan Islam, di samping keluarga. Lembaga pendidika baru adalah masjid. Sudah menjadi tradisi
di dalam Islam semenjak Nabi bahwa rumah suci mesjid menjadi tempat melatih dan memimpin anak-anak
muda dengan berbagai kepandaian dan dengan latihan akhlak yang tinggi. Masjid dalam sejarah pendidikan
Islam tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan. Di masjid dilaksanakan proses pembelajaran, baik di dalam masjid itu sendiri maupun di
samping masjid dalam bentuk Suffah atau Kuttab. Proses pendidikan di masjid ini pada umumnya dengan
menggunakan sistem balaghah (guru duduk di masjid dan murid-murid duduk mengelilinginya).

Karakteristik yang menonjol dari pendidikan Islam pada periode ini adalah bahwa pendidikan itu
diberikan dengan cuma-cuma dan merupakan kewajiban bagi setiap anak orang Islam untuk mendapatkannya
serta dapat mendorong anak didik untuk menggunakan pikiran dan mendorong mereka melakukan
penyelidikan Illahiyah.

b. Periode Keemasan
Periode keemasan dan kejayaan pendidikan Islam terjadi pada masa Dinasti Abasiyah ataupun masa
Dinasti Umayah di Spanyol. Pada periode ini daerah kekuasaan Islam meluas dari India dan Asia Tengah dan
sampai ke Spanyol dan Maroko. Lembaga pendidikan periode ini selain keluarga, masjid dan kuttab adalah
masjid jami’, istana khalifah, umah-rumah para pangeran, menteri dan ulama, kedai dan toko buku, salon-
salon kesusastraan, ribath, rumah-rumah sakit (al-birraristan), observaorim, dan tempat-empat eksperimen
ilmiah serta dar al hikmah, bait al-hikmah dar al-ilm, ataupun dar al-kutub.
Adapun karateristik yang menonjol pada periode ini adalah:
1) Kesempatan untuk mendapat pendidikan kepada anak setiap orang Islam dengan cuma-cuma
2) Sifatnya universal, toleran, berpikiran luas, kreatif, dinamis, rasional, terdapat keseimbangan antara ilmu
dan agama dan sumbernya dari al-Quran dan al-Hadits.
c. Periode Penurunan
Periode dimulai pada permulaan abad ke-11 M sampai abad Ke-15 M. Pada periode ini perkembangan
kebudayaan, peradaban dan sains menurun di Timur Tengah. Lembaga-lembaga pendidikan Islam umumnya
ditekankan fungsinya kepada studi keagamaan dan tempat pendidikan dan latihan bagi keperluan politik guna
mempertahankan kepercayaan dan politik Islam. Karakteristik yang menonjol adalah tumbuhnya sekolah-
sekolah untuk anak yatim dan anak-anak orang miskin, yaitu di bawah raja-raja Mamluk di Mesir dan Syiria.

d. Periode Stagnasi dan Kehancuran


Periode ini terjadi pada abad ke-15 sampai abad ke-19. Keadaan lembaga pendidikan Islam pada masa
ini mundur dan bahkan mengalami kehancuran. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah yang terbesar dalam
dunia Islam tampak megah dan indah, namun muridnya hanya sedikit dan mereka umumnya hanya
mempelajari fiqh. Perhatian mereka terhadap ilmu keduniaan seperti ilmu ekonomi berkurang sekali.
Akibatnya bantuan ekonomi dan kebudayaan bagi pendidikan juga berkurang.

e. Periode Modern
Pada permulaan abad ke-19 M dari periode ini umat Islam sudah mulai sadar akan kelemahan dan
kemunduran kebudayaan dan peradabannya bila dibandingkan dengan dunia barat yang sudah maju.
Kemajuan yang didapat oleh dunia Islam dalam bidang pendidikan sekarang di samping hasil gerakan
reformasi yang dilancarkan oleh pemimpin umat Islam sebelumnya seperti Muhammad Ibn Abd Wabhab
yang antara lain menganjurkan kembali kepada al-Quran, Hadits, masa kehidupan Nabi saw di masa
Khulafaur Rasyidin. Di bawah pengaruh kebudayaan Barat modern sistem sekolah-sekolah dasar, menengah,
sekolah-sekolah kejuruan, sekolah-sekolah teknik, dan sampai pada sistem universitas yang ada di Arab dan
dunia Islam dipengaruhi ata disesuaikan (adaptasi) menurut pola Barat dan begitu juga halnya dalam hal
penyusunan silabus dan kurikulum.

Usaha-usaha umat Islam dalam memodernisasikan pendidikan kebudayaan Barat modern telah menimbulkan
dualisme lembaga (institusi) pendidikan, yaitu:
a. Lembaga pendidikan Islam yang hanya berorientasi ke Barat dalam membangun masa depannya
b. Lembaga pendidikan yang hanya berorientasi ke masa lampau (zaman klasik.)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H. Zainal Arifin. 1976. Memperkembangkan dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Bulan Bintang
M. Arifin. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Ramayulis, H. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

B. Jenis-jenis Lembaga pendidikan Islam


Menurut Sidi Gazalba, lembaga yang berkewajiban melaksanakan pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
1. Rumah tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah.
Pendidikannya adalah orangtua, sanak kerabat, family, saudara-saudara, teman sepermainan,dan kenalan
pergaulan.
2. Sekolah, yaitu pendidik sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuks ekolah sampai ia keluar dari
sekolah tersebut. Pendidikannya adalah guru yang professional.
3. Kesatuan sosial, yaitu pendidikan terakhir yang merupakan pendidikan yang terakhir tetapi bersifat
permanen. Pendidikanya adalah kebudayaan, adat istiadat, dan suasana masyarakat setempat. (Gazalba, 1970:
26-27)

Di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits secara eksplisit tidak disebutkan secara khusus mengenai adanya
lembaga pendidikan, sekolah atau madrasah. Lembaga-lembaga pendidikan selengkapnya akan dikemukakan
sebagai berikut:
1. Keluaga
MenurutHammudahAbd Al-Ati, definisi keluarga secra operasional adalah suatu struktur yang bersifat
khusus, satu sama lain dalam keluarga mempunyai ikatan melalui hubungan darah atau pernikahan. Sistem
kekeluargaan menurut Islam adalah “al-usrat az-zawjiyyah” (suami istri) yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak-anak yang belum cukup umur atau berumah tangga. Anak yang telah menikah
dipandang telah membuat keluarga pula.
Keluarga merupakaan lembaga pendidikan yang pertama, tempat peserta didik perta kali menerima
pendidikan dan bimbingan dari orangtua atau anggota keluarga lain. Keluargalah yang meletakkan dasar-
dasar kepribadian anak, karena pada masa ini, anak lebih peka terhadap pengaruh pendidik (orangtua).
Lembaga pendidikan pertama dalam Islam adalah keluarga atau rumah tangga. Rumah sebagai
lembaga pendidikan dalam Islam sudah diisyaratkan oleh Al-Qur’an, seperti yang terkandung dalam Asy-
Syura (26) yang Artinya: “Berikanlah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.
2. Sekolah (Madrasah)
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga. Semakin besar anak,
semakin banyak kebutuhannya. Kerana keterbatasannya, orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak
tersebut. Oleh karena itu, orangtua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada sekolah. Masa sekolah
bukan satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar. Namun disadari bahwa sekolah merupakan tempat
dan saat yang strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina peserta didik dalam menghadapi
kehidupan masa depan.
Tugas guru dan pemimpin sekolah, di samping memberikan pendidikan budi pekerti dan keagamaan,
juga memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Pendidikan budi pekerti dan keagamaan di sekolah haruslah
merupakan lanjutan, setidak-tidaknya jangan bertentangan dengan apa yang diberikan dalam keluarga.
3. Masyarakat
Masyarakat turut serta dalam memikul tanggung jawab pendidikan. Masyarakat dapat diartikan
sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama setiap
masyarakat. masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin
masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan ini
telah dimulai sejak anak-anak, berlangsung beberapa jam dalam satu hari selepas dari pendidikan keluarga
dan sekolah. Corak pendidikan yang diterima peserta didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan, pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan.
Aktivitas dan interaksi antar sesama manusia dalam badan pendidikan tersebut banyak mempengaruhi
perkembangan kepribadian anggotanya cenderung berwarna Islam pula. Sebaliknya, jika aktivitas dan
interaksi di dalamnya bercorak sekuler maka kepribadian anggotanya akan cenderung seperti itu pula.
4. Masjid
Peran masjid dalam pendidikan Islam antara lain adalah, pertama, peran masjid sebagia lembaga
pendidikan informal dapat dilihat dari segi fungsinya sebagai tempat ibadah, sedangkan peran masjid sebagai
lembaga nonformal dapat dilihat dari sejumlah kegiatan pendidikan dan pengajaran dalam bentuk
halaqah(lingkungan studi) yang dipimpin oleh seorang ulama. Kedua, peran masjid sebagai lembaga
pendidikan sosial kemasyarakatan dan kepemimpinan. Hal ini berkaitan dengan kepentingan mesyarakat
dapat dipelajari di masjid dengan cara melibatkan diri dalam kegiatan yang bersifat amaliyah.
5. Al-Kuttab, Surau dan TPA
Munculnya lembaga pendidikan al-kuttab dapat ditelusuri sampai kepada zaman Rasulullah SAW. al-
kuttab pernah memaiankan peranan yang cukup besar dalam bidang pendidikan, khususnya permulaan
sejarah Islam, ketika Nabi SAW memerintahkan para tawanan perang Badar yang dapat menulis dan
membaca untuk mengajar sepuluh anak Madinah. Keberadaan al-kuttab mirip dengan keberadaan surau
termasuk lembaga pendidikan dasar yang tertua di Sumatera Barat. Di Surau ini anak-anak diajarkan tentang
membaca Al-Qur’an, praktek ibadah shalat, dasar-dasar agama, akidah dan akhlak.
Selanjutnya, TPA atau Taman Pendidikan Anak-anak adalah lembaga pendidikan Islam yang
membimbing anak-anak untuk mengenal huruf-huruf hijaiyah, mengucapkan kata-kata atau kalimat huruf
Arab, dan selanjutnya membaca dan menghafal surat dan ayat-ayat pendek.
6. Al-Zawiyah
Kata zawiyah secara harfiah berasal dari kata inzawa, yanzawi, yang berarti mengambil tempat
tertentu dari sudt masjid yang digunakan untuk i’tikaf (diam) dan beribadah. Kaitannya sebagai lembaga
pendidikan adalah zawiyah merupakan tenpat berlangsungnya pengajian-pengajian yang mempelajari dan
membahasa dalil-dalil yang berkaitan dengan aspek-aspek agama serta digunakan para kaum sufi sebagai
tempat untuk halaqah berdzikir dan tafakkur untuk meningkatkan keagungan Allah SWT.
7. Al-Maristan
Al-Maristan dikenal sebagai lembaga ilmiah yang paling penting dan sebagai tempat penyembuhan
dan pengobatan pada zaman keemasan Islam. di lembaga ini, para dokter mengajarkan ilmu kedokteran dan
mereka mengadakan studi dan penelitian secara menyeluruh.
8. Al-Ribath
Secara harfiah, al-ribath artinya ikatan. Al-ribath adalah ikatan yang mudah dibuka, seperti ikatan
rambut seorang wanita. Al-ribath selanjutnya menjadi lembaga pendidikan yang secara khusus dibangun
untuk mendidik para calon sufi atau guru spiritual.
9. Al-Qushur (istana)
Istana tempat kediaman khalifah, raja, sultan, dan keluarganya, selain berfungsi sebagai pusat
pengendalian kegiatan pemerintah, juga digunakan sebagai tempat bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan
bagi para putra khalifah, raja dan sultan tersebut. Mata pelajaran yang diberikan antara lain ilmu pengetahuan,
peradaban, bahasa, sastra, ketrampilan pidato, sejarah kehidupan pehlawan, memanah, mengendarai kuda dan
berenang.

10. Huwanit al-Waraqin


Tentang peranan toko buku sebagai tempat kegiatan belajar sudah ada sejak zaman klasik Islam. toko
buku yang ada di pasar digunakan sebagai tempat berkumpul mengemukakan sebagai karakter pedagang,
namun mereka juga berusaha untuk menggunakan untuk melakukan kegiatan pendidikan dan pengajaran,
seperti membaca syair, debat ilmiah, dan menyampaikan ceramah.
11. Al-Shalunat Al-Adabiyah (sanggar sastra)
Sanggar sastra ini mulai tumbuh pada zaman pemerintah Bani Umayyah. Sanggar sastra pada
mulanya merupakan perkembangan dari balai pertemuan khalifah, para khalifah dalam Islam banyak
berurusan denagn aktivitas keduniaan dalam hubungannya dengan urusan keagamaan, dan atas dasar ini,
maka dipandang perlu adanya persyaratan ilmiah yang memungkinkan bagi berlangsungnya kegiatan ijtihad
dalam pengambilan keputusan.
12. Al-Badiyah
al-Badiyah secara harfiyah dapat diartikan sebagai tempat mengajarkan bahasa Arab asli, yakni
bahasa Arab yang belum tercampur oleh pengaruh berbagai dialek bahasa asing.
13. Al-Maktabat
Sejarah mencatat, bahwa perhatian kaum muslimin di zaman klasikterhadap pendidikan, bukan hanya
dengan membangun gedung-gedung sekolah, melainkan juga disertai dengan membangun perpustakaan.
Perpustakaan didirikan dengan maksud menyebarluaskan ilmu di kalangan orang-orang yang kurang mampu
dan haus akan ilmu pengetahuan, sehingga ia merupakan suatu institute agama, sastra dan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Abdul Mujib. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Abuddin Nata. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Bukhori Umar. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

D. Jenis Lembaga Pendidikan Islam


Menurut Sidi Gazalba, lembaga yang berkewajiban melaksanakan pendidikan Islam adalah:
1. Rumah tangga
Pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah. Pendidiknya orangtua,
sanak kerabat, famili, saudara-saudara, teman sepermainan, dan kenalan pergaulan.
2. Sekolah
Pendidik sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai ia keluar dari sekolah
tersebut. Pendidiknya adalah guru profesional.
3. Kesatuan sosial
Pendidikan tersier yang merupakan pendidikan yang terakhir tetapi bersifat permanen. Pendidiknya dalah
kebudayaan, adat istiadat, dan suasana masyarakat setempat.
Dari uraian di atas dapat di rinci lembaga-lembaga pendidikan islam sebagai berikut :
1. Keluarga
Keluarga adalah ikatan laki-laki dengan perempuan berdasarkan hukum perkawinan yang sah. Di dalam
keluarga ini lahirlah anak-anak dan di sinilah terjadinya interaksi pendidikan. Keluarga merupakan
pendidikan pertama dan utama karena di lingkungan inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama
kalinya.
Pada tahun-tahun pertama, orangtua memegang peranan utama dan memikul tanggung jawab pendidikan
anak. Kasih sayang orangtua yang tumbuh akibat dari hubungan darah, mempunyai arti yang sangat penting
bagi pertumbuhannya. Kekurangan kasih sayang orangtua menyebabkan anak keras kepala, sulit diatur dan
mudah memberontak. Dan jika kasih sayang dari orangtua berlebihan dapat menjadikan anak manja, penakut
dan sulit untuk hidup mandiri. Oleh karena itu, orangtua harus pandai dan tepat memberikan kasih sayang
kepada anaknya, jangan kurang dan jangan pula lebih.
Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mau memberikan dorongan yang kuat kepada anaknya untuk
mendapatkan pendidikan agama. Adapun keluarga yang acuh dan tidak taat menjalankan agama, tidak akan
memberikan dorongan kepada anaknya untuk mempelajari agama bahkan melarang anaknya mempelajari
agama.
Setelah memasuki masa kanak-kanak, lingkungannya sudah semakin luas. Selain dari ayah bundanya,
keluarga-keluarga lain pun telah memegang peranan. Kasih sayang yang seperti yang diterima dari ibu-
bapaknya, tidak akan diperoleh dari keluarga-keluarga yang lain.[4]
2. Sekolah (Madrasah)
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga. Semakin besar anak,
semakin besar kebutuhannya. Karena keterbatasanya, orangtua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak
tersebut. Oleh karena itu,orangtua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan, pendidikan, pengajaran dengan
sengaja, teratur dan terencana. Pendidikan yang berlangsung di sekolah bersifat sistematis, berjenjang, dan
dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlansung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Telah diakui berbagai pihak bahwa peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar.
Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan, sikap, minat dan lain sebagainya.
Lingkungan sekolah yang positif terhadap pendidikan islam, yaitu lingkungan sekolah yang memberikan
fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama islam. Lingkungan sekolah demikian inilah
yang mampu membina anak rajin beribadah, berpandangan luas, dan berdaya nalar kreatif.
Sedangkan lingkungan sekolah yang netral dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar beramal,
justru menjadikan anak jumud, picik dan berwawasan sempit sehingga menghambat pertumbuhan anak.
Lingkungan sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu lingkungan sekolah yang berusaha
untuk meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak didiknya.[5]
3. Tempat Ibadah
Yang dimaksud tempat ibadah yaitu seperti musholla, masjid dan sebagainya. Oleh umat islam, tempat
ini biasanya dalam bentuk madrasah diniyah. Dan juga sering diadakan pengajian-peengajian umum seperti
untuk peringatan hari-hari besar Islam, tabligh akbar, diskusi, dan seminar.[6]
4. Masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan
agama setiap masyarakat. Masyarakat merupakan lembaga kedua setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan
ini telah dimulai sejak anak-anak.
Organisasi-organisasi islam yang tumbuh di dalam masyarakat, antara lain:
5. Taman Pengajian Al-Quran (TPQ)
TPQ adalah lembaga pendidikan islam tingkat dasar diluar sekolah. Pesertanya secara umum ditujukan
pada anak-anak usia taman kanak-kanak atau TK, tetapi pada prakteknya sering ditemui anak-anak usia SD
atau SLTP bahkan terkadang SLTA yang ingin lancar membaca Al-Quran.
6. Majelis Ta’lim
Majlis Ta’lim adalah salah satu sarana pendidikan dalam islam. Majelis Ta’lim lebih kita kenal dengan
istilah pengajian-pengajian. Umumnya berisi ceramah atau khotbah-khotbah keagamaan islam, juga sering
digunakan sebagai wahana diskusi ilmiah, sosiologis, politik, hukum dan sebagainya.[7]
[1]Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Tulungagung : PT. Bina Ilmu, 2004), hlm 117

[2]Sri Wiji Lestari, Lingkungan Pendidikan Perspektif Islam, dalam http://sri-wiji-


lestari.blogspot.com/2013/05/lingkungan-pendidikan-perspektif-islam.html Di akses pada tanggal 30 april 2015 pukul 10.27 WIB
[3]M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm.298-300
[4]M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm.301
[5]Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:HAMZAH , 2010), hlm.152
[6]M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm.302-305
[7]Abd. Rahman Assegaf, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 160-161
Islam merupakan komponen terpenting untuk membentuk dan mewarnai corak hidup
masyarakat. Pendidikan Islam sangat penting bagi ummat Islam karena dapat mempelajari ilmu pengetahuan
dan yang lainnya. Pendidikan Islam dikenal sejak zaman Nabi sampai sekarang. Di Indonesia mengenal
pendidikan Islam sejak Islam datang ke Indonesia. Pendidikan ini memakai sistem sorongan/perorangan dan
berlangsung secara sangat sederhana serta tidak mengenal strata atau tingkatan seperti pada pesantren dan
kemudian berkembang dengan sistem kelas seperti pada pendidikan madrasah.
Kalau kita berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan
lembaga-lembaga pendidikan karena suatu pendidikan pasti ada lembaga yang membantu. Lembaga
pendidikan Islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan
proses pembudayaan, dan itu dimulai dari lingkungan keluarga. Seperti dalam firman Allah swt dalam QS.
At-Tahrim: 6, yaitu: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.
Pada ayat ini diperintahkan untuk memberi peringatan dan dakwah pada keluarga. Berdasarkan
beberapa bentuk lembaga pendidikan Islam tersebut, tampaknya sangat berperan dalam penyelenggaraaan
pendidikan Islam. Oleh karena itu kami akan membahas lebih mendalam mengenai lembaga pendidikan
Islam dalam makalah kami kali ini yang berjudul “Lembaga Pendidikan Islam”

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari lembaga pendidikan Islam ?
2. Apa tanggung jawab lembaga pendidikan Islam ?
3. Apa jenis-jenis lembaga-lembaga pendidikan ?
4. Apa-apa saja tri pusat pendidikan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dari lembaga pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis lembaga pendidikan Islam
4. Untuk mengetahui Apa-apa saja tri pusat pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan
secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Adanya kelembagaan dalam
masyarakat, dalam rangka proses pemberdayaan umat, merupakan tugas damn tanggung jawabnya yang
kultural dan edukatif terhadap anak didik dan masyarakatnya yang semakin berat. Tanggung jawab lembaga
pendidikan tersebut dalam segala jenisnya menurut pandangan Islam adalah erat kaitannya dengan usaha
menyukseskan misi sebagai seorang muslim.

Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan oleh kebutuhan–kebutuhan
masyarakat yang didasari, digerakkan dan dikembangkan oleh jiwa Islam (al-Quran dan Al-Sunnah).
Lembaga pendidikan Islam secara keseluruhan, bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai hubungan erat dengan Islam secara umum. Islam telah
mengenal lembaga pendidikan sejak detik-detik awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad saw. Rumah
al-Arqam bin Abi al-Arqam merupakan lembaga pendidikan yang pertama.

A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam


Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain,
badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu
usaha. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa lembaga mengandung dua arti, yaitu:
1) Pengertian secara fisik, materil, konkrit
2) Pengertian secara non-fisik, non-materil dan abtsrak

Dalam bahasa Inggris, lembaga disebut institut (dalam pngertian fisik), yaitu sarana atau organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak disebut institution, yaitu
suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam pengertian fisik disebut juga dengan
bangunan, dan lembaga dalam pengertian nonfisik disebut dengan pranata.

Ada dua unsur yang kontradiktif dalam pengertian lembaga, pertama pengertian fisik materil, konkret,
dan kedua pengertian secara nonfisik, non materil dan abstrak. Terdapat dua versi pengertian lembaga dapat
dimengerti karena lembaga diinjau dari beberapa orang yan mengerakkannya, dan ditinjau dari aspek nonfisik
lembaga merupakan suatu sistem yang berperan membantu mencapai tujuan.
Adapun lembaga pendidikan Islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan
itu mengandung pengertian konkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian secara abstrak, dengan
adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri.
Secara terminologi menurut Hasan Langgulung lembaga pendidikan adalah suatu sistem peraturan
yang bersifat mujarrad, suatu konsepsi yang terdiri dari kode-kode, norma-norma, ideologi-ideologi dan
sebagainya, baik yang tertulis atau tidak, termasuk perlengkapan material dan organisasi simbolik: kelompok
manusia yang terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan
tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan tersebut adalah mesjid, sekolah,
kuttab dan sebagainya.

Pendidikan Islam termasuk bidang sosial sehingga dalam kelembagaannya tidak terlepas dari
lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga sosial tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Asosiasi, misalnya universitas, persatuan atau perkumpulan
2) Organisasi khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah-sekolah
3) Pola tingah laku yang menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial yang mempunyai hubungan tertentu.

Lembaga sosial adalah himpunan norma-norma tentang keperluan-keperluan pokok di dalam


kehidupan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan lembaga pendidikan adalah suatu bentuk
organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi-relasi yang
terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya
kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.

Berdasarkan uraian di atas, lembaga pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai badan usaha
yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. Adapun
lembaga pendidikan Islam dapat diartikan dengan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses
pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.

Anda mungkin juga menyukai