Anda di halaman 1dari 4

a.

Faktor penyebab terjadinya pernikahan sejenis


1. Keluarga
Pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya: Dikasari oleh
ibu/ayah hingga si anak beranggapan semua pria/perempuan bersikap
kasar, bengis dan panas bara yang memungkinkan si anak merasa benci
pada orang itu. Faktor selain itu adalah sikap orang tua yang idamkan
anak laki-laki atau perempuan juga akan mengakibatkan seorang anak itu
cenderung kepada apa yang diidamkan.
2.Pergaulan dan Lingkungan
Keluarga yang terlalu mengekang anaknya. Bapak yang kurang
menunjukkan kasih sayang kepada anaknya. Hubungan yang terlalu dekat
dengan ibu sementara renggang dengan bapak. Kurang menerima
pendidikan agama yang benar dari kecil
3. Biologis
Penelitian telah pun dibuat apakah itu terkait dengan genetika, ras,
ataupun hormon. Seorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk
melakukan homoseksual karena mendapat dorongan dari dalam tubuh
yang sifatnya menurun/genetik.
4. Faktor Moral dan Akhlak
Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma
susila yang dianut oleh masyarakat, serta semakin menipisnya kontrol
sosial yang ada dalam masyarakat tersebut.
5. Pengetahuan Agama yang Lemah
Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng
pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk
membedakan yang mana baik dan yang mana yang sebaliknya, haram
dan halal dan lain-lain.
b. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah
atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian
kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak,
dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta
penanggung jawab pendidikan itu sendiri.
c. Macam Macam Lembaga Pendidikan Islam
1. Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat
mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat
dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang
lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah
dimilikinya, tetapi cukup dengan mengombinasikan antara pendidikan yang

diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid,


pondok pesantren dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan
keluarga
2. Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Pendidikan Islam tingkat pemula lebih baik dilakukan di masjid sebagai lembaga
pengembangan pendidikan keluarga, sementara itu dibutuhkan sutau lingkaran
(lembaga) dan ditumbuhkannya. Dewasa ini, fungsi masjid mulai menyempit,
tidak sebagaimana pada zaman Nabi SAW. Hal itu terjadi karena lembagalembaga sosial keagamaan semakin memadat, sehingga masjid terkesan
sebagai tempat ibadah shalat saja. Pada mulanya, masjid merupakan sentral
kebudayaan masyarakat Islam, pusat organisasi kemasyarakatan, pusat
pendidikan, dan pusat pemukiman, serta sebagai tempat ibadah dan Itikaf.
3. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima
syarat, yaitu: (1) ada kiai, (2) ada pondok, (3) ada masjid, (4) ada santri, (5) ada
pelajaran membaca kitab kuning.
Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat
terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab,
hukuk Islam, sistem yurisprudensi islam, Hadis, tafsir Al-Quran, teologi islam,
tasawuf, tarikh, dan retorika. Dan literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitabkitab klasik yang disebut dengan istilah kitab kuning.
Pada tahap selanjutnya, pondok pesantren mulai menampakkan eksistensinya
sebagai lembaga pendidikan islam yang terdapat, yaitu di dalamnya didirikan
sekolah, baik formal maupun nonformal. Akhir-akhir ini pondok pesantren
mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka inovasi terhadap
sistem yang selama ini digunakan
4. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidiakan Islam
usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistem
pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh
kesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah kesamaan
kesempatan kerja dan perolehan ijazah. sebagai upaya untuk menjembatani
antara sistem pendidikan tradisional yang dilakukan oleh pesantren dan sistem
pendidikan modern dari hasil akulturasi.
5. Majelis Talim Sebagai Lembaga Pendidiakan Islam
Adapun arti Talim adalah Pengajaran , jadi menurut arti dan pengertian di atas
maka secara istilah Majlis Talim adalah Lembaga Pendidikan Non Formal Islam
yang memiliki kurikulum sendiri/aturan sendiri, yang diselenggarakan secara
berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan
untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara

manusia dan Allah, manusia dan sesamanya dan manusia dan lingkungannya,
dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Sebagai lembaga non formal maka kegiatannya dilaksanakan dilembagalembaga khusus masjid, mushola, atau rumah-rumah anggota bahkan sampai ke
hotel-hotel.
Tidak ada aturan kelembagaan yang ketat sehingga sifatnya suka rela. Tidak ada
kurikulum, yang materinya adalah segala aspek ajaran agama.
6. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sebagai Lembaga Pendidikan
Islam
memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat di dalam mendorong dan
mengembalikan perubahan sosial dalam proses pembengunan nasional
melahirkan kader-kader (tenaga sarjana) yang ahli dibidang Ushuluddin, Syariah,
Tarbiyah, dakwah dan Adab. Kader-kader inilah yang akan mewujudkan fungsi
dan peranan agama dalam mengendalikan. Mendorong, dan mengarahkan
perubahan sosial dalam proses pembangunan nasional melalui berbagai
kesempatan pengabdian masyarakat yang dilakukan secara organisatoris
maupun individualis.
D. Fungsi Fungsi Lembaga Pendidikan Islam
Khan (1986) mendefinisikan maksud dan tujuan pendidikan Islam sebagai
berikut:

Memberikan pengajaran Al-Quran sebagai langkah pertama


pendidikan.
Menanamkan pengertian-pengertian berdasarkan pada ajaran-ajaran
fundamental Islam yang terwujud dalam Al-Quran dan Sunnah dan
bahwa ajaran-ajaran ini bersifat abadi.
Memberikan pengertian-pengertian dalam bentuk pengetahuan dan
skill dengan pemahaman yang jelas bahwa hal-hal tersebut dapat
berubah sesuai dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Menanamkan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan tanpa basis Iman
dan Islam adalah pendidikan yang tidak utuh dan pincang.
Menciptakan generasi muda yang memiliki kekuatan baik dalam
keimanan maupun dalam ilmu pengetahuan.
Mengembangkan manusia Islami yang berkualitas tinggi yang diakui
secara universal.

E. Prinsip Prinsip Lembaga Pendidikan Islam

prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang


menjerumuskan manusia pada api neraka.
prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang
memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia didunia dan
akherat.

prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar


keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain
saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan diri pada
khaliknya.
prinsip amar maruf nahi munkar. Kelima ; prinsip pengembangan daya
pikir, daya nalar, daya rasa, sehingga dapat menciptakan anak didik
yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta, rasa dan karsanya.

F. Tantangan Lembaga Pendidikan Islam di Era Globalisasi

Perubahan masyarakat dalam era-globalisasi sekarang ini telah


memberikan arah dan perubahan terhadap lembaga-lembaga pendidikan
Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi dan masyarakat itu
sendiri, sehingga lembaga pendidikan Islam harus dapat melakukan filter
dengan etika dan norma-norma agama Islam.

Aspek-aspek perubahan dalam masyarakat karena pengaruh modernisasi


hendaknya dapat dijadkan tolak ukur atas kemajuan pendidikan maupun
lembaga pendidikan sehingga diperlukan kesiapan SDM oleh lembaga
pendidikan Islam. Perubahan yang baik hendaknya dapat dimanfaatkan
dan digunakan sebaik-baiknya, sedangkan perubahan yang membawa
dampak keburukan atau medlaratan harus ditinggalkan sajauh-jauhnya
agar tidak memberikan pengaruh negatif kepada peserta didik.

Perubahan masyarakat global, perlu mendapatkan perhatian yang serius


oleh semua komponen masyarakat termasuk lembaga pendidikan,
sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi bukalah sabagai tujuan akhir,
tetapi mardlotillah merupakan tujuan yang harus dicapai oleh semua
lembaga pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai