Anda di halaman 1dari 8

DEMOKRASI DALAM PERADILAN DI INDONESIA

Rizky Surya Mona (2110104010049)


Prodi Ilmu Pemerintahan

ABSTRAK

Demokrasi memberikan kebebasan, bahwa setiap individu memiliki hak yang


sama. Agar hak tersebut terlaksanakan, diperlukan sebuah aturan bersama yang
mendukung dan menjadi dasar dalam kehidupan bernegara, agar dapat menjamin dan
melindungi hak-hak rakyat. Peraturan itu biasa disebut konstitusi. Demokrasi juga
mengizinkan warga negara berpartisipasi secara langsung atau melalui perwakilan dalam
pengembangan dan pembuatan hukum dalam bernegara. Sedangkan konsep keadilan
menuntut adanya pelindungan hak, persamaan derjat dan kedudukan di hadapan hukum
dan kesejahteraan yang menjadi poin yang didapatkan setiap individu dalam sistem
pemerintahan demokrasi. Agar demokrasi dapat berjalan tanpa menginjak Hak Azasi
Manusia, dan memberikan keadilan pada setiap warga Negara, maka diperlukan agenda
yang memberikan perhatian khusus agar tidak ada penyimpangan. Rakyat berhak
menikmati demokrasi sebab hanya dengan demikianlah arah kehidupan rakyat dapat
diarahkan pada kehidupan yang lebih adil dalam semua aspek kehidupan. Maka dari itu,
negara demokrasi adalah negara yang berlandaskan kehendak dan kemauan rakyat,
karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Kata Kunci: Demokrasi, Hak Azasi Manusia, Keadilan/

PENDAHULUAN

Indonesia telah menganut banyak sistem pemerintahan, namun pada reformasi


1998 sampai saat ini, Indonesia tetap menganut sistem pemerintahan demokrasi.
Indonesia juga menjadi Negara dengan sistem demokrasi terbesar di Asia Tenggara,
yang memiliki ideologi Pancasila yang melembaga. Meskipun masih terdapat beberapa
kekurangan, dimana penerapan demokrasi di Indonesia mengalami penurunan yang
sangat signifikan seiring dengan munculnya berbagai permasalahan. Mulai dari kasus
korupsi yang seolah tiada habisnya, belum lagi kasus penggusuran yang masih mengusik
keadilan serta Hak Asasi Manusia.

Namun beberapa kelompok merasa keadilan diterapkan dengan berlakunya


sistem demokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan sudah menepati ruang sehingga
setiap orang merasa dapat menyampaikan pendapat aspirasi masing-masing. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi secara langsung atau melalui perwakilan dalam
pengembangan dan pembuatan hukum dalam bernegara. Demokrasi juga mencakup
kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang memungkinkan adanya kebebasan politik
secara bebas dan setara.

Dalam Negara hukum, demokrasi memberikan kebebasan,yang artinya bahwa


setiap individu memiliki hak yang sama. Semua sama-sama bebas berfikir, berekspresi,
bertindak, dan memilih jalan hidup. Dimana negara hanyalah memfasilitasi masyarakat
dalam perwujudan keadilan, yang merupakan unsur utama yang mendasar sekaligus
yang paling rumit dan luas. Konsep keadilan menuntut adanya pelindungan hak,
persamaan derjat dan kedudukan di hadapan hukum dan kesejahteraan yang menjadi
poin yang didapatkan setiap individu dalam sistem pemerintahan demokrasi.

Hal ini sangat berkaitan antara demokrasi dan penegekan keadilan yang
menuntut perwujudan hak yang setara bagi setiap warga negara. Agar demokrasi dapat
berjalan tanpa menginjak Hak Azasi Manusia, dan memberikan keadilan pada setiap
warga Negara, maka diperlukan agenda yang memberikan perhatian khusus agar tidak
ada penyimpangan, dimana Indonesia menjadi Negara hukum yang pada hakikatnya
tidak hanya berpusat pada aktualitas namun juga menyangkut kedalian dan pengakan
HAM yang tidak boleh diabaikan. Pertanyaannya, sudahkan demokrasi berjalan dengan
semestinya di Indonesia? Atau jika demokrasi sudah ditegakkan, dimanakah penepatan
rakyat sesungguhnya? Atau apakah rakyat bisa mendapatkan manfaat pada proses politik
yang didengungkan secara demokratis? Atau dapatkah masyarakat memperoleh
persamaan dan keadilan secara hukum Negara?

A. Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata Yunani yaitu demos dan kratos. Demos berarti
rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Jadi demokrasi berarti rakyat sebagai pemegang
kedaulatan. Demokrasi berarti sebuah kekuasaan dari rakyat, hal tersebut memberikan
pemahaman bahwa rakyat akan melahirkan sebuah aturan yang menguntungkan dan
akan melindungi hak-haknya, dimana agar hak tersebut terlaksanakan, diperlukan
sebuah aturan bersama yang mendukung dan menjadi dasar dalam kehidupan bernegara,
agar dapat menjamin dan melindungi hak-hak rakyat. Peraturan itu biasa disebut
konstitusi.

Ada beberapa pendapat filsof mengenai ciri tertentu demokrasi. Salah satunya
menurut Sri Sumantri yang mengatakan ada beberapa karakter demokrasi, sebagai
berikut.

1. Hukum tidak ditetapkan kecuali dengan persetujuan dari wakil-wakil rakyat


yang dipilih secara bebas.
2. Hasil pemilihan umum/capur tangan Badan Perwakilan Rakyat dapat
mengakibatkan pergantian orang-orang pemerintahan.
3. Pemerintah harus terbuka
4. Kepentingan minoritas harus dipertimbangkan atau diakomodasi.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Negara demokrasi


lebih mengutamakan keterlibatan rakyat yang diwakilkan oleh lembaga perwakilan.
Wakil-wakil rakyat tersebutlah yang akan menyuarakan aspirasi atau keinginan rakyat.
Secara umum demokrasi memiliki dua ciri, yaitu: persamaan dan kebebasan; ciri
persamaan mengandung makna bahwa setiap warga negara adalah sama, tanpa ada
perbedaan dalam suku, agama, asal-usul atau golongan, warna kulit, serta jenis kelamin,
makna bahwa setiap orang mempunyai kebebasan dalam mengembangkan dirinya,
berpendapat, berpolitik, berkreasi, bahkan melakukan unjuk rasa atau pemogokan, akan
tetapi kebebasan tersebut tidak bersifat anarkis apalagi merugikan dan menghancurkan
kepentingan umum, bangsa dan negara.

Hal utama dalam menyangga demokrasi adalah kebebasan, seperti yang sudah
dijelaskan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama. Semua sama-sama bebas
berfikir, berekspresi, bertindak, dan memilih jalan hidup. Dimana negara hanyalah
memfasilitasi masyarakat untuk hidup bersama secara damai. Negara bertugas untuk
melindungi setiap individu dan setiap entitas untuk hidup menurut cara mereka sendiri.
Dasar yang digunakan negara dalam bekerja ialah kesepakatan bersama antar warga
negara, sesuatu yang kemudian di sebut dengan konstitusi, undang-undang atau hukum.

B. Teori keadilan

Keadilan menjadi salah satu tujuan utama hukum, dimana keadilan tersebut
termasuk dalam sebuah proses peradilan. Hal ini tercermin dalam irah-irah putusan
pengadilan yang diberi judul “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Frase “keadilan” dalam bahasa Inggris disebut “justice”, berasal dari bahasa latin
“iustitia”. Kata “justice” memiliki tiga macam makna yang berbeda, yaitu;

1) secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair (sinonimnya
justness),
2) sebagai tindakan berarti tindakan menjalankan hukum atau tindakan yang
menentukan hak dan ganjaran atau hukuman (sinonimnya judicature),
dan
3) orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan persyaratan sebelum
suatu perkara di bawa ke pengadilan (sinonimnya judge, jurist,
magistrate).

Kata keadilan memang mudah diucapkan tetapi sangat sulit diwujudkan,


sehingga jika berbicara keadilan seolah berbicara tentang hal tidak pernah dapat
terealisaiskan. Dalam istilah lain, keadilan digunakan dalam kata qisth, hukm, dan
sebagainya. Keadilan berasal dari akar kata ‗adl dalam berbagai bentuk konjungtifnya
bisa saja kehilangan kaitannya yang langsung dengan sisi keadilan itu (misalnya
“ta‟dilu” dalam arti mempersekutukan Tuhan dan ‗adl dalam arti tebusan). Dalam teori
keadilan terdapat dua titik ekstrim yaitu, keadilan yang dipahami sebagai sesuatu yang
irasional dan pada titik lain dipahami secara rasional. Keadilan yang rasional mengambil
sumber pemikirannya dari prinsip-prinsip umum dari rasionalitas tentang keadilan.
Keadilan yang rasional pada dasarnya mencoba menjawab perihal keadilan dengan cara
menjelaskannya secara ilmiah, atau setidak-tidaknya kuasi-ilmiah, dan itu semua harus
didasarkan pada alasan-alasan yang rasional. Sementara keadilan yang metafisik,
mempercayai eksistensi keadilan sebagai sebuah kualitas atau suatu fungsi di atas dan di
luar mahkluk hidup, dan oleh sebab itu tidak dapat dipahami menurut kesadaran manusia
berakal.

Terkait dengan keadilan, Plato berpendapat bahwa keadilan adalah diluar


kemampuan manusia biasa. Sumber ketidakadilan adalah adanya perubahan dalam
masyarakat tersebut. Dapat diartikan bahwa ketidakadilan terbentuk dikarenakan
perilaku datau perubahan dalam sosial masyarakat. Keadilan juga memiliki hubungan
erat dengan hukum, dimana keadilan menjadi nilai dasar dalam hukum, di samping
kemanfaatan dan kepastian, sebagai tujuan hukum. Keadilan hanya dapat dipahami jika
diposisikan sebagai keadaan yang hendak diwujudkan oleh hukum. Namun demikian,
menurut Carl Joachim Friedrich, upaya untuk mewujudkan keadilan dalam hukum
merupakan proses yang dinamis dan memakan banyak waktu. Dalam upaya
mewujudkan keadilan sering didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang saling bersaing
dalam kerangka umum tatanan politik untuk mengak tualisasikannya.

Beberapa pandangan Aristoteles tentang keadilan tertuang di dalam bukunya


Nichomachean Ethics, Politics, dan Rethoric, yang menurutnya, bahwa hukum hanya
bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan. Salah satu kontribusi aristoteles bagi
filsafat hokum, Aristoteles membedakan keadilan kedalam dua kategori, yakni keadilan
distributif dan keadilan korektif. Keadilan distributif berlaku dalam ranah hukum publik,
sedangkan keadilan korektif berlaku dalam wilayah hukum perdata dan pidana. Keadilan
distributif mengacu kepada pembagian barang dan jasa kepada setiap orang sesuai
dengan kedudukannya dalam masyarakat, dan perlakuan yang sama terhadap
kesederajatan di hadapan hukum (equality before the law). Keadilan korektif merupakan
ukuran teknis dari prinsipprinsip yang mengatur penerapan hukum. Dalam mengatur
hubungan-hubungan hukum harus ditemukan suatu standar yang umum untuk
memperbaiki setiap akibat dari setiap tindakan.

C. Demokrasi dan keadilan hukum

Demokrasi memiliki dua ciri, yaitu: persamaan dan kebebasan; ciri persamaan
mengandung makna bahwa setiap warga negara adalah sama, tanpa ada perbedaan
dalam suku, agama, asal-usul atau golongan, warna kulit, serta jenis kelamin, makna
bahwa setiap orang mempunyai kebebasan dalam mengembangkan dirinya, sehingga
demokrasi merupakan sistem yang sangat diminati oleh banyak negara di dunia, karena
bukan hanya kebebasan (liberty) yang dicoba untuk ditonjolkan, namun reformasi
sebagai gerakan yang akan mengajak seluruh segmen masyarakat untuk memperbaiki
apa yang telah rusak di berbagai bidang dan membawa kehidupan ke tingkat yang lebih
tinggi dalam kemajuan manusia pun menjadi sisi lain yang dijanjikan oleh demokrasi.

Rakyat berhak menikmati demokrasi sebab hanya dengan demikianlah arah


kehidupan rakyat dapat diarahkan pada kehidupan yang lebih adil dalam semua aspek
kehidupan. Maka dari itu, negara demokrasi adalah negara yang berlandaskan kehendak
dan kemauan rakyat, karena kedaulatan berada di tangan rakyat. Ketidakadilan dalam
mewujudkan fungsi hukum merupakan salah satu bentuk demokrasi tidak berjalan di
tengah masyarakat. Lumpuhnya kedaulatan hukum rakyat dan mandulnya lembaga-
lembaga hukum menggambarkan keadaan tersebut. Pemerintah sebagai penguasa yang
mengklaim dirinya sebagai reformator demokrasi hukum tidak seharusnya bersikap acuh
tak acuh dalam menegakkan hukum. Pemerintah harus mendorong agar hukum berjalan
sebagimana mestinya. Harus dihindarkan hukum seolah-olah hanya berlaku bagi
golongan masyarakat kecil.
Kesetaraan di hadapan hukum, mengandaikan bahwa subjek hukum adalah
individu-individu yang dalam dunia sosial memiliki posisi yang juga setara, yang dalam
pandangan filsafat Negara barat disebut dengan egaliterial. Paham demikian sangat
absurd, mengingat kesenjangan merupakan fakta yang tidak dapat disangkal lagi.
Konsep kesetaraan di hadapan hukum, sejatinya merupakan penyeragaman apa yang
sebenarnya tidak seragam (mis: aspirasi buruh vs kepentingan pemilik pabrik, pemodal
kebun vs buruh kebun). Penyeragaman ini pada akhirnya hanya menguntungkan
kelompok sosial yang kuat dan meminggirkan yang lemah. Untuk menwujudkan sistem
demokrasi yang baik maka perlu dituangkan di dalam kaidah hukum dalam suatu sistem
pemerintahan. Demikian juga dengan lembaga-lembaga negara yang ada

Seharusnya demokrasi harus memberikan ruang bagi publik, melalui partisipasi


publik dengan peran penuh dari masyarakat luas dalam mengawasi semua kebijakan
yang dibuat oleh wakil-wakil rakyat, agar keadilan tidak hanya ditegakkan dan berlaku
pada golongan tertentu, dikarekan Negara demokrasi, berarti baha kekuasaan terbesar
berada ditangan rakyat dan oleh rakyat serta untuk rakyat itu sendiri. Negara hanya
memfasilitasi agar hukum itu berjalan dengan semestinya. Selain itu penegakan hukum
harus disamaratakan tanpa membeda-bedakan golongan tertentu. Konteks Negara
hukum Indonesia harus terwujudnya keadilan yang didasarkan atas keadilan, ketertiban.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia, Setelah Perubahan Dengan


Delapan Negara Maju, Kencana Perdana Media, Jakarta, 2009.

Moch Mahfud, Konstitusi dan Hukum Dalam Konstroversi Ilmu, Rajawali Press,
Jakarta, 2009.

Prof. Dr. Jimly Assihiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Sinar
Grafika, Jakarta. 2012.

Suryawati N, Hak Asasi Politik Perempuan, Sinar Grafika, Jakarta, 2014.

Anda mungkin juga menyukai