Pengantar
Filosofis dan Sejarah PTUN
Beranjak dari pemikiran “negara yang baik” dari opini Plato. Kenapa
pemahaman Plato demikian? Karena menurut Plato, filsuf adalah orang-orang
arif, bijaksana, menghargai kesusilaan, dan berpengetahuan tinggi. Apabila
seorang filsuf yang memimpin, maka dapat menciptakan kepemimpinan
yang baik dan dapat menangkap nilai-nilai di masyarakat.
Pemikiran Aristoteles dimana terjadi perbedaan pendapat, negara yang baik
adalah negara yang dimana pemimpinnya itu takluk dan tunduk pada hukum
yang berlaku. Negara/pemerintah senantiasa menghargai dan menghormati
kebebasan, kedewasaan, serta kesamaan derajat. Pendapat ini mengulik
Plato dan mengubah pendapatnya, dimana opini dari Aristoteles itu benar.
Maka negara yang baik itu dijalankan dan dikendalikan oleh hukum (hukum
sebagai panglima dan sebagainya).
Merujuk pada pendapat Franz-Magnis Suseno, maka hakikat dan tujuan
negara adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Menurut Suseno,negara yang
ideal adalah sebagai berikut:
o Mensejahterakan seluruh warga negara dan bukan individu tertentu
(seluruh masyarakat karena kemudian dengan apabila kesejahteraan
itu sudah terpenuhi masyarakat, maka individu itu tercaupi di
dalamnya. Maka sejahtera pula Individu itu);
o Memanusiakan manusia, dipahami dimana manusia sebagai suatu
subjek hukum maka dilengkapi dengan hak dan kewajiban.
o Sebagaimana pendapat Aristoteles, mengusahakan kebahagiaan bagi
warga negaranya. Tujuan negara itu akan berkesusaian dengan asas
yang berlaku umum yaitu bonum publicum atau common
wealth/common goods.
Oleh karena itu, negara harus menjalankan fungsi negara. Fungsi negara
tersebut ada 4:
o Penertiban fungsi negara adalah sebagai stabilitator atau
menciptakan kestabilan, melalui law and order (hukum dan perintah);
o Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya selain
ekonomi, tentunya memenuhi kebutuhan prinsip dari warga negara
sebagai manusia misalnya paling pokok adalah pangan. Menjadi dasar
pembentukan lembaga/instansi untuk dilakukan pembagian tugas dan
diberikan kewenangan terhadap melakukan tugas tersebut (contoh
PPKI membentuk 12 kementerian dengan fungsi/tanggungjawab
masing-masing. Di era modern negara banyak membentuk badan
hukum/badan usaha tertentu untuk penyelenggaraan fungsi tersebut
misalnya PTNBH di Indonesia. PTNBH maka berdiri sebagai 1 badan
hukum yang berdiri sendiri walau sama saja, dimana PTNBH
disamakan dengan perusahaan atau PT. Dalam hal ini hukum tertinggi
adalah AD/ART, sedangkan PTNBH adalah Statuta-nya);
o Pertahanan diwujudkan dengan militer yang memiliki fungsi utama
di pertanggungjawaban pertahanan yang dikepalai seorang panglima.
Dalam hal ini, berkoordinasi dengan Menhan dan koordinasi
Menkopolhukam dengan tanggung jawab kepada Presiden sebagai
Panglima Tertinggi.
o Menegakkan keadilan sebagian besar adalah porsi dari yudikatif,
karena yudikatif adalah fungsi peradilan untuk memberikan jaminan
rasa keadilan. Karena berbicara negara, maka tidak ditutup
kemungkinan bagi eksekutif dan legislatif dalam konstruksi
menegakkan keadilan.
Quotes Mas Hendry (cie keren banget lau) dari Oliver Wendelholm
(asistem hukum agung di AS/Inggris): peradilan banyak dipegang oleh
akademisi, sebab putusan civil law tidak memiliki kekuatan hukum yang
mengikat untuk ditiru. Civil law diberikan kebebasan. Berbeda dengan
common law, dimana yurisprudensi dan doktrin dipegang dari hakim.
Referensi lain: Richard E. Posner (hukum adalah sesuatu yang tidak jelas,
maka perlu dipahami sejarah untuk masuk ke substansinya).
Negara Hukum Indonesia
Landasan pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa negara Indonesia berdiri atas
hukum, menyatakan bahwa negara Indonesia itu menerapkan supremasi
hukum. Semua harus berdasarkan hukum.
Semua konsep negara hukum sendiri yang dianut ada 2 jenis: Rule of Law vs
Rechtstaat. Dua ini adalah teori yang sering ditanyakan:
o AV Dicey: ciri dari Rule of Law ada 3 hal: yaitu HAM yang dijaminkan
dengan Undang-Undang, persamaan kedudukan di muka hukum
(equality before the law), supremasi aturan-aturan hukum yang
berdasarkan aturan yg jelas. Sedikit bersinggungan menurut Mas
Hendry: perbedaan paling berarti adalah pada konsep rechtstaat yang
ada 4 ciri:
Perlindunga HAM, pemisahan dan pembagian kekuasaan (trias
politika) dimana menurut Julius Stahl adalah untuk melindungi
HAM, pemerintah yang berdasarkan aturan (wetmachtecht),
adanya peradilan administrasi.
Rechtsaat dikatakan dalam sejarah hukum itu dilakukan oleh sistem hukum
continental (Prancis) yang mengutamakan pada peraturan perundang-
undangan di sistem hukumnya. Mereka mengharapkan
PLKH PTUN
Selasa, 24 Agustus 2021
Pertemuan Kedua
Mas Hendry
Rechtstaat
Tidak bisa dilepaskan dari sejarah. Bahwa ketika berbicara soal hukum, salah
satu interpretasi adalah ada 4 yang pertama: gramatikal (melihat/menafsirkan suatu
hukum berdasarkan Bahasa dalam sehari-hari), sistematis (dengan tidak hanya
berdasarkan satu peraturan perundang-undangan terhadap satu peraturan yang
lain), teleologis (interpretasi melihat tujuan pembentukan hukum itu apa?),
interpretasi historis. Interpretasi tapi tidak hanya sebatas itu saja tapi.
Melihat penerapan sistem hukum yang dianut, berdasarkan sejarahnya
berangkat dari sistem hukum continental Romawi-Jerman dengan civil law system.
Yang dulunya kemudian civil law ini berangkat dari Romawi dan di negara-negara
Jerman.Brangkat dari sejarahnya dianut oleh Prancis yang dimodifikasi menjadi
Codex Napoleon dan telah direvisi oleh ahli hukum Belanda sebelum diberlakukan di
Indonesia.
Prancis ini dari sejarah hukum modern adalah negara yang membangun
sistem hukum continental. Dalam sistem ini mengutamakan hukum tertulis sebagai
sendi utama dalam sistem hukumnya, sehingga tersusun sebagai kitab Undang-
Undang (kodifikasi). Civil law system ini juga disebut juga dengan sistem hukum
kodifikasi (Bagir Manan & Abdul Latief).
Dikaitkan dengan rechtstaat, yang dibahasakan oleh Julius Stahl oleh Wet
Machte Gesturr, sering disebutkan bahwa sistem negara hukum lebih cocok disebut
dengan negara hukum formil. Dikarenakan mengutamakan peraturan perudnang-
undangan sebagai suatu sistem hukum tertulis. Menjadi perhatian pada konsep
Belanda dan Indonesia yang mengutamakan satu kitab. Dalam konteks HAN,
banyak mengatakan bahwa UU Administrasi Pemertinahan menjadi semacam kitab
UU dalam hukum administrasi.
Pada perkembangannya, usulan atau pendapat Stahl dikemukakan ketika
negara Eropa (termasuk civil law system) menganut corak nachtwatcherstaat.
Sehingga kemudian negara hukum formil dianggap lamban karena harus selalu
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Oleh karenanya kemudian, pendapat
Stahl ini membuat negara cenderung bergerak lamban. Sehingga belum dikenal
adanya diskresi karena menganut aturan ini. Karena pergeseran menjadi welfare
state, dimana awalnya beranjak dari wet machte bestuur menjadi recht machte
bestuur. Atau dapat dikatakan sebagai pendekatan hukum yang berali menjadi
doelmachtig (Manfaat).
Masih relevan dengan pembahasan wet machte bestuur atau yang
berkembang jadi recht machte, memiliki satu asas prinsipil atau dikemukakan asas
legalitas utamanya pada prinsip pada HAN. Ada pendapat yang mengatakan bahwa:
everything must be done according to law (semuanya harus dilakukan berdasarkan
hukum, bukan sebaliknya). Harus dipahami bahwa (Wheit dalam Administrative Law
dan Ridwan HR) pemahaman asas ini adalah tujuan negara tidak terletak pada
pelaksanaan hukum semata, tetapi juga untuk mencapai keadilan sosial. Asas ini
pada prinsipnya menghendaki bahwa setiap tindakan atau perbuatan administrasi
negara harus berdasarkan pada kewenangan yang diberikan secara atribusi
(pemberian kewenangan itu dilakukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan).
Berdasarkan doktrin itu, sebenarnya lebih luas. Tetapi berdasarkan UU Adm
Pemerintahan, atribusi itu oleh UU dasar atau oleh UU. Berdasarkan asas itu pula,
setiap tindakan atau perbuatan alat administrasi negara tidak boleh bertentangan
dengan hukum (onrechtmatige overheisdaad) atau tindakan lainnya seperti
kesewenangan (abuse adroit) atau detournement de pourvoir (penyalahgunaan
wewenang).
Adapun kalimat dibawah asas everything according to law, maka sasaran dari
negara hukum adalah terciptanya kegiatan kenegaraan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan yang berpijak pada keadilan, kedamaian, dan kebermaknaan.
Hukum idtempatkan seabgai aturan penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan,
dan kemasyarakatan.
Kekuasaaan dimiliki oleh setiap anggota masyarakay sehingga semua akan berbuat
alamaiah karena alam menimbulkan persamaan pd individu (JJ Roessau)
Negara harus kuat agar kebijakanyg dibuat ditaati masyarakat dengan tanpa harus
menggunakaan ancaman , paksaan atau kecemasan yg berlebihan (francis
fukuyama)
Kritik dan gugatan merupakan konsekuensi logis dari demokrasi dan merupakan
bentuk check and balance
Manusia sangatr mungkin melakukan kesalahaan sehingga pengawasan dan
pembatasan merupakan suatu kepastian (James Maddison)