1
Formulasi dan Teknologi
4&5 Sediaan Mata
1. Pengantar
Sediaan untuk mata secara umum dapat berupa sediaan topical, intra ocular dan
sistemik, dengan bentuk sediaan terbanyak adalah topical. Salah satu bentuk sediaan mata
topical adalah tetes mata. Yang harus diperhitungkan dalam sediaan tetes mata adalah
dosis dan volume per kemasan, mengingat pemakaian dalam satuan tetes.
Beberapa penyakit pada pengobatan topical tetes mata adalah glaucoma,
midriatik, antimikroba, anti inflamasi dan sindroma mata kering. Pada sediaan tetes mata
umumnya ditambahkan pengawet.
SOAL :
PENDAHULUAN
1. Sediaan tetes mata (tuliskan secara singkat ulasan mengenai sediaan tetes mata,
persyaratan sediaan sesuai Farmakope USP, FI V dll.) sebutkan pustaka lain yang
digunakan)
Jawab :
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata,
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan
bola mata. Tetes mata berair umumnya dibuat dengan menggunakan cairan
pembawa berair yang mengandung zat pengawet. Tetes mata berupa larutan harus
jernih, bebas zat asing, serat atau benang. Semua alat yang digunakan untuk
pembuatan tetes mata, begitu juga dengan wadahnya, harus bersih betul sebelum
2
digunakan, jika perlu disterilkan.
( Farmakope Indonesia III, hal. 10 )
2. Indikasi obat (sesuai soal)
Jawab :
Meringankan iritasi mata dan merah.
( ISO 52, hal. 296 )
3. Mekanisme Kerja obat
Jawab :
Merangsang reseptor alfa-adrenergik di arteriol konjungtiva dan mukosa hidung untuk
menghasilkan vasokonstriksi
( Drug Information Handbook 17th )
4. Dosis Pemberian
Jawab :
0.05% (15 mL) 1 – 2 tetes di setiap mata 2 – 4 kali / hari
( Drug Information Handbook 17th )
3
DATA PRAFORMULASI
1. Bahan aktif yang digunakan:
Tetrahidrozilin
2. Sterilisasi sediaan: sterilisasi akhir/aseptis
Alasan: Beberapa bahan pada formula tidak dapat di sterilisasi dengan autoclaf sehingga dapat
dilakukan sterilisasi secara aseptis dan dengan filtrasi/penyaringan.
3. Eksipien yang ditambahkan:
Eksipien untuk memperbaikitonisitas: NaCl 0,9%
Alasan pemilihan: Isotonis pada tubuh
4
Bahan Konsentrasi
Pemerian Kelarutan pH Teknik sterilisasi Harga E
aktif/eksipien terpilih
Mudah larut dalam air dan
Padatan putih; tidak
dalam etanol; sangat sukar Sterilisasi panas basah
berbau. Melebur pada 5,8 – 6,5
Tetrahidrozolin larut dalam kloroform; dengan autoklaf pada
suhu lebih kurang 256 (USP 35, 0,05% 0,3
Hidroklorida o praktis tidak larut dalam suhu 115 oC selama 60
C, disertai penguraian. hal 4820)
eter. menit
(FI VI, hal 1698).
(FI VI, hal 1698).
Larut dalam air dingin
5–8
Serbuk berwarna putih membentuk larutan Sterilisasi panas basah
(2%b/b L iso = 1,9
atau krem, tidak berbau koloidal kental, praktis 0,12% dengan autoklaf pada
HPMC dalam air) E = 17 (1,9 :
dan tidak berasa. tidak larut dalam air panas, 0,45 – 1,0% suhu 115 oC selama 60
(HPE 6th 1261,4) = 0,02
(HPE 6th ed. Hal 327) kloroform, etanol. menit
ed. Hal 327)
(HPE 6th ed. Hal 327)
Larut dalam etanol, eter,
gliserin, air. Kelarutan 3,5 – 4,1
Serbuk kristal putih Sterilisasi panas basah
dalam air meningkat (5% b/v
atau kristal putih, dengan autoklaf pada
Asam Borat dengan penambahan dalam air) 1,72% 0,52
higroskopis suhu 115 oC selama 60
hydrochloric, sitrat, atau (HPE 6th
(HPE 6th ed. Hal 68) menit
asam sitrat. ed. Hal 68)
(HPE 6th ed. Hal 68)
Larut dalam : 1:1 dalam
9,0 – 9,6
Butiran putih atau gliserin, 1:1 dalam air Sterilisasi panas basah
(4% b/v
kristal putih, tidak panas, 1:16 dalam air, 0,04% dengan autoklaf pada
Sodium Borat dalam air) 0,48
berbau. praktis tidak larut dalam 0,03 – 1,0% suhu 115 oC selama 60
(HPE 6th
(HPE 6th ed. Hal 633) etanol dan dietil eter. menit
ed. Hal 633)
(HPE 6th ed. Hal 633)
Praktis tidak larut dalam Sterilisasi panas basah
Serbuk amorf putih 5–8
Benzalkonium eter, sangat mudah larut dengan autoklaf pada
atau putih kekuningan (HPE 6th 0,01% 0,18
Klorida dalam etanol dan air. suhu 115 oC selama 60
(HPE 6th ed. Hal 56) ed. Hal 56)
(HPE 6th ed. Hal 56) menit
1
FORMULASI:
1. Rancangan formula
2. Perhitungan tonisitas
E tetrahidrozolin HCl = 0,3
E HPMC = 0,02
E asam borat = 0,52
E sodium borat = 0,48
E benzalkonium klorida = 0,18
V = {(wxE)} x 111,1
= {(0,05 x 0,3) + (0,15 x 0,02) + (1,72 x 0,52) + (0,04 x 0,48) + (0,01 x 0,18)} x 111,1
= 103,70 ml hipertonis
3. Perhitungan dapar
-
4. Dosis sediaan
Tetrahidrozoline 0,05% dengan dosis 1 – 2 tetes maksimum 4x sehari. (AHFS, 2011)
1
5. Alat dan Cara Sterilisasinya
2
EVALUASI SEDIAAN
1. Kadar bahan aktif
Tetrahydrozoline Hydrochloride Ophthalmic Solution adalah larutan Tetrahydrozoline
Hydrochloride steril dalam air. Ini berisi tidak kurang dari 90,0 persen dan tidak lebih dari 110,0
persen dari jumlah berlabel C13H16N2 HCI.
3
4. Kebocoran
Sebelum dan sesudah kualifikasi, lakukan pemeriksaan kebocoran pada otoklaf dengan
memulai program uji kebocoran yang ada di menu komputer otoklaf. Pada saat terakhir
uji kebocoran, lakukan pembacaan tekanan absolut terakhirvakum dari tampilan
komputer di otoklaf dan catat pada hasil cetakan untuk setiap uji.Tempelkan hasil
cetakan komputer dari uji kebocoran otoklaf pada laporan kualifikasi.
Kriteria Penerimaan:
Rata-rata kebocoran tidak boleh lebih dari 1.3 kPa/10 menit.
Nilai absolut vakum < 7 kPa.
INDIKASI :
Mengatasi mata merah karena iritasi
ringan yang disebabkan oleh debu,
asap, angin, terkena sengatan
matahari, dingin, pemakaian lensa
kontak, terlalu banyak membaca atau
iritasi setelah berenang.
ATURAN PAKAI :
1-2 tetes ke dalam mata yang sakit, 2-4
kali sehari atau sesuai petunjuk dokter.
PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25-30C)
PT UNIKAWM-FARMA
SURABAYA-INDONESIA
4
NETTO : 5 ml
SHINETO ®
Tetrahydrozoline HCl
KOMPOSISI:
Tiap ml mengandung bahan aktif Tetrahydrozoline HCl 0,05% serta
Benzalkonium Klorida 0,01% sebagai pengawet
INDKASI :
Mengatasi mata merah karena iritasi ringan yang disebabkan oleh
debu, asap, angin, terkena sengatan matahari, dingin, pemakaian
lensa kontak, terlalu banyak membaca atau iritasi setelah berenang.
KONTRAINDIKASI :
- Hipersensitivitas terhadap obat.
- Pasien dengan glaukoma
- Anak-anak di bawah usia 2 tahun
- Selama kehamilan hanya digunakan apabila dibutuhkan dengan
jelas.
- Hati-hati penggunaan pada wanita menyesui
FARMAKOLOGI :
Merangsang reseptor alfa-adrenergik di arteriol konjungtiva dan
mukosa hidung untuk menghasilkan vasokontriksi.
ATURAN PAKAI :
1-2 tetes ke dalam mata yang sakit, 2-4 kali sehari atau sesuai
petunjuk dokter. Pengobatan tidak boleh dilanjutkan selama lebih
dari 3-4 hati kecuali di bawah arahan dokter mata.
EFEK SAMPING :
- Penggunaan yang terlalu sering dapat mengiritasi konjungtiva,
terutama pada anak-anak menyebabkan efek sistemik yang
merugikan.
- Menyebabkan efek simpatomimetik sistemik seperti sakit kepala,
hipertensi, kelemahan, berkeringat, palpitasi dan tremor.
- Overdosis dapat menyebabkan depresi SSP dengan kantuk,
hipotermia, bradikardia, hipotensi seperti syok, apnea dan koma.
PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25-30C)
PT UNIKAWM-FARMA
SURABAYA-INDONESIA 5
6
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Merancang jurnal
Memilih bahan yang tepat
Menentukan metode sterilisasi sediaan
Menentukan metode sterilisasi alat
Menentukan dosis obat
Melakukan perhitungan tonisitas dan dapar
Merancang cara pembuatan
Merancang evaluasi
7
Proses pembuatan sediaan
Menggunakan pelindung yang tepat (tutup
kepala, sarung tangan, masker, jas steril)
Mensterilkan peralatan dengan tepat
Menimbang sesuai perencanaan
Melakukan prosedur kerja dengan tepat
Melakukan evaluasi sediaan dengan tepat
Khusus yang menggunakan teknik aseptis:
Menggunaan LAF dengan benar
Khusus yang menggunakan teknik filtrasi:
Teknik filtrasi benar
Khusus sterilisasi akhir:
Teknik sterilisasi benar
Proses evaluasi sediaan
Melakukan evaluasi sesuai prosedur kerja
8
Daftar Pustaka
AHFS, 2011.
Anonim. 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Niazi, S. 2004, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products Volume 6,
CRC Press LLC, USA.
Rowe, R., Sheskey, P., and Quinn, M., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition,
Pharmaceutical Press, USA.
9
Lampiran
1
0