Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN LABA PADA PT INDOFARMA TBK

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan

Dosen Pengampu :
Diah Andari., S.E., M.Acc., Ak.

Disusun oleh :
Ivana Muliawanty 0119101183
Alip Ega Ardiansyah 0119101187
Erika Putri Wahyuni 0119101190
Dema Ilmi A.A.M. 0119101193
Mega Refiyani 0119101194
Kelompok 6

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022

i 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat serta karunia yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal penelitian dengan judul “MANAJEMEN LABA
PADA PT INDOFARMA TBK”. Ini ditujukan sebagai syarat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan.

Selama masa perkuliahan hingga penulisan makalah ini, penulis telah banyak
mendapatkan bimbingan, nasihat, dorongan dan bantuan baik secara moril maupun
materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada Diah Andari., S.E., M.Acc., Ak.selaku dosen dan kedua orang tua yang
sudah membantu memberikan dorongan bagi penulis.

Bandung, 17 Maret 2022

Penulis

ii 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………2

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Laba…………………………………………………………………..3

2.2 Klasifikasi Manajemen Laba………………………………………………………4

2.3 Strategi Manajemen Laba………………………………………………………….5

2.4 Motivasi Melakukan Manajemen Laba……………………………………………6

2.5 Mekanisme Manajemen Laba……………………………………………………..8

2.6 Contoh Kasus dan Analisisnya…………………………………………………….9

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….14

3.2 Saran……………………………………………………………………………...14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..15

iii 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen laba bisa diartikan sebagai metode yang dipilih oleh pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangannya dimana usaha manajer untuk
meningkatkan atau menurunkan laba sesuai kebutuhan perusahaan, tetapi dalam
jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam prakteknya,
perusahaan menginginkan laba yang besar sehingga para investor akan tertarik untuk
melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Tetapi tidak semua perusahaan
melaporkan tingkat laba sebenarnya sehingga para investor dan pemegang saham
tidak mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya. Tindakan ini dilakukan oleh
pihak manajemen dalam memanipulasi laba perusahaan dikenal dengan istilah
manajemen laba. Copeland (1968) dalam Wiyadi et al. (2017). mendefenisikan
manajemen laba sebagai “Some Ability to Increase or Decrease Reported Net Income
At Will”, ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk
memaksimumkan atau meminimumkan laba termasuk perataan laba, sesuai dengan
keinginan manajer tersebut.

Sementara itu Scott (2011) dalam Agustia (2013) menyatakan manajemen laba
merupakan keputusan dari manajer untuk memilih kebijakan akuntansi tertentu yang
dianggap bisa mencapai tujuan yang diinginkan, baik itu untuk meningkatkan laba
atau mengurangi tingkat kerugian yang dilapor-kan. Tindakan manajemen laba yang
dilakukan oleh manajer terhadap informasi laba dapat merubah kandungan informasi
atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara yang akan memberikan
dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi
yang bersangkutan. Perilaku manipulasi oleh manajer dengan melakukan manajemen
laba berawal dari konflik keagenan, karena adanya perbedaan kepentingan. Manajer

iv 1
sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang
saham). Hal tersebut mengakibatkan manajer melakukan perubahan dan manipulasi
laporan keuangan dimana akan menguntungkan bagi pihak manajer dan informasi
yang disampaikan kepada pemilik perusahaan adalah informasi yang telah direkayasa.

Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui


berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak
lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan. Hal tersebut perlu diwaspadai
oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang telah mengalami
penambahan ataupun pengurangan tersebut dapat menyesatkan keputusan yang akan
diambil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen Laba?

2. Apa saja klasifikasi dalam Manajemen Laba?

3. Apa saja strategi dalam Manajemen Laba?

4. Bagaiamana motivasi dalam Manajemen Laba?

5. Bagaimana mekanisme Manajemen Laba?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Manajemen Laba.

2. Untuk mengetahui klasifikasi Manajemen Laba.

3. Untuk mengetahui strategi Manajemen Laba.

4. Untuk mengetahui motivasi Manajemen Laba.

5. Untuk mengetahui mekanisme Manajemen Laba.

v 1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Laba

Secara umum manajemen laba adalah upaya manajer perusahaan untuk


mengintervensi atau memengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan
untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.
Istilah intervensi dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba
sebagai kecurangan. Sementara pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa
manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer
perusahaan dalam kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan
prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.

Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan keputusan tertentu dalam
laporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan.
Hal ini dapat menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang
diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan
angka-angka akuntansi yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Menurut Schipper (1989), manajemen laba adalah suatu kegiatan intervensi


dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh
beberapa keuntungan. Sementara, Asih dan Gudono (2000) mendefinisikan
manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan
GAAP (General Addopted Accounting Principle) untuk mengarahkan tingkatan laba
yang dilaporkan. Jadi jika disimpulkan manajemen ini adalah tindakan sengaja atau
manipulasi keuntungan pada laporan keuangan agar mendapatkan keuntungan yang
lebih.

vi 1
2.2 Klasifikasi Manajemen Laba

Klasifikasi  manajemen laba menurut  Sastradipraja (2010:33),  yaitu  sebagai berikut:

1. Cosmetic Earnings Management

Manajemen laba kosmetik  terjadi jika  manajer memanipulasi akrual  yang


tidak memiliki konsekuensi cash flow. Teknik ini merupakan hasil dari  kebebasan
yang diterapkan dalam sistem akuntansi akrual . Akuntansi akrual membutuhkan
estimasi  dan pertimbangan yang mengakibatkan manajer memiliki  kebebasan dalam
menetapkan kebijakan akuntansi. Meskipun kebebasan ini  memberikan kesempatan
bagi manajer untuk menyajikan gambaran aktivitas  usaha perusahaan yang lebih 
informatif, namun terkadang kebebasan ini juga  memungkinkan manajer
mempercantik laporan keuangan (window-dress  financial statement) dan mengelola
pendapatan

2. Real Earnings Management

Real earning management terjadi jika manajer melakukan aktivitas dengan 


konsekuensi  cash flow. Real earnings management  lebih bermasalah  dibandingkan 
dengan cosmetic earnings management, karena mencerminkan  keputusan usaha yang
sering kali mengurangi kekayaan pemegang saham. Manajemen laba jenis ini dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu (1) manipulasi penjualan dengan menawarkan diskon
harga secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak (2)
melakukan produksi secara besar besaran sehingga fixed cost tersebar pada produk
yang lebih banyak (3) penurunan beban diskresi seperti bagian RnD, iklan, penjualan
serta administrasi.

vii 1
2.3 Strategi Manajemen Laba
Terdapat tiga jenis strategi manajemen laba, yaitu:
1. Manajer meningkatkan laba (increasing income) periode kini,
2. Manajer melakukan “mandi besar” (big bath) melalui pengurangan laba
periode ini
3. Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba (income
smoothing).
Sering kali manajer melakukan kombinasi dari ketiga strategi ini pada waktu
yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen laba jangka panjang.
Meningkatkan laba. Salah satu strategi manajemen laba adalah
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan
dipandang lebih baik. Cara ini memungkinkan peningkatan laba selama beberapa
periode. Pada skenario pertumbuhan, akrual pembalik lebih kecil dibandingkan akrual
kini, sehingga dapat meningkatkan laba. Kasus yang terjadi adalah perusahaan dapat
melaporkan laba yang lebih tinggi berdasarkan manajemen laba yang agresif
sepanjang priode waktu yang panjang. Selain itu, perusahaan dapat melakukan
manajemen untuk meningkatkan laba selama beberapa tahun dan kemudian membalik
akrual sekaligus pada satu saat pembebanan. Pembebanan satu saat ini sering kali
dilaporkan “dibawah laba bersih” (below the line), sehingga dipandang tidak terlalu
relevan.
Big bath. Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan (write-off)
sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan
kinerja yang buruk (seringkali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga
melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa
seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi bih bath juga
sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya. Oleh
karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang, pemakai cenderung tidak
memperhatikan dampak keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan untuk
meningkatkan laba dimasa depan.
Perataan laba. Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada
strategi ini, manajer meningkatkan atau merunkan laba yang dilaporkan untuk
viii 1
mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba
pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian

melaporkan laba saat ini saat periode buruk. Banyak perusahaan menggunakan bentuk
manajemen laba ini.

2.4 Motivasi Melakukan Manajemen Laba


Banyak alasan untuk melakukan manajemen laba, termasuk meningkatkan
kompensasi manajer yang terkait dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga
saham, dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah.
Insentif perjanjian. Banyak perjanjian yang menggunakanangka akuntansi.
Misalnya perjanjian kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan
laba.perjanjian bonus biasanya memliki batas atas dan batas bawah, artinya manajer
tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak akan
mendapat bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti
manajer memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan
tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah ini. Jika laba
yang belum diubah berada diantara batas atas dan bawah, manajer memiliki insentif
untuk meningkatkan laba. Saat laba lebih tinggi dari batas atas atau lebih rendah dari
batas bawah, manajer memiliki insentif untuk menurunkan laba dan membuat
cadangan untuk bonus masa depan. Contoh lain insentif perjanjian adalah persyaratan
utang yang biasanya berdasarkan rasio yang menggunakan angka akuntansi seperti
laba. Oleh karena pelanggaran syarat utang menimbulkan biaya tinggi bagi manajer,
maka mereka cenderung melakukan manajemen laba (biasanya menjadi lebih tinggi)
untuk menghindari pelanggaran tersebut.
Dampak harga saham. Insentif manajemen laba lainnya adalah potensi
dampak terhadap harga saham. Misalnya, manajer dapat meningkatkan laba untuk
menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu

ix 1
seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga atau rencana untuk
menjual saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga melakukan perataan laba untuk
menurunkan persepsi pasar akan resiko dan menurunkan biaya modal. Salah satu
insentif manajemen laba yang terkait lainnya adalah melampaui ekspektasi pasar.
Cara untuk melakukan strategi ini adalah sebagai berikut: Manajer menurunkan
ekspektasi pasar melalui pengungkapan sukarela yang pesismis (sebelum
pengumuman) dan kemudian meningkatkan laba untuk melampaui ekspektasi pasar.
Makin pentingnya investor sementara dan kemampuan investor ini untuk menghukum
saham yang tidak memnuhi ekspektasi telah menimbulkan tekanan baru pada manajer
untuk melakukan segala cara guna melampaui ekspektasi pasar.
Insentif lain. Laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan
penelitian yang dilakukan badan pemerintah, misalnya untuk ketaatan undang-undang
anti-monopoli dan IRS. Selain itu, perusahaan dapat menurunkan laba untuk
memperoleh keuntungan dari pemerintah, misalnya subsidi atau proteksi dari
persaingan asing. Perusahaan juga menurunkan laba untuk mengelakkan permintaan
serikat buruh. Salah satu insentef manajemen laba lainnya adalah perubahan
manajemen yang sering menyebabkan terjadinya big bath. Alasan terjadinya big bath
adalah melemparkan kesalahan pada manajer yang berwenang sebagai tanda bahwa
manajer baru harus membuat keputusan tegas untuk memperbaiki perusahaan, dan
yang terpenting adalah memberikan kemungkinan dilakukannya peningkatan laba
dimasa depan. Salah satu big bath terbesar terjadi saat Louis Gerstner menjadi CEO
IBM. Gerstner menghapus hampir $4 miliar ditahun pertama ia bekerja. Sekalipun
bagian terbesar beban berasal dari biaya pergantian, namun mencakup juga banyak
pos yang merupakan beban usaha masa depan. Analis mengestimasi bahwa
peningkatan laba yang akan dolaporkan IBM di tahun-tahun yang akan datang
merupakan hasil dari big bath ini.

x 1
2.5 Mekanisme Manajemen Laba
Area yang memberikan kesempatan optimal untuk manajemen laba mencakup
pengakuan pendapatan, penilain persediaan, estimasi cadangan, seperti beban piutang
tak tertagi dan pajak tangguhan, dan beban yang hanya terjadi satu kali seperti
restrukturisasi dan penuruna nilai aset berikut adalah dua metode utama manajemen
laba yaitu pemindahan laba dan manajemen laba melalui klasifikasi.
Pemindahan laba. Pemindahan laba merupakan manajemen laba dengan
memindahkan laba dari satu periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan
dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk
manajemen laba ini biasanya menyebabkan dampak pembalik pada satu atau beberapa
periode masa depan, sering kali satu periode berikutnya. Untuk alasan ini,
pemindahan laba sangat berguna untuk perataan laba sangat berguna untuk perataan
laba. Contoh pemindahan laba adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat pengakuan pendapatatan dengan membujuk distributor atau
pedagang untuk membeli kelebihan produksi pada akhir tahun fskal.
Praktik ini dinamakan penimbunan saluran (channel loading), dan sering
terjadi pada industri manufaktur mobil dan rokok.
2. Menunda pengakuan beban dengan mengapitalisasi beban dan
mengarmotisasi sepanjang priode masa depan. Contohnya mencakup
kapitalisasi bunga dan kapitalisasi biaya pengembangan perangkat lunak.
3. Memindahkan beban pada periode berikut dengan mengadopsi metode
akuntansi tertentu. Misalnya, memilih metode FIFO untuk menilai
persediaan (bukan LIFO) dan memilih metode penyusutan garis lurus
(bukan metode percepatan) dapat menunda pengakuan beban.
4. Membebankan biaya yang cukup besar sekaligus pada satu waktu tertentu
misalnya penurunan nilai aset dan biaya restrukturisasi pada periode antara.
Hal ini memudahkan perusahaan untuk mempercepat pengakuan beban, dan
oleh karena itu membuat laba periode berikutnya terlihat menjadi lebih
baik.
Manajemen laba melalui klasifikasi. Laba juga dapat ditentukan dengan
secara khusus mengklasifikasi beban dan pendapatan pada bagian tertentu laporan
laba rugi. Bentuk umum dari manajemen laba melalui klasifikasi adalah
xi 1
memindahkan beban di bawah garis, atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan
tidak berulang, sehingga tidak dianggap penting oleh analis. Manajer berusaha
mengklasifikasikan beban pada bagian tidak berulang pada laporan laba rugi seperti
ilustrasi contoh berikut:

1. Saat perusahaan menghentikan suatu segmen usaha, laba segmen tersebut


harus dilaporkan terpisah sebagai laba (rugi) operasi yang dihentikan. Pos
ini biasanya diabaikan oleh analis karena terkait dengan unti usaha yang
tidak lagi mempengaruhi perusahaan. Akan tetapi, beberapa perusahaan
mengalokasi porsi biaya bersama yang cukup besar (misalnya biaya
2. overhead perusahaan) pada segmen yang dihentikan, sehingga
menghasilkan laba untuk bagian perusahaan lainnya.
3. Penggunaan beban khusus, seperti penurunan nilai aset dan biaya
restrukturisasi telah meningkat pesat (hampir 40% perusahaan melaporkan
paling tidak satu jenis beban ini). Hal ini disebabkan oleh kebiasaan analis
untuk mengabaikan biaya khusus karena sifatnya tidak biasa dan tidak
berulang. Dengan mencatat biaya khusus ini secara berkala dan
memasukkan beban operasi pada biaya ini, perusahaan membuat para analis
mengabaikan sebagian beban operasi.

2.6 CONTOH KASUS DAN ANALISISNYA

KASUS MANAJEMEN LABA PT INDOFARMA Tbk

Pada umumnya setiap perusahaan selalu berusaha untuk memaksimumkan


keuntungan yang diperolehnya. Berbagai strategi diterapkan guna mencapai tujuan
tersebut. Perusahaan akan selalu menjaga agar kinerjanya terlihat baik di mata para
stakeholdernya. Namun pada kenyataannya, perusahaan seringkali dihadapkan pada

xii 1
berbagai kendala yang bisa menyebabkan penurunan kinerja bahkan kesulitan
keuangan hingga akhirnya bangkrut. Dan tentu saja perusahaan akan berusaha untuk
menutupi kondisi tidak sehat tersebut dari para stakeholdernya. Salah satunya adalah
dengan cara earning management (manajemen laba). Laba diatur sedemikian rupa
supaya sesuai dengan tujuan perusahaan. Salah satu contohnya adalah pada PT
Indofarma Tbk.
Cikal bakal PT. Indofarma dimulai pada saat didirikannya yaitu pada tahun
1918, dimulai dari pabrik kecil dengan fasilitas terbatas yang hanya dapat
memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut, untuk memenuhi kebutuhan
Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda. Seiring dengan bertambahnya fasilitas
produksi untuk tablet dan injeksi, pabrik kecil ini mulai dikenal dengan nama Pabrik
Obat Manggarai. Pada tahun 1979, Pabrik Obat Manggarai berubah status menjadi
Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dimana bertugas
untuk memproduksi obat untuk pemerintah. Yang kemudian pada tahun 1981, Pusat
Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia berubah status menjadi
Perusahaan Umum Indonesia Farma (disingkat Perum Indofarma). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 34 tahun 1995, Perusahaan Umum
Indonesia Farma berubah status menjadi PT. Indofarma (Persero). Pada tahun 2001,
PT. Indofarma (Persero) berubah status menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT.
Indofarma (Persero) Tbk, dengan melakukan penawaran saham perdana sebesar 20%
kepada masyarakat dan mencatatkan seluruh saham Perseroan di Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya dengan kode saham INAF.
Kasus ini bermula dari adanya penelaahan Bapepam mengenai dugaan adanya
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal terutama berkaitan
dengan penyajian laporan keuangan yang dilakukan PT Indofarma Tbk. Dari hasil
penelitian, Bapepam menemukan bukti-bukti di antaranya, nilai Barang Dalam Proses
dinilai lebih tinggi dai nilai yang seharusnya (overstated) dalam penyajian nilai
persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp 28,87 miliar.
Akibatnya harga Pokok Penjualan mengalami understated dan laba bersih mengalami

xiii 1
overstated dengan nilai yang sama. Bapepam menilai ada ketidaksesuaian
penyampaian laporan keuangan dengan pasal 69 UU Pasar Modal, angka 2 huruf a
Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7, Pedoman Standar Akuntan Publik. Dan
selanjutnya sanksi administrasi diberikan berdasarkan pasal 5 huruf n UU No 8 tahun
1995 tentang pasar modal jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah No 12 tahun 2004 tentang
penyelenggaraan kegiatan di pasar modal.
Bapepam mendenda mantan Direksi Indofarma sebesar Rp 500 Juta. Bapepam
memutuskan memberi sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 500 juta kepada
direksi PT Indofarma Tbk yang menjabat pada periode terbitnya laporan keuangan
tahun 2001. Selain itu kepada Direksi PT Indofarma juga diperintahkan 3 hal.
Pertama, segera membenahi dan menyusun sistem pengendalian internal dan sistem
akuntansi perusahaan yang memadai untuk menghindari timbulnya permasalahan
yang sama di kemudian hari. Kedua, menyampaikan laporan perkembangan atas
pembenahan dan penyusunan sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi
perseroan secara berkala setiap akhir bulan kepada Bapepam. Dan ketiga, menunjukan
akuntan publik yang terdaftar di Bapepam untuk melakukan audit khusus untuk
melakukan penilaian atas sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi bula
perseroan telah selesai melakukan pembenahan dan penyusuan sistem pengendalian
internal dan sistem akuntansi perusahaan.
Analisis bisnis Farmasi BNI sekuritas menambahkan bahwa penjualan
Indofarma sepanjang tahun 2002 cuma naik 12 persen, sementara ongkos produksi
membengkak 82 persen dan biaya pemasaran naik 41 persen. Setelah menelusurinya
lebih mendalam, terlihat bahwa pembengkakan biaya terjadi pada Indofarma Global
Medika, anak perusahaan Indofarma yang mendistribusikan produk perusahaan
induknya. bahwa selama sembilan bulan pertama 2002, beban usaha di anak
perusahaan mencapai Rp 39 miliar. Tapi, dalam tiga bulan terakhir, beban usahanya
mencapai Rp 31 miliar. Data perusahaan belum diaudit menunjukkan bahwa selama
sembilan bulan pertama 2002, beban usaha di anak perusahaan mencapai Rp 39
miliar. Tapi, dalam tiga bulan terakhir, beban usahanya mencapai Rp 31 miliar. Serta
terdapat kesalahan pencatatan stok di Indofarma Global. Kesalahan ini kemudian
menyebabkan Indofarma juga keliru menerapkan strategi pemasaran. Sialnya,
xiv 1
Indofarma hanya melakukan pengecekan stok setahun sekali sehingga mengakibatkan
terdapat selisih pencatatan sampai Rp 57 miliar.
Diperkirakan kerugian menjadi dua kali lipat dan penyebab utamanya adalah
perbedaan estimasi nilai nyata dari inventory. Manajemen baru berpendapat bahwa
inventory yang ada merupakan slow moving inventory dan nilainya sudah jauh lebih
kecil dari yang dibukukan. Sehingga diperlukan penghapusan nilai buku agar
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Manajemen lama Indofarma menganggap
slow moving inventory tetap bernilai sama dengan nilai bukunya.
Estimasi dan kebijakan manajemen tentang besaran biaya atau pendapatan
pada hal-hal tertentu memang diijinkan oleh prinsip akuntansi. Meskipun efeknya
jelas yaitu berbedanya biaya atau pendapatan yang dilaporkan. Manajemen yang
konservatif akan berusaha mengantisipasi biaya yang akan terjadi dengan melakukan
pencadangan yang cukup. Akibatnya laba yang dilaporkan pada tahun berjalan relatif
lebih kecil. Sebaliknya, pencadangan yang minimum akan menghasilkan laba lebih
besar. Pada kasus Indofarma, hanya manajemen lama yang tahu kualitas dari
inventory tadi. Sehingga hanya mereka yang dapat melakukan estimasi apakah patut
dihapuskan atau tidak.

ANALISIS KASUS
Manajemen laba, seperti yang terjadi pada kasus di atas, dapat menurunkan
kualitas laporan keuangan dan menyesatkan para pemakai laporan keuangan.
Keputusan yang diambil berlandaskan laporan keuangan yang telah dipermak itu bisa
menimbulkan kerugian bagi para stakeholder. Diharapkan agar para otoritas pasar
modal mempertimbangkan cara untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme
individu melalui peningkatan kemampuan penalaran moral, idealisme, dan religiusitas
dalam upaya mengurangi praktik manajemen laba. Hal tersebut dapat diwujudkan
dengan pengadaan beragam pelatihan dan menyusun kode etik. Kode etik dan
peraturan perusahaan dapat mempertegas perbedaan antara praktik manajemen laba
dengan kecurangan (fraud). Perusahaan juga dapat meminimalisir terjadinya
manajemen laba dengan membenahi atau menyusun sistem pengendalian internal dan

xv 1
sistem akuntansi perusahaan yang memadai yang kemudian wajib dinilai oleh pihak
independen. Para akademisi juga diharapkan mampu memberikan muatan etika yang
lebih aplikatif dalam metode pembelajaran. Selain itu, akademisi juga diharapkan
bekerja sama dengan para praktisi untuk mengadakan penelitian mengenai
manajemen laba di Indonesia.

xvi 1
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Manajemen laba ini memberikan banyak keuntungan, namun mungkin dapat
memberikan efek negatif juga. Seperti memanipulasi laporan keuangan, meskipun
tetap berdasarkan metode akuntansi, namun cara ini terkesan licik. Terlepas dari hal
itu, manajemen ini memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan untuk untuk
menghindari terjadinya kecurangan dan memantau proyeksi laba perusahaan.
Salah satu perusahaan yang melakukan manajemen laba di Indonesia yaitu PT
Indofarma Tbk. Kasus ini bermula dari adanya penelaahan Bapepam mengenai
dugaan adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang dilakukan PT Indofarma
Tbk. Dari hasil penelitian, Bapepam menemukan bukti-bukti di antaranya, nilai
Barang Dalam Proses dinilai lebih tinggi dai nilai yang seharusnya dalam penyajian
nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp 28,87
miliar. Akibatnya harga Pokok Penjualan mengalami understated dan laba bersih
mengalami overstated dengan nilai yang sama. Bapepam memutuskan memberi
sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 500 juta kepada direksi PT Indofarma
Tbk yang menjabat pada periode terbitnya laporan keuangan tahun 2001.

3.2 Saran
Keputusan yang diambil berlandaskan laporan keuangan yang telah dipermak itu bisa
menimbulkan kerugian bagi para stakeholder. Perusahaan juga dapat meminimalisir
terjadinya manajemen laba dengan membenahi atau menyusun sistem pengendalian
internal dan sistem akuntansi perusahaan yang memadai yang kemudian wajib dinilai
oleh pihak independen. Para akademisi juga diharapkan mampu memberikan muatan
etika yang lebih aplikatif dalam metode pembelajaran.

xvii 1
DAFTAR PUSTAKA

(DOC) Manajemen Laba | Adi OnlyOne - Academia.edu


Klasifikasi Manajemen Laba (skripsi dan tesis) – konsultasi skripsi
Jogja
Manajemen Laba Sebagai Strategi dalam Akuntansi (jurnal.id)

xviii 1
xix 1

Anda mungkin juga menyukai