Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGUMPULAN DAN PENILAIAN BUKTI AUDIT


Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Sistem Informasi
Dosen pengampu : Bachtiar Asikin SE. MM. AK. CA

Disusun oleh :
Kelompok 5 – Kelas (A) Audit Sistem Informasi
Erika Putri Wahyuni R 0119101190
Mega Refiyani 0119101194
Marwan Fauzi 0119101188

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2022
ABSTRAK
Pengertian bukti audit adalah "any information used by the auditor to determine whether
the information being audited is stated in accordance with the established criteria."   Bukti audit
ialah data utama (substansi), data pendukung dan semua informasi penguat (informasi lain) yang
tersedia bagi auditor dari kegiatan pemeriksaannya yang dapat dipakai sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan opini atau memberikan rekomendasinya. Pada dasarnya bukti audit adalah
fakta atau informasi yang diperoleh auditor. Dalam hal audit internal bukti dapat merupakan data
yang jelas, tetapi mungkin juga bersifat sesuatu yang bisa saja sudah lepas dari pandangan (seen
out of), atau mungkin bahkan perlu digali dari persepsi auditor terhadap penjelasan auditee.
hadap penjelasan auditee. Dari segi pandang audit keuangan, bukti audit terdiri dari: struktur
pengendalian intern, data akuntansi yang terdapat pada catatan akuntansi  jurnal, ledger /
subledger dan dokumen-dokumen sumber pendukungnya, serta informasi penguat, berupa: hasil
konfirmasi, penjelasan pihak ketiga, hasil pemeriksaan fisik, bukti berupa dokumentasi, hasil
perhitungan ulang, bukti lisan wawancara/penjelasan, hasil perbandingan dan rasio, penjelasan
ahli (bukti dari spesialis), dan sebagainya.

Dalam internal audit, bukti yang dimaksud lebih luas tidak sekedar menyangkut data
akuntansi. Selain accounting related facts dan informasi yang berkaitan asersi manajemen, bukti
audit juga meliputi masalan-masalah yang berkaitan dengan kinerja produksi, administrasi,
kelayakan procurement, personil, kesejahteraan karyawan, aspekaspek teknologi informasi dan
sebagainya. Namun demikian pada jenis audit apapun, sistem pengendalian intern (internal
controls) merupakan salah satu bukti audit yang paling utama. Dengan Sarbanes Oxley Act 2002,
unsur pengendalian intern makin penting peranannya.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini
yang berjudul “Pengumpulan dan Penilaian Bukti Audit”. Tugas ini dibuat dengan mengacu pada
sumber tertulis dan juga berbagai sumber sebagai landasan pemikiran. Kami menyadari bahwa
pembuatan tugas ini tidak luput dari segala kekurangan dan kesempurnaan. Namun kami telah
mengusahakan yang terbaik bagi pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.  

Akhir kata, kami sampaikan sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Bandung, 7 maret 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................

PEMBAHASAN............................................................................................................................................

A. Pengertian Bukti Audit 1


B. Jenis Bukti Audit 1
C. Kualitas Bukti Audit 4
D. Pengumpulan Bukti Audit 6
E. Pertimbangan Dalam Bukti Audit7
F. Pertimbangan Auditor 8

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................

iv
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bukti Audit

Bukti audit adalah data utama (substansi),data pendukung dan semua informasi
penguat yang tersedia bagi auditor dari kegiatan pemeriksaannya yang dapat dipakai
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan opini atau memberikan rekomendasinya.
Dari segi pandang audit keuangan, bukti audit terdiri dari: struktur pengendalian intern,
data akuntansi yang terdapat pada catatan akuntansi, serta informasi penguat berupa: hasil
konfirmasi, penjelasan pihak ketiga, hasil pemeriksaan fisik, bukti berupa dokumentasi,
hasil perhitungan ulang, bukti lisan wawancara/penjelasan, dan sebagainya.

Auditor memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk


menghasilkan pelaporan audit yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan
lewat inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan yang diaudit. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan bukti audit, yaitu:

 Pertimbangan profesional, atau professional judgment yang berarti probabilitas


seorang auditor untuk menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam
sistem akuntasi klien.
 Integritas manajemen, atau management integrity yang berarti sikap kejujuran dari
pihak manajemen perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan.
 Kepemilikan publik versus  terbatas, yang berarti suatu jenis perusahaan apakah
termasuk jenis perusahaan terbuka atau perusahaan terbatas.
 Kondisi keuangan, atau financial condition yang menunjukkan apakah perusahaan
mendapatkan laba atau dalam kondisi merugi. 

B. Jenis Bukti Audit


1. Bukti Fisik
Merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
misalnya dari hasil pemeriksaan persediaan, pemeriksaan kas, observasi dari

1
aktiva tetap. Bukti-bukti fisik ini memang seharusnya diperoleh dari pemeriksaan
dan perhitungan obyek yang sudah memilki bentuk yang nyata.
2. Bukti Konfirmasi.
Adalah bukti yang sudah diperoleh dari berbagai tindakan-tindakan
konfirmasi terhadap pihak ketiga. Konfirmasi ini biasanya akan dilakukan untuk
menanyakan bagaimana kebenaran dari saldo yang telah disajikan pada laporan
keuangan. Oleh karena bukti ini dianggap sebagai salah satu bukti yang jauh lebih
handal dari pada bukti-bukti yang sudah diperoleh dari perusahaan, maka pihak
yang akan menjadi sasaran dari surat konfirmasi diharapkan akan mampu dalam
memberikan pernyataan yang sebenarnya dan dengan sejujur-jujurnya. Pihak-
pihak yang telah dikirimkan surat konfirmasi, baik dari mitra bisnis auditee
misalnya suplier, konsumen dengan nilai piutang terbesar maupun dari pihak yang
independen misalnya kantor hukum.
3. Proses dokumentasi.
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari pemeriksaan catatan transaksi
keuangan. Proses seperti ini biasanya lebih sering disebut dengan pemeriksaan
kepada bukti transaksi atau lebih dikenal dengan Vouching. Beberapa catatan
akuntansi yang lebih sering diperiksa adalah bukti-bukti transaksinya, yaitu:
 Bukti kas masuk dan kas keluar.
 Surat pesanan pembelian.
 Dokumen pengapalan/bill of leading.
 Duplikat faktur penjualan dan lain sebagainya.
4. Observasi.
Suatu tindakan yang sudah dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti audit
dengan cara menggunakan panca indra. Misalnya memanfaatkan indera
penglihatan, indera pendengaran, sentuhan, penciuman. Bukti audit yang dapat
diperokeh melalui pengamatan yaitu bukti yang memiliki wujud, bentuk fisik.
Bukti audit dari hasil observasi adalah sebagai berikut:
 Hasil pengamatan terhadap berbagai fasilitas-fasilitas yang telah disediakan
oleh perusahaan.

2
 Barang-barang yang sudah tersimpan baik yang masih memang berfungsi
maupun yang sudah mendekati akhir dari masa ekonomisya
5. Inquiries.
Bukti-bukti yang berasal dari peryataan atau jawaban atas berbagai
pertanyaan-pertanyaan dari pihak auditor yang baik yang sudah berbentuk tulisan
maupun yang berupa lisan. Bukti yang berupa lisan dapat diperoleh melalui
pertanyaan-pertanyaan dan bukti-bukti tertullis yang hanya dapat diperoleh dari
berbagai jawaban atas pertanyaan tertulis. Auditor juga bisa mendapatkan bukti
tertulis dari pertanyaan lisan dengan cara menkonversi menjadi pernyataan tertulis
kemudian memintanya tanda tangan.
6. Perhitungan.
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali pengujian
perhitungan kembali. Para auditor dapat memberikan tanda-tanda pada kertas
kerja bahwa saldo yang sudah diperiksa perhitungannya telah dilakukan dengan
sangat cermat dan tepat. Perhitungan kembali yang harus dilakukan untuk
memeriksa tingkat kecermatan perhitungan yang seblumnya telah dilakukan oleh
auditee.
7. Reperformance.
Bukti-bukti penting yang sudah diperoleh dari pemeriksaan prosedur kerja
yang masih berlaku dan masih bisa dijalankan oleh pihak auditee termasuk juga
tentang pengendalian internalnya. Tujuan dari dilakukan reperformance ini adalah
untuk menguji sampai seberapa handal informasi-informasi keuangan yang sudah
dihasilkan. Analisis otorisasi melalui pemeriksaaan specimen sangat perlu untuk
dilakukan agar bisa mengetahui kuat dan efektifnya penerapa dalam hal
pengendalian internal perusahaan.
8. Tes analisis.
Suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan dari
beberapa saldo sampai dengan membentuk sebuah rasio. Tujuan dari
dilakukannya analitikal prosedur adalah untuk menilai bagaimana tren, dengan
cara membandingkan rasio dari periode yang berjalan dengan rasio periode yang

3
lalu. Selain itu penjelasan atas berbagai tren, baik yang menurun atau yang sudah
meningkat dapat digunakan sebagai salah satu dari bukti audit.

C. Kualitas Bukti Audit


Salah satu aspek penting berkenaan dengan bukti audit adalah mutu (quality)
bukti audit. Mutu bukti audit merupakan kualitas atau ukuran dapat tidaknya suatu bukti
digunakan sebagai bahan untuk menarik konklusi (kesimpulan) guna pernyataan
pendapat atau rekomendasi oleh auditor. Dengan kata lain, bukti audit yang berkualitas
adalah bukti yang dapat dipercaya, sah/valid,obyektif dan relevan sebagai dasar
pengambilan kesimpulan oleh auditor. Di bidang hukum, bukti atau keterangan saksi
sebagai pembuktian memerlukan keabsahan pengadilan berdasarkan penilaian hakim
(juri) yang harus bertindak netral. Sedangkan pada audit agak berbeda : auditor (sebagai
pemeriksa) harus secara independen menilai kualitas bukti audit itu sendiri, di sini tidak
ada fungsi penuntut umum,pembela dan hakim. Pengalaman auditor sangat menentukan
keyakinanya dalam menilai kualitas bukti audit, namun demikian ada beberapa pedoman
yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bukti audit. Kualitas bukti audit ditentukan
oleh bebagi factor,antara lain : relevansi (relevancy), nilai pentingnya bukti audit
(materiality), keabsahan atau kompetensi bukti (competency), kecukupan atau
kelengkapan bukti (sufficiency), dan timeliness.
a. Relevansi Relevansi (Relevancy )
Menurut Herbert Leo (1983,p.144) “ Relevance means that the
information used as evidence must have some logical relationship to the criteria of
the audit objective.” Jadi, bukti audit yang relevan berarti bukti tersebut harus
terkait dengan tujuan audit. Pengertian bukti yang relevan adalah bukti harus
terkait, relevan, atau mempunyai hubungan logis terhadap kriteria yang digunakan
untuk tujuan pemeriksaan (yang sedang diuji oleh auditor). Bukti mungkin hanya
relevan untuk satu tujuan, tetapi tidak relevan bagi tujuan yang lain. Auditor harus
sadar sepenuhnya mengenai pentingnya hal ini. Bila auditor memperoleh bukti
yang tidak relevan, maka akan banyak waktu dan biaya yang terbuang percuma.
Lebih jauh lagi, bukti semacam ini juga dapat menghasilkan kesimpulan yang

4
salah. Bukti yang tidak terkait atau yang tidak relevan tidak akan membantu
tercapainya tujuan audit, bahkan membuang-buang waktu dan biaya.
b. Nilai Penting Penting (Materiality)  
Aspek materialitas ini mungkin terutama berkaitan dengan audit laporan
laporan keuangan. Di dalam audit laporan keuangan, suatu kesalahan diukur dari
material atau tidaknya kesalahan itu. Materialitas bersifat relatif, karena jenis
kesalahan dan besar kecilnya nilai bukti (kesalahan) akan mempengaruhi sikap
auditor dalam mengambil kesimpulan, atau pendapat yang akan dikemukakannya
dalam laporan pemeriksaan. Misalnya: (a)Kesalahan yang mempengaruhi laba
dianggap lebih material dari pada yang tidak berpengaruh terhadap laba,
(b)kesalahan yang nilainya relatif sangat kecil dianggap tidak materialitas
dibanding yang nilainya cukup signifikan, (c)kesalahan yang bersifat
penyalahgunaan (kecurangan) dianggap lebih material dibandingkan dengan
kekeliruan.

c. Kompetensi Bukti Audit (Competeney)


Kompetensi bukti audit dipengaruhi oleh beberapa beberapa faktor, terutama
dari sah tidaknya bukti dan sumber dari mana bukti audit tersebut diperoleh.
Statenment of  Auditing Standards 400Audit Euidence menyebutkan bahwa
reliabilitas bukti audit dipengaruhi oleh sumber (Internal atau eksternal) dan oleh
sifatnya (visual, dokumenter, atau lisan). Karena reliabilitas bukti audit tergantung
pada kondisi masing-masing, beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan petunjuk
umum dalam menentukan tingkat reliabilitasi bukti audit :
 Bukti audit dari sumber-sumber eksternal, (contohnya, konfirmasi yang
diterima dari pihak ketiga) biasanya lebih reliabel dari pada yang dibuat
secara internal.
 Bukti yang dibuat secara internal lebih reliabel apabila sistem akuntansi
dan pengendalian internal berjalan efektif.
 Bukti audit yang diterima langsung oleh auditor l lebih reliabel dari pada
yang diperoleh dari entitas (auditee). Bukti audit dalam bentuk dokumen
dan bentuk tulisan lainnya biasanya lebih reliabel dari pada bentuk lisan.

5
 Dokumen asli lebih reliabel dari pada fotocopy , teleks, atau faksimili.
Bukti audit yang valid menjadikan bukti tersebut kompeten untuk
digunakan sebagai dasar pengambilan Keputusan mengenai kesimpulan
hasil pemeriksaan.

D. Pengumpulan Bukti Audit


Beberapa cara umum pengumpulan bukti audit adalah :
1) Observasi kegiatan karyawan.
Di sini kita akan mempelajari job description karyawan dan tentu saja diikuti
dengan melihat apa yang benar-benar dikerjakan karyawan.

2) Membaca dokumentasi sistem dan standard operating procedures


Dengan membaca dokumentasi maka akan memudahkan team audit untuk
mengerti proses bisnis perusahaan dan tentunya memeriksa mengenai penerapan
standard operating procedure yang telah ditetapkan.

3) Diskusi dengan karyawan berkaitan dengan topik yang diaudit


Dengan melakukan diskusi dengan karyawan maka akan menambah informasi
kepada team audit mengenai apa-apa saja yang telah terjadi di perusahaan.

4) Membuat questionare kepada karyawan-karyawan untuk pengumpulan data dan


informasi
Untuk membuat data statistik atau keperluan lainnya, team audit dapat membuat
sejumlah daftar pertanyaan yang akan diisi oleh karyawan.

5) Menghitung aset fisik untuk melihat kecocokan antara catatan dan fisik
Untuk memastikan aset perusahaan dijaga dengan baik, team audit akan
melakukan penghitungan salah satu atau beberapa aset perusahaan apakah sesuai
dengan catatan akuntansi.

6) Mengecek data dengan pihak lain

6
Team audit dapat memeriksa catatan piutang dan dengan secara acak dapat
mengeceek ke pelanggan yang bersangkutan untuk memastikan bahwa tidak ada
piutang perusahaan yang telah disalahgunakan.

7) Menghitung ulang suatu catatan akuntansi


Team audit dapat memeriksa catatan akuntansi dengan menghitung secara manual
misalnya perhitungan penyusutan.

8) Memeriksa dokumen pendukung transaksi


Di sini team audit dapat memeriksa apakah proses pembayaran kepada vendor
didukung oleh bukti-bukti seperti penerimaan barang dan juga tagihan dari
vendor.

9) Melakukan analisa mengenai data-data yang didapatkan


Sesuai kemampuan yang dimiliki maka team audit akan menganalisa semua bukti
temuan-temuan yang didapatkan. Di sini team audit dapat menggunakan rasio-
rasio keuangan misalnya perbandingan piutang dengan penjualan untuk
menentukan kesehatan keuangan perusahaan.

E. Pertimbangan Dalam Bukti Audit


Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh auditor didalam menetapkan bukti
audit yaitu :
 Di bidang hukum, pihak yang dituntut maupun penuntut mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk mempertahankan kebenaran yang diyakininya, atau
untuk membela dirinya, dan kemudian hakim yang akan menentukan kebenaran
berdasarkan bukti-bukti yang dibahas di pengadilan berdasarkan keyakinannya.
Pada auditing, auditor harus obyektif dan bila temuan (negatif) yang akan
dilaporkannya dirasa perlu untuk disanggah atau dijelaskan (alasan mengapa
terjadi demikian) oleh auditan, maka auditor harus menyajikan alasan tersebut
pada laporannya (auditee included ).

7
 Auditor memerlukan bukti audit untuk tujuan pemeriksaan harus mengerti dan
menyadari bahwa tidak ada sesuatu hal yang pasti untuk tersebut. Auditor itu
sendiri yang sendiri yang harus menentukan bagaimana mutu bukti yang
diperoleh, berapa banyak bukti audit yang diperlukan, dan seberapa mendukung
keyakinannya dalam mengambil Kesimpulan dari pemeriksaan tersebut.
 Bukti audit harus dicatat, dikelola dan dievaluasi.
 Laporan hasil audit harus disertai lampiran bukti audit yang mendukung
kesimpulan atau pendapat yang diberikan oleh auditor.

F. Pertimbangan Auditor
Terdapat beberapa pertimbangan auditor yang perlu diperhatikan dalam menetukan
kompetensi bukti audit berkaitan dengan kualitas bukti yang harus dikumpulkan oleh
auditor, diantaranya adalah:
1) Materialitas dan Resiko
Secara umum, untuk akun yang jumlahnya besar dalam laporan keuangan
diperlukan jumlah bukti audit yang lebih banyak dibandingkan dengan akun yang
bersaldo tidak material. Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk
disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki
kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002).
2) Personality Type
Dalam pengambilan keputusan, seorang auditor memerlukan pertimbangan yang
baik agar dapat menghasilkan kinerja yang baik pula. Suatu pertimbangan dapat
didasrkan pada tipe personality masing-masing individu. Menurut teori Myers-Briggs,
tipe personality auditor dalam pengambilan keputusan dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
 Thinking, yaitu auditor yang mengambil keputusan berdasarkan atas
analisis pemahaman sebab akibat dari data dan fakta yang ia miliki.
 Sensing, yaitu auditor mengambil keputusan dari fakta-fakta yang dia
miliki da bukan berdasarkan dari opini orang lain.

8
 Introverted, yaitu auditor yang mengambil keputusan berdasarkan
pengalaman dari dalam atau independen.
 Extroverted, yaitu auditor yang mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan untuk mendapatkan klien dan mampu bergaul dengan
masyarakat.
 Judgement, yaitu auditor yang mengambil keputusan berdasarkan fakta-
fakta yang ada di kertas kerja kemudian dengan ilmu yang dimiliki
dianalisis. Pertimbanganpertimbangan diperlukan untuk mengambil
keputusan karena adanya ketidakpastian.
3) Faktor yang dapat memberikan kesimpulan dalam bahan bukti Terdapat empat faktor
yang menentukan apakah suatu bahan bukti audit dapat memberikan kesimpulan:
 Relevansi (Relevance)
Bukti audit harus secara selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan
diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat dipercaya. Relevansi hanya
dapat dipertimbangkan dengan tujuan audit spesifik. Bukti audit barangkali
relevan dengan satu tujuan audit tetapi tidak relevan dengan tujuan audit
lainnya. (Arens, dkk 2003:246).
 Kompetensi (Competence)
Kompetensi bukti merujuk pada tingkat di mana bukti tersebut dianggap dapat
dipercaya atau diyakini kebenarannya. Jika bukti audit dianggap memiliki
kompetensi yang tinggi, maka bantuan bukti tersebut untuk meyakinkan
auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sangat besar.
Menurut Arens, dkk yang diterjemaahkan oleh tim Dejacarta (2003:246)
mayoritas auditor mempergunakan istilah keterpercayaan bukti (reliability of
evidence) sebagai sinonim dari kompetensi.
 Kecukupan (Suffisience)
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menetukan kecukupannya. Pada
umumnya, kecukupan bukti diukur dengan ukuran sampel yang dipilih oleh
auditor. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecukupan ukuran sampel audit
adalah ekspektasi auditor atas kemungkinan salah saji dan efektivitas dari
pengendalian intern klien.

9
 Ketepatan Waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu dari bahan bukti audit mengacu pada kapan bahan bukti
audit dikumpulkan atau periode yang dicakup oleh audit. Umumnya bukti
audit untuk mendukung akun-akun neraca akan lebih tepat untuk dikumpulkan
pada masa-masa yang dekat dengan tanggal neraca.
4) Faktor ekonomi
Pengumpulan bahan bukti yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor
yaitu waktu dan biaya. Auditor harus mempertimbangkan ekonomi dalam
menentukan jumlah kompetensi bahan bukti audit yang dikumpulkan. Dua jenis
bahan bukti yang memerlukan biaya tinggi adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
Dokumentasi dan prosedur analitis biayanya dalam tingkatan menengah. Tiga jenis
bahan bukti yang tidak memerlukan biaya tinggi adalah pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan pelaksanaan ulang. Auditor harus bekerja dalam batas-batas ekonomi
agar secara ekonomis dapat bermanfaat dengan biaya yang masuk akal sehingga
pendapat dapat dirumuskan dengan tepat dan dengan jangka waktu yang tepat pula.

10
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai
dasar yang dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Setelah bukti-bukti audit
dikumpulkan, auditor harus mengevaluasi seluruh isi dari bukti-bukti tersebut sesuai
dengan tujuan dari audit dan kemudian:
 Dilakukan tests of controis yang bertujuan untuk mengetahui apakah
pengendalian yang ada telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
 Dilakukan substantive test , yang terdiri dari:
a. Tests of transactions yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah
terdapat kekeliruan atau kesalahan di dalam pemrosesan transaksi yang
menyebabkan ketidak akuratan informasi keuangan.
b. Tests of balances or overall results yang bertujuan untuk menjamin
laporanyang dihasilkan adalah benar dan akurat.

B. SARAN

Adapun saran penulis sehubungan dengan makalah ini, kami dan kepada rekan-
rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang
pemahaman bukti audit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gonodiyoto, Sanyoto. 2007. Audit Sistem Informasi Gonodiyoto, Sanyoto. 2007. Audit Sistem Informasi
Pendekatan CobIT. Jakarta: endekatan CobIT. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

PT.Proweb Indonesia. 2019. https://www.proweb.co.id/erp/article/sia/bukti-audit/

TokoPedia KamusKeuangan. https://kamus.tokopedia.com/b/bukti-audit/

Satuan Pengendalian Internal UPI. http://spi.upi.edu/2021/01/15/bukti-bukti-audit-audit-evidence-dan-


beberapa-penjelasannya/

12

Anda mungkin juga menyukai