Anda di halaman 1dari 19

METODE PENGEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teori Akuntansi Syariah


Dosen Pengampu : Bapak Ikhsan Abdullah, S.E,M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1. Yungki Akbar 0502193167

2. Sari Wahyuni 0502193173

3. Aulia Rahma 0502193230

4. Uci Roito Anggina Nst 0502193266

5. Nurweni 0502192066

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di yaumil akhir (akhirat kelak) nanti. Aamiin

Makalah ini disusun guna memenuhi kelengkapan tugas mata kuliah Teori Akuntansi
Syariah. Kami berharap dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan ilmu pengetahuan kepada pembaca dan berbagai pihak yang membutuhkan.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah mengenai “Metode Pengembangan Akuntansi Syariah” ini


dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, Mei 2022

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..……..1

DAFTAR ISI………………………………………………………………..……….2

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………..3

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….3

C. Tujuan Masalah……………………………………………………………….3

D. Manfaat……………………………………………………………………….4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Metode Pengembangan Akuntansi Syariah…………………………………..5

B. Tantangan Pengembangan Akuntansi Syariah……………………………….7

C. Model Pengembangan Akuntansi Syariah……………………………………9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………...16

B. Saran………………………………………………………………………….17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi dunia semakin pesat khususnya di negara Indonesia.
Tahun demi tahun semakin mengalami peningkatan dalam bidang perekonomian
terutama di bidang keuangan. Banyak lembaga keuangan yang bersaing dalam
meningkatkan volume dan nilai transaksi, seperti perbankan, asuransi, pasar modal dan
lembaga keuangan yang berbasis syariah.
Akuntansi syariah yang secara nyata telah ditetapkan pada era dimana
masyarakat menggunakan sistem nilai islami khususunya pada era Nabi SAW,
Khulafaur rasyidin dan pemerintah islam lainnya. Perkembangan akuntansi di Indonesia
sudah mulai berkembang dengan adanya lembaga-lembaga syariah untuk memajukan
perkembangan ekonomi syariah. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
akuntansi syariah ini termasuk salah satunya antara lain yaitu kurang dikenalnya
akuntansi syariah oleh masyarakat Indonesia.
Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami
pergeseran nilai yang sangat mendasar dan berarti, terutama mengenai kerangka teori
yang mendasari dituntut mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Demikian halnya konstruksi akuntansi konvensional menjadi akuntansi
islam (syariah) yang lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah islam
yang dipraktikkan dalam kehidupan sosial-ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pengembangan akuntansi syariah?
2. Apa saja tantangan dalam pengembangan akuntansi syariah?
3. Bagaimana model dalam pengembangan akuntansi syariah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui metode pengembangan akuntansi syariah

3
2. Untuk mengetahui tantangan dalam pengembangan akuntansi syariah
3. Untuk mengetahui model dalam pengembangan akuntansi syariah

D. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dengan membuat tugas makalah ini, penulis dapat menamah wawasan dan
pengetahuan tentang “Metode Pengembangan Akuntansi Syariah”.
2. Untuk pembaca, penulis mengharapkan dapat menjadi tambahan ilmu dan wawasan,
bahan bacaan bagi seluruh mahasiswa/I maupun pihak yang membacanya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pengembangan Akuntansi Syariah

Menurut Achmad Maulana (2004) “Metodologi berarti cara-cara atau langkah-


langkah yang tepat untuk menganalisa sesuatu”. Dalam artikel dwi suwikyo (2007)
akuntansi syariah, pada tataran ontology dan epistemology terdapat kesepahaman antar para
pakar akuntansi bahwa akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi konvensional. Namun,
dalam tataran metodologi masih ada perbedaan pandangan di kalangan pakar akuntansi
syariah. Maka kita masih terus membutuhkan kajian lebih dalam lagi untuk
menyempurnakan lagi sistem akuntansi syariah yang sudah berjalan ini.

Metode yang digunakan pada tahap evaluatif adalah metode analitik kritis-rasional.
Metode ini diterapkan mengingat pada tahap ini dilakukan upaya membandingkan konsep
Akuntansi Barat dengan konsep Akuntansi Syariah. Seperti halnya dalam upaya mengkaji
atau membangun teori sosial, termasuk teori akuntansi, maka proses berfikir analisis kritis
dan rasional sangat dituntut. (Muhammad; 2022)

Perumusan teori yang bersumber pada praktik akuntansi berusaha menarik


kesimpulan umum dari pengamatan dan pengukuran praktik akuntansi. Metode ini disebut
dengan proses induksi. Namun, proses induksi tetap terkait erat dengan proses deduktif
karena proses deduktif memberikan petunjuk pemilihan data yang akan di teliti. Hal senada
juga disampaikan oleh Ahmed Belkaoui yang menjelaskan bahwa perumusan teori
akuntansi konvensional yang paling dikenal menggunakan metodologi deskriptif artinya
tidak mengenal uang tetapi orientasi sosial.

Dalam pendekatan teori deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi
normative, yang melahirkan teori normatif. Teori akuntansi normative berusaha
membenarkan apa yang seharusnya benar, dari pada membenarkan apa yang benar. Dengan
5
menanggung resiko akibat penyederhanaan, kita dapat beranggapan bahwa sifat fenomena
serta persoalan akuntansi yang kompleks, maka kedua metodologi tersebut dapat diperlukan
untuk perumusan suatu teori akuntansi. Metodologi deskriptif akan mencoba membenarkan
beberapa praktik akuntansi yang dipertimbangkan bermanfaat, sedang metodologi
normative akan mencoba membenarkan beberapa praktik akuntansi yang seharusnya
dipergunakan.

Selanjutnya, ada enam pendekatan dalam metodologi pengembangan akuntansi


syariah, diantaranya yaitu:

1. Instrumentalistik
Umat isam perlu meraih pengetahuan dan kemajuan teknologi barat. Tidak
perlu ada koreksi yang memadai, karena tidk terlihatada unsur-unsur nlai
yangberbeda antara Islam dan Barat.
2. Justifikasi
Adalah sebuah pendekatan yang menjadikan temuan ilmiah modern sebagai
sebuah “kebenaran awal” selanjutnya diberikan justifikasi dengan cara
mencarinya dalam Al-Qur’an dan Hadits.
3. Sains sakral
Merupakan sebuah metodologi untuk memasukkan unsur-unsur spritualitas
dalam sains. Sains yang sekuler perlu diisi dengan nilai-nilai spiritual agar
tidak kering. Namun, sains sacral idak hanya dimiliki oleh islam namun juga
oleh agama-agama yang ada didunia saat ini.
4. Integrasi
Mengitegrasikan sains barat dengan ilmu-ilmu islam. Integrasi lebih dekat
dengan islamisasi pengetahuan.
5. Islamisasi pengetahuan, dengan tiga varian:
a. Mekanistik-Al-Faruqi (2003), menghasilkan sejumlah literatur untuk
berbagai bidang ilmu sosial untk melengkapi sejumlah bahan ajar,
dilakukan melalui 12 langkah (work plan).
b. Islamisasi-paradigmatik, islamisasi pengetahuan kontemporer
merupakan usaha; pengujian kritis terhadap metode –metode sains
modern; konsep-konsep, perkiraan-perkiraan (presuppositions), dan
lambang-lambangnya (symbols); aspek-aspek empiris dan rasionalnya,
dan apa saja yang mengenai nilai-nilai dan etika; tafsiran-tafsirannya

6
tentang asal-muasal; teorinya tentang ilmu ; perkiraaanya mengenai
dunia eksternal, keseragaman alam, dan rasionalitas proses-proses alam,
teorinya tentang alam raya; berbagai klasifikasi sains; batasan-batasan
dan saling hubungan antara satu sains dengan lainnya dan hubungan-
hubungan sosial. (Al-Attas, 1995)
c. Islamisasi-syariahisasi, banyak dijumpai dalam disiplin ekonomi-bisnis
saat ini dan sangat dipengaruhi oleh pendekatan fikih. Syariahisasi
meliputi upaya;
1. Penerimaan (accepting)
2. Penyesuaian (adjusting), dan
3. Penolakan (rejecting), terhadap konsep-konsep akuntansi
konvensional. (Birton, et, al., 2015)
6. Saintifikasi (pengilmuan) Islam
Intinya bahwa islam memiliki paradigm yang independen untuk
menjelaskan fenomena tanpa terikat dengan paradigm kontemporer.
Terdapat dua pendekatan;
a. Saintifikasi-filosofis, pendekatan filosofis lebih menekankan pada
penggunaan akal budi untuk menurunkan konsep-konsep kunci
dalam AlQur’an sehingga dapat diamati sebagai objek kajian. Ketika
islam menawarkan konsep pencatatan (Q.S Al-Baqarah (2); 282-28).
Askary dan Clark 91997) juga sudah dapat menurunkan konsep-
konsep akuntansi yang terdapat dalam alQur’an yang tinggal
dibangun konsepsi lebih utuh.
b. Saintifikasi-maqasid syariah, setalah maksud syariah teridentifikasi
maka konsep, metode maupun praktik pengetahuan tertentu dapat
diturunkan. Konsep maqasid syariah yang sudah diturunkan adalah
dalam penentuan (alternatif) tujuan laporan keuangan entitas
syariah.. (Birton, 2015)

B. Tantangan Pengembangan Akuntansi Syariah

Menurut Iwan Triyuwono dan Graffikin, dikatakan bahwa Akuntansi syariah


merupakan salah satu upaya mendekontruksi akutansi modern ke dalam bentuk yang

7
humanis dan sarat nilai. Tujuan diciptakannya` akuntansi syariah adalah terciptanya
peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental, dan teleological.
Kendala mungkin yang paling mendasar adalah merubah pola pikir masyarakat dalam
akuntansi konvensional mentransformasi menjadi akuntansi syariah di setiap pembukuan
dalam perusahaannya.

Adapun empat tantangan dalam pengembangan akuntansi syariah, diantaranya


yaitu:
1. Tantangan pertama, kemampuan kelembagaan yang belum kompetitif (daya saing)
dan efisien. Beberapa fenomenan seperti dukungan permodalan dan jaringan yang
terbatas, rendahnya penggunaan teknologi, serta kapasitas (kemampuan) SDM yang
belum merata.
2. Tantangan kedua, yaitu masih terbatasnya jenis dan akses terhadap produk dan
layanan keuangan syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Artinya produk
dan jasa keuangan syariah belum dapat menyediakan kenyamanan dan kecanggihan
untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
3. Tantangan ketiga, adalah market share keuangan syariah yang masih kecil. Kondisi
ini tidak menunjukkan perubahan, padahal beberapa produk keuangan syariah
memiliki market share lebih dari 5 persen secara individu, seperti hasil riset yaitu
perbankan syariah 5,29 persen, pembiayaan syariah 7,27 persen dan sukuk
negara16,96 persen.
“Namun, market share secara total aset keuanngan syariah, masih di bawah 5 persen
dari keseluruhan aset keuangan”.
4. Tantangan keempat, adalah literasi keuangan syariah masyarakat yang masih rendah.

Semua ini akan menjadi potensi yang besar bagi keuangan syariah apabila tantangan-
tantangan tersebut dapat disikapi dengan baik. Teori akuntansi harus mengkaji
pengembangan akuntansi masyarakat dimana ia dipraktikkan. Hal ini berarti bahwa
sikap ini mungkin merupakan suatu cara untuk melahirkan aturan-aturan akuntansi.
Sebagaimana dijelaskan oleh Gambling, oleh karena tidak adanya aturan akuntansi,
maka akuntansi barat tidak membahas mengenai aturan apapun yang berkaitan dengan
masalah organisasi (perusahaan), yang berhubungan dengan masyarakat dan individu.
Aturan semacam itu biasa disebut sebagai suatu bahasan dalam teori akuntansi
sekarang. Di pihak lain persyaratan masyarakat mengenai akuntansi secara kuantitatif
meningkat juga. (Muhammad, 2022)

8
Dengan diadakannya pengkajian kembali teori akuntansi syariah yang ada
sekarang dan penerapan di instansi terkait tetap diawasi dengan ketat, dan diharapkan
akan dapat membangkitkan kesadaran diri secara penuh akan kepatuhan dan
ketundukan seseorang kepada kuasa Allah. Dengan kesadaran diri tersebut, ia akan
selalu merasakan kehadiran Tuhan dalam dimensi waktu dan tempat dimana ia berada.
Dengan demikian melalui akuntansi syariah, realitas sosial akan dirancang dan
dibangun melalui muatan nilai tauhid dan ketundukannya pada jaringan-jaringan
kekuasaan Ilahi.Kesemuanya itu dilakukan dengan perspektif khalifatullah fil ardh.
Perspektif ini berarti suatu cara pandang yang sadar akan hakikat diri manusia dan
tanggung jawab kelak di kemudian hari di hadapan Allah SWT. (Muhammad,2002).

C. Model Pengembangan Akuntansi Syariah

Model pengembangan akuntansi syariah terdiri dari tiga model pengembangan, yaitu:
(a) Model Islamisasi AAOIFI; (b) Model Syariahisasi Ikatan Akuntansi Indonesia; (c) Model
Perbandingan Muhammad R Taheri.

a) Model Islamisasi AAOIFI

Dalam pendekatan deduktif, prinsip-prinsip teoritis akuntansi secara logis diperolehlewat


deduksi berbagai asumsi dari aksioma atau prinsip-prinsip awalnya. Pendekatan “true income”
dalam teori akunting merupakan bentuk paling awal approach deduktif. Pendekatan ini
berusaha menyelaraskan antara laba akuntansi dengan laba ekonomi yang menjadi pegangan
para ekonomi, dan dengan begitu sangat bergantung pada teori ekonomi. Namun Gambling dan
Karim (1991) berargumentasi bahwa konsep income ekonomi tak bisa diterima dalam,
perspektif Islam karena hal-hal yang tak bisa diterima itu begitu fundamental bagi teori deduktif
barat. Misalnya, model tingkat ekonomi pengembalian modal (economic rate of return on
capital) yang membentuk basis bagi kalkulasi pendapatan di muka dengan asumsi bahwauang
punya nilai waktu, yang dinyatakan Gambling dan Karim sebagai hal yang tak ada dalam Islam.
Atas dasar ini, bagian dari teori akunting deduktif yang berlandaskan teori ekonomi
konvensional tampak bukan sebagai model yang cocok. menciptakan teori akuntansi Islam.

Karim (1995) menawarkan dua metode dimana akuntansi Islami akan bisa tercapai. Pertama,
tetapkan sasaran-sasaran berlandasan pada prinsip-prinsip Islam dan ajaran-ajaran Islam.
Pertimbangkan sasaran-sasaran tersebut dan bandingkan dengan pemikiran-pemikiran

9
akuntansi kontemporer yang ada. Kedua, muali dengan sasaran-sasaran yang ada dalam
pemikiran akuntansi kontemporer, kemudian bandingkan dengan Syariah, lalu terima yang
sejalan dengan Syariah dan tinggalkan yang tidak sejalan. Lalu kembangkan hasi-hasil unik
yang menjadi temuannya.

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization of Islamic Financial Institutions) sejak 1996
menerapkan cara pendekatan yang kedua tersebut. Lembaga ini berpendapat bahwa cara itu
konsisten dengan prinsip-prinsip Islam lebih luas bahwa suatu pandanan tak selalu memerlukan
konsep yang mesti diambil dari Syariah. Ditegaskan, cara pendekatan tersebut sejalan dengan
prinsip hukum Islam tentang hal-hal yang diperbolehkan (ibaha, permissibility) bahwa segala
sesuatu diizinkan kecuali untuk hal-hal yang jelas dilarang Syariah. Dengan demikian, konsep
informasi akuntansi berguna, seperti relevansi dan reabilitas, bisa begitu saja dimaskkan dalam
praktek akuntansi Islam oleh AAOIFI.

b) Model Syariahisasi Ikatan Akuntansi Indonesia

IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar akuntansi keuangan dan audit
bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam pengembangan perbankan syariah di
Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik
tanpa adanya standar akuntansi keuangan yang baik.

Dalam penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dilakukan IAI dengan bekerjasama
dengan Bank Indonesia, DSN serta pelaku perbankan syariah dan dengan mempertimbangkan
standar yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah internasional yaitu AAOIFI. Hal ini
dimaksudkan agar standar yang digunakan selaras dengan standar akuntansi keuangan syariah
internasional.

Standar akuntansi syariah sudah dicoba untuk dibakukan, baik secara nasional maupun
internasional. Secara nasional, standar akuntansi syariah dirumuskan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dengan diterbitkannya beberapa PSAK berkaitan dengan akuntansi syariah,
yaitu PSAK 101 hingga 109. Sedangkan secara internasional konsep akuntansi syariah, dan
cara konsep itu diberlakukan untuk berbagai produk keuangan syariah dilakukan oleh AAOIFI
(The Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institution). Pengembangan
tataran praktis standar akuntansi syariah dilakukan karena adanya perkembangan berbagai
instrument keuangan syariah, termasuk instrument pasar modal syariah.

10
Di Indonesia sendiri, permasalahan standarisasi laporan keuangan syariah ditangani oleh
Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAK) yang berada di bawah naungan Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). DSAK dibentuk di Jakarta pada kongres ke 8 IAI pada tahun 1998. Saat ini,
Standar Akuntansi Keuangan Syariah di Indonesia menggunakan PSAK 101 (2014). SAK
Syariah tersebut menggantikan SAK Syariah yang disahkan tahun 2002 dan menyempurnakan
SAK tahun 2007 dan 2011.

Dasar pembuatan SAK Syariah ini bersumber pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282-283.
Ayat tersebut menjabarkan prinsip pencatatan laporan keuangan yang menggunakan konsep
kejujuran, keadilan dan kebenaran. Pembuatan SAK Syariah ini mengikuti perkembangan
ekonomi islam di dunia. Perkembangan tersebut menciptakan lingkungan ekonomi dan pasar
baru yang berbasis syariah.

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Dan Akuntansi Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan barat sangat pesat dan melampaui ilmu yang dikembangkan oleh kaum muslimin.
Berkaitan dengan aspek politik, ekonomi, agama, kultur dan pendidikan, umat Islam berada
pada posisi bangsa yang tertinggal. Ada beberapa masalah yang sedang dihadapi umat muslim
yaitu (a) keterbelakangan umat; (b) kelemahan umat; (c) stagnasi intelektual umat; (d) absennya
ijtihad umat; (e) mandegnya kemajuan kultur umat; (f) kesenjangan umat dari norma-norma
dasar peradaban Islam (Abu Sulayman, 1988).

Oleh karena itu Al Faruqi (1984) memberikan 5 langkah untuk melakukan islamisasi ilmu
pengetahuan, yaitu :

1. Penguasaan disiplin ilmu modern

2. Penguasaan khazanah Islam

3. Penentuan relevansi

Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern apa pendapat normative dari para ahli atau
lembaga tentang teori akuntansi Islam

1. Menguasai syariah, konsep, filosofi dan prinsip-prinsip. Pencarian sintesa kreatif antara
khazanah Islam dengan ilmu modern dan.

2. Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai

11
Pemenuhan pola rencana Allah SWT. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Islamisasi ilmu
pengetahuan pada dasarnya adalah suatu upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-asumsi
Barat terhadap realitas dan kemudian menggantikannya dengan pandangan dunia Islam sendiri
(Zainuddin, 2003).

• Al-Attas

Prof. al-Attas kemudian menjelaskan bahwa bahasa Islam lahir seiring dengan proses turunnya
wahyu kepada Rasulullah. Wahyu tersebut kemudian mengislamkan bahasa Arab Jahiliyah.
Untuk itulah, menurutnya, istilah-istilah kunci (key terms) di dalam Islam pada akhirnya selalu
bersumber dari al Quran. Sebab, al-Quran menjadi bukti paling sahih proses islamisasi bahasa
Arab. Untuk itulah, menurut Prof. al-Attas, bahwa proses islamisasi (sebuah ide besar dan
genuine yang berasal darinya) harus dimulai dari bahasa sebagaimana yang dilakukan oleh al-
Quran terhadap bahasa Arab.

Karena telah diislamkan oleh wahyu, istilah-istilah kunci tersebut pun sifatnya pasti dan tidak
berubah-ubah. Dalam hal ini, perubahan sosial (social change) tidak menjadi faktor dominan
dalam memberikan makna terhadap istilah-istilah kunci tersebut. Untuk itulah, kalau tidak
terjadi kekeliruan dalam ilmu (confusion of knowledge), setiap generasi umat manusia akan
memiliki pemahaman yang sama dan tidak berubah terhadap istilah-istilah kunci tersebut.

Namun, menurutnya, upaya islamisasi yang dimulai dari bahasa tersebut adalah hal yang selama
ini selalu bertentangan atau dilawan oleh orang-orang sekular. Mereka selalu membiarkan
perubahan sosial sebagai faktor dominan untuk mengubah istilah-istilah kunci (Syed
Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur: ISTAC 1993, 45 46). Hal
tersebut ditambah dengan media massa, majalah, dan berita yang kemudian menjadi faktor-
faktor dominan juga dalam menentukan makna bahasa serta istilah-istilah kunci. Sama dengan
islamisasi, orang-orang sekular pun kemudian menjadikan bahasa sebagai pintu untuk
melakukan sekularisasi.

Prof. al-Attas menegaskan perihal pemikirannya selama ini tentang bahasa, terutama istilah-
istilah kunci di dalam Islam. Dalam istilah-istilah kunci tersebut terkandung pandangan Islam
tentang realitas dan kebenaran (Islamic vision of reality and truth) yang menjelaskan tentang
pandangan hidup Islam (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics
of Islam, ISTAC: Kuala Lumpur: 2001, 29-30). Hal ini sekaligus menegaskan bahwa bahasa
mencerminkan ontologi (language reflects ontology)

12
Hal inilah yang mungkin menjadi latar belakang kenapa Nabi Adam diajarkan "nama-nama"
(al-asma) oleh Allah terlebih dahulu. Sebab, nama nama tersebut adalah bahasa yang
merefleksikan tentang realitas dan kebenaran. Para ahli mantiq pun kemudian mendefinisikan
manusia. sebagai "hayawan nathiq" (hewan berbicara). Sifat "bicara tersebut menjelaskan
bahasa yang juga merefleksikan tentang realitas dan kebenaran. Kedudukan bahasa yang
mencerminkan realitas dan kebenaran itulah

Yang menjadi latar belakang para ilmuwan Muslim menulis kamus-kamus besar seperti Lisan
al-'Arab, al-Mufradat fi Gharib al-Qur'an, Kasysyaf al Ishthilahat al-Fumun wa al-'Ulum, dan
Taj al- Arus. Bahkan leksikon "kecil" seperti al-Ta'rifat yang ditulis oleh al-Jurjani pun
bertujuan untuk menjaga istilah-istilah kunci di dalam Islam. Bisa dipastikan, jika istilah-istilah
tersebut dirusak maknanya, akan terjadi kekeliruan dalam ilmu (confusion of knowledge),
sebagaimana yang bisa kita lihat dan rasakan pada zaman sekarang.

Kita ambil contoh kata shalat. Sebelum Islam turun, masyarakat Arab Jahiliyah tidak mengenal
shalat sebagai ritual khusus yang dimulai dengan takbir dan ditutup dengan salam, sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah. Namun, ketika Islam turun, kata shalat kemudian diubah
maknanya sebagai ibadah yang kita kenal selama ini. Karena telah diislamkan seiring dengan
turunnya wahyu, kata shalat tidak bisa diartikan secara sederhana dengan berdoa (pray) saja.
Sebab, untuk menyebut kata yang berarti "doa", masih ada kata lain yang bisa digunakan selain
kata shalat. Untuk itulah, agar makna sebuah kata bisa difahami dengan jelas, para ilmuwan
Muslim kemudian membuat batasan makna sebuah kata dalam

Bentuk ta'rif, baik yang lughawi (etimologi) ataupun ishthilahi (terminologi). Di sinilah kenapa
istilah-istilah kunci di dalam Islam kemudian sering tidak bisa diterjemahkan kepada bahasa-
bahasa lain. Hal ini pulalah yang kemudian menyebabkan kata-kata kunci di dalam Islam
meresap kepada bahasa-bahasa lain untuk kemudian menjadi kosakata yang inheren dalam
bahasa-bahasa tersebut-seperti Bahasa Melayu, Persia, Turki, Urdu, dll. Bahasa-bahasa yang
telah dimasuki oleh istilah-istilah kunci tersebut kemudian disebut oleh Prof. al-Attas sebagai
bahasa-bahasa Islam.

Kemampuan umat Islam untuk menulis leksikon-leksikon pun bisa disebut sebagai tradisi ilmu
yang hanya berkembang dan dimiliki oleh umat Islam. Tidak ada peradaban dan agama mana
pun yang bisa menandingi kemampuan umat Islam dalam menulis leksikon. Yang lebih
mengagumkannya lagi, leksikon-leksikon tersebut banyak yang ditulis hanya oleh seorang

13
ilmuwan bukan ditulis dalam bentuk komite khusus tentang bahasa sebagaimana yang lazim
terjadi pada zaman sekarang.

c) Model Perbandingan Mohammad R. Taheri

Mohammad R. Taheri dalam artikelnya yang berjudul The Basic Principles of Islamic Economy
and Their Effects on Accounting Standars Settings (2000) berpendapat bahwa kebijakan
akuntansi untuk akuntansi model Islami akan lebih berorientasi nilai (value-oriented). Hal ini
didasarkan adanya tiga komponen dasar dalam ekonomi Islam yaitu:

1.Prinsip Multi Kepemilikan Dalam Islam

Islam pada dasarnya berbeda dari kapitalisme dan sosialisme dalam sifat prinsip kepemilikan,
yang diakuinya. Masyarakat kapitalis percaya pada bentuk kepemilikan individu pribadi, yaitu
kepemilikan pribadi. Hal ini memungkinkan individu memiliki kepemilikan pribadi dari
berbagai jenis kekayaan di negara tersebut sesuai dengan aktivitas dan keadaan mereka la hanya
mengakui kepemilikan publik ketika disyaratkan oleh kebutuhan sosial dan ketika pengalaman
menunjukkan perlunya nasionalisasi dari utilitas ini atau itu.

Masyarakat sosialisme sepenuhnya bertentangan dengan itu. Jadi kepemilikan bersama adalah
prinsip umum, yang diterapkan untuk setiap jenis kekayaan. Namun, karakteristik dasar kedua
masyarakat tidak berlaku untuk masyarakat Islam karena masyarakat Islam tidak setuju dengan
kapitalisme dalam. doktrin bahwa kepemilikan pribadi adalah prinsip, atau dengan sosialisme
dalam pandangannya bahwa kepemilikan bersama adalah prinsip umum. Melainkan mengakui
berbagai bentuk kepemilikan pada saat yang bersamaan. Jadi itu meletakkan prinsip
kepemilikan multi-faceted. Itu berarti dari sudut pandang Islam, kepemilikan diterima dalam
berbagai bentuk-bukan prinsip hanya satu jenis kepemilikan, seperti kepemilikan pribadi,
kepemilikan publik dan kepemilikan negara.

2.Prinsip Kebebasan Ekonomi Dengan Batasan Yang Ditentukan

Yang kedua dari komponen ekonomi Islam adalah untuk memungkinkan individu, pada tingkat
ekonomi, kebebasan terbatas, dalam batas-batas nilai spiritual dan moral di mana Islam percaya.

Pelaksanaan prinsip ini dalam Islam dilakukan dengan cara berikut:

14
Hukum suci, dalam sumber-sumber umumnya, memberikan ketentuan tekstual untuk melarang
sekelompok kegiatan sosial dan ekonomi, yang menghambat, dalam pandangan Islam, realisasi
cita-cita dan nilai yang diadopsi oleh Islam, seperti riba, monopoli dan sejenisnya.

Hukum suci pada dasarnya ditaburkan sebagai pengawasan penguasa atas kegiatan umum dan
intervensi negara untuk melindungi dan menjaga kepentingan publik melalui pembatasan
kebebasan individu dalam tindakan yang mereka lakukan.

Mengenai kepentingan pribadi, Islam menekankan bahwa keberhasilan baik individu maupun
masyarakat bergantung pada keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan material manusia.
Berdasarkan prinsip kepemilikan terbatas yang berasal dari teks Alquran yang disebutkan di
atas, manusia bukanlah pemilik mutlak atau pemilik total bumi dan sumber dayanya. Dia tidak
memiliki hak untuk memiliki sebanyak yang dia inginkan atau untuk memperoleh kekayaan
materi dengan cara apa pun yang dapat dipilihnya. Memang, karena kekhalifahan milik semua
orang, setiap individu adalah penjaga kepercayaan publik. Selain itu, kepemilikannya harus
dibatasi untuk kesejahteraan masyarakat.

3.Prinsip Keadilan Sosial

Dalam perekonomian islam atau syariah, keadilan sangaat ditekankan dan telah menjadi
kewajiban di setiap aktivitasnya. Keadilan disini diartikan sebagai perilaku dimana
menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Diamana prinsip ekonomi harus menerapkan
dan melayani semua masyarakat tanpa memandang apapun kaya atau miskin harus
mendapatkan pelayanan yang baik. keadilan dalam ekonomi syariah diterapkan dengan tujuan
agar semua masyarakat dari golongan merasakan kenyamanan dan kesamaan diantara satu dan
lainnya. Kepemilikan pribadi adalah salah satu prinsip dasar paling penting dari ekonomi
liberalisme, yang berpengaruh pada sistem akuntansi. Tema dasarnya adalah bahwa akuntansi
harus fokus pada entitas dan memberikan informasi keuangan untuk investor dan kreditor.
Sedangkan tentang kepemilikan prinsipal ekonomi dasar Islam dan kepemilikan negara lebih
penting daripada kepemilikan pribadi Oleh karena itu akuntansi harus fokus pada negara dan
memberikan informasi keuangan untuk pemerintah dan masyarakat.

Berkaitan dengan prinsip-prinsip tersebut, maka laporan keuangan harus ditujukan untuk
memenuhi kepentingan Negara, manajemen dan masyarakat.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Achmad Maulana (2004) “Metodologi berarti cara-cara atau langkah-


langkah yang tepat untuk menganalisa sesuatu”. Dalam artikel dwi suwikyo (2007)
akuntansi syariah, pada tataran ontology dan epistemology terdapat kesepahaman
antar para pakar akuntansi bahwa akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi
konvensional. Namun, dalam tataran metodologi masih ada perbedaan pandangan
di kalangan pakar akuntansi syariah. Maka kita masih terus membutuhkan kajian
lebih dalam lagi untuk menyempurnakan lagi sistem akuntansi syariah yang sudah
berjalan ini.
Ada Enam pendekatan dalam metodologi pengembangan akuntansi syariah, yaitu:
1. Instrumentalistik
2. Justifikasi
3. Sains sakral
4.
c. Islamisasi pengetahuan
d. Saintifikasi (pengilmuan) Islam

Ada Empat tantangan dalam pengembangan akuntansi syariah, diantaranya yaitu:

a. pertama, kemampuan kelembagaan yang belum kompetitif (daya


saing) dan efisien.
b. Tantangan kedua, yaitu masih terbatasnya jenis dan akses terhadap
produk dan layanan keuangan syariah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
c. Tantangan ketiga, adalah market share keuangan syariah yang masih
kecil.
d. Tantangan keempat, adalah literasi keuangan syariah masyarakat
yang masih rendah.

16
B. Saran
Adapun saran penulis/pemakalah mengenai metodologi pengembangan akuntansi
syariah ini kedepannya harus lebih terbuka luas dan berkembang baik dalam lingkungan
masyarakat umum serta pemerintah baik itu seorang muslim maupun non muslim,
karena sudah dipraktikkan di berbagai negara di dunia dengan menganut sisten
akuntansi ini banyak membawa dampak positif bagi negara tersebut. Dan bukan hanya
kepikiran bahwa karena berbasis islam maka hanya kalangan muslim saja yang
mengembangkan tentang akuntansi syariah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Basuki Rahmat (2008), Kajian Kerangka Filosofi Konsep Pengembangan


Akuntansi dan Manajemen Syariah, Polibis; Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 6 No.1, Maret.

Muhammad (2002), Penyesuaian Teori Akuntansi Syariah;Perspektif Akuntansi Sosial dan


Pertanggungjawaban, IQTISAD; Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, Muharram
1423 H/Maret.

Dwi Suwikyo (2007), Teorisasi Akuntansi Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam La
Riba, Vol. 1, No.2, Desember.

Birton (2015), Bahan Kuliah Akuntansi Syariah FEB UMJ

18

Anda mungkin juga menyukai