Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“ PERSPEKTIF SEJARAH DAN FILOSOFI RISET

PADA AKUNTANSI KEPERILAKUAN ”

Mata Kuliah : Akuntansi Keperilakuan

Dosen Pengampu :

Dr. H. Achmad Fajar, S.E., M.Si., Ak., CA.

Disusun oleh :

Kelompok 2

Hilda Putri Juani 51622120016


Intan Melinda 51622120046
Intan Femizah 51622120069

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

PASCASARJANA EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Akuntansi Keperilakuan ini tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Persfektif Sejarah
dan Filosofi Riset dalam Bidang Akuntansi Keperilakuan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Terutama
kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.

Terima kasih.

Bandung, 25 September 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam filsafat sosial Darwin di awal industrialisasi menyebutkan untuk bertahan hidup
seseorang harus bekerja dengan tekun dan rajin. Tahun 1920, Frederick Taylorv mengenalkan
Gerakan manajemen ilmiah menyatakan bahwa pekerja bekerja karena
kepentinganmemeperoleh balas jasa ekonomi. Tahun 1920-an, pekerja dipandang sebagai
paket sifat yang dapat difahami melalui pengujian ekstensif. Pekerja dianggap sebagai
manusia namun masih diperlakukan sebagai factor biaya tahun 1930-an oleh Elton Mayu
dalam Gerakan hubungan manusia.

Permahaman tradisional telah berkembang menjadi ideologi baru (ideologi swadaya), yaitu
semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan, jika ada kemauan
untuk bekerja keras. Dalam lingkungan laissez-faire, pekerja merupakan agen yang bebas
memilih untuk meninggalkan pekerjaan yang buruk untuk menemukan pekerjaan yang lebih
baik.

Manajemen beranggapan bahwa karyawan adalah asset dan modal yang potensial bagi
perusahaan. Berdasarkan hubungan-hubungan perilaku manusia dapat mengatur dan
membangun tim yang kreratif, dengan memenuhi hak-hak karyawan dapat meningkatkan
kepuasan karyawan sehingga karyawan dapat bekerja secara optimal dan bermanfaat bagi
perusahaan.

Perkembangan praktik akuntansi mulai mengalami kemajuan yang besar sejak era Luca
Pacioli, yaitu sejak digunakannya sistem double entry. Namun sayangnya kemajuan praktik
akuntansi tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan riset akuntansi. Riset akuntansi baru
mulai banyak dilakukan sejak awal abad ke-20.

Pada tahun 1970-an terjadi pergeseraan pendekatan riset dalam akuntansi. Pergesaran ini
terjadi karena pendekatan normative tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap
digunakan dalam praktek sehari-hari. Sehingga muncul anjuran untuk memahami
berfungsinya suatu system akuntansi secara deskriptif dalam praktek nyata. Selain itu yang
mendasari usaha pemahaman akuntansi secara empiris dan mendalam adalah gerakan dari
masyarakat penliti akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.
Dengan menelaah riset akuntansi keperilakuan sebelumnya secara khusus, dapat diperoleh
suatu kerangka analisis dan diskusi yang dibatasi pada peluang, terutama pada hasil potensi
subbidang dan implikasinya untuk subbidang akuntansi yang lain.

Pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang Namanya analisis
laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Perusahaan dalam
menganalisis laporan keuangannya tentu dibutuhkan analis yang memang benar-benar
mumpuni dalam menangani hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang benar-
benar menguasai bidangnya haruslah memiliki keperilakuan atau behavior yang memang
sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut.

Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa dikaitkan
dan dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu sosial dan
psikologi. Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi Keperilakuan
menjadi suatu sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karena semua
bidang ilmu yang dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu ilmu filsafat?


 Bagaimana pendekatan filsafat riset akuntansi keperilakuan?
 Bagaimana paradigma riset akuntansi keperilakuan?
 Bagaimana peluang riset akuntansi keperilakuan pada lingkungan akuntansi?
 Bagaimana teori keperilakuan tentang suatu perusahaan?
 Apa wawasannya untuk masa depan?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui bagaimana filosofi riset dalam bidang akuntansi keperilakuan.


 Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.

1.4 Manfaat Penulisan

 Dapat memberikan pemahaman lebih mengenai Akuntansi Keperilakuan.


 Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Akuntansi Keperilakuan,
khususnya materi Filosofi Riset dalam Bidang Akuntansi Keperilakuan.
1.5 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat baik berupa buku maupun informasi dari internet (e-book).
BAB II

FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI KEPERILAKUAN

2.1 Mengenal Filsafat

Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” yang artinya suka atau cinta
dan “sophia” yang artinya kebijaksanaan. Jadi, kata filosofi berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Filsafat sering kali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari ilmu
pengetahuan. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas
dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Jika dikelompokkan
secara karakteristik cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri
pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep pokok, yaitu persoalan filsafat bercorak sangat
umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris dan menyangkut masalah-masalah asasi
(Ahmad Syadali dan Mudzakir, 1997). Kemudian, Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat
dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.

2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.

3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.

4. Filsafat adalah berpikir secara rasional.

5. Filsafat bersifat komprehensif (Solihin, 2007).

2.1.1 Metodologi Filsafat

Menurut Socrates, cara yang paling baik untuk mendapatkan pengetahuan yang diandalkan
adalah dengan melakukan pembicaraan yang teratur (disciplined conversation) dengan
memainkan peranan seorang intellectual midwife. Metode yang dipakai Socrates dinamakan
dialektika. Proses dialektika adalah dialog antara dua pendirian yang bertentangan. Hal yang
penting adalah dialektika merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan
(interplay) antar ide. Pemikiran dialektika atau metode dialektika berusaha untuk
mengembangkan suatu contoh argumen yang di dalamnya terjalin implikasi bermacam-
macam proses (sikap) yang saling memengaruhi. Dengan metode dialektika setidaknya akan
disampaikan kepada pemecahan sementara, ada jawaban yang tampak lebih memuaskan,
tetapi ada juga jawaban yang harus dibuang.

2.2 Pendekatan Filsafat Riset Akuntansi Keperilakuan

2.2.1 Asumsi tentang perilaku manusia

Sistem akuntansi dibuat untuk membantu manajemen dalam memaksimalkan laba, mengukur
dan mengontrol kinerja perusahaan serta membuat rencana masa depan secara rasional, maka
akuntan sebagai penyedia informasi akan memilih informasi yang berguna pada manajemen
dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut didasarkan pada teori ekonomi klasik dan teori
manajemen klasik yang berpendapat bahwa tujuan bisnis adalah menghasilkan laba maksimal
dan akryawan termiotivasi bekerja karena faktor ekonomi, namun manusia memiliki perilaku
malas dan tidak mau mencoba.

Teori organisasi modern berpendapat tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba juga
memiliki banyak tujuan yang dapat berubah sesuai kondisi perusahaan. Teori ini menganggap
manusia memiliki perilaku yang komplek, yang termotivasi oleh factor ekonomi, sosial, dan
psikologi. Maka akuntansi harus mampu menyediakan system informasi yang tepat dan
relevan bagi manajemn sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan

2.2.2 Filosofi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan (1979)

Burrel dan Morgan mengembangkan aspek paradigma dalam asumsi metateoretis yang
mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operasi dari ilmuwan yang berada
dalam paradigma tersebut. Burrel dan Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu
melihat keterkaitan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan
voluntarisme (volluntarism) memberikan penekanan pada esensi bahwa manusia berada di
dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan
pilihan bebas (free will and choice). Secara ringkas, Burrel dan Morgan membagi asumsi
tersebut ke dalam dua bagian, yaitu pendekatan subjektivisme dan pendekatan objektivisme.

2.3 Paradigma Riset Akuntansi Keperilakuan

2.3.1 Paradigma Fungsionalisme/Positivistik

Paradigma fungsionalisme/positivistik adalah paradigma yang muncul paling awal dalam


dunia ilmu pengetahuan. Paradigma fungsionalisme ini sering disebut fungsional structural
(structural functionalist) atau kontinjensi rasional (rational contingency). Paradigma ini
merupakan paradigma umum bahkan sangat dominan digunakan dalam riset akuntansi
dibandingkan dengan paradigma lain sehingga disebut paradigma utama (mainstream
paradigm).

2.3.2 Paradigma Interpretif

Paradigma ini disebut juga interaksionis subjektif (subjective interactionist). Pendekatan


alternatif ini berasal dari filsuf Jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa,
interpretasi dan pemahaman dalam ilmu sosial. Sementara itu, menurut Burrel dan Morgan,
paradigma ini menggunakan cara pandang para nominalisme yang melihat realitas sosial
sebagai sesuatu yang hanya merupakan label, nama atau konsep yang digunakan untuk
membangun realitas. Paradigma interpretif memasukkan aliran etnometodologi (ethno
methodology) dan interaksionisme simbolis fenomenologis (phenomenological symbolic
interactionism) yang didasarkan pada aliran sosiologis, hermeneutis dan fenomenologis.

Tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara realitas sosial tersebut
terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini, yaitu :

 Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan


dan analisis historis.
 Metode Foucaldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault sebagai
pengganti konsep tradisional historis yang disebut “a historical” atau “antiquarian”.

2.3.3 Paradigma Strukturalisme Radikal

Aliran alternatif lainnya adalah strukturalisme radikal yang mempunyai kesamaan dengan
fungsionalisme, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan
ontologisme yang konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik mendasar sebagai
dasar dari produk hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia
sosial sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah dari manusia tertentu. Riset
yang diklasifikasikan dalam paradigma struktural radikal (structural radicalism) adalah riset
yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional.

2.3.4 Paradigma Humanis Radikal

Riset akan diklasifikasikan ke dalam paradigma humanis radikal (radical humanist) jika
didasarkan pada teori kritis dari Frankfurt Schools dan Habermas. Pendekatan kritis
Habermas melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut dunia kehidupan
(life world) yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat
dalam diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami. Interaksi sosial
dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan system
informasi manajemen.
2. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan sistem yang
akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sistem bukan merupakan
interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan berbagai kepentingan.

2.3.5 Paradigma Posmodernisme

Paradigma posmodernisme muncul karena adanya kelemahan dari beberapa paradigma yang
ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernism) menolak pendapat modernisme
yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk maju, untuk memperbaiki dirinya
sendiri dan bepikir secara rasional. Bagi seorang postmodern tidak ada keadaan yang lebih
baik, tidak ada dunia yang lebih baik, tidak ada yang disebut kemajuan atau pengendalian
alam. Postmodern membuang metode dan teori yang dominan mengenai modernitas dan
menggantikannya dengan metode pascastrukturalisme (post-structuralism). Oleh karena itu,
postmodern menempuh jalan yang berbeda dengan paradigma selanjutnya.

Menurut Triyuwono (1997), ciri utama dari logosentrisme adalah sebagai berikut :

1. Pola pikir oposisi biner (dualistis dikotomis) yang hierarkis, seperti esensi-esensi
bahasa lisan-tulisan, konsep metafora, jiwa-badan dan makna-bentuk.
2. Aspek keilmuan, ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada
aspek praktis dan fungsi dan sebaliknya melecehkan aspek nilai (etika). Hal ini
terlihat dari pernyataan ilmu-ilmu positif yang mengklaim bahwa ilmu pengetahuan
harus netral dan bebas dari nilai.
3. Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa
praktik akuntansi harus berlaku secara universal atau internasional. Klaim ini
diwujudkan dengan gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi (harmonization of
accounting). Bagi pemikiran Foucault, wacana global dan universal tersebut memiliki
hubungan timbal balik antara kuasa dan pengetahuan.
2.3.6 Paradigma Akuntansi Kritis

Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial politik.
Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964) melalui sebuah derivative
filosofi fungsionalisme dalam sistem ekonomi kapitalis. Oleh karena itu, teori ini tidak
berkaitan dengan penyelesaian masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis
penilaian dimana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yang didasarkan pada konsep
ekonomi marginalis. Hal yang diinginkan disini sebenarnya adalah teknologi yang lebih baik

yang didasarkan pada kelompok asumsi dasar yang menghasilkan representasi alternatif yang

konsisten dengan faktor lingkungan ekonomi.

2.4 Peluang Riset Akuntansi Keperilakuan Pada Lingkungan Akuntansi

Banyaknya diversifikasi dalam riset akuntansi keperilakuan menyebabkan tidak mungkin


suatu makalah dapat memberikan analisis yang menyeluruh terhadap peluang riset dalam
semua bidang.

2.4.1 Pemeriksaan Akuntansi (Auditing)

Suatu tinjauan atas artikel riset akuntansi keperilakuan selama tahun 1990-1991 menunjukkan
penekanan pada kekuatan daam pembuatan keputusan yang merupakan karakteristik dari
sebagian besar riset akuntansi keperilakuan. Penjelasan dari bagian itu berorientasi pada
pembuatan keputusan dalam audit dan telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan
pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatnya
perkembangan yang berorientasi kognitif.

Secara persuasif, Libby dan Frederick (1990) menjelaskan pentingnya pemahaman mengenai
bagaimana variabel-variabel psikologi, seperti pembelajaran, pengetahuan factual dan
prosedural, serta pengaruh memori dalam pembuatan keputusan. Pencerminan dari riset
terakhir dan riset mendatang merupakan fokus terhadap hal-hal berikut :

 Karakteristik pengetahuan yang dihubungkan dengan pengalaman yang meliputi


bagaimana pengetahuan itu diperoleh.
 Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi dengan variabel organisasi atau
lingkungan.
 Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.

Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akuntansi keperiakuan, yaitu :
 Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kinerja.
 Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menjadi efektif dalam
mengidentifikasi domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.

Riset ini juga diterapkan pada sub bidang akuntansi yang lain. Riset ini menyarankan bahwa
terdapat suatu peluang yang berhubungan dengan pemahaman dan evaluasi hasil keputusan
audit. Salah satu kesulitan dengan riset yang berorientasi pada keputusan dalam audit adalah
kurangnya kriteria variabel yang dapat diamati terhadap penilaian kinerja auditor sehingga
peneliti sering melakukan studi atas konsensus penilaian dan konsistensi.

2.4.2 Akuntansi Keuangan

Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi
keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit diidentifikasi. Beberapa alasan riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi yang lebih besar di
masa datang, yaitu :

1. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar modal
dengan ekspektasi naïf.
2. Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi keuangan berpotensi
memberikan keperilakuan dalam bidang audit.

2.4.3 Akuntansi Manajemen

Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan riset
yang sama dalam akuntansi keuangan dan memungkinkan pencerminan tradisi lama yang
berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit. Riset akuntansi keperilakuan
dalam bidang akuntansi manajemen hanya merupakan subbidang akuntansi yang telah
memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akuntansi terhadap perilaku. Riset ini menguji
fungsi akuntansi, seperti anggaran dan standar memengaruhi motivasi, umpan balik dan
kinerja.

2.4.4 Sistem Informasi Akuntansi

Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi akuntansi adalah
kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi sistem akuntansi yang lebih
awal sekalipun. Informasi akan mendorong penggunaan keunggulan teknologi saat ini, seperti
pencitraan data (data imaging), jaringan (networks) dan akses data dinamis melalui sistem
pengoperasian menyarankan pertimbangan atas peluang riset akuntansi keperilakuan dalam
bidang sistem akuntansi. Riset ini akan lebih berhasil jika difokuskan pada domain spesifik
dari variabel-variabel yang unik dalam sistem akuntansi dan konteks keputusan akuntansi,
seperti standar profesi dan analisis pengecualian.

2.4.5 Perpajakan

Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada
kepatuhan pajak (tax compliance) dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan
lingkungan. Variabel yang sering diuji dengan hasil campuran menyarankan bahwa perilaku
kepatuhan pajak adalah hasil yang kompleks. Alma (1991) menyebutkan bahwa pengujian
teori alternatif dari perilaku kepatuhan pajak menghasilkan kegagalan atas ekspektasi teori
utilitas untuk menjelaskan keputusan kepatuhan secara lengkap. Riset akuntansi keperilakuan
dalam bidang perpajakan saat ini telah membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan
dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit.

2.4.6 Pertumbuhan Riset Perilaku

Indikasi penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku terhadap akuntansi
merupakan pengaruh dari paradigma perilaku riset. Untuk menangani dimensi ini, Dyckman
(1998) memilih untuk menentukan persentase penulisan dan artikel yang diterbitkan oleh dua
jurnal utama, yaitu Journal of Accounting Research dan The Accounting Review. Terdapat
beberapa kombinasi dari tiga faktor utama, yaitu :

 Para peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan lebih banyak


artikel yang diterbitkan oleh kedua jurnal di atas.
 Beberapa artikel yang ditulis oleh para peneliti yang sementara dilakukan dalam
bidang ini belum ada calonnya.
 Minat pembaca pada bidang ini telah meningkat.

2.4.7 Perkembangan Terakhir

Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan dua cara sebagai
berikut:

1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan.


2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model
perilaku individu.

Bamber (1993) telah mengidentifikasi riset akuntansi keperilakuan yang diterbitkan selama
periode 1987-1991 pada Accounting Review, Contemporary Accounting Research, Journal of
Accounting Research dan Accounting Organization and Society. Jurnal-jurnal tersebut pada
umumnya dipilih karena merupakan jurnal yang paling banyak menerbitkan bagian riset ini
dengan metodologi yang terbuka untuk seluruh subjek akuntansi.

Secara relatif, riset keperilakuan dalam audit juga paling baik dipresentasikan dalam artikel
yang secara umum merupakan hampir setengah dari total penerbitan Behavioral Research in
Accounting. Selanjutnya diduduki oleh bidang akuntansi manajemen yang hampir mencapai
seperempat dari total penerbitan, sementara sisanya merupakan subbidang lainnya.
Spesialisasi dalam jurnal menjadi lebih penting untuk Behavioral Research in Accounting.
Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000) telah menggunakan Hasselback’s Directory untuk
menghitung jumlah staf pengajar akuntansi yang dipilih dan mengidentifikasi mereka yang
mempunyai minat terhadap bidang perilaku selama tiga periode.

2.5 Teori Perilaku Tentang Perusahaan

Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai satu kesatuan
terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Tanpa memedulikan besar
kecilnya, dapat dipastikan bahwa biasanya dipandang sebagai milik dari pemegang saham
yang perhatiannya lebih terfokus pada dimensi keuangan yang berputar di sektor harga saham
dan berada di luar lingkup keputusan. Untuk menguraikan cara perusahaan mengadopsi
seperangkat tujuan serta cara perusahaan mengawali penyesuaian dan pencapaian
memerlukan suatu pemahaman yang mendasar atas keputusan dan proses penyelesaian
masalah dengan pasti. Agar lebih spesifik, teori modern perusahaan terkait dengan arah
tujuan perilaku yang dipastikan berkaitan dengan tujuan, motivasi dan karakteristik
menyelesaikan masalah anggota-anggotanya. Tujuan organisasi akan dipandang sebagai
berikut :

 Hasil pengaruh dari permulaan proses antar peserta organisasi.


 Penentu batas pengambilan keputusan perusahaan dan penyelesaian masalah aktivitas.
 Perannya di dalam sistem pengawasan internal adalah untuk memotivasi peserta.
2.5.1 Model Motivasi dari Perilaku Manajerial

Implikasi perilaku organisasi dibagi menjadi dua. Pertama, seseorang akan berharap
mencapai suatu subkelompok dari tujuannya di dalam organisasi. Kedua, perilaku di dalam
organisasi dapat diuraikan dalam hubungannya dengan pemecahan masalah, kepuasan dan
model hubungan kepribadian. Dalam pandangan ini, hal penting untuk menekankan bahwa
suatu organisasi (perusahaan) diharapkan untuk menjadi penolong dalam mencapai beberapa
subkelompok tujuan pribadi seseorang. Selain itu, keputusan seseorang untuk bergabung
dengan suatu kelompok adalah untuk mencapai prestasi untuk tujuan pribadinya. Secara
umum, pandangan perilaku individu mengarah pada tujuan prinsip perilaku umum dari teori
kebutuhan. Tujuan perilaku biasanya mengarah pada pemunculan kebutuhan karakteristik
psikologis. Selain itu, ketidakmampuan untuk mencapai suatu tujuan dapat menggeser
perhatian dari satu tujuan ke tujuan lain.

Fred Luthans yang dikutip dari Robbins melihat masalah mengenai apa yang dilakukan oleh
para manajer dari perspektif yang agak berbeda. Ia mengemukakan pertanyaan, “Apakah
manajer yang cepat naik pangkat dalam suatu organisasi telah melakukan kegiatan yang sama
dengan tekanan yang sama seperti manajer yang melakukan pekerjaan yang sebaik-baiknya?”
Anda akan berpikir bahwa manajer yang paling cepat dipromosikan pastilah manajer yang
telah melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah
demikian. Luthans dan asistennya mempelajari lebih dari 450 manajer. Apa yang mereka
temukan adalah para manajer ini melakukan kegiatan manajerial sebagai berikut :

1. Manajer tradisional, dengan cara mengambil keputusan, merencanakan dan


mengendalikan.
2. Komunikasi, dengan cara mempertemukan informasi rutin dan memroses dokumen.
3. Manajemen sumber daya manusia, dengan cara memotivasi, mendisiplinkan,
mengelola konfik, pengisian staf (staffing) dan melatih.
4. Membentuk jaringan, dengan cara bersosialisasi, berpolitik dan berinteraksi dengan
orang-orang luar.

2.6 Wawasan Untuk Masa Depan

Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan berkurang
jumlahnya. Saat ini, Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big 4 di AS kurang
mendukung riset akademik dibandingkan di masa lalu. Banyak universitas yang pada
umumnya memiliki pengalaman pencatatan anggaran akan menunjukkan penurunan sumber
yang memberikan dukungan terhadap riset. Oleh karena riset keperilakuan saat ini cenderung
menjadi lebih mahal dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan terasa lebih sulit
melakukan pekerjaan tersebut. Terbatasnya sumber dana ini perlu mendapat perhatian khusus
dari para subjek profesional yang mampu. Di samping itu, sikap dan pandangan dari beberapa
pengusaha yang mempunyai anggapan kurang positif terhadap kegiatan riset ini juga
berpengaruh karena mereka tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami
bahwa kegiatan para praktisi merupakan bagian dari kemampuan aplikasi hasil riset. Di masa
mendatang, apakah setiap individu akan melakukan pelatihan yang lebih baik dengan
kemampuan untuk menarik identifikasi atas masalah yang mudah dilakukan dan bekerja
dengan ketekunan dan keuletan agar berhasil dengan disiplin ini? Apakah paradigma perilaku
yang terus berlanjut berkembang untuk menjadi dewasa dan berhasil dengan baik adalah
tanggungjawab para peneliti, khususnya peneliti akuntansi keperilakuan?
Berbagaipertanggungjawaban lainnya sekiranya dapat menjadi pemicu para peneliti
akuntansikeperilakuan untuk lebih memperkaya masalah- masalah yang pada gilirannya
dapat memberikan suatu kontribusi yang signifikan terhadap praktik organisasi yang ada.
BAB III

3.1 Metodelogi Filosofi Riset

1. Paradigma Fungsionalisme

Metodologi riset yang digunakan oleh para fungsionalis mengikuti metodologi yang
digunakan dalam ilmu alam. Penganut aliran ini melakukan deskripsi atas variable,
membangun dan menyatakan hipotesis, mengumpulkan data kuantitatif, serta melakukan
analisis secara statistika. Beberapa riset empiris dalam akuntansi keperilakuan yang
menggunakan pendekatan paradigma fungsionalis ini (menggunakan pengumpulan data
survei atau kuisioner dan analisis statistik) yang dijelaskan oleh Dillard dan Becker dengan
masalah risetnya (Lubis, 2014:130).
Beberapa kelemahan metodologi fungsionalis dalam riset akuntansi keperilakuan
mulai dirasakan oleh para peneliti. Mereka mulai mempertanyakan apakah pandagan ontologi
realitas fisik adalah tepat untuk memahami fenomena sosial. Pemikiran akuntansi utama tidak
memberikan perhatian pada perdebatan filosofi antara pemikiran Popper, Lakatos, Kuhn dan
Feyerbend. Masalah lain yang timbul dari pemikiran akuntansi utama adalah pernyataan dari
peneliti akuntansi tentang relevansi filosofi ilmu pengetahuan alam (natural science) sebagai
dasar metodologi riset akuntansi yang seharusnya lebih benyak mendekati ilmu sosial.
Kelemahan metode utama tersebut menyebabkan para pemikir akuntansi mulai mencari
metode-metode lain atau metode alternatif yang dapat secara tepat digunakan dalam
memecahkan masalah sosial (Lubis, 2014:131).
Tabel 1. Argumen Teoritis Fungsionalis

Penulis Masalah Kesimpulan


Kaplan (1984) Relevansi dari akuntansi Manajemen akuntansi saat ini tidak
manajemen saat ini relevan; dibutuhkan lebih banyak
studi lapangan dan studi kasus
Rahman (1990) Tinjauan atas riset teori Badan pengetahuan sedang
agensi berkembang dan telah memberikan
wawasan yang berguna.
Briers dan Hirst Meninjau studi atas anggaran Menyarankan untuk menggunakan
(1990) dan kinerja studi kasus yang deskriptif dan
menghimabau adanya spesifikasi
yang lebih tepat dan analisis atas
variabel spesifik.
Coopers et Merancang sistem akuntansi Sebaiknya membuka perspektif
al (1981) dalam hirarki organisasional untuk melihat akuntansi dalam
praktik dengan keterbatasan
ideologi dan seterusnya;
diungkapkan dan diinvestigasi
March (1987) Ketidakcukupan teori teknis Menggabungkan teori pilihan
keputusan saat ini dalam dengan pemahaman atas konteks
hubungannya dengan desain sosial, politik dan sejarah.
sistem informasi akuntansi.
Argrys (1990) Kecukupan teori teknis dari Implementassi teori personal
pengendalian dalam manusia menghalangi implementasi
memahami tindakan efektif atas teori teknis
operasional. pengendalian dan sebaliknya.
Swieringa dan Hubungan antara akuntansi Akuntansi manajemen digunakan
Weick (1987) mananjemen dan tindakan untuk mempertahankan tindakan
dalam organisasi dalam organisasi, bukan hanya
untuk memfasilitasi dan
meningkatakan pengambilan
keputusan.
Dermer dan Model Model membutuhkan revisi karena
Lucas (1986) berbasis cybernethic dari terdapat ilusi pengendalian dan
sistem pengendalian konsep multinasional dari
organisasional. pengendalian diusulkan.
Dermer (1988) Peran pengendalian dalam Model sebaiknya memasukkan
organisasi pluralistis institusi dan ideologi manajemen
dan pemangku kepentingan.
Flamholtz et Model interaktif dari Mengusulkan suatu model
al (1985) pengendalian organisasional. terintegrasi yang memasukan
budaya organisasi.

Tabel 2. Empiris Fungsionalis


Penulis Masalah Kesimpulan
Govindarajan Hubungan antara sistem Suatu hubungan diidentifikasikan.
dan Gupta pengendalian dan stategi unit
(1985) bisnis dan kinerja.
Macintosh dan Peran manajerial dan perilaku Beberapa manajer menggunakan
Williams (1992) pengangguran. sistem penanggaran dengan cara
yang strategis, sementara lainnya
dengan cara umum.
Williams et Asosiasi antara pelaku Terdapat strktur yang mendasari
al (1990) penganggaran manajer dan dan hubungan kontijen anatar
kinerja departemental dalam variabel tingkat organisasi dengan
kondisi saling ketergantungan karakteristik dari sistem
tugas yang dipusatkan dengan pengendalian manajemen.
yang resiprokal.
Dunk (1992) Ketergantungan yang diletakkan Otomasi proses manufaktur
pada pengendalian anggaran mengundurkan hubungan antara
dalam penilaian kinerja suatu ketergantungan atas pengendalian
subunit. anggaran dengan kinerja.
Jones (1992) Perubahan dalam sistem Manajer pemilik menggunakan
akutansi setelah pergantian sistem pengendalian akutansi
manajemen. secara selektif untuk organisasional
dan sikap partisipan, serta untuk
meningkatkan profitabilitas.
Mechant (1986) Pengendalian keputusan Pengendalian menghasilkan
program diskresioner dalam beberapa tindakan yang diharapkan
perusahaan terdensentralisasi. maupun yang tidak diharapkan.
Merchant (1990) Efek samping disfungsional Manipulasi data dan orientasi
yang mungkin dari sistem jangka pendek manajemen ada dan
pengendalian. berhubungan positif dengan
pencapaian target keuangan
Simons (1987) Penyelarasan sistem Mengidentifikasikan suatu
pengendalian dan bisnis. hubungan positif antara sistem
pengendalian akutansi, strategi
bisnis dan kinerja perusahaan.
Simons (1990) Kekuatan sistem pengendalian Sistem pengendalian manajemen
akutansi dalam strategi interaktif memfokuskan perhatian
formulasi strategi. pada ketidakpastian strategi.
Samuelson Peranan yang berada dari Sebaiknya mempertimbangkan
(1986) anggaran di Swedia. perbedaan linguistik dan komponen
ekspresif dari anggaran.
Colvalski dan Penggunaan penganggaran Digunakan sebagai alat negosiasi
Dirsmith (1983) dalam manajemen perawatan dan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan. akan citra.
Lukka (1988) Keteledoran anggaran. Terdapat keteledoran anggaran.
Ezamel dan Peranan sistem informasi Model-model menawarkan
Bourn (1990) akutansi dalam organisasi yang penjelasan yang berguna, tetapi
menghadapi krisis keuangan. parsial mengenai peranan sistem
informasi akutansi.
Den Hertog dan Pilihan strategi pengendalian. Organisasi cenderung
Wielinga (1992) mempertahankan gaya
pengendalian dengan
menggunakan sistem pengendalian.
Hirst dan Baxter Pilihan dalam organisasi yang Informasi memiliki lebih dari satu
(1993) menggunakan penganggaran peran sehingga dibutuhkan model
modal. dengan pilihan berganda.

2. Paradigm Interpretif

Tujuan pendekatan interpretif adalah menganalisis reaitas sosial dan cara realitas sosial
tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif:
a. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan dan
analisis historis.
b. Metode foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucalt sebagai pengganti
konsep trasioanal historis yang disebut “ahistorical” atau “antiquarian” (Lubis, 2014:132).

Tabel 3. Argumen Interpretivis – Teoritis

Penulis Masalah Kesimpulan


Morgan (1988) Epistemologi untuk praktik Akuntansi sebaiknya
akuntansi berpindah dari perspektif
objektif ke perspektif dialogis.
Gambling (1987) Mengusulkan akuntansi Akuntan dan dukun memiliki
sebaga suatu ritual fungsi sosial yang sama

Hayes (1983) Keterbatasan dalam Perlu memasukan riset


paradigma riset saat ini interpretivis dalam akuntansi
manajemen.
Colville (1981) Bagaimana memperbaiki Paradigma ilmu pengetahuan
pandangan yang saat ini alam tidaklah sesuai.
terbatas.
Tomkins dan Keterbatasan dalam Menyoroti program riset
Groves (1985) fungsionalis interpretivis.
Robert dan Scapens Dapat diterapkannya teori Memungkinkan studi
(1985) strukturisasi terhadap riset mengenai akuntansi di dalam
akuntansi. konteks organisasinya.
Covaleski dan Tinjauan atas riset Mengilustrasikan validitas dan
Dirsmith (1990) interpretivis penulis. wawasan yang diperoleh dari
metode riset interpretivis`

Tabel 4. Empiris Interpretivis


Penulis Masalah Kesimpulan
Ansari dan Euske Penggunaan data akutans Sistem adalah dinamis dengan
(1987) oleh fasilitas perbaikan berjalannya waktu, bergeser dari
militer. model rasional teknis ke model
sosiopolitis, lalu ke model
institusional dalam menciptakan
pengguna-pengguna baru untuk
sistem tersebut.
Coligon dan Praktik akutansi manajemen. Proses dinamis dari penyesuaian
Covaleski (1988) yang saling menguntungkan, yang
berubah dan diubah oleh organisasi
yang saling luas.
Bougen (1989) Hubungan anatara akutansi Kemunculan, peran, dan
dan hubungan industrial. konsekuensi dari sistem akutansi
dapat dipahami dengan paling baik
dalam konteks situasi sosial lokal.
Bougen et al (1990) Regresi dan resistensi Masalah dan prioritas dari
terhadap akutansi. partisipan harus dipertimbangkan
dalam memahami tempat dari
informasi akutansi.
Pinch et al (1989) Sosiologi dari ilmu Mengilustrasikan pararel antara
pengetahuan ilmiah. analisis, dan usaha partisipan untuk
mencapai pndangan yang definitif
atas dunia.
Boland dan Pondy Bagaimana aspek rasional Akutansi memiliki fungsi objektif
(1983) dan alamiah akuntan dan simbolis.
berinteraksi dalam
pengalaman hidup
individual.
Berry et al (1985) Memahami sistem akutansi Dua sistem pengendalian yang
manajemen dalam praktik. terpisah bisa terdapat pada tingkat
lokal dan tingkat regional atau
nasional.
Preston (1986) Bagaimana manajer Manajer membatasi dan menjaga
menerima informasi dan pengaturan untuk memberikan
menginformasikan dirinya. informasi satu sama lain dan
menginformasikan dirinya sendiri.
Jonsson dan Teknologi dan akutansi Hubungan kausal harus ditetapkan
Gronlaand (1988) manajemen. antara aktivitas dan biaya.
Covaleski dan Sistem anggaran sebagai Sistem anggaran adalah konstruktif
Dirsmith (1986) suatu yang lebih dari sekadar terhadap realitas, dan merupakan
aplikasi teknis. bagian integral dari politik dan
kekuasaan organisasional serta
digunakan untuk melegetimasi
tindakan.
Covaleski dan Proses penganggaran anatara Akutansi mungkin adalah suatu
Dirsmith (1988) universitas negara bagian penentuan sosial yang terlibat dalam
dengan pemerintahan negara konstruksi sosial atas realitas.
bagian.
Macintosh dan Menggunakan teori Teori strukturisasi menyediakan
Scapens (1990) strukturisasi untuk riset cara yang lebih fokus, informatif,
akutansi manajemen. integratif, dan efisien untuk
menganalisis akutansi dalam
praktiknya di organisasi.
Roberts (1990) Hubungan antara informasi Pengendalian akutansi berbasis
akutansi untuk pelaporan hierarki menghalangi pembagian
kinerja dengan pengendalian informasi pasar terintegrasi yang
dan formulasi strategi. diperlukan untuk strategi.

3. Paradigma Strukturalisme Radikal


Riset-riset yang diklasifikasikan dalam paradigma strukturalisme radikal (radical
structuralism) adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional. Argumnetasi
teori yang dikemukakan oleh Coper (1983) menelaah dan mengkritik karya-karya yang
didasakan pada teori agensi. Dia mengusulkan adanya penggunaan perspektif radikal dalam
riset akuntansi manajemen. Cooper dan Sherer (1984) mengusulkan suatu ekonomi politik
akuntansi untuk pemahaman lingkungan ekonomi, sosial dan politik dalam lingkungan
dimana akuntansi digunakan (Lubis, 2014:133).
Tabel 5. Strukturalis Radikal – Argumentasi Teoretis
Penulis Masalah Kesimpulan
Cooper (1983) Pekerjaan tinjauan dan kritik Para pendukung mengguanakan
berdasarkan teori kontinjensi. persepektif radikal dalam riset
akutansi manajemen.
Cooper dan Mengapa pemegang saham Ekonomi politis dari akutansi akan
Sherer (1984) memiliki hak istimewa. berguna.
Hopper et Utilitas dari studi penting dalam Perpektif proses tenaga kerja
al (1987) akutansi. menyediakan peran pengakuan atas
agensi manusia dalam konteks
kekuatan politik, ideologi, dan
ekonomi.

Tabel 6. Empiris Strukturalis Radikal


Penulis Masalah Kesimpulan
Armstrong Utilitas teori agensi. Analisis atas hubungan agensi
(1991) modal dalam hal tindakan sosial
adalah berguna dalam memahami
sistem akutansi dalam pengendalian
organisasional.
Armstrong Pentingnya akuntan dalam Yang menjadi kunci adalah strategi
(1985) hierarki organisasional relatif profesi tersebut untuk
terhadap dengan profesional mengendalikan kinerja.
yang lain.
Armstrong Pengaruh akuntansi Akuntan ada dalam posisi untuk
(1987) manajemen dalam organisasi menerapkan pengendalian.
kapitalis.
Hopper dan Kemunculan, keterjatuhan, dan Relevansi dan direstorasi guna
Armstrong kemunculan kembali akutansi mengakhiri meningkatkan
(1987) manajemen. persaiangan global.
Knights dan Tanggapan pekerja terhadap Tenaga kerja tidak mampu
Callinson penggunaan manajerial dari merespons angka-angka akutansi.
(1987) angka-angka akutansi.
Neimarks dan Stategi General Motors untuk Asal-muasal dan konsekuensi sosial
Tinker (1986) menginternasionalisasi dari sistem pengendalian
produksi dan distribusi 1916- dipengaruhi oleh tujuan akumulasi
1976. modal.
Tinker dan Eksploitasi wanita. Ekomoni politis adalah berguna
Neimark dalam memahami eksplotasi wanita
(1987) dalam krisis menghadapi
kapitalisme.

4. Paradigma Humanis Radikal


Macintosh menyatakan humanis radikal memiliki visi praktik akuntansi manajemen dan
sistem pengendalian yang berorientasi pada orang (people-oriented), yang mengutamakan
idealisme humanistik dan nilai-nilai dibandingkan dengan tujuan organisasi. Argumentasi
teoritis dalam paradigma humanis radikal dikemukakan oleh Laughin (1987), yang
menyajikan suatu diskusi dari aplikasi teori kritis Habermas dalam riset akuntansi. Laughin
menunjukan teori kritis Habernas akan sangat berguna dalam meneliti “saling keterkaitan”
(interrelationship) antara teknologi akuntansi dengan asal mula sosialnya. Roset akuntansi
yang mengguankanpendekatan ini antara lain, Broadbent et al (1991) yang mneunjukan
kerangka Hibermasian dalam menganalisis aplikasi akuntansi pada industri pelayanan
kesehatan di AS. Mereka menemukan bahwa walaupun akuntansi tidak diterima secara penuh
sebagai teknologi manajemen dalam sektor pelayanan kesehatan, tetapi akuntansi
mempengaruhi tindakan dengan cara memberikan arti atau makna dalam suatu dilema moral
di sekitar alokasi sumber daya pelayanan kesehatan. (Lubis, 2014:133).
Tabel 7. Humanis Radikal – Argumen Teoretis
Penulis Masalah Kesimpulan
Laughlin Dapat diterapkannya Akutansi sangat berhubungan
(1987) teori kritis Habermas dengan proses kolonisasi di
dalam akutansi. dalam organisasi.

Tabel 8. Empiris Humanis Radikal


Penulis Masalah Kesimpulan
Broadben et Pengaruh akutansi pada Teori penting digunakan
al (1991) pelayanan perawatan untuk memandang akutansi
kesehatan. dalam organisasi.
Chua dan Penerapan akutansi Akutansi mengetahui
Dageling dalam industri tindakan dengan
(1993) perawatan kesehatan memperlihatkan dilema moral
AS melalui PPS. yang mengelilingi alokasi
sumber daya

5. Paradigma Posmodernisme
Posmodernisme menyajikan suatu wacana yang sedang muncul yang meletakan dirinya diluar
paradigma modern, bahkan dapat dikatakan bahwa paradigma posmodernisme merupakan
opsisi dari paradigma modern. Beberapa pemikir posmodernisme meliputi Baudrillad, Jacues
Derrida, Latorur dan Michael Foucault. Namun karya yang paling banyak digunakan sebagai
dasar aliran posmodernisme adalah karya Derrida dan Foucalut. Foucoult terkenal dengan
metode arkeologis (archeological) dan geonalogis (genealogical).

Dillard dan Becker membahas mengenai beberapa argumentasi teoritis dan beberapa riset
akuntansi yang didasarkan pada teori Foucault, diantaranya Hopwood (1987) yang
megembangkan suatu arkeologi sistem akuntansi dengan pemahaman yang lebih baik dengan
proses perubahan akuntansi, yaitu arkeologi foucaldian dapat menghasilkan berbagai macam
faktor sosial yang direplikasikan dalam perubahan akuntansi. Analisis Loft (1986)
mengindikasikan bahwa akuntansi merupakan suatu aktivitas sosial yang secara fundamental
dan tidak dapat digambarkan maknanya hanya dari perspektif teknis. Miller dan Oarley
(1987) dalam makalah seminarnya menggunakan metode arkeologi penganggaran dan sistem
penentuan harga pokok standar

6. Paradigma Akuntanisi Kritis

Akuntansi kritis berbeda dengan seluruh riset akuntansi di seluruh area riset lainnya
sebagaimana didiskusikan sebelumnya. Arah riset sebelumnya diasumsikan sebagai sesuatu
yang jelas bagi para peneliti dan bidang investigasinya. Sebagai contoh, para peneliti
akuntansi positif dan para ilmuan keperilakuan percaya bahwa mereka mealporkan secara
sederhana berdasarkan perilaku dan subjek yang mereak uji. Walaupun diungkapkan secara
terus terang oleh para peneliti normatif, sebagaimana dalam aliran model keputusan,
penelitian melibatkan suatu realitas yang independen dari peneliti itu sendiri. Dengan
demikian, penemuan mereka dilibatkan dengan berbagai cara untuk dilaporkan berdasarkan
operasi dan keseharian dari bisnis dan entitas lainnya. Para peneliti akuantansi kritis
meskipun yakin pada realitas dalam pandangan dan penyelidikan, mereka juga membantu
membentuk realitas.

3.2 Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan


Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan dua cara, yaitu:
1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan

2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model
perilaku individu.
Bumper (1993) telah mengidentifikasi riset akuntansi keperilakuan yang diterbitkan
selama periode 1987-1991 di Accounting Review, Comtemporery Accounting
Research, Journal of Accounting Research, dan Accounting, Organization, and Society.
Jurnal-jurnal tersebut umumnya dipilih karena merupakan jurnal yang paling banyak
menerbitkan bagian riset ini dengan metodologi yang terbuka untuk seluruh subjek akuntansi.
dari keempat jurnal tersebut, Accounting, Organization, and Society merupakan jurnal yang
isinya cenderung fokus pada riset akuntansi keperilakuan meskipun jurnal tersebut juga
menerbitkan jenis riset lainnya. Dewasa ini, tema yang paling banyak digunakan dan
diterbitkan dalam Behavioral Research in Accounting dalam bidang riset keperilakuan adalah
audit. Secara relatif, riset keperilakuan dalam bidang audit juga paling baik dipresentasikan
dalam artikel yang secara umum merupakan hampir setengah dari total penerbitan Behavioral
Research ini Accounting. Selanjutnya, urutan berikutnya diduduki oleh bidang akuntansi
manajemen yang hampir mencapai seperempat dari tota penerbitan, sementara sisanya
merupakan subbidang lainnya. Spesialisasi dalam jurnal menjadi lebih penting
untuk Behavioral Research ini Accounting.
Dyckman (1993) telah menggunakan Hasselback’s Directory untuk menghitung jumlah
staf pengajar akuntansi yang dipilih dan mengidentifikasi mereka yang mempunyai minat
terhadap bidang perilaku selama tiga periode. Kronologi peristiwa atau kejadiannya adalah
seperti pada tabel berikut:

Tabel 9 Kronologi Peristiwa


No. Keterangan Peristiwa Tahun
1. Eksperimen pertama 1960-1968
2. Konferensi di Ohio State University: Aspek Perilaku Data Akuntansi untuk 1968
Evaluasi Kinerja
3. Konferensi di Ohio State University: Eksperimen Perilaku dalam Akuntansi 1971
4. Isu pertama dari Accounting, Organization, and Society 1976
5. Riset Peat Marwick dalam program audit 1976
6. Penunjukan Perilaku (Behavioral Designation) yang diperoleh dalam Hasselback 1978
7. Sessi perilaku dari AAA 1981
8. Konferensi JAR: Metode Riset Saat Ini dalam Akuntansi: Kritik, Evaluasi, dan 1982
Eksperimen Laboratorium
9. Pleno pada Konvensi Nasional: Penekanan dalam Sistem Akuntansi 1982
10. Masalah Pertama dari Riset Akuntansi Keperilakuan 1989
11. Konferensi JAR: Masalah Penilaian dalam Akuntansi dan Audit 1990
12. Akuntansi, Perilaku, dan Organisasi: Konferensi Riset Pertama 1994
13. Riset Penilaian dan Pengambilan Keputusan dalam Akuntansi dan Audit 1995
14. Konferensi JAR: Pakar Aplikasi dalam Akuntansi 1997
Sumber: Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000) dalam Lubis (2010).

Tabel 10 Jumlah Dosen dan Sekolah yang Dosennya Diidentifikasi dengan Aspek
Perilaku
Tahun Fakultas Sekolah
1978-1979 16 (0,3) 13 (1)
1989 125 (0,2) 88 (13)
1997 476 (0,4) 272 (28)
Angka dalam kurung menunjukan persentase.
Sumber: Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000) dalam Lubis (2010).

Tabel 11 Klasifikasi Topik Riset Akuntansi Keperlikaun dengan Subbidang


No. Topik Riset Akuntansi Audit Keuangan Manajerial Sistem Perpajakan
Keperilakuan Informasi
1. Pertimbangan dan 49 1 2 2 2
pembuatan keputusan
akuntan
2. Pengaruh fungsi akuntansi 3 4 20 0 7
terhadap perilaku
3. Pengaruh hasil fungsi 1 6 7 2 3
(informasi akuntansi)
terhadap keputusan pemakai
Sumber: Bamber (1993) dalam Sutrisno (2000) dalam Lubis (2010).

Tabel di atas memberikan suatu pandangan menyeluruh atas topik-topik riset akuntansi
keperilakuan terbaru yang cukup menarik. Peraga ini diadaptasi dari klasifikasi variabel yang
memengaruhi perilaku individu oleh Ferris dan Dillar (1988), dan artikel riset akuntansi
keperilakuan yang diterbitkan pada tahun 1990 dan 1991 yang dipetakan ke dalam peraga ini.
Jumlah artikel yang menguji setiap variabel ditunjukkan untuk seluruh variabel yang
merupakan penjumlahan dari setiap subbidang dan ditunjukkan oleh subbidang untuk setiap
kategori variabel.
Perilaku dibentuk oleh karakteristik individu dan karakteristik lingkungan tugas. Tabel
11 menunjukkan karakteristik dari individu pada sumbu horizontal dan karakteristik
lingkungan tugas pada sumbu vertikal. Peraga tersebut menunjukkan bahwa riset akuntansi
keperilakuan dilakukan untuk seluruh bidang dengan perbedaan yang mencolok jika hanya
mempertimbangkan penerbitan artikel selama tahun 1990 dan 1991. Fokus riset akuntansi
keperilakuan saat ini adalah pada pengaruh variabel psikologi, lingkungan, dan
organisasional terhadap perilaku. Penekanan pada variabel psikologi adalah konsisten dengan
sifat profesional dari akuntansi dan produknya sebagai input dalam pembuatan keputusan.
Karena perbedaan antara subbidang dalam penekanan tersebut terletak pada karakteristik
psikologi pemakainya dibandingkan dengan penyusun, maka fokus audit khususnya adalah
pada auditornya dibandingkan terhadap pemakai laporan audit, demikian pula dengan
perbedaan dalam fokus topik tersebut antara subbidang akuntansi.

3.3 Kesimpulan

Dalam konsep akuntansi keperilakuan dikenal adanya penggunaan pendekatan filsafat yang
membangun akuntansi keperilakuan itu sendiri. Selain itu juga dalam pendekatan filsafat
tersebut terdiri dari beberapa sub aspek yang saling terkait satu sama lain, seperti pemahaman
tentang pergeseran arah dari riset bidang akuntansi keperilakuan, metodologi filsafat,
beberapa paradigma riset akuntansi keperilakuan serta peluang riset akuntansi keperilakuan
pada lingkungan akuntansi yang menawarkan berbagai kemudahan dalam pelaksanaan sistem
akuntansi. Wawasan dalam riset akutansi keperilakuan bisa diperoleh dengan dua cara yaitu
survai publikasi utama dari riset akutansi keperilakuan dan klasifikasi topik artikel yang
dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model perilaku individu. Perkembangan
akhir dari proses riset akuntansi keperilakuan ini pun juga telah dibahas oleh para peneliti
mengenai pertumbuhan riset perilaku dalam akuntansi keperilakuan, terutama yang telah
diterbitkan dalam beberapa jurnal internasional.

3.4 Saran

Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan bagi
para karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self ability)
agar mampu menghasilkan keputusan yang optimal bagi organisasi atau perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Hudayati, Ataina. 2002. Perkembangan Penelitian Akutansi Keperilakuan: Berbagai Teori


Pendekatan dan Pendekatan yang Melandasi. Jurnal Akutansi dan Auditing Indonesia. Vol.6.
No.2: 81-96.
Kuang, Tan Ming dan Se Tin. 2010. Analisis Perkembangan Riset Akutansi Keperilakuan Studi Pada
Jurnal Behavioral Research In Accounting (1998-2003). Jurnal Akutansi. Vol.2, No.2: 122-
133.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan; Akuntansi Multiparadigma Edisi 3.
Jakarta: Salemba Empat

Ikhsan, Arfan. Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai