Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 2
PASCASARJANA EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Akuntansi Keperilakuan ini tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Persfektif Sejarah
dan Filosofi Riset dalam Bidang Akuntansi Keperilakuan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Terutama
kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.
Terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam filsafat sosial Darwin di awal industrialisasi menyebutkan untuk bertahan hidup
seseorang harus bekerja dengan tekun dan rajin. Tahun 1920, Frederick Taylorv mengenalkan
Gerakan manajemen ilmiah menyatakan bahwa pekerja bekerja karena
kepentinganmemeperoleh balas jasa ekonomi. Tahun 1920-an, pekerja dipandang sebagai
paket sifat yang dapat difahami melalui pengujian ekstensif. Pekerja dianggap sebagai
manusia namun masih diperlakukan sebagai factor biaya tahun 1930-an oleh Elton Mayu
dalam Gerakan hubungan manusia.
Permahaman tradisional telah berkembang menjadi ideologi baru (ideologi swadaya), yaitu
semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan, jika ada kemauan
untuk bekerja keras. Dalam lingkungan laissez-faire, pekerja merupakan agen yang bebas
memilih untuk meninggalkan pekerjaan yang buruk untuk menemukan pekerjaan yang lebih
baik.
Manajemen beranggapan bahwa karyawan adalah asset dan modal yang potensial bagi
perusahaan. Berdasarkan hubungan-hubungan perilaku manusia dapat mengatur dan
membangun tim yang kreratif, dengan memenuhi hak-hak karyawan dapat meningkatkan
kepuasan karyawan sehingga karyawan dapat bekerja secara optimal dan bermanfaat bagi
perusahaan.
Perkembangan praktik akuntansi mulai mengalami kemajuan yang besar sejak era Luca
Pacioli, yaitu sejak digunakannya sistem double entry. Namun sayangnya kemajuan praktik
akuntansi tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan riset akuntansi. Riset akuntansi baru
mulai banyak dilakukan sejak awal abad ke-20.
Pada tahun 1970-an terjadi pergeseraan pendekatan riset dalam akuntansi. Pergesaran ini
terjadi karena pendekatan normative tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap
digunakan dalam praktek sehari-hari. Sehingga muncul anjuran untuk memahami
berfungsinya suatu system akuntansi secara deskriptif dalam praktek nyata. Selain itu yang
mendasari usaha pemahaman akuntansi secara empiris dan mendalam adalah gerakan dari
masyarakat penliti akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.
Dengan menelaah riset akuntansi keperilakuan sebelumnya secara khusus, dapat diperoleh
suatu kerangka analisis dan diskusi yang dibatasi pada peluang, terutama pada hasil potensi
subbidang dan implikasinya untuk subbidang akuntansi yang lain.
Pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang Namanya analisis
laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Perusahaan dalam
menganalisis laporan keuangannya tentu dibutuhkan analis yang memang benar-benar
mumpuni dalam menangani hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang benar-
benar menguasai bidangnya haruslah memiliki keperilakuan atau behavior yang memang
sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut.
Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa dikaitkan
dan dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu sosial dan
psikologi. Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi Keperilakuan
menjadi suatu sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karena semua
bidang ilmu yang dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain.
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat baik berupa buku maupun informasi dari internet (e-book).
BAB II
Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” yang artinya suka atau cinta
dan “sophia” yang artinya kebijaksanaan. Jadi, kata filosofi berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Filsafat sering kali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari ilmu
pengetahuan. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas
dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Jika dikelompokkan
secara karakteristik cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri
pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep pokok, yaitu persoalan filsafat bercorak sangat
umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris dan menyangkut masalah-masalah asasi
(Ahmad Syadali dan Mudzakir, 1997). Kemudian, Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat
dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Menurut Socrates, cara yang paling baik untuk mendapatkan pengetahuan yang diandalkan
adalah dengan melakukan pembicaraan yang teratur (disciplined conversation) dengan
memainkan peranan seorang intellectual midwife. Metode yang dipakai Socrates dinamakan
dialektika. Proses dialektika adalah dialog antara dua pendirian yang bertentangan. Hal yang
penting adalah dialektika merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan
(interplay) antar ide. Pemikiran dialektika atau metode dialektika berusaha untuk
mengembangkan suatu contoh argumen yang di dalamnya terjalin implikasi bermacam-
macam proses (sikap) yang saling memengaruhi. Dengan metode dialektika setidaknya akan
disampaikan kepada pemecahan sementara, ada jawaban yang tampak lebih memuaskan,
tetapi ada juga jawaban yang harus dibuang.
Sistem akuntansi dibuat untuk membantu manajemen dalam memaksimalkan laba, mengukur
dan mengontrol kinerja perusahaan serta membuat rencana masa depan secara rasional, maka
akuntan sebagai penyedia informasi akan memilih informasi yang berguna pada manajemen
dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut didasarkan pada teori ekonomi klasik dan teori
manajemen klasik yang berpendapat bahwa tujuan bisnis adalah menghasilkan laba maksimal
dan akryawan termiotivasi bekerja karena faktor ekonomi, namun manusia memiliki perilaku
malas dan tidak mau mencoba.
Teori organisasi modern berpendapat tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba juga
memiliki banyak tujuan yang dapat berubah sesuai kondisi perusahaan. Teori ini menganggap
manusia memiliki perilaku yang komplek, yang termotivasi oleh factor ekonomi, sosial, dan
psikologi. Maka akuntansi harus mampu menyediakan system informasi yang tepat dan
relevan bagi manajemn sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
Burrel dan Morgan mengembangkan aspek paradigma dalam asumsi metateoretis yang
mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operasi dari ilmuwan yang berada
dalam paradigma tersebut. Burrel dan Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu
melihat keterkaitan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan
voluntarisme (volluntarism) memberikan penekanan pada esensi bahwa manusia berada di
dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan
pilihan bebas (free will and choice). Secara ringkas, Burrel dan Morgan membagi asumsi
tersebut ke dalam dua bagian, yaitu pendekatan subjektivisme dan pendekatan objektivisme.
Tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara realitas sosial tersebut
terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini, yaitu :
Aliran alternatif lainnya adalah strukturalisme radikal yang mempunyai kesamaan dengan
fungsionalisme, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan
ontologisme yang konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik mendasar sebagai
dasar dari produk hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia
sosial sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah dari manusia tertentu. Riset
yang diklasifikasikan dalam paradigma struktural radikal (structural radicalism) adalah riset
yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional.
Riset akan diklasifikasikan ke dalam paradigma humanis radikal (radical humanist) jika
didasarkan pada teori kritis dari Frankfurt Schools dan Habermas. Pendekatan kritis
Habermas melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut dunia kehidupan
(life world) yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat
dalam diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami. Interaksi sosial
dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan system
informasi manajemen.
2. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan sistem yang
akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sistem bukan merupakan
interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan berbagai kepentingan.
Paradigma posmodernisme muncul karena adanya kelemahan dari beberapa paradigma yang
ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernism) menolak pendapat modernisme
yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk maju, untuk memperbaiki dirinya
sendiri dan bepikir secara rasional. Bagi seorang postmodern tidak ada keadaan yang lebih
baik, tidak ada dunia yang lebih baik, tidak ada yang disebut kemajuan atau pengendalian
alam. Postmodern membuang metode dan teori yang dominan mengenai modernitas dan
menggantikannya dengan metode pascastrukturalisme (post-structuralism). Oleh karena itu,
postmodern menempuh jalan yang berbeda dengan paradigma selanjutnya.
Menurut Triyuwono (1997), ciri utama dari logosentrisme adalah sebagai berikut :
1. Pola pikir oposisi biner (dualistis dikotomis) yang hierarkis, seperti esensi-esensi
bahasa lisan-tulisan, konsep metafora, jiwa-badan dan makna-bentuk.
2. Aspek keilmuan, ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada
aspek praktis dan fungsi dan sebaliknya melecehkan aspek nilai (etika). Hal ini
terlihat dari pernyataan ilmu-ilmu positif yang mengklaim bahwa ilmu pengetahuan
harus netral dan bebas dari nilai.
3. Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa
praktik akuntansi harus berlaku secara universal atau internasional. Klaim ini
diwujudkan dengan gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi (harmonization of
accounting). Bagi pemikiran Foucault, wacana global dan universal tersebut memiliki
hubungan timbal balik antara kuasa dan pengetahuan.
2.3.6 Paradigma Akuntansi Kritis
Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial politik.
Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964) melalui sebuah derivative
filosofi fungsionalisme dalam sistem ekonomi kapitalis. Oleh karena itu, teori ini tidak
berkaitan dengan penyelesaian masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis
penilaian dimana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yang didasarkan pada konsep
ekonomi marginalis. Hal yang diinginkan disini sebenarnya adalah teknologi yang lebih baik
yang didasarkan pada kelompok asumsi dasar yang menghasilkan representasi alternatif yang
Suatu tinjauan atas artikel riset akuntansi keperilakuan selama tahun 1990-1991 menunjukkan
penekanan pada kekuatan daam pembuatan keputusan yang merupakan karakteristik dari
sebagian besar riset akuntansi keperilakuan. Penjelasan dari bagian itu berorientasi pada
pembuatan keputusan dalam audit dan telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan
pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatnya
perkembangan yang berorientasi kognitif.
Secara persuasif, Libby dan Frederick (1990) menjelaskan pentingnya pemahaman mengenai
bagaimana variabel-variabel psikologi, seperti pembelajaran, pengetahuan factual dan
prosedural, serta pengaruh memori dalam pembuatan keputusan. Pencerminan dari riset
terakhir dan riset mendatang merupakan fokus terhadap hal-hal berikut :
Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akuntansi keperiakuan, yaitu :
Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kinerja.
Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menjadi efektif dalam
mengidentifikasi domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.
Riset ini juga diterapkan pada sub bidang akuntansi yang lain. Riset ini menyarankan bahwa
terdapat suatu peluang yang berhubungan dengan pemahaman dan evaluasi hasil keputusan
audit. Salah satu kesulitan dengan riset yang berorientasi pada keputusan dalam audit adalah
kurangnya kriteria variabel yang dapat diamati terhadap penilaian kinerja auditor sehingga
peneliti sering melakukan studi atas konsensus penilaian dan konsistensi.
Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi
keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit diidentifikasi. Beberapa alasan riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi yang lebih besar di
masa datang, yaitu :
1. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar modal
dengan ekspektasi naïf.
2. Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi keuangan berpotensi
memberikan keperilakuan dalam bidang audit.
Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan riset
yang sama dalam akuntansi keuangan dan memungkinkan pencerminan tradisi lama yang
berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit. Riset akuntansi keperilakuan
dalam bidang akuntansi manajemen hanya merupakan subbidang akuntansi yang telah
memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akuntansi terhadap perilaku. Riset ini menguji
fungsi akuntansi, seperti anggaran dan standar memengaruhi motivasi, umpan balik dan
kinerja.
Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi akuntansi adalah
kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi sistem akuntansi yang lebih
awal sekalipun. Informasi akan mendorong penggunaan keunggulan teknologi saat ini, seperti
pencitraan data (data imaging), jaringan (networks) dan akses data dinamis melalui sistem
pengoperasian menyarankan pertimbangan atas peluang riset akuntansi keperilakuan dalam
bidang sistem akuntansi. Riset ini akan lebih berhasil jika difokuskan pada domain spesifik
dari variabel-variabel yang unik dalam sistem akuntansi dan konteks keputusan akuntansi,
seperti standar profesi dan analisis pengecualian.
2.4.5 Perpajakan
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada
kepatuhan pajak (tax compliance) dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan
lingkungan. Variabel yang sering diuji dengan hasil campuran menyarankan bahwa perilaku
kepatuhan pajak adalah hasil yang kompleks. Alma (1991) menyebutkan bahwa pengujian
teori alternatif dari perilaku kepatuhan pajak menghasilkan kegagalan atas ekspektasi teori
utilitas untuk menjelaskan keputusan kepatuhan secara lengkap. Riset akuntansi keperilakuan
dalam bidang perpajakan saat ini telah membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan
dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit.
Indikasi penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku terhadap akuntansi
merupakan pengaruh dari paradigma perilaku riset. Untuk menangani dimensi ini, Dyckman
(1998) memilih untuk menentukan persentase penulisan dan artikel yang diterbitkan oleh dua
jurnal utama, yaitu Journal of Accounting Research dan The Accounting Review. Terdapat
beberapa kombinasi dari tiga faktor utama, yaitu :
Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan dua cara sebagai
berikut:
Bamber (1993) telah mengidentifikasi riset akuntansi keperilakuan yang diterbitkan selama
periode 1987-1991 pada Accounting Review, Contemporary Accounting Research, Journal of
Accounting Research dan Accounting Organization and Society. Jurnal-jurnal tersebut pada
umumnya dipilih karena merupakan jurnal yang paling banyak menerbitkan bagian riset ini
dengan metodologi yang terbuka untuk seluruh subjek akuntansi.
Secara relatif, riset keperilakuan dalam audit juga paling baik dipresentasikan dalam artikel
yang secara umum merupakan hampir setengah dari total penerbitan Behavioral Research in
Accounting. Selanjutnya diduduki oleh bidang akuntansi manajemen yang hampir mencapai
seperempat dari total penerbitan, sementara sisanya merupakan subbidang lainnya.
Spesialisasi dalam jurnal menjadi lebih penting untuk Behavioral Research in Accounting.
Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000) telah menggunakan Hasselback’s Directory untuk
menghitung jumlah staf pengajar akuntansi yang dipilih dan mengidentifikasi mereka yang
mempunyai minat terhadap bidang perilaku selama tiga periode.
Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai satu kesatuan
terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Tanpa memedulikan besar
kecilnya, dapat dipastikan bahwa biasanya dipandang sebagai milik dari pemegang saham
yang perhatiannya lebih terfokus pada dimensi keuangan yang berputar di sektor harga saham
dan berada di luar lingkup keputusan. Untuk menguraikan cara perusahaan mengadopsi
seperangkat tujuan serta cara perusahaan mengawali penyesuaian dan pencapaian
memerlukan suatu pemahaman yang mendasar atas keputusan dan proses penyelesaian
masalah dengan pasti. Agar lebih spesifik, teori modern perusahaan terkait dengan arah
tujuan perilaku yang dipastikan berkaitan dengan tujuan, motivasi dan karakteristik
menyelesaikan masalah anggota-anggotanya. Tujuan organisasi akan dipandang sebagai
berikut :
Implikasi perilaku organisasi dibagi menjadi dua. Pertama, seseorang akan berharap
mencapai suatu subkelompok dari tujuannya di dalam organisasi. Kedua, perilaku di dalam
organisasi dapat diuraikan dalam hubungannya dengan pemecahan masalah, kepuasan dan
model hubungan kepribadian. Dalam pandangan ini, hal penting untuk menekankan bahwa
suatu organisasi (perusahaan) diharapkan untuk menjadi penolong dalam mencapai beberapa
subkelompok tujuan pribadi seseorang. Selain itu, keputusan seseorang untuk bergabung
dengan suatu kelompok adalah untuk mencapai prestasi untuk tujuan pribadinya. Secara
umum, pandangan perilaku individu mengarah pada tujuan prinsip perilaku umum dari teori
kebutuhan. Tujuan perilaku biasanya mengarah pada pemunculan kebutuhan karakteristik
psikologis. Selain itu, ketidakmampuan untuk mencapai suatu tujuan dapat menggeser
perhatian dari satu tujuan ke tujuan lain.
Fred Luthans yang dikutip dari Robbins melihat masalah mengenai apa yang dilakukan oleh
para manajer dari perspektif yang agak berbeda. Ia mengemukakan pertanyaan, “Apakah
manajer yang cepat naik pangkat dalam suatu organisasi telah melakukan kegiatan yang sama
dengan tekanan yang sama seperti manajer yang melakukan pekerjaan yang sebaik-baiknya?”
Anda akan berpikir bahwa manajer yang paling cepat dipromosikan pastilah manajer yang
telah melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah
demikian. Luthans dan asistennya mempelajari lebih dari 450 manajer. Apa yang mereka
temukan adalah para manajer ini melakukan kegiatan manajerial sebagai berikut :
Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan berkurang
jumlahnya. Saat ini, Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big 4 di AS kurang
mendukung riset akademik dibandingkan di masa lalu. Banyak universitas yang pada
umumnya memiliki pengalaman pencatatan anggaran akan menunjukkan penurunan sumber
yang memberikan dukungan terhadap riset. Oleh karena riset keperilakuan saat ini cenderung
menjadi lebih mahal dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan terasa lebih sulit
melakukan pekerjaan tersebut. Terbatasnya sumber dana ini perlu mendapat perhatian khusus
dari para subjek profesional yang mampu. Di samping itu, sikap dan pandangan dari beberapa
pengusaha yang mempunyai anggapan kurang positif terhadap kegiatan riset ini juga
berpengaruh karena mereka tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami
bahwa kegiatan para praktisi merupakan bagian dari kemampuan aplikasi hasil riset. Di masa
mendatang, apakah setiap individu akan melakukan pelatihan yang lebih baik dengan
kemampuan untuk menarik identifikasi atas masalah yang mudah dilakukan dan bekerja
dengan ketekunan dan keuletan agar berhasil dengan disiplin ini? Apakah paradigma perilaku
yang terus berlanjut berkembang untuk menjadi dewasa dan berhasil dengan baik adalah
tanggungjawab para peneliti, khususnya peneliti akuntansi keperilakuan?
Berbagaipertanggungjawaban lainnya sekiranya dapat menjadi pemicu para peneliti
akuntansikeperilakuan untuk lebih memperkaya masalah- masalah yang pada gilirannya
dapat memberikan suatu kontribusi yang signifikan terhadap praktik organisasi yang ada.
BAB III
1. Paradigma Fungsionalisme
Metodologi riset yang digunakan oleh para fungsionalis mengikuti metodologi yang
digunakan dalam ilmu alam. Penganut aliran ini melakukan deskripsi atas variable,
membangun dan menyatakan hipotesis, mengumpulkan data kuantitatif, serta melakukan
analisis secara statistika. Beberapa riset empiris dalam akuntansi keperilakuan yang
menggunakan pendekatan paradigma fungsionalis ini (menggunakan pengumpulan data
survei atau kuisioner dan analisis statistik) yang dijelaskan oleh Dillard dan Becker dengan
masalah risetnya (Lubis, 2014:130).
Beberapa kelemahan metodologi fungsionalis dalam riset akuntansi keperilakuan
mulai dirasakan oleh para peneliti. Mereka mulai mempertanyakan apakah pandagan ontologi
realitas fisik adalah tepat untuk memahami fenomena sosial. Pemikiran akuntansi utama tidak
memberikan perhatian pada perdebatan filosofi antara pemikiran Popper, Lakatos, Kuhn dan
Feyerbend. Masalah lain yang timbul dari pemikiran akuntansi utama adalah pernyataan dari
peneliti akuntansi tentang relevansi filosofi ilmu pengetahuan alam (natural science) sebagai
dasar metodologi riset akuntansi yang seharusnya lebih benyak mendekati ilmu sosial.
Kelemahan metode utama tersebut menyebabkan para pemikir akuntansi mulai mencari
metode-metode lain atau metode alternatif yang dapat secara tepat digunakan dalam
memecahkan masalah sosial (Lubis, 2014:131).
Tabel 1. Argumen Teoritis Fungsionalis
2. Paradigm Interpretif
Tujuan pendekatan interpretif adalah menganalisis reaitas sosial dan cara realitas sosial
tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif:
a. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan dan
analisis historis.
b. Metode foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucalt sebagai pengganti
konsep trasioanal historis yang disebut “ahistorical” atau “antiquarian” (Lubis, 2014:132).
5. Paradigma Posmodernisme
Posmodernisme menyajikan suatu wacana yang sedang muncul yang meletakan dirinya diluar
paradigma modern, bahkan dapat dikatakan bahwa paradigma posmodernisme merupakan
opsisi dari paradigma modern. Beberapa pemikir posmodernisme meliputi Baudrillad, Jacues
Derrida, Latorur dan Michael Foucault. Namun karya yang paling banyak digunakan sebagai
dasar aliran posmodernisme adalah karya Derrida dan Foucalut. Foucoult terkenal dengan
metode arkeologis (archeological) dan geonalogis (genealogical).
Dillard dan Becker membahas mengenai beberapa argumentasi teoritis dan beberapa riset
akuntansi yang didasarkan pada teori Foucault, diantaranya Hopwood (1987) yang
megembangkan suatu arkeologi sistem akuntansi dengan pemahaman yang lebih baik dengan
proses perubahan akuntansi, yaitu arkeologi foucaldian dapat menghasilkan berbagai macam
faktor sosial yang direplikasikan dalam perubahan akuntansi. Analisis Loft (1986)
mengindikasikan bahwa akuntansi merupakan suatu aktivitas sosial yang secara fundamental
dan tidak dapat digambarkan maknanya hanya dari perspektif teknis. Miller dan Oarley
(1987) dalam makalah seminarnya menggunakan metode arkeologi penganggaran dan sistem
penentuan harga pokok standar
Akuntansi kritis berbeda dengan seluruh riset akuntansi di seluruh area riset lainnya
sebagaimana didiskusikan sebelumnya. Arah riset sebelumnya diasumsikan sebagai sesuatu
yang jelas bagi para peneliti dan bidang investigasinya. Sebagai contoh, para peneliti
akuntansi positif dan para ilmuan keperilakuan percaya bahwa mereka mealporkan secara
sederhana berdasarkan perilaku dan subjek yang mereak uji. Walaupun diungkapkan secara
terus terang oleh para peneliti normatif, sebagaimana dalam aliran model keputusan,
penelitian melibatkan suatu realitas yang independen dari peneliti itu sendiri. Dengan
demikian, penemuan mereka dilibatkan dengan berbagai cara untuk dilaporkan berdasarkan
operasi dan keseharian dari bisnis dan entitas lainnya. Para peneliti akuantansi kritis
meskipun yakin pada realitas dalam pandangan dan penyelidikan, mereka juga membantu
membentuk realitas.
2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model
perilaku individu.
Bumper (1993) telah mengidentifikasi riset akuntansi keperilakuan yang diterbitkan
selama periode 1987-1991 di Accounting Review, Comtemporery Accounting
Research, Journal of Accounting Research, dan Accounting, Organization, and Society.
Jurnal-jurnal tersebut umumnya dipilih karena merupakan jurnal yang paling banyak
menerbitkan bagian riset ini dengan metodologi yang terbuka untuk seluruh subjek akuntansi.
dari keempat jurnal tersebut, Accounting, Organization, and Society merupakan jurnal yang
isinya cenderung fokus pada riset akuntansi keperilakuan meskipun jurnal tersebut juga
menerbitkan jenis riset lainnya. Dewasa ini, tema yang paling banyak digunakan dan
diterbitkan dalam Behavioral Research in Accounting dalam bidang riset keperilakuan adalah
audit. Secara relatif, riset keperilakuan dalam bidang audit juga paling baik dipresentasikan
dalam artikel yang secara umum merupakan hampir setengah dari total penerbitan Behavioral
Research ini Accounting. Selanjutnya, urutan berikutnya diduduki oleh bidang akuntansi
manajemen yang hampir mencapai seperempat dari tota penerbitan, sementara sisanya
merupakan subbidang lainnya. Spesialisasi dalam jurnal menjadi lebih penting
untuk Behavioral Research ini Accounting.
Dyckman (1993) telah menggunakan Hasselback’s Directory untuk menghitung jumlah
staf pengajar akuntansi yang dipilih dan mengidentifikasi mereka yang mempunyai minat
terhadap bidang perilaku selama tiga periode. Kronologi peristiwa atau kejadiannya adalah
seperti pada tabel berikut:
Tabel 10 Jumlah Dosen dan Sekolah yang Dosennya Diidentifikasi dengan Aspek
Perilaku
Tahun Fakultas Sekolah
1978-1979 16 (0,3) 13 (1)
1989 125 (0,2) 88 (13)
1997 476 (0,4) 272 (28)
Angka dalam kurung menunjukan persentase.
Sumber: Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000) dalam Lubis (2010).
Tabel di atas memberikan suatu pandangan menyeluruh atas topik-topik riset akuntansi
keperilakuan terbaru yang cukup menarik. Peraga ini diadaptasi dari klasifikasi variabel yang
memengaruhi perilaku individu oleh Ferris dan Dillar (1988), dan artikel riset akuntansi
keperilakuan yang diterbitkan pada tahun 1990 dan 1991 yang dipetakan ke dalam peraga ini.
Jumlah artikel yang menguji setiap variabel ditunjukkan untuk seluruh variabel yang
merupakan penjumlahan dari setiap subbidang dan ditunjukkan oleh subbidang untuk setiap
kategori variabel.
Perilaku dibentuk oleh karakteristik individu dan karakteristik lingkungan tugas. Tabel
11 menunjukkan karakteristik dari individu pada sumbu horizontal dan karakteristik
lingkungan tugas pada sumbu vertikal. Peraga tersebut menunjukkan bahwa riset akuntansi
keperilakuan dilakukan untuk seluruh bidang dengan perbedaan yang mencolok jika hanya
mempertimbangkan penerbitan artikel selama tahun 1990 dan 1991. Fokus riset akuntansi
keperilakuan saat ini adalah pada pengaruh variabel psikologi, lingkungan, dan
organisasional terhadap perilaku. Penekanan pada variabel psikologi adalah konsisten dengan
sifat profesional dari akuntansi dan produknya sebagai input dalam pembuatan keputusan.
Karena perbedaan antara subbidang dalam penekanan tersebut terletak pada karakteristik
psikologi pemakainya dibandingkan dengan penyusun, maka fokus audit khususnya adalah
pada auditornya dibandingkan terhadap pemakai laporan audit, demikian pula dengan
perbedaan dalam fokus topik tersebut antara subbidang akuntansi.
3.3 Kesimpulan
Dalam konsep akuntansi keperilakuan dikenal adanya penggunaan pendekatan filsafat yang
membangun akuntansi keperilakuan itu sendiri. Selain itu juga dalam pendekatan filsafat
tersebut terdiri dari beberapa sub aspek yang saling terkait satu sama lain, seperti pemahaman
tentang pergeseran arah dari riset bidang akuntansi keperilakuan, metodologi filsafat,
beberapa paradigma riset akuntansi keperilakuan serta peluang riset akuntansi keperilakuan
pada lingkungan akuntansi yang menawarkan berbagai kemudahan dalam pelaksanaan sistem
akuntansi. Wawasan dalam riset akutansi keperilakuan bisa diperoleh dengan dua cara yaitu
survai publikasi utama dari riset akutansi keperilakuan dan klasifikasi topik artikel yang
dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model perilaku individu. Perkembangan
akhir dari proses riset akuntansi keperilakuan ini pun juga telah dibahas oleh para peneliti
mengenai pertumbuhan riset perilaku dalam akuntansi keperilakuan, terutama yang telah
diterbitkan dalam beberapa jurnal internasional.
3.4 Saran
Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan bagi
para karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self ability)
agar mampu menghasilkan keputusan yang optimal bagi organisasi atau perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, Arfan. Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat