Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI PERILAKU


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perilaku
Dosen Pengampu : Eko Diyah Nurkhayati, SE., M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 11:


1. Adinda Avia (205221138)
2. Raihan Hibban Machrus (205221188)
3. Aprillia Eka Putri ( 205221191)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
B. Tujuan …………................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Definisi Filsafat...............................................................................................................2
B. Pendekatan Filsafat Riset Akuntansi Keperilakuan........................................................3
a. Filosofi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan (1979)...................................3
C. Paradigma Riset Akuntansi Keperilakuan.......................................................................4
a. Paradigma Fungsionalisme/ Positivistik.........................................................................4
b. Paradigma Interpretif.....................................................................................................5
c. Paradigma Strukturalisme Radikal..................................................................................6
d. Paradigma Humanis Radikal...........................................................................................6
e. Paradigma Posmodernisme............................................................................................6
f. Paradigma Akuntansi Kritis.............................................................................................7
D. Peluang Riset Akuntansi Keperilakuan Pada Lingkungan Akuntansi..............................8
a. Pemeriksaan Keuangan (Auditing).................................................................................8
b. Akuntansi Keuangan …...................................................................................................8
c. Akuntansi Manajemen...................................................................................................9
d. Sistem Informasi Akuntansi..........................................................................................10
e. Perpajakan...................................................................................................................10
f. Pertumbuhan Riset Perilaku.........................................................................................10
g. Perkembangan Terakhir...............................................................................................11
E. Teori Keperilakuan Terhadap Perusahaan....................................................................11
a. Model Motivasi Dari Perilaku Manajerial.....................................................................11
F. Wawasan Masa Depan.................................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Bagaimana pendekatan filsafat dalam riset akuntansi keperilakuan?
3. Bagaimana paradigma riset akuntansi keperilakuan?
4. Bagaimana peluang riset akuntansi keperilakuan pada lingkunangan
akuntansi?
5. Bagaimana teori keperilakuan tentang perusahaan?
6. Bagaimana wawasan untuk masa depan?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu filsafat.
2. Untuk mengetahui pendekatan filsafat dalam riset akuntansi keperilakuan.
3. Untuk mengetahui paradigma riset akuntansi keperilakuan.
4. Untuk mengetahui peluang riset akuntansi keperilakuan pada lingkungan
akuntansi.
5. Untuk mengetahui teori keperilakuan tentang perusahaan.
6. Untuk mengetahui wawasan untuk masa depan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat
Filosofi berasal dari bahasa Yunani yaitu “plulas” yang berarti suka atau
cinta dan “shopa” yang berarti kebijaksanaan. Jadi filosofi berarti cinta
kepada kebijaksanaan. Filsafat sendiri dapat didefinisikan sebagai :
1. Sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
2. Filsafat merupakan suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sanggat dijunjung tinggi.
3. Filsafat merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat sebagai analisis logis dari bahasa bahasa serta penjelasan
tentang arti kata dan konsep.
5. Filsafat merupakan sekumpulan problem untuk yang langsung
mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh
ahli filsafat.
Jadi filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan
batasan dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih
memadai. Filsafat mengantarkan pada fenomena adanya siklus
pengetahuan, sehingga membentuk konfigurasi dengan menunjukkan
bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan.
Kadsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Filsafat adalah berfikir kritis
2. Filsafat adalah berfikir dalam bentuknya yang sistematis.
3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4. Filsafat adalag berfikir secara rasional.
5. Filsafat bersifat komprehensif.
Jadi, berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu
yang ada secara kritis, sistematis, tertib, rasional, dan komprehensif.

Metodologi Filsafat
Menurut Soctrates, untuk mendapatkan pengetahuan yang andal dapat
dengan cara pembicaraan yang teratur dengan memainkan peran seorang
intellectual midwife (orang yang memberi dorongan kepada seseorang
untuk melahirkan pengetahuan yang terpendam dalam pikiran). Metode

2
yang digunakan oleh Socrates dinamakan dengan dialektika. Dialektika
merupakan dialog antara dua pendirian yang bertentangan. Pemikiran
dialektika atau metode dealektika berusaha untuk mengembangkan suatu
contoh argumen yang didalamnya terjalin implikasi bermacam-macam
proses yang saling mempengaruhi.
B. Pendekatan Filsafat Riset Akuntansi Keperilakuan
a. Filosofi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan (1979)
Burrel dan Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus mempu
melihat keterikatan anatara kehidupan manusia dengan lingkungannya.
Pendekatan voluntarisme memberikan penekanan pada esensi bahwa
manusia berada di dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial
sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan pilihan bebas. Secara
ringkas, Burrel dan Morgan membagi asumsi tersebut ke dalam dua
bagia yaitu:
1.) Pendekatan Subjektivisme (anti positivism)
Subjektivisme merupakan salah satu konsepsi subjektivitas.
Subjektivisme menafsirkan subjektivitas sebagai produk subjek
atau individu. Dalam pandangan ini, apa yang dipikirkan,
dibayangkan, dirasakan, diingat, diharapkan, dipahami, dan
diperjuangkan sepenuhnya adalah produk dari diri kita sendiri.
Subjektivitas mendominasi metodologi riset kualitatif yang
menafsirkan interaksi antara peneliti dan subjek (melalui
wawancara) dan interetasi data yang aktif, yang merupakan fitur
utama penelitian kualitatif sebagai lisensi untuk pelaksanaan
sebjektif dari proses subjektif. Subjektivisme dalam penelitian
kuantitatif juga menerima laporan subjektif tentang psikologi
mereka sebagai objek penelitian. Tujuannya untuk memvalidasi
interpretasi subjektif, makna dan pengertian.
2.) Pendekatan Objektivisme (positivism)
Objektivisme merupakan sebuah pandangan yang menekankan
bahwa butir-butir pengetahuan dari soal sederhana sampai teori
yang kompleks mempunyai sidat dan ciri yang melampaui
keyakinan dan kesadaran individu yang merancang dan
memikirkannya. Titik berat kaum objektivisme adalah penekanan
pada sifat pernyataan sederhana yang didalamnya mempunyai sifat
tertentu, tidak peduli apakah individu tersebut menyadari atau
tidak, meyakini atau tidak. Hal yang menguntungkan kaum
objektivisme bahwa teori ilmiah dapat atau sering mempunyai
konsekuensi yang tidak dimaksudkan sebagaimana pada mulanya

3
dan tidak disadari oleh orang yang pertama kali mengusulkan teori
tersebut.
3.) Nominalisme – Realisme: Debat Ontologi
Aliran nominalisme mendasarkan diri pada asumsi bahwa dubia
sosial berada di luar individu dan tidak lebih dari nama, konsep dan
label yang digunakan untuk membentuk realitas. Sedangkan aliran
realisme menyatakan bahwa dunia seosial berada di luar individu
suatu dunia nyata yang terbentuk dari struktur yang keras, nyata,
dan relatif kuat dan secara realitas.
4.) Antipositivisme – Positivisme: Debat Epistemologi
Antipositivisme berusaha untuk mencari aturan atau dasar
kebiasaan dalam dunia sosial. Dunia sosial dianggap bahwa realitis
fisik dan hanya dapat dipahami dari sisi pandang individual yang
terlibat secara langsung dalam aktivitas yang sedang diteliti. Aliran
positivisme menjelaskan mengenai apa yang terjadi dalam dunia
sosial dengan meneliti kebiasaan serta hubungan kausal antara
elemen-elemen yang saling berhubungan. Pada dasarnya
menggunakan pendekatan tradisional yang didominasi ilmu
natural.
5.) Voluntarisme – Determinisme: Debat Hakikat Manusia
Aliran voluntarisme memandang bahwa manusia sangat mandiri
dan bebas. Sedangkan determinisme memandang bahwa manusia
dan akitivitasnya sangat ditentukan oleh situasi atau lingkungan
tempat ia berada.
6.) Indografis – Nomotetik: Metodologi
Pendekatan indografis memandang bahwa seseorang hanya dapat
memahami suatu dunia sosial dengan pendekatan peneliti dengan
subjek yang didapatkan secara detail dan lengkap mengenai sejarah
dan latar belakang. Pendekatan ini menekankan pada analisis
secara subjektif yang didapatkan dengan masuk ke dalam situasi
yang terjadi. Sedangkan pendekatan nomotetik menekankan pada
pentingnya pelaksanaan penelitian berdasarkan pada tenik dan
protokol sistematis, dimana difokuskan pada proses pengujian
hipotesis dengan serangkaian tes, teknik kuantitatif untuk analisis
data, survei, kuisoner, tes kepribadian, maupun alat pengujian
standar lainnya.
C. Paradigma Riset Akuntansi Keperilakuan
a. Paradigma Fungsionalisme/ Positivistik

4
Merupakan paradigma yang muncul paling awal dalam dunia ilmu
pengetahuan. Paradigma ini sering digunakan dalam riset akuntansi
dibandingkan dengan paradigma lain, sehingga disebut dengan
paradigma utama. Paradigma ini muncul pada abad ke-19 oleh August
Comte (1830-1842), kemudian dikembangkan oleh Emile Durkheim
(1895) yang menjadi rujukan penganut positivisme dalam bidang
sosial. Paradigma ini memiliki pendekatan yang berusaha untuk
menjelaskan hubungan sosial dengan pemikiran yang rasional,
denganorientasi yang pragmatik berkaitan dengan pengetahuan sosial.
Suatu penjelasan dapat dikatakan ilmiah apabila memenuhi tiga
komponen berikut:
1.) Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hukum umum.
2.) Mengandung prakondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan hasil observasi.
3.) Memiliki satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang
dijelaskan.

Pengujuan empiris dalam filsafat dinyatakan dengan dua cara yaitu:


1.) Dalam aliran positivisme ada teori dan seperangkat pernyataan
hasil observasi independen yang digunakan untuk membenarkan
atau memverifikasi kebenaran teori (pendekatan hypothetico-
deductive).
2.) Dalam pandangan popperian, karena pernyataan hasil observasi
merupakan teori yang dependen dan dapat dipalsukan, maka teori-
teori ilmiah tidak dapat dibuktikan kebenarannya, tetapi
memungkinkan untuk ditolak.
Metodologi riset yang digunakan para fungsionalisme mengikuti
metodologi yang digunakan dalam ilmu alam. Penganut aliran ini
melakukan deskripsi atas variabel, membangun dan menyatakan
hipotesis, mengumpulkan data kuantitatif, serta melakukan analisis
secara statistika. Beberapa riset empiris dalam akuntansi keperilakuan
yang menggunakan pendekatan paradigma fungsionalisme ini
menggunakan pengumpulan data survei atau kuisoner dan analisis
statistik.

b. Paradigma Interpretif
Paradigma interpretif juga disebut interaksionis subjektif (subjective
interactionist). Pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf Jerman yang
menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman

5
dalam ilmu sosial. Pendekatan ini berfokus pada sifat subjektif dunia
sosial dan berusaha memahami kerangka berpikir objek yang sedang
dipelajarinya. Paradigma interpretif memasukkan aliran
etnometodologi dan interaksionisme simbolis fenomenologis yang
didasarkan pada aliran sosiologis, hermeneutis, dan fenomenologis.
Tujuan pendekatan interpretif ini adalah menganalisis realitas sosial
dan cara realitas sosial tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset
dengan pendekatan interpretif ini.
1. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus,
wawancara lapangan, dan analisis historis.
2. Metode Foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael
Foucault sebagai pengganti konsep tradisional historis yang disebut “a
historical” atau “antiquarian.”

c. Paradigma Strukturalisme Radikal


Paradigma strukturalisme radikal mempunyai kesamaan dengan
fungsionalisme, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai
keberadaan ontologisme yang konkret dan nyata. Pendekatan ini
berfokus pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk hubungan
kelas dan struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia sosial
sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah dari manusia
tertentu. Riset yang diklasifikasikan dalam paradigma strukturalisme
radikal adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional.

d. Paradigma Humanis Radikal


Riset akan diklasifikasikan dalam paradigma humanis radikal (radical
humanist) jika didasarkan pada teori kritis dari Frankurt Schools dan
Habermas. Pendekatan kritis Habermas melihat objek studi sebagai
suatu interaksi sosial yang disebut “dunia kehidupan” (life world),
yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang
melekat dalam diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang
saling memahami. Interaksi sosial dalam dunia kehidupan dapat dibagi
menjadi dua kelompok:
1. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya
kebutuhan akan sistem informasi manajemen.
2. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya
pemilihan sistem yang akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk

6
merancang sistem bukan merupakan interaksi sosial yang alami karena
sudah mempertimbangkan berbagai kepentingan.

e. Paradigma Posmodernisme
Paradigma ini merupakan oposisi dari paradima modern yang
menyajikan suatu wacana sosial yang sedang muncul yang meletakkan
dirinya di luar paradigma modern. Paradigma posmodernisme muncul
karena adanya kelemahan dari beberapa paradigma yang ada.
Pascamodernisme/posmodernisme menolak pendapat modernisme
yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk maju,
untuk memperbaiki dirinya sendiri, dan berpikir secara rasional.
Menurut paradigma posmodernisme, kebenaran itu tidak bisa
dibayangkan, oleh sebab itu setiap manusia harus aktif untuk
membangun kebenaran itu sendiri. Jalan kebenaran tersebut perlu
dicari secara aktif dan kreatif untuk memberi makna sehingga yang ada
perlu didekonstruksi karena tidak mampu lagi menemukan kebenaran.

f. Paradigma Akuntansi Kritis


Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu
sosial kritis. Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich
(1964) melalui sebuah derivatif filosofi fungsionalisme dalam sistem
ekonomi kapitalis. Oleh karena itu, teori ini tidak berkaitan dengan
penyelesaian masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis
penilaian, dimana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yang
didasarkan pada konsep ekonomi marginalis. Akuntansi kritis berbeda
dengan seluruh riset akuntansi di seluruh area riset lainnya
sebagaimana didiskusikan sebelumnya. Arah riset sebelumnya
diasumsikan sebagai sesuatu yang jelas bagi para peneliti dan bidang
investigasinya.
Misalnya, para peneliti akuntansi positif dan para ilmuwan
keperilakuan percaya bahwa mereka melaporkan secara sederhana
berdasarkan perilaku dari subjek yang diuji. Walaupun diungkapkan
secara terus terang oleh para peneliti normatif, sebagaimana dalam
aliran model keputusan, penelitian melibatkan suatu realitas yang
independen dari peneliti itu sendiri. Dengan demikian, penemuan
mereka dilibatkan dengan berbagai cara untuk dilaporkan berdasarkan
operasi dan keseharian dari bisnis dan entitas lainnya. Para peneliti

7
akuntansi kritis meskipun yakin pada realitas dalam pandangan dan
penyelidikan, mereka juga membantu membentuk realitas.
Akuntansi kritis merupakan bagian dari teori akuntansi yang
memandang bahwa akuntansi memiliki peran yang sangat penting
dalam mempertimbangkan dan memutuskan konflik antara perusahaan
dan konstituen sosial, seperti tenaga kerja, para pelanggan dan publik.
Hal ini berkaitan langsung dengan peran kegiatan sosial dari akuntan.
Akuntansi kritis merupakan penggabungan dua atau lebih area akuntasi
yang berkembang pada tahun 1960-an dan meliputi akuntansi
kepentingan publik dan akuntansi sosial.
Akuntansi kepentingan publik berkaitan dengan pekerjaan bebas pajak
dan penasihat keuangan bagi individu-individu, kelompok-kelompok
dan perusahaan kecil yang tidak mampu membayar untuk jasa ini.
Akuntansi sosial yang disinggung berusaha mengukur laporan laba
rugi perusahaan dengan memperhitungkan biaya eksternal seperti
biaya polusi yang merupaka kerugian bagi masyarakat, tetapi tanpa
pembebanan kepada pihak yang menghasut.

D. Peluang Riset Akuntansi Keperilakuan Pada Lingkungan Akuntansi


a. Pemeriksaan Keuangan (Auditing)
Penjelasan dari bagian ini berorientasi pada pembuatan keputusan
dalam audit, dan telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan
pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan
audit dan meningkatnya perkembangan yang berorientasi kognitif.
Pencerminan dari riset terakhir dan riset mendatang merupakan fokus
terhadap:
1. Karakteristik pengetahuan yang dihubungkan dengan pengalaman
(yang meliputi bagaimana pengetahuan itu diperoleh);
2. Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi dengan
variabel organisasi atau lingkungan;
3. Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.
Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akuntansi
keperilakuan. Ada dua alasan untuk hal ini, yaitu:
1. Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan
keahlian kinerja.
2. Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menjadi efektif
dalam mengidentifikasi domain karakteristik dari pengetahuan
spesifik.

8
Riset ini menyarankan bahwa terdapat suatu peluang yang
berhubungan dengan pemahaman dan evaluasi hasil keputusan audit.
Salah satu kesulitannya adalah kurangnya kriteria variabel yang dapat
diamati terhadapa penilaian kinerja auditor sehingga peneliti sering
melakukan studi atau konsensu penilaian dan konsistensi.

b. Akuntansi Keuangan
Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan
dalam bidang akuntansi keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit
diidentifikasikan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa terbatasnya
pemrosesan informasi yang tidak mendorong lebih banyak
dilakukannya riset akuntansi keperilakuan merupakan pertanyaan
menarik. Secara jelas, pentingya riset akuntansi keuangan yang
berbasis pasar model dibandingkan dengan audit menunjukkan kurang
kuatnya permintaan eksternal terhadap riset akuntansi keperilakuan
dalam bidang keuangan. Hal itu dijadikan alasan untuk melakukan
diskusi yang lebih lanjut oleh sebagian besar kantor akuntan publik.
Berikut beberapa alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
keuangan mungkin memberikan kontribusi yang lebih besar di masa
mendatang.
1. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa
komponen pasar modal dengan ekspektasi naif.
2. Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan
berpotensi memberikan kontribusi yang lebih besar berhubungan
dengan keuntungan dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
audit.
Dua alasan dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan di
atas telah mampu memberikan kontribusi yang lebih besar karena
keunggulannya yang melebihi riset akuntansi keperilakuan dalam
audit.
1. Terdapat sejumlah tugas dari informasi akuntansi keuangan yang
merupakan input langsung untuk keputusan pinjaman bank, negoisasi
kontrak tenaga kerja, prediksi laba, dan rekomendasi saham.
2. Keuntungan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan
meliputi beberapa tugas seperti prediksi laba yang telah didefinisikan
dengan baik dan mempunyai sifat berulang.

c. Akuntansi Manajemen

9
Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen merupakan
pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan riset yang sama
dalam akuntansi keuangan, dan memungkinkan pencerminan tradisi
lama yang berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
audit. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi
manajemen hanya merupakan subbidang akuntansi yang telah
memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akuntansi terhadap
perilaku. Riset ini menguji fungsi akuntansi, seperti anggaran dan
standar memengaruhi motivasi, umpan balik, dan kinerja. Riset
akuntansi di bidiang akuntansi manajemen cenderung fokus pada
variabel lingkungan dan organisasional yang mengandalkan teori
agensism seperti insentid dan variabel asemetri informasi. Sedangakan
di bidang audit lebih fokus pada variabel psikologi, khususnya
kesadaran.

d. Sistem Informasi Akuntansi


Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem
informasi akuntansi adalah kesulitan membuat generalisasi meskipun
berdasarkan pada studi sistem akuntansi yang lebih awal sekalipun.
Jelas bahwa desain sistem memengaruhi penggunaan informasi. Riset
ini akan lebih berhasil jika difokuskan pada domain spesifik dari
variabel-variabel yang unik dalam sistem akuntansi dan konteks
keputusan akuntansi, seperti standar profesi dan analisis pengecualian.

e. Perpajakan
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah
memfokuskan diri pada kepatuhan pajak (tax compliance) dengan
melakukan pengujian variabel psikologi dan lingkungan. Riset
akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini telah
membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset
akuntansi keperilakuan dalam bidang audit.
Wajib pajak dapat memengaruhi kemungkinan audit secara efektif
melalui keputusan pelapornya. Potensi lain untuk riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang perpajakan dan audit merupakan studi
perilaku yang jarang dilakukan.

f. Pertumbuhan Riset Perilaku

10
Indikasi penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku
terhadap akuntansi merupakan pengaruh dari paradigma perilaku riset.
Secara substansial, persentase penulis artikel lebih besar daripada
persentase yang berhubungan dengan staf pengajar sebagai calon
perilaku. Terdapat beberapa kombinasi dari tiga faktor utama.
1. Para peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan
lebih banyak artikel yang diterbikan oleh kedua jurnal di atas.
2. Beberapa artikel yang ditulis oleh para peneliti yang sementara
dilakukan dalam bidang ini, belum ada calonnya.
3. Minat pembaca pada bidang ini telah meningkat.
Secara keseluruhan, hasil ini menyatakan bahwa pengaruh terhadap
literator di atas dapat diperkirakan berdasarkan jumlah identifikasi staf
pengajar dengan minat perilaku.

g. Perkembangan Terakhir
Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh
dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan.
2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan
publikasi terhadap model perilaku individu.
Secara relatif, riset keperilakuan dalam audit juga paling baik
dipresentasikan dalam artikel yang secara umum merupakan hampir
setengah dari total penerbitan Behavioral Research in Accounting.
Selanjutnya, urutan berikutnya diduduki oleh bidang akuntansi
manajemen yang hampir mencapai seperempat dari total penerbitan,
sementara sisanya merupakan subbidang lainnya. Fokus riset akuntansi
keperilakuan saat ini adalah pada pengaruh variabel psikologi,
lingkungan, dan organisasi terhadap perilaku.

E. Teori Keperilakuan Terhadap Perusahaan


Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai
satu kesatuan terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan
anggotanya. Agar lebih spesifik, teori modern perusahaan terkait dengan
arah tujuan perilaku yang dipastikan berkaitan dengan tujuan, motivasi,
dan karakteristik menyelesaikan masalah anggota-anggotanya. Tujuan
organisasi akan dipandang sebagai berikut.
1. Hasil pengaruh dari permulaan proses antar-peserta organisasi.

11
2. Penentu batas pengambilan keputusan perusahaan dan penyelesaian
masalah aktivitas.
3. Perannya di dalam sistem pengawasan internal adalah untuk memotivasi
peserta, di mana derajat tingkat kepuasan kerja anggotanya akan diuraikan
dalam kaitannya dengan tujuan pribadi mereka yang saling tumpang-tindih
dengan tujuan organisasi, dan sampai sejauh mana karyawan memandang
perusahaan sebagai hal yang membantu penerimaan tujuan pribadi mereka.

a. Model Motivasi Dari Perilaku Manajerial


Pengujian terhadap literator berdasarkan organisasi motivasi
mengungkapkan bahwa kebanyakan dari penulisan (empiris dan teoretis)
sebenarnya mendasarkan tulisannya pada motivasi partisipan dari tingkat
yang lebih rendah. Selain itu, dari sejumlah teori, ada yang telah mencoba
untuk menguraikan motivasi manusia secara umum dan telah diberlakukan
bagi perilaku keorganisasian. Luthans dan asistennya mempelajari lebih
dari 450 manajer. Apa yang mereka temukan adalah para manajer ini
melakukan empat kegiatan manajerial berikut.
1. Manajemen tradisional: mengambil keputusan, merencanakan, dan
mengendalikan.
2. Komunikasi: mempertemukan informasi rutin dan memproses
dokumen.
3. Manajemen sumber daya manusia: memotivasi, mendisiplinkan,
mengelola konflik, pengisian staf (staffing), dan melatih.
4. Membentuk jaringan: bersosialisasi, berpolitik, dan berinteraksi dengan
orang-orang luar.

F. Wawasan Masa Depan


Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan
berkurang jumlahnya. Oleh karena riset keperilakuan saat ini cenderung
menjadi lebih mahal dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan
terasa lebih sulit melakukan pekerjaan tersebut. Tidak ada cara yang lebih
baik untuk meningkatkan pemahaman seseorang terhadap satu fenomena,
kecuali dengan melakukan riset dan menulis tentang fenomena tersebut
kepada orang lain dan melakukan berbagai perbaikan. Adanya
penghargaan seperti penghargaan akademis (academic rewards), baik
terhadap riset maupun kegiatan pengajaran yang secara tidak langsung

12
akan mendorong pengembangan riset, merupakan suatu keuntungan guna
mengangkat dan menganalisis masalah terbaru. Di masa mendatang,
apakah setiap individu akan melakukan pelatihan yang lebih baik dengan
kemampuan untuk menarik identifikasi atas masalah yang mudah
dilakukan dan bekerja dengan ketekunan dan keuletan agar berhasil
dengan disiplin ini? Apakah paradigma perilaku yang terus berlanjut
berkembang untuk menjadi dewasa dan berhasil dengan baik adalah
tanggung jawab para peneliti, khususnya peneliti akuntansi keperilakuan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” (suka,
cinta) dan “sophia” (kebijaksanaan). Filsafat dapat didefinisikan dalam
beragam istilah. Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
tidak kritis. Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Problematik
filsafat tidak dapat dipecahkan dengan sekadar mengumpulkan fakta.
Untuk mencapai tujuan tersebut, metode dasar untuk penyelidikan filsafat
adalah metode dialektika. Paradigma riset akuntansi keperilakuan ada
paradigma fungsionalisme /positivistik, paradigma interpretif, paradigma
strukturalisme radikal, paradigma humanis radikal, paradigma
posmodernisme, paradigma akuntansi kritis. Masalah utama di masa
mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan berkurang jumlahnya.
Oleh karena riset keperilakuan saat ini cenderung menjadi lebih mahal
dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan terasa lebih sulit
melakukan pekerjaan tersebut. Tidak ada cara yang lebih baik untuk
meningkatkan pemahaman seseorang terhadap satu fenomena, kecuali
dengan melakukan riset dan menulis tentang fenomena tersebut kepada
orang lain dan melakukan berbagai perbaikan. Adanya penghargaan
seperti penghargaan akademis (academic rewards), baik terhadap riset
maupun kegiatan pengajaran yang secara tidak langsung akan mendorong
pengembangan riset, merupakan suatu keuntungan guna mengangkat dan
menganalisis masalah terbaru.

13
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akutansi Keperilakuan. Edisi 3. Salemba Empat.


Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai