Anda di halaman 1dari 20

PERAN FILSAFAT TERHADAP ILMU EKONOMI

Disusun Oleh :
Roky Trinaldi

Prodi Ekonomi Syariah


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci
Email : rokitrinaldi@gmail.com

Abstrack : This study aims to understand the basic concept of the role of
philosophy in economics. The role of philosophy of science as the basis for the
development of economics in improving the quality of economists is very
important to think about as a prerequisite, such as an ontological basis, that is,
relating to material which is the object of scientific study. Philosophy of science
guides so that prospective economic scientists are not wrong in determining the
nature of what is being studied. The role of Philosophy of science in developing
Economics is as a tool for evaluating scientific thinking, as an instrument for
reflecting, evaluating, criticizing assumptions and the scientific method, and as a
basic logical tool for the scientific method. This study uses qualitative research
methods with library research (library research).
Keywords : Role, Philosophy, Economics
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep dasar peran dari
filsafat terhadap ilmu ekonomi. Peranan filsafat ilmu sebagai dasar
pengembangan ilmu ekonomi dalam meningkatkan mutu para ekonom-ekonom
sangat penting untuk dipikirkan sebagai prasyaratnya, seperti landasan ontologis,
yaitu yang berhubungan dengan materi yang menjadi obyek telaah ilmu. Filsafat
ilmu membimbing agar calon ilmuwan ekonomi tidak salah menentukan hakekat
apa yang dikaji. Peran Filsafat ilmu dalam mengembangkan ilmu Ekonomi
adalah sebagai alat evaluasi pemikiran ilmiah, sebagai instrumen untuk
merefleksikan, mengevaluasi, mengkritisi asumsi dan metode ilmiah, dan sebagai
alat logika dasar untuk metode ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan kajian kepustakaan (library research).
Kata Kunci : Peran, Filsafat, Ilmu Ekonomi
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Waabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya
sehingga jurnal ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Dan harapan kami semoga jurnal ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Semoga untuk ke depannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi jurnal agar menjadi lebih baik
dan menarik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam jurnal ini. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar jurnal ini menjadi lebih baik.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ................................................................................1

2. Rumusan Masalah ...........................................................................2

3. Batasan Masalah ..............................................................................2

B. METODE PENELITIAN ..................................................................3

C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat ...........................................................................3

2. Filsafat Ekonomi Islam ...................................................................5

3. Ruang Lingkup Filsafat Ekonomi Islam .........................................6

4. Filsafat Sebagai Pondasi Sistem Ekonomi Islam.............................7

5. Peran Filsafat Ilmu ..........................................................................10

6. Prinsip Ekonomi Syariah .................................................................12

D. KESIMPULAN ..................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................16

ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pergumulan pemikiran ekonomi dalam pembangunan ekonomi
Indonesia menjadi topik yang tidak pernah habis untuk didiskusikan.
Indonesia merupakan negara Emerging Market dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan diperhitungkan di pasar global. Akan tetapi dalam
beberapa tahun terakhir terlihat jelas bahwa bangunan ekonomi Indonesia
sangat rapuh, dimana ketika terjadi krisis ekonomi global di Amerika Serikat
dan Eropa, ternyata menular ke Asia dan menurunkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Pendefinisian ilmu Ekonomi Islam oleh para intelektual Islam telah
bersepakat bahwa ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang sesuai
dengan syari’ah Islam, lalu jika begitu akan muncul pertanyaan yang dipakai
mazhab apa, tafsirnya milik siapa, dan pertanyaan sejenisnya. Tulisan ini tidak
membahas masalah tersebut, karena ilmu ekonomi Islam jelas berbeda dengan
Ilmu Fiqh dan pembahasan menganai hal itu tidak akan melahirkan sebuah
jawaban. Ilmu ekonomi Islam berdiri atas paradigma yang khas. Paradigma
itu mencakup al-Qur’an dan hadits beserta sebab-sebab turunnya ditambah
dengan rasionalitas dan penelitian empiris yang terus bergerak dinamis dari
teks ke konteks atau arah sebaliknya dari konteks ke teks. Paradigma itu tentu
saja harus dalam koridor maqashidus syari’ah. Tetapi muncul kesulitan yang
dialami ketika mencoba merumuskan teori ekonomi Islam. Hal ini yang sering
dikritik, bahwa mengapa jika paradigmanya dengan asumsi-asumsi ekonomi
yang berbeda tetapi teorinya masih sama (Muhit et al., 2020).
Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang mandiri, oleh
karenanya Islam mendorong kehidupan sebagai kesatuan yang utuh dan
menolong kehidupan seseorang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat, yang individu-individunya saling membutuhkan dan
saling melengkapi dalam skema tata sosial, karena manusia adalah entitas

1
individu sekaligus kolektif. Ekonomi Islam adalah cara hidup yang serba
cukup secara lahir dan batin. Islam sendiri menyediakan segala aspek
eksistensi manusia yang senantiasa mengupayakan sebuah tatanan kehidupan
yang lengkap dan komprehensif yang didasarkan pada seperangkat konsep
ḣabl min Allah wa ḣabl min an-nâs, yang berkaitan tentang Tuhan, manusia
dan hubungan antara keduanya (tauhîd) (Tawwab et al., 2014).
Filsafat ekonomi Islam merupakan orientasi dasar dari ekonomi
Islam yang mengacu pada nilai-nilai filosofis; (1) alam raya adalah milik
Allah, (2) Allah Maha Esa sebagai pencipta alam semesta dan semua
yang diciptakan-Nya tunduk kepada-Nya, (3) Beriman kepada hari
perhitungan. Nilai-nilai filosofis ekonomi Islam tersebut menjadi dasar
konstruksi sosial dan perilaku ekonomi dalam seluruh aktivitas ekonomi
dalam Islam (Nasution, 2021).
Berangkat dari hal itulah penulis tertarik untuk melihat lebih jauh
bagaimana Peran dari filsafat tehadap ilmu ekonomi yang di angkat menjadi
sebuah penelitian yang berjudul “Peran Filsafat Terhadap Ilmu Ekonomi”.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Filsafat ?
2. Bagaimana peran dari filsafat terhadap ilmu ekonomi ?

3. Batasan Masalah
Berdasarkan hal di atas, maka fokus penelitian dalam jurnal ini adalah
peran filsafat terhadap ilmu ekonomi yang ada di masyarakat.

2
B. METODE PENELITIAN
Penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
kajian kepustakaan (library research), yaitu mengkaji sumber-sumber
tertulis dari berbagai rujukan pustaka, yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data, kemudian menelaah dan menganalisis data yang
diperoleh dari berbagai sumber tertulis. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data yang diambil dari referensi referensi yang
terkait dengan tema pembahasan, baik dari buku dan jurnal. Sedangkan
teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik dokumentasi dan studi
pustaka.

C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat
Pada mulanya, kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang
dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat menjadi 2 bagian, yakni
filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup : (1) Ilmu
pengetahuan alam, seperti : fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan
astronomi. : (2) Ilmu Eksakta dan Matematika : (3) Ilmu tentang
Ketuhanan dan Metafisika. Filsafat Praktis mencakup : (1) Norma- norma
akhlak : (2) Urusan rumah tangga : (3) sosial dan politik. Secara umum
filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara
sistematis, radikal dan kritis. Maka, filsafat merupakan sebuah proses,
bukan sebuah produk, yakni berpikir kritis, aktif, sistematis, dan
mengikuti konsep logika dan mengerti dan mengevaluasi suatu informasi
dengan tujuan dengan menentukan apakah informasi diterima atau
ditolak. Dengan demikian, filsafat akan terus berubah hingga satu titik
tertentu (Burhanuddin, 2018).

3
Filsafat ialah “Ilmu Istimewa” yang mencoba menjawab masalah-
masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena
masalah-masalah yang dimaksud diluar atau diatas jangkauan ilmu
pengetahuan biasa. Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal
budinya untuk memahami, mendalami, menyelami, secara radikal dan
integral sarwa yang ada (a) hakekat tuhan, (b) hakekat alam semesta, (c)
hakekat tentang hidup dan kehidupan manusia. Dan filsafat menghampiri
kebenaran dengan cara menualangkan akal budi secara radikal, integral
dan universal, tidak merasa terikat oleh ikatan tertentu, kecuali logika
(Basuki, 2017).
Sudarto menyatakan bahwa ciri-ciri berfikir filafat, sebagai berikut :
a. Metodis : menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf
(ahli filsafat) dalam proses berfikir.
b. Sistematis : Berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam
suatu keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran filsufis.
c. Koheren : diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang
bertentangan dan tersusun secara logis.
d. Rasional : mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai
kaidah logika)
e. Komprehensif : berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut
(multidimensi)
f. Radikal : berfikir secara mendalam sampai ke akar- akarnya atau sampai
pada tingkatan esensi yang sedalam-dalamnya.
g. Universal : muatan kebenaran nya bersifat universal, mengarah pada
realitas kehidupan manusia secara keseluruhan.
Pada dasarnya manusia merupakan homo sopien, hal ini tidak serta
merta manusia menjadi filsuf, sebab berfikir filsafat memerlukan latihan
dan pembiasaan yang terus menerus dalam kegiatan berfikir sehingga
setiap masalah/substansi mendapat pencermatan yang mendalam untuk

4
mencapai kebenaran jawaban dengan cara benar sebagai manifestasi
kecintaan pada kebenaran (Mashur, 2020).
Filsafat disebut induk dari sehala ilmu karena dalam proses berfikir
filsafat meliputi aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi yang
membahas tentang hakikat dari sesuatu, dan manfaat dari sesuatu. Dengan
proses berfrikir filsafat secara mendalam dan menyeluruh maka akan di
dapat kan pengetahuan yang merupakan awal dari pembentukan sebuah
ilmu. Beberapa manfaat berfikir filsafat, yaitu mengajarkan cara berfikir
kritis sebagai dasar dalam mengambil keputusan, menggunakan akal
secara porposional, membuka wawasan berfikir menuju kearah
penghayatan. Dapat disimpulkan bahwa filsafat sangat bermanfaat untuk
menganalisa dan mencari solusi dari permasalahan yang ada sesuai
dengan realita , serta solusi itu bisa di realisasikan (Fadlil & Hendratmi,
2021).

2. Filsafat Ekonomi Islam


Aristoteles mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi,
politik, daan estetika. Cicero menyatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapai
hal tersebut. Berdasarkan hal diatas Secara umum definisi filsafat yaitu
pengetahuan tentang hikmah, pengetahuan tentang prinsip atau dasar-
dasar, mencari kebenaran dan membahas dasar-dasar dari apa yang
dibahas.
Adam Smith mendefinisikan bahwa ekonomi adalah penyelidikan
tentang keadaan dan sebab adanya kekayaan negara. Sedangkan menurut
M. Manulang pengertian ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari
masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran, yaitu keadaan

5
merugikan orang lain dan anjuran untuk menimbang dengan benar
(Riwanto & Nugroho, 2018).
Berdasarkan hal diatas Filsafat Ekonomi merupakan merupakan
sebuah dasar dari suatu sistem ekonomi yang ada untuk mencapai
tujuannya. Beberapa tujuan ekonomi antara lain melakukan aktifitas
konsumsi, produksi, distribusi, kebijakan moneter, kebijakan fisikal,
pembangunan ekonomi, dll (Arif, 2021).
Di satu pihak, terdapat ilmu ekonomi yang telah melangkah sangat
jauh; di lain pihak, terdapat filsafat ilmu ekonomi, yang dapat dikatakan
masih baru mulai. Sejauh ini, filsafat ilmu ekonomi tidak begitu menarik
perhatian orang yang belajar ilmu ekonomi dan bahkan di dalam
kurikulum pun tidak tercantum filsafat ilmu ekonomi sebagai satu mata
kuliah yang mandiri. Paling banter, di Fakultas Ilmu Ekonomi diajarkan
Sejarah Pemikiran Ekonomi, yang membahas pemikiran para pemikir
ekonomi yang telah memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
ekonomi (Wijaya, 2009).

3. Ruang Lingkup Filsafat Ekonomi Islam


Filsafat Ekonomi Islam mempelajari perilaku individu yang
dituntun oleh ajaran islam, mulai dari penentuan tujuan hidup, cara
memandang dan menganalisis masalah ekonomi, serta prinsip-prinsip dan
nilai yang harus dipegang untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan kata lain, bahwa ruang lingkup ekonomi islam mencakup
tentang negara islam dan masyarakat islam dan tidak terikat pada
keseluruhan masyarakat karena cakupan ekonomi islam mencakup kepada
keseluruhan ekonomi umat, yang mana tata caranya diatur sesuai dengan
syariat islam, yang mana tujuan ekonomi sendiri tidak hanya tentang
bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup saja namun memanfaatkan

6
nya dijalan yang baik dan juga mempertimbangkan kehidupan setelahnya
dan kepentingan orang lain (Rusyaida & Syabri, 2021).
Filsafat ekonomi syariah didasarkan pada tiga konsep dasar yakni
filsafat Tuhan, manusia (kosmis) dan alam (kosmos). Kunci filsafat
ekonomi Islam terletak pada manusia dengan Tuhan, manusia dengan
alam dan manusia dengan manusia lainnya. Dimensi filsafat ekonomi
Islam inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
lainnya. Kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dengan
Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia lainnya.
Dimensi filsafat ekonomi Islam inilah yang membedakan ekonomi Islam
dengan sistem ekonomi lainnya. Berbicara tentang ekonomi syariah,
perhatian biasanya tertuju pada bank Islam, atau di Indonesia disebut
bank syariah, hal ini tidak sepenuhnya salah, namun demikian juga tidak
sepenuhnya benar. Ekonomi syariah tidak hanya tentang bank Islam,
namun, bank Islam saat ini merupakan pintu gerbang untuk
mengembangkan ekonomi syariah (Muhit et al., 2020).

4. Filsafat sebagai Pondasi Sistem Ekonomi Islam


Filsafat ilmu secara umum dapat dipahami dari dua sisi, yaitu
sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan.
Sebagai suatu disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu
filsafat yang membicarakan objek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang
memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada
umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi
proses keilmuan merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu
sendiri. Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berpikir
menurut tata tertib dengan bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai
ke dasar suatu persoalan. Berdasarkan filsafat ekonomi yang ada dapat
diturunkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, misalnya tujuan kegiatan

7
ekonomi konsumsi, produksi, distribusi, pembangunan ekonomi,
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan sebagainya.
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle, yakni
filsafat Tuhan, manusia (Kosmis) dan alam (kosmos). Kunci filsafat
ekonomi Islam terletak pada manusia dengan Tuhan, alam dan manusia
lainnya. Dimensi filsafat ekonomi Islam inilah yang membedakan
ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya (kapitalisme dan
sosialisme). Sistem ekonomi kapitalis lebih bersifat individual, sistem
ekonomi sosialis memberikan hampir semua tanggung jawab kepada
warganya.
Sistem ekonomi Islam memberikan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta
mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha. Filsafat ekonomi Islam memiliki paradigma yang relevan dengan
nilai-nilai logis, etis dan estetis yang kemudian difungsionalkan ke tengah
tingkah laku ekonomi manusia. Dari filsafat ekonomi ini diturunkan nilai-
nilai instrumental sebagai perangkat peraturan permainan (rule of game)
suatu kegiatan (Takhim, 2018).
Sejak manusia mengenal hidup bergaul, tumbuhlah suatu masalah
yang harus dipecahkan bersama-sama, yaitu bagaimana setiap manusia
memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing, karena kebutuhan
seseorang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri. Kebutuhan
hidup manusia untuk memenuhi, menghasilkan dan membagi-bagikannya
dinamakan ekonomi (Adawiah, 2012).
Dengan semakin berkembangnya peradaban manusia dari aktivitas
ekonomi, dari yang sangat sederhana kepada aktivitas ekonomi yang
modern, maka permasalahan ekonomi yang dihadapi manusia semakin
kompleks. Pokok masalahnya tidak lagi sekedar pada bagaimana manusia
memenuhi kebutuhannya yang tak terbatas dengan alat-alat pemenuh

8
kebutuhan yang tersedia (terbatas), tetapi juga pada kepentingan-
kepentingan seseorang yang dibatasi kepentingan-kepentingan orang lain
(Adawiah, 2012).
Perkembangan ekonomi Islam, jika ditelusuri sejak zaman Nabi
atau setidaknnya dari tahun 70-an hingga zaman kontemporer sekarang
menunjukkan terjadinya perkembangan yang signifikan dalam body of
Islamic economics. Namun di pihak lain, dominanisasi praktek ilmu
ekonomi Islam semakin menajam di sektor perbankan dan misi
keagamaan, yang bersifat memihak, subjektif, sehingga mendorong
adanya unsur pemaksaan untuk menerapkan begitu saja model-model
transaksi fikih yang lebih sering bersifat ideologis ketimbang obyektif
ilmiah ke dalam praktek ekonomi modern. Hal itu hanya akan
mewujudkan sistem ekonomi Islam yang amaliah saja, tanpa ada unsur
ilmiahnya. Keadaan semacam inilah yang perlu diatasi dengan strategi
pengembangan ilmu dan kajian yang lebih mendalam.
Dalam rangka mengembangkan Ekonomi Islam, tidak bisa tidak,
pengelaborasian secara objektif ilmiah menjadi suatu yang mutlak.
Ekonomi Islam sebagai sebuah disiplin ilmiah (scientific discipline)
selayaknya, selain dikaji secara deduktif-normatif yang sarat dengan nilai-
nilai, tetapi juga harus dibangun atas dasar kajian induktif yang berbasis
rasionalistik-empirik. Keseimbangan kajian secara induktif- deduktif
merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pengembangan
yang berkelanjutan dari ilmu ekonomi di satu sisi, tanpa dilapisi dengan
muatan ajaran agama yang bersifat profetik dan normatif, agaknya hanya
akan segera terdominasi dan terkooptasi oleh kekuatan hukum ekonomi
yang mempunyai logika kepentingannya sendiri. Di sisi lain, tanpa kajian
objektif ilmiah, pengembangan ilmu ekonomi Islam agaknya akan
terseok-seok dalam menjawab permalahan aktivitas perekonomian yang
semakin kompleks. Filsafat ilmu sebagai sebuah proses pengelaborasian

9
tentang karakteristik disiplin ilmiah (scientific discipline) dan bagaimana
cara memperolehnya (epistimic), menjadi hal yang sangat mungkin sekali
untuk dijadikan referensi dasar sebagai pengembangan ekonomi Islam
(Fathurrahman, 2010).

5. Peran Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu diyakini hadir sekitar abad ke-18, meski tanda-tanda
akan kelahirannya telah lama muncul. Jika telaahnya diletakkan dalam
abad XVIII Masehi, maka tokoh kuncinya sering disandingkan dengan
Immanuel Kant. Immanuel Kant disebut sebagai pendiri filsafat ilmu
karena pernah mengutarakan bahwa filsafat adalah bidang keilmuan yang
dapat menunjukkan batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia yang
menurutnya tidak cukup memadai untuk dijawab oleh ilmu. Hal ini
dikarenakan Refleksi aksiologis (manfaat ilmu) atas capaian apapun
dalam bidang ilmu hanya mampu dikawal oleh filsafat, sehingga
dikatakan ilmu tanpa filsafat akan selalu bias makna.
Berikutnya, filsafat ilmu juga memiliki peranan penting bagi
kehidupan, adapun secara umum, peran filsafat ilmu yaitu sebagai
berikut:
a. Penerang, artinya dapat menjelaskan segala sesuatu yang ada di sekeliling
manusia.
b. Penaksir, artinya menjadi penaksir setiap fenomena yang dihadapi
manusia.
c. Pengatur, artinya menjadi pengontrol agar tidak terjadi segala sesuatu hal
yang tidak diharapkan.
d. Pemberdaya, artinya dengan ilmu, yang tadinya tidak berguna dapat
dimanfaatkan guna meningkatkan kesejahteraan hidup manusia (Santi et
al., 2022).

10
Filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Sekarang perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tergantung pada perkembangan yang
cepat dan metodologi baru yang berkaitan dengan bermacam-macam
masalah yang pelik dan dinamis. Filsafat ilmu berperan besar terhadap
pengembangan ilmu ekonomi menuju peningkatan ilmu pengetahuan dan
peralatan analisis ekonomi serta meningkatkan kualitas ilmuwan (sarjana
ekonomi) yang mampu berfikir, bersikap dan bertindak sebagai ilmuwan
yang bijaksana.
Peranan filsafat ilmu terhadap ilmu ekonomi yaitu: 1) Berperan
sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah; 2) Berperan sebagai sarana
merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan, dan 3)
Berperan sebagai sarana memberikan dasar logis terhadap metode
keilmuan. Untuk mengembangkan ilmu ekonomi diperlukan strategi yang
tepat dan berjalan seiring dengan spiritualisasi, ekspresi estetika dan
sosialisasi nilai-nilai kemanusiaan. Ilmu ekonomi, khususnya di Indonesia
harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek moral dan etika
yang berlaku, sehingga dalam implementasinya dan penerapannya tetap
menjujung tinggi harkat dan martabat manusia, yang bersifat jujur dan
transparan serta menjaga keseimbangan serta kelestarian lingkungan
alam. Peranan perguruan tinggi sangat diperlukan untuk mencetak
ilmuwan-ilmuwan yang handal dan berkwalitas serta menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, dan dapat menjaga kelestarian lingkungan
alam (Nasrullah, 2007).
Peranan filsafat ilmu sebagai dasar pengembangan ilmu ekonomi
dalam meningkatkan mutu para ekonom-ekonom sangat penting untuk
dipikirkan sebagai prasyaratnya, seperti landasan ontologis, yaitu yang
berhubungan dengan materi yang menjadi obyek telaah ilmu. Filsafat
ilmu membimbing agar calon ilmuwan ekonomi tidak salah menentukan

11
hakekat apa yang dikaji. Landasan epistemologis yaitu membimbing
dalam proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah di bidang ekonomi.
Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang obyek apapun termasuk
manusia dalam hubungannya benda/jasa untuk memenuhi kebutuhannya,
selama hal itu terbatas pada obyek empiris dan pengetahuan tersebut
diperoleh melalui metode keilmuan, maka sah disebut keilmuan.
Landasan aksiologi yaitu membimbing dalam membahas manfaat dari
ilmu pengetahuan ekonomi yang didapatkan (Sundari et al., 2021).

6. Prinsip Ekonomi Syariah


Pemikiran ekonomi berasal dari hasil pemikiran ekonomi muslim,
baik dizaman rasul, sahabat, tabi’in, hingga sampai saat ini. Pemikiran
ekonomi islam terus di upayakan , agar nilai-nilai keislaman dapat
memberikan kemaslahatan bagi umat manusia dimuka bumi ini.
Sebelumnya ajaran ekonomi islam sudah tertuang dalam Al-Qur’an, As-
sunah, ijtihad para ulama. Dalam proses pemikiran dan ijtihad para ulama
ini berkorelasi dengan waktu dan tempat dimana ia berada (Muklis &
Suardi, 2020).
Layaknya sebuah bangunan suatu sistem ekonomi juga harus
memiliki fondasi atau tiang yang berguna sebagai landasan dan mampu
menopang segala bentuk kegiatan ekonomi guna mencapai tujuan mulia..
Maka dari itu, berikut ini merupakan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi
syariah, diantaranya adalah:
1. Tidak melakukan penimbunan (Ihtikar)
Penimbunan, dalam bahasa Arab disebut dengan al-ihtikar. Secara umum,
ihtikar dapat diartikan sebagai tindakanpembelian barang dagangan
dengan tujuan untuk menhan atau menyimpan barang tersebut dalam
jangka waktu yang lama, sehingga barang tersebut dinyatakan barang
langka dan berharga mahal.

12
2. Tidak melakukan monopoly’s rent
Monopoli adalah kegiatan menahan keberadaan barang untuk tidak dijual
atau tidak diedarkan di pasar, agar haraganya menjadi mahal. Sedangkan,
M.A. Mannan medefinisikan monopoli sebagai tindakan yang tercipta
akibat adanya ketidaksempurnaan pasar. Definisi yang diberikan oleh
Yusuf Qardhawi, hampir serupa dengan pengertian ihtikar. Namun pada
intinya, bentuk kegiatan monopoli adalah salah satu hal yang dilarang
dalam Islam, apabila monopoli diciptakan secara sengaja dengan cara
menimbun barang dan menaikkan harga barang. Tentu hal tersbut dilarang
dalam Islam, karena si penjual sengaja mengambil keuntungan yang lebih
besar dengan menjual sedikit barangnya. Oleh sebab itu, perilaku ini tidak
boleh dilakukan. Dalam prinsip Islam, siapa saja boleh melakukan
kegiatan bisnis meskipun hanya terdapat satu-satunya penjual (monopoli).
Menyimpan barang sebagai bahan persediaan juga boleh hukumnya,
selama barang tersebut ada pada batas normal. Hal yang dilarang dan
diharamkan oleh Islam adalah menyimpan barang dalam jumlah banyak
yang dimaksudkan untuk menimbun dan menyebabkan kelangkaan
(ihtikar).
3. Menghindari jual-beli yang diharamkan
Berikut ini, ada beberapa akad yang dikategorikan sebagai kegiatan
jual-beli yang mengandung unsur haram dan tidak boleh dilaksanakan.
Ada tiga jenis jual-beli ribawi, diantaranya adalah :
a. Riba secara sepihak, jual-beli jenis ini banyak sekali ditemukan di
Indonesia, yaitu dengan memberikan pembedaan harga untuk
pembelian barang secara kredit (cicilan) dan secara tunai. Umumnya,
harga sebuah barang yang dijual secara kredit akan lebih mahal
dibandingkan dengan yang dijual secara tunai, meskipun barangnya
sama.

13
b. Riba secara dua pihak, riba pada jenis ini adalah riba yang terlahir
dengan cara melakukan bentuk jual-beli antara pihak-pihak yang
terlibat dalam hutang. Seperti pemberian utang bersyarat, pihak 1
bersedia meminjamkan uang sejumlah Rp 5.000.000 kepada pihak 2,
dengan syarat, pihak 2 mau menjual motornya kepada pihak 1 seharga
Rp. 6.000.000.
c. Riba yang melibatkan tiga pihak, misalnya Budi berhutang kepada
Amin sebanyak Rp 5.000.000 , dengan syarat hutang tersebut harus
dibayar bulan depan dengan sepada motor Budi. Namun, karena Budi
tidak sanggup membayar hutang yang simaksud oleh Amin, kemudian
datanglah Tono yang diutus oleh Amin untuk membeli motor Budi
seharga Rp 97.000.000, dengan syarat, Amin memberikan sejumlah
uang kepada Tono (Muslimin, 2001).

Syarat utama bagi keberadaan ekonomi adalah kesetaraan


substratum, ada kesetaraan substratum, maka ada pertukaran. Disamping
itu, juga terdapat beberapa poin simpulan yakni:
Pertama, ekonomi pada dasarnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup alamiah manusia secara kolektif, bukan individu.
Pemenuhan itu hanya bisa tercapai jika sarana-sarana penunjangnya
(produksi) difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan itu sendiri, bukan
untuk akumulasi kekayaan.
Kedua, jika ada akumulasi kekayaan, dan ini tentu memang ada,
maka itu tidak disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, melainkan
dikarenakan adanya salah satu aspek di dalam sistem perekonomian itu
yang disalahfungsikan. Oleh karena itu, jalan keluarnya mesti dicari di
dalam sistem itu sendiri (imanen) bukan diintuisikan dari luar
(transenden).

14
Ketiga, secara metodologis, persoalan ekonomi yang merupakan
bagian dari masalah sosial-politik, termasuk etika, bisa diturunkan sampai
ke wilayah matematika, fisika, bahkan metafisika, sejauh itu untuk
menganalisis struktur berikut komponen yang menyusun sistem
perekonomian. Sehingga sistem itu bisa terpahami secara utuh. Keempat,
terdapat dua jenis ekonomi yakni Oikonomike dan Khrematistik. Kelima,
ini yang terpenting, setidaknya dalam konteks pemikiran bahwa, segala
sesuatu itu berasal dari realitas. Sebagaimana Aristoteles yang berangkat
dari realitas itu sendiri, berikut memikirkan struktur-struktur yang ada di
dalam realitas itu sendiri, dan kembali pada realitas itu sendiri, dalam
bentuk memahami realitas itu secara utuh (Tohis, 2016).

D. KESIMPULAN
Peranan filsafat ilmu sebagai dasar pengembangan ilmu ekonomi
dalam meningkatkan mutu para ekonom-ekonom sangat penting untuk
dipikirkan sebagai prasyaratnya, seperti landasan ontologis, yaitu yang
berhubungan dengan materi yang menjadi obyek telaah ilmu. Filsafat
ilmu membimbing agar calon ilmuwan ekonomi tidak salah menentukan
hakekat apa yang dikaji. Landasan epistemologis yaitu membimbing
dalam proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah di bidang ekonomi.
Interkoneksi nilai filsafat syariah dan filsafat ekonomi syariah terletak
pada landasan dan tujuannya. Landasan dan tujuan tersebut secara filosofi
membangun sistem yang solid. Sistem adalah suatu kesatuan yang
dijadikan landasan untuk melakukan sesuatu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2021). Filsafat Ekonomi Islam (M. Kreasi (ed.); 1st ed.). CV Merdeka
Kreasi Grup.
Basuki. (2017). Nisbah Filsafat Ilmu sebagai Manhaj Al-Fikr dalam Islamic
Studies di Perguruan Tinggi Islam (Darisman (ed.); 1st ed.). Zahir
Publishing.
Burhanuddin, N. (2018). Filsafat Ilmu (I. Fahmi (ed.); 1st ed.). Prenadamedia
Group.
Fadlil, A. abidilah, & Hendratmi, A. (2021). Ekonomi Islam : Perspektif
Filsafat & Ilmu Pengetahuan (A. Prasetyo (ed.)). Zifatama Jawara.
Fathurrahman, A. (2010). Prospek Pengembangan Ilmu Ekonomi Islam Di
Indonesia Dalam Prespektif Filsafat Ilmu (Sebuah Kajian Epistemik).
La_Riba, 4(2), 179–195. https://doi.org/10.20885/lariba.vol4.iss2.art3
Mashur. (2020). Filsafat Ekonomi Islam (Andriyanto (ed.)). Penerbit Lakeisha.
Muhit, M., Darsono, M. M., & Syarif, N. (2020). Interkoneksi Nilai Filsafat
Syariah Dan Filsafat Ekonomi Syariah. Suparyanto Dan Rosad (2015,
5(3), 61–88.
Muklis, & Suardi, D. (2020). Pengantar Ekonomi Islam ( safira diah Febrianti
(ed.); 1st ed.). CV Jakad Media Publishing.
Muslimin, J. (2001). Filsafat Ekonomi Syariah. Komsi Yudisial RI, 1(1), 1–20.
http://www.pkh.komisiyudisial.go.id/id/files/Publikasi/Karya_Ilmiah/
Karya Tulis-JM Muslimin 01.pdf
Nasrullah, Y. (2007). Filsafat Ilmu. XXX(65), 310–319.
Nasution, M. (2021). Dhirabah Dalam Kajian Filsafat Ekonomi Islam. Jurnal
Ekonomi Syariah (Eksya), 2(1), 127–140.
Riwanto, D., & Nugroho, T. (2018). Filsafat Ilmu Ekonomi Islam (Ryandono,
muhammad nafiq Hadi, & A. Prasetyo (eds.); 1st ed.). Zifatama Jawara.
Rusyaida, & Syabri. (2021). Filsafat Ekonomi Islam (Joniswan & dhimas

16
abimanyu Suherman (eds.); 1st ed.). CV Media Sains Indonesia.
Santi, T., Nurwahidin, M., & Sudjarwo. (2022). Peran Filsafat Ilmu Dalam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Di Era Modern. JIRK (Journal of
Innovation Research and Knowledge), 2(6), 2527–2540.
Sundari, A., Asi, Y. S., & Bilgies, A. F. (2021). Peran Filsafat Ilmu Terhadap
Ilmu Ekonomi Sebagai Landasan Rekontruksi Ekonomi Pancasila.
HUMANIS: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora, 13(2), 179–192.
https://doi.org/10.52166/humanis.v13i2.2485
Takhim, M. (2018). Filsafat Ilmu Ekonomi Islam. Jurnal Studi Al Qur’an Dan
Ilmu Hukum, IV(01).
Tawwab, M. A., Awaluddin, M., K, A., & Arifin, A. (2014). Esensi Ilmu dalam
Filsafat Ekonomi Islam (Sebagai Wacana). Jurnal Ekonomi Akuntansi
Economics Accountanci, V(Persediaan), 1–12. www.depkeu.com
Tohis, R. A. (2016). Filsafat Ekonomi Aristoteles. Journal of Economics and
Islamic Economics, 1(2), 1–23.

17

Anda mungkin juga menyukai