Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat dan kekuatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Perspektif Sejarah Dan Filosofi Riset Akuntansi Keperilakuan" dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keperilakuan. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada bapak Muhammad Rizal, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah ini
yang telah memberikan kesempatan kepada kami, dan juga kepada orang tua dan teman-
teman. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak terkait.
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan panduan dalam pembelajaran
Akuntansi Keperilakuan. Masing-masing pada submateri telah kami jabarkan secara jelas dan
terperinci agar para pembaca mudah dalam memahami isi makalah ini. Kami berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini mudah dipahami dan dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca.
kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………...........
.............
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………...............
.............
BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….............
.......................
1.1.LATAR
BELAKANG………………………………………………………………...........................
1.2.RUMUSAN
MASALAH………………………………………………………………............................
1.3.TUJUAN
MASALAH………………………………………………………………..........................
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………............
.............
2.1PERGESERAN ARAH
RISET…………………………………………………………..................
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………….............
......................
KESIMPULAN………………………………........................................................................
......
DAFTARPUSTAKA………………………………………………………………………
….............................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
danpraktik. Peran riset akuntansi yang kedua adalah untuk memperbaiki pemahaman
terhadap lingkungan akuntansi agar praktik akuntansi tidak dipahami sebagai sesuatu yang
diterima begitu saja (taken for granted).
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1970-an terjadi pergeseraan pendekatan riset dalam akuntansi. Pergesaran
ini terjadi karena pendekatan normative tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap
digunakan dalam praktek sehari-hari. Sehingga muncul anjuran untuk memahami
berfungsinya suatu system akuntansi secara deskriptif dalam praktek nyata. Selain itu yang
mendasari usaha pemahaman akuntansi secara empiris dan mendalam adalah gerakan dari
masyarakat penliti akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.
6
memberikan penekanan pada esensi bahwa manusia berada di dunia ini untuk
memecahkan fenomena sosial sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan pilihan
bebas (free will and choice). Manusia pada sisi ini dilihat sebagai pencipta dan
mempunyai perspektif untuk menciptakan fenomena sosial dengan daya
kreativitasnya. Sebaliknya, pendekatan determinisme memandang bahwa manusia dan
aktivitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan tempat dia berada. Asumsi-
asumsi tersebut berpengaruh terhadap metodologi yang akan digunakan. Metodologi
dipahami sebagai suatu cara menentukan teknik yang tepat untuk memperoleh
pengetahuan. Pendekatan ideografik yang mempunyai unsur utama subjektivisme
menjadi landasan pandangan bahwa seseorang akan dapat memahami dunia sosial
(social world) dan fenomena yang diinvestigasi, apabila ia dapat memperolehnya atas
dasar pengetahuan pihak pertama (first hand knowledge). Sebaliknya, pendekatan
nomotetik (nomotethic) mempunyai sistem baku dalam melakukan penyelidikan yang
biasanya disebit sistem protokol dan teknik.
7
yang dapat membangun ilmu akuntansi adalah metoe ilmiah. Penjelasan dikatakan
ilmiah jika :
Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hokum umum
Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hokum umum
PARADIGMA INTERPRETIF
Pendekatan ini menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi,dan
pemahaman dalam ilmu social. Menurut Burrel dan Morgan, paradigma ini
menggunakan cara pandang nomalis yang melihat realitas social sebagai sesuatu ynag
merupakan hal, nama, atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas. Dengan
demikian realitas social merupakan sesuatu yang berada dalam diri manusia itu sendiri
sehingga bersifat subjektif, bukan objektif sebagaimana yang dipahami oleh paradigma
fungsionalis.
Paradigma interpretif memasukkan aliran etnometodologi dan interaksionisme
simbiosis fenomolpgis yang didassarkan pada aliran sosiologis, hermentis, dan
fenomenolgis. Tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas social dan cara
realistis social tersebut terbentuk. Dua aliran pendekatan interpretif :
A. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara
lapangan, dan analisis historis.
B. Metode focauldian, yang menganut teori social dari focault sebagai
pengganti konsep tradisional historis yang disebut “ahistorical” atau
“antiquarian”.
A. Paradigma Strukturalisme Radika
Paradima strukturalisme radikal mempunyai kesamaan dengan fungsionalis,
yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan ontologis yang
8
konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik mendasar sebagai dasar dari
produk hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia sosial
sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah dari manusia tertentu (Lubis,
2014:132).
Riset-riset yang diklasifikasikan dalam paradigma strukturalisme radikal (radical
structuralism) adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional.
Argumnetasi teori yang dikemukakan oleh Coper (1983) menelaah dan mengkritik
karya-karya yang didasakan pada teori agensi. Dia mengusulkan adanya penggunaan
perspektif radikal dalam riset akuntansi manajemen. Cooper dan Sherer (1984)
mengusulkan suatu ekonomi politik akuntansi untuk pemahaman lingkungan ekonomi,
sosial dan politik dalam lingkungan dimana akuntansi digunakan (Lubis,
2014:133).Paradigma Humanis Radika.Jika didasakan pada teori kritis dari Frankurt
Schools dan Habermas, riset-riset akan dikasifikasikan dalam paradigma humanis
radikal (radical humanist). Pendekatan kritis Habermas melihat objek studi sebagai
suatu interaksi sosial yang disebut “dunia kehidupan” (life world), yang berarti
interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri manusia
dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami. Interaksi sosial dalam dunia
kehidupan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
A.Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan
sistem informasi manajemen
B.Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanismen sistem, misalnya pemilihan sistem
yang akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sisitem bukan
merupakan interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan
berbagai kepentingan.
Macintosh menyatakan humanis radikal memiliki visi praktik akuntansi manajemen dan
sistem pengendalian yang berorientasi pada orang (people-oriented), yang
mengutamakan idealisme humanistik dan nilai-nilai dibandingkan dengan tujuan
organisasi. Argumentasi teoritis dalam paradigma humanis radikal dikemukakan oleh
Laughin (1987), yang menyajikan suatu diskusi dari aplikasi teori kritis Habermas
dalam riset akuntansi. Laughin menunjukan teori kritis Habernas akan sangat berguna
dalam meneliti “saling keterkaitan” (interrelationship) antara teknologi akuntansi
dengan asal mula sosialnya. Roset akuntansi yang mengguankanpendekatan ini antara
lain, Broadbentet al (1991) yang mneunjukan kerangka Hibermasian dalam
menganalisis aplikasi akuntansi pada industri pelayanan kesehatan di AS. Mereka
9
menemukan bahwa walaupun akuntansi tidak diterima secara penuh sebagai teknologi
manajemen dalam sektor pelayanan kesehatan, tetapi akuntansi mempengaruhi tindakan
dengan cara memberikan arti atau makna dalam suatu dilema moral di sekitar alokasi
sumber daya pelayanan kesehatan. (Lubis, 2014:133).
Posmodernisme menyajikan suatu wacana yang sedang muncul yang meletakan
dirinya diluar paradigma modern, bahkan dapat dikatakan bahwa paradigma
posmodernisme merupakan opsisi dari paradigma modern. Beberapa pemikir
posmodernisme meliputi Baudrillad, Jacues Derrida, Latorur dan Michael Foucault.
Namun karya yang paling banyak digunakan sebagai dasar aliran posmodernisme
adalah karya Derrida dan Foucalut. Foucoult terkenal dengan metode arkeologis
(archeological) dan geonalogis (genealogical). Menurut Foucault, istilah arkeologis
dimaksudkan untuk mencari asal-usul pengetahuan dan digunakan untuk menunjukan
suatu usaha arkeologis, yaitu ciri khas pemikiran yang menyangkut tujuan, metode dan
bidang penerapan. Foucault melakukan studi tentang periode-periode sejarah pemikiran
untuk menemukan epistemologi yang mendasari disiplin ilmu tertentu dan ciri
pengetahuan yang menentukan di setiap periode (Lubis, 2014:134).
Tujuan metode arkeologis adalah menetapkan serangkaian diskusi yaitu sistem
wacana, serta menentukan suatu rangkaian dari awal sampai akhir bagi pemikiran
Foucault. Wacana global dan universal yang dibentuk oleh paradigma modern
merupakan bentuk logosentrisme yang memiliki kuasa yang dapat menciptakan
kegagalan dalam kehidupan manusia, serta menyebabkan timbulnya rasisme,
diskriminasi, pengangguran dan stagnasi. Dengan metode genealogis, Foucoult
melakukan kritik terhadap pengetahuan yang tertindas oleh pengetahuan yang berkuasa.
Kegagalan ini merupakan konsekuensi logis dari ketidakmampuan modernisme untuk
melihat manusia secara utuh. Hal itu tercermin dalam pandangan keilmuan yang
cenderung logosentrisme. Berikut ciri utama logosentrisme.
Pola pikir oposisi biner (dualistik dikotomis) yang hierarkis, eseneksistensi,
bahasa lisan-tulisan, konsep metafora, jiwa-badan, makna-bentuk.
Aspek keilmuan. Ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan
pada aspek praktis dan fungsi, dan sebaliknya melecehkan aspek(etika).
Hal ini terlihat dari pernyataan ilmu0ilmu positif yang mengklim bahwa ilmu
pengetahuan harus netral dan bebas dari nilai.
10
Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa
praktik akuntansi harus berlaku secara univerrsal atau internasional. Klaim ini
diwujudkan dalam gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi(harmonization of
accounting). Bagi pemikiran Foucoult, wacana global dan universal tersebut memiliki
hubungan timbal-balik antara kuasa dan pengetahuan.
Foucault beranggapan bahwa kuasa tidak hanya terpusat dan terkonsentrasi pada
para penguasa yang sedang berkuasa dalam organisai-organisasi formal, tetapi juga
pada semua aspek kehidupan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan (knowledge).
Postmodernisme versi Foucault diartikulasikan dalam bentuk kekuasaan pengetahuan
yang secara jelas mengatakan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara kuasa dan
pengetahuan (Lubis, 2014:135).
Dillard dan Becker membahas mengenai beberapa argumentasi teoritis dan
beberapa riset akuntansi yang didasarkan pada teori Foucault, diantaranya Hopwood
(1987) yang megembangkan suatu arkeologi sistem akuntansi dengan pemahaman yang
lebih baik dengan proses perubahan akuntansi, yaitu arkeologi foucaldian dapat
menghasilkan berbagai macam faktor sosial yang direplikasikan dalam perubahan
akuntansi. Analisis Loft (1986) mengindikasikan bahwa akuntansi merupakan suatu
aktivitas sosial yang secara fundamental dan tidak dapat digambarkan maknanya hanya
dari perspektif teknis. Miller dan Oarley (1987) dalam makalah seminarnya
menggunakan metode arkeologi penganggaran dan sistem penentuan harga pokok
standar.
Paradigma Akuntansi Kritis
Paradigma akuntansi kritis dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial kritis.
Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964) melalui sebuah
derivatif filosofi fungsionalis dalam sistem ekonomi kapitalis. Karena itu, teori ini tidak
berkaitan dengan penyelesaian masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis
penilaian, dimana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yang didasarkan pada
konsep ekonomi margin alis (Lubis, 2014:135).
Berdasarkan perspektif akuntansi tradisional tidak ada kesadaran tentang kesalahan,
krisis, atau aksi transformatif; tidak ada pengakuan terhadap kebaikan sosial, kecuali
dalam keyakinan yang samar dan terdistorsi. Semuanya bisa dipenuhi dengan baik oleh
perulangan sistem kapitalis. Matessich menghendaki akuntansi dipadukan dalam bidang
11
ilmu manajemen, yang meliputi metode ekonomi dan analitis dari adminstrasi dan
manajemen entitas (Lubis, 2014:135).
Transaksi ekonomi merupakan fenomena empiris dalam lingkup positif dan
merepresentasikan komponen mendasar dari akuntansi. Karakteristik pertimbangan ini
terkait dengan perubahan objek ekonomi. “Asumsi dasar” didefinisikan sebagai
hipotesis yang memiliki kemungkinan untuk mengambil banyak nilai, didasarkan pada
situasi spesifik yang dipertimbangkan. “Asumsi” ini adalah “aturan” teknis untuk
menjalankan sistem dengan sepuluh asumsi dasar pertama. Penilaian disini berkaitan
dengan nilai yang diberikan pada sebuah transaksi akuntansi. Realisasi disini
menunjukan kapan nilai bisa ditetapkan. Klasifikasi ini berkaitan dengan transaksi yang
bisa ditetapkan dalam sistem. Durasi berkaitan dengan panjang “periode akuntansi”.
Eksistensi merupakan kemampuan mengonsolidasikan sistem. Materaialitas berkaitan
dengan “jika dan kapan” suatu transaksi dijalankan. Sementara alokasi berhubungan
dengan dekomposisi entitas menjadi subentitas (Lubis, 2014:136).
Kerangka Mattesich berfokus pada penilaian dan tidak mengandung dasar untuk
mengkritik tatanan ekonomi, sosial, atau politik. Sistem ekonomi dipandang berdaulat
dan peran akuntansi dalam hal ini adalah untuk memahami dan mengakomodasi sistem
yang ada. Secara implisit, hal ini mengasumsikan bahwateknologi bebas darri konteks
yang berkaitan dengan masalah moral atau erika. Teknologi mencerminkan sebuah
realita, selain dari pengaruh politik dan budaya (Lubis, 2014:137).
Namun, Mattesich mempunyai pandangan yang agak sempit terhadap dogma
dan tidak kreatif dalam menspesifikasikan skala nilai. Solusi ini didasarkan pada
teknologi dengan asumsi filosifi dasar yang sama. Kesempitan ontologi dan
epistemologi ini tidak menghilang begitu saja (Lubis, 2014:137).
Teori Mattesich mencerminkan sosioekonomi yang ada sehingga menjadi
sarana untuk mengulangi kesadaran yang salah dalam menyatakan bahwa tidak ada
perspektif lain selain yang didominasi oleh kapitalis. Krisis, pendidikan dan tindakan
transformatif bukanlah bagian dari perspektif fungsionalis. Fakta menunjukan bahwa
ketiganya masih terhambat oleh teori aksiomatis dari akuntasi. Dengan mengetahui
ladasan fungsionalis dan asumsi filosofi yang mengikutinya, suatu teori dapat
ditempatkan berkaitan dengan potensi emansipasi atau kurangnya potensi tersebut.
12
Akuntansi kritis merupakan bagian dari teori akuntansi yang memandang bahwa
akuntansi memiliki peran yang sangat penting dalam mempertimbangkan dan
memutuskan konflik antara perusahaan dan konstituen sosial, seperti tenaga kerja, para
pelanggan dan publik. Hal ini berkaitan langsung dengan peran kegiatan sosial dari
akuntan. Akuntansi kritis merupakan penggabungan dua atau lebih area akuntasi yang
berkembang pada tahun 1960-an dan meliputi akuntansi kepentingan publik dan
akuntansi sosial.
Akuntansi kepentingan publik berkaitan dengan pekerjaan bebas pajakdan
penasihat keuangan bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan perusahaan kecil
yang tidak mampu membayar untuk jasa ini. Akuntansi sosial yang disinggung
berusaha mengukur laporan laba rugi perusahaan dengan memperhitungkan biaya
eksternal seperti biaya polusi yang merupaka kerugian bagi masyarakat, tetapi tanpa
pembebanan kepada pihak yang menghasut. Akuntansi kritis lebih luas dibandingkan
dengan akuntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial. Niat para peneliti akuntansi
kritis adalah untuk bergerak dari akuntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial ke
kepentingan riset akuntansi utama dengan mengadopsi “...suatu konflik berdasarkan
perspektif...”
Akuntansi kritis berbeda dengan seluruh riset akuntansi di seluruh area riset
lainnya sebagaimana didiskusikan sebelumnya. Arah riset sebelumnya diasumsikan
sebagai sesuatu yang jelas bagi para peneliti dan bidang investigasinya. Sebagai contoh,
para peneliti akuntansi positif dan para ilmuan keperilakuan percaya bahwa mereka
mealporkan secara sederhana berdasarkan perilaku dan subjek yang mereak uji.
Walaupun diungkapkan secara terus terang oleh para peneliti normatif, sebagaimana
dalam aliran model keputusan, penelitian melibatkan suatu realitas yang independen
dari peneliti itu sendiri. Dengan demikian, penemuan mereka dilibatkan dengan
berbagai cara untuk dilaporkan berdasarkan operasi dan keseharian dari bisnis dan
entitas lainnya. Para peneliti akuantansi kritis meskipun yakin pada realitas dalam
pandangan dan penyelidikan,mereka juga membantu membentuk realitas.
2.4 Peluang Riset Akuntansi Keperilakuan Pada Lingkungan Akuntansi
Dengan menelaah riset akuntansi keperilakuan sebelumnya secara khusus, dapat
diperoleh suatu kerangka analisis dan diskusi yang dibatasi pada peluang, terutama
pada hasil potensi subbidang dan implikasinya untuk subbidang akuntansi yang lain.
13
Audit Riset akuntansi keperilakuan pada tahun 1990-1991 menunjukkan penekanan
pada kekuatan pembuatan keputusan. Penjelasan daru bagian ini berorientasi pada
pembuatan keputusan dalam audit, dan telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian
dan pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan audit dan
meningkatnya perkembangan berorientasi kognitif. Pencerminan dari riset terakhir dan
riset mendatang merupakan fokus terhadap:
Karakteristik pengethuan yang dihubungkan dengan pengalaman
Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi dengan variabel organisasional
atau lingkungan Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang
berbeda.Pengalamn berperan dalam orientasi kognitif riset akuntansi
keperilakuan. Ada dua alas an :
Audit
Penjelasan dari ini berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit, dan
telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan
auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatkan
perkembangan yang berorientasi kognitif. Secara persuasif, Libby dan Federick
(1990) menjelaskan pentingnya pemahaman mengenai bagaimana variabel-
variabel psikologi, seperti pembelajaran, pengetahuan faktual dan persedual,
serta pengaruh memori dalam pembuatan keputusan. Pencerminan dari riset
terakhir dan riset mendatang fokus terhadap:Karakteristik pengetahuan yag
dihubungkan dengan pengalaman (yang meliputi bagaimana pengetahuan itu
diperoleh)Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi degan variabel
organisasional atau lingkungan.Pengujian pengaruh kinerja terhadap
pengetahuan yang berbeda. Pengalaman berperan penting dalam orientasi
kognitif riset akutansi keperilakuan. Ada dua alasan untuk hal ini, yaitu:
1. Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kerja.
2. Manipulasi sebagaisuatu variabel independen telah menajadiefektif dalam
mengidentifikasikan domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.
Riset audit menyarankan suatu hubungan yang kompleks antara pengelaman dan
kinerja yang belum dpahami dengan baik. Riset ini menyarankan bahwa terhadap suatu
peluag yang berhubungan degan pemahaman dan evaluasi hasil keputusan audit. Salah
satu kesulitasn dengan riset yang berorientasi pada keputusan dalam audit adalah
14
kurangnya kriteria variabel yang dapat diamati terhadap penilaian kinerja auditor
sehingga peneliti sering melakukan studi atas konsensus penilaian dan konsistensi.
Variabel kriteria tersebut anatara lain, generally accepted accounting prinsiples
(GAAP) dan generally accepted accounting standards (GAAS).
2. Akutansi Keuangan
Pentingnya riset akutansi keuangan yang berbasis pasar modal dibandingkan
dengan audit menunjukkan kurang kuatnya permintaan ekternal terhadap riset
akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan. Hal itu dijadikan alasan untuk
tidak melakukan diskusi yang lebih lanjut oleh sebagian besar kantor akutan
publik. Karena pemakai informasi keuangan membuat keputusan individuan dan
dalam kelompok-kelompok kecil, riset akutansi keperilakuan dapat membuat
suatu kontribusi penting pada bidang ini.Alasan riset akutansi keperilakuan dalam
bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi yang lebih besar di masa
mendatang.Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa
komponen pasar modal dengan ekspektasi naif.Alasan riset akutansi keperilakuan
dalam bidang keuangan berpotensimemberikan kontribusi yang besar
berhubungan dengan keuntungan dari riset akutansi keperilakuan dalam bidang
audit.Dua alasan dari riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuanga di atas
telah mampu memberikan kontribusi yang lebih besar karena keunggulannya
yang melebihi riset akutansi keperilakuan dalam audit.
A. Terdapat jumlah tugas dari informasi akutansi keuangan yang merupakan
input langsung untuk keputusan pinjaman bank, negosiasi kontrak tenaga kerja,
prediksi laba, dan rekomendasi saham. Konsekuensinya, akutansi keuangan
mempertimbangkan lingkup pengujian kemampuan generalisasi dari pengaruh
variebel perilaku, seperti variabel psikologi sebagai struktur kognitif dan
kemampuan “pemecahan masalah” dengan variabel lingkungan, seperti insentif
dan ketidakpastian melalui konteks keputusan berdasarkan pengetahuan.
B. Keuntungan riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan meliputi
beberapa tugas seperti prediksi laba yang telah definisikan dengan baik dan
mempunyai sifat berulang. Hal ini merupakan kerugian yang relatif dalam
audit, di mana tugas-tugas audit yang jarang dilakukan auditor dapat
menimbulkan kesulitan untuk mempelajari hubungan antara pengalaman audit
dan kinerja.Akautansi Manajemen Pada awalnya, analisis ini menunjuk
15
keperilakuan.dalam bidang akutansi manajemen merupakan pertimbangan
yang lebih luas dibandingkan dengan riset yang sama dalam akutansi keuangan
dan memungkinkan pencerminan tradisi lama yang berbeda dari riset akutansi
keperilakuan dalam bidnag audit. Riset akutansi keperilakuan dalam akutansi
manajemen melakukan investigasi atas seluruh variabel lingkungan dan
organisasional yang telah diidentivikasi sebelumnya dan riset mendatang
diharapkan akan meningkatkan perluasan pengetahuan yang mendasari
hubungan dan pengujian dalam konteks yang baru.
Riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi manajemen cenderung fokus
pada variabel lingkungan dan organisasional yang mengandalkan teori agensi,
seperti insentif dan variabel asimetri informasi. Domain pengetahuan khusus
merupakan karakteristik akutansi manajemen dan si pembuat keputusan yang
menggunakan akutansi manajemen. Dengan variabel lingkungan organisasional
yang menyarankan perluasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi
manajemen dengan variabel-variabel tersebut yang meliputi interaksi dengan
variabel kognitif. Riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi manajemen
hanya merupakan subbidang akutansi yang telah memperluas pengujian dari
pengaruh fungsi akutansi terhadap perilaku.
4. Sistem Informansi Akutansi
Keterbatasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi
akutansi adalah kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi
sistem akutansi yang lebih awal sekalipun. Informasi akan mendorong
penggunaan keunggulan teknologi saat ini, pencitraan data, jaringan, dan akses
data dinamis melalui sistem pengoperasian menyarankan pertimbangan atas
peluang riset akutansi keperilakuan dalam bidang sistem akutansi.
Dengan semakin luasnya penggunaan jaringan komputer untuk
komunikasi interpersonal, interaksi kelompok dan pengiriman informasi
mengusulkan bahwa terdapat dua bidang riset akutansi keperilakuan dalam
sistem akutansi yang relevan terdapat subbidang akutansi yang lain. analisis
alternatif dari betuk-bentuk presentasi informasi adalah untuk komunikasi yang
efektif dan efisien. Pemakai terhadap format sistem informasi yang lebih umum
menunjukkan hasil bidang ini untuk akutansi keperilakuan.Potensi riset lainnya
adalah peran dari sistem pendukung kelompok dalammemfasilitasi proses
kelompok. Sebagai contoh, kemungkinan yang paling signifikan dari perubahan
16
teknologi untuk kantor akutan pada beberapa tahun mendatang akan
menguntungkan kecanggihan komunikasi jaringan.
5. Perpajakan
Riset akutansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan
diri pada kepatuhan dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan
lingkungan. Variabel-variabel yang sering diuji dengan hasil campuran
menyarankan bahwa pelaku kepatuhan pajak adalah hasil yang kompleks.
Riset akutansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini telah membentuk
bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akutansi keperilakuan dalam
bidang audit.Pada teori agensi, riset menemukan bahwa subjek memilih sendiri
kontrak pekerjaan menurut faktor yang sesuai dengan konpensasi yang
diharapkan. Wajib pajak dapat mempengaruhi kemungkinan audit secara
efektif melalui keputusan pelaporannya. Potensi lain untuk riset akutansi
keperilakuan dalam bidang perpajakan dan audit merupakan studi perilaku
yang jarang dilakukan. Audit oleh kantor pajak jarang dilakukan untuk wajib
pajak, tidak seperti audit atas kesalahan laporan keuangan oleh auditor.
Terdapat pengecualian bahwa berbagai literatur psikologi tersebut tidak
ditujukan untuk riset khusu pada bidang perpajakan atau audit.
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam riset akutansi. Dikarenakan pendekatan
normatif tidak dapat menghasilkan teori akutansi yang digunakan sehari-hari. Terdapat beberapa
paradigma metodologi riset akutansi keperilakuan diantaranya paradigma fungsionalis, paradigma
interpretif, paradigma strukturalisme radikal, paradigma humanis radikal, paradigma
posmodernisme, dan paardigma akutansi kritis. Peluang riset akutansi keperilakuan pada
lingkungan akutansi yaitu audit, akutansi keuangan, akutansi manajemen, sistem informasi
akutansi, dan perpajakan. Wawasan dalam riset akutansi keperilakuan bisa diperoleh dengan dua
cara yaitu survai publikasi utama dari riset akutansi keperilakuan dan klasifikasi topik artikel yang
dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model perilaku individu.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hudayati, Ataina. 2002. Perkembangan Penelitian Akutansi Keperilakuan: Berbagai Teori
Pendekatan dan Pendekatan yang Melandasi. Jurnal Akutansi dan Auditing
Indonesia.Vol.6. No.2: 81-96.
Kuang, Tan Ming dan Se Tin. 2010. Analisis Perkembangan Riset Akutansi Keperilakuan
Studi Pada Jurnal Behavioral Research In Accounting (1998-2003). Jurnal Akutansi. Vol.2,
No.2: 122- 133.
19