Anda di halaman 1dari 23

PRESPEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI DAN FONDASI

INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi dengan
Dosen Pengampu : Dr. Rozmita Dewi Yuniarti Rozali, M.Si.

Disusun oleh:
Brian Yosafat (1403326)
Dea Wulandari (1401963)
Getha Nadea Mandela (1403362)
Neng Riyanti (1404869)
Tsara Azizah (1404902)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji bagi allah dan rasa syukur penulis panjatkan atas segala
keberkahan dan kehendak-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah ini dengan judul “Prespektif pada Penelitian Akuntansi dan Fondasi
Intelektual dalam Akuntansi”. Makalah ini disusun dengan tujuan pemenuhan
salah satu syarat untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi .
Kendala merupakan suatu hal yang wajar saat proses penyusunan Makalah
ini. Namun,berkat bantuan dan dukungan dari Allah SWT secara tidak langsung
dan melalui berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan kendala tersebut.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Allah SWT dan pihak-pihak yang
membantu kelancaran penyusunan Makalah.ini.
Kekurangan dalam penyusunan Makalah ini merupakan salah satu tanda
bahwa penulis masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran yang dapat memperbaiki penulis dan kritikan yang dapat
menyempurnakan Makalah ini. Besar harapan penulis Makalah ini dapat diterima
dan bermanfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

Bandung, 1 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 2
2.1 Hubungan Konflik Kepentingan dengan Tujuan Laporan Keuangan
Error! Bookmark not defined.
2.2 Hakikat Kerangka Konseptual ............. Error! Bookmark not defined.
2.3 Menuju Perumusan Tujuan Laporan Keuangan Error! Bookmark not
defined.
2.3.1 Tujuan Laporan Keuangan menurut APB Statement No. 4 ..... Error!
Bookmark not defined.
2.3.2 Laporan Kelompok Studi Mengenai Tujuan Laporan Keuangan dari
Metodologi yang digunakan ........................... Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan dalam Laporan Komite Trueblood.
Error! Bookmark not defined.
2.3.4 Tujuan Akuntansi atau Laporan Keuangan dan Kualitatif menurut
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ........... Error! Bookmark not defined.
2.3.5 Perbandingan 3 Tujuan, Karakteristik Kualitatif Akuntansi dan
Laporan Keuangan ......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 18
3.1 Masalah-Masalah dalam Kerangka Konseptual ..................................... 18
3.2 Perkembangan Kerangka Konseptual ..... Error! Bookmark not defined.
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. iii
1.1 Kesimpulan .............................................................................................. iii
4.2 Saran ........................................................................................................... iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prespektif pada Penelitian Akuntansi
Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Seperti ilmu
sosial lainnya, akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-
asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari
masyarakat. Dalam Belkaoui (2012, hlm. 20) dijelaskan sebuah pendekatan yang
telah diterapkan oleh Burrell dan Morgan dalam analisis organisasional dapat
digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi, yaitu
pandangan fungsionalis, pandangan interpretatif, pandangan humanis radikal, dan
pandangan strukturalis radikal.

2.1.1 Prespektif dari Kerangka Kerja Burrell dan Morgan


Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu
sosial, yaitu :

1. Asumsi ontologis, berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena


akuntansi, yang melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme.
Perdebatan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada di luar kesadaran
individu adalah merupakan suatu penggabungan nama-nama asli, konsep, dan
judul yang merupakan struktur pada kenyataan, atau apakah ia merupakan
penggabungan dari struktur-struktur yang nyata, faktual, dan berwujud.
2. Asumsi epistimologis, yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat
pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme-positivisme. Perdebatan ini
berfokus pada kegunaan dari pencarian hukum atau keteraturan yang menjadi
dasar dalam bidang sosial.
3. Perdebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan antara manusia dan
lingkungannya, yang melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme.
Perdebatan ini berfokus pada apakah manusia dan aktivitasnya ditentukan oleh
situasi atau lingkungan, atau merupakan hasil keinginan mereka sendiri.
4. Asumsi metodologi, berkaitan dengan metode-metode yang digunakan untuk
melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan perdebatan
ideografis-nomotetis. Perdebatan ini berfokus pada apakah metodologi yang

2
3

terkibat dalam anaisis perkiraan-perkiraan subjektif diperoleh melalui partisipasi


atau ikut terlibat langsung dalam situasi, atau apakah ia melibatkan suatu
pengujian atas hipotesis secara ilmiah dan teliti.

Sosiologi regulasi (sociology of regulation) mencoba menjelaskan


masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya
diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan radikal (sociology of radical change)
mencoba menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik
struktural mendalam, cara-cara pedomanisasi, dan pertentangan struktual yang
terjadi pada masyarakat modern. Menurut Burrell dan Morgan, sosiologi regulasi
berkaitan dengan status quo, tatanan sosial, konsensus, integrasi dan kohesi sosial,
solidaritas, perlunya rasa kepuasan dan aktualisasi. Sosiologi perubahan radikal
berkaitan dengan perubahan konflik struktural, cara-cara pendominasian,
pertentangan, emanipasi, perampasan hak dan potensialitas.

Setiap disiplin ilmu sosial termasuk akuntansi, dapat dianalisis berdasarkan


suatu asumsi metateoritis mengenai hakikat dari ilmu pengetahuan, dimensi
subjektif-objektif, dan mengenai hakikat daari masyarakat, dimensi regulasi-
perubahan radikal. Dengan kedua dimensi ini, Burrell dan Morgan mampu
mengembangkan suatu skema yang koheren untuk melakukan analisis atas teori
sosial secara umum dan analisis organisasional secara khusus. Skema ini terdiri dari
empat paradigma yang berbeda yaitu (1) humais radikal, ditandai perubahan radikal
dan dimensi subjektif; (2) strukturalis radikal, ditandai perubahan radikal dan
dimensi objektif; (3) interpretative, ditandai oleh dimensi subjektif dan regulasi; (4)
fungsional, ditandai oleh dimensi objektif dan regulasi.

Perubahan radikal
Humanis radikal struktural radikal
Pandangan subjektif pandangan objektif
Interpratatif fungsionalis
Keteraturan
Gambar 2.1 Skema Paradigma Burrell dan Morgan
Sumber : Belkaoui (2012, hlm 22)
4

Sebagai contoh, kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa
bagaimana teori organisasional dipengaruhi oleh asumsi-asumsi sendiri dengan
melalui referensi kepada paradigma, metrafora, dan perilaku pemecahan teka-teki.

2.1.2 Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi


Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan
keteraturan sosial. Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena
akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan
dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan
peramalan ilmiah.

Seperti dalam fungsionalisme struktural, paradigma fungsionalis dalam


akuntansi berfokus pada penetapan fungsi-fungsi yang dibutuhkan oleh akuntansi
untuk menjalankan operasi organisasi secara efektif. Fungsi-fungsi ini adalah
“prasyarat fungsional” atau “keharusan fungsional” dari adaptasi pencapaian
sasaran, integrasi dan latensi atau pemeliharaan pola. Untuk mencapai keharusan-
keharusan tersebut, didefinisikan struktur-struktur atau elemen-elemen dari
akuntansi.

Dalam teori sistem, paradigma fungsionalis dalam akuntansi berfokus pada


baik pencarian representasi analogis dari sistem akuntansi maupun suatu analis
sistem. Interaksionisme dengan fokusnya pada hubungan dan interaksi dengan
manusia diekspresikan dalam bentuk akuntansi keperilakuan. Objektivisme dengan
komitmennya kepada model dan metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam
adalah cara utama dalam penelitian dan pembuatan teori akuntansi.

Pandangan fugsionalis dalam akuntansi menandai apa yang secara umum


diterima sebagai suatu penelitian akuntansi konvensional. Asumsi-asumsinya yang
dominan meliputi hal-hal berikut: “teori dipisahkan dari pengamatan yang dapat
digunakan untuk memverifikasi ataupun menyalahkan sebuah teori. Perhitungan
hipotesis-deduktif dari penjelasan ilmiah dapat diterima. Sedangkan metode
kuantitatif dari analisis dan pengumpulan data yang memungkinkan adanya
generalisasi adalah metode yang lebih disukai.
5

2.1.3 Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi


Pandangan interpretatif dalam akuntansi berfokus pada menjelaskan tatanan
sosial dari sudut pandangan seorang normalis, antipositivis, voluntaris dan
ideologis. Dalam akuntansi ia akan menjadikan pemahaman pengalaman subjektif
yang dialami oleh individu yang terlibat dalam persiapan, komunikasi, verifikasime
atau penggunaan informasi akuntansi sebagai sasarannya.

Paradigma interpretative dalam akuntansi, meski masih sangat muda, telah


berfokus pada (1) kemampuan dari informasi untuk “membentuk kenyataan”, (2)
peran dari akuntansi sebagai sebuah alat “linguistik”, (3) peran-peran dan gambaran
lain yang dapat dilaksanakan oleh akuntansi.

Bagi para interpretasi, akuntansi tidak lebih dari hanya sekedar nama,
konsep dan label yang digunakan untuk membuat suatu kenyataan sosial. Ia hanya
dapat dimengerti dari sudut pandang pihak-pihak yang terlibat langsung dalam
pembuatan, komunikasi, dan penggunaannya. Secara metodologis, metode-metode
ideografis dan bukannya metode hipotesis-deduktiflah yang dibutuhkan untuk
menghidupkan kembali definisi pelaksana atas masalah.

Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretative dalam


akuntansi hendaknya adalah:

a. Percaya pada Pengetahuan


Penjelasan ilmu yang dicari oleh maksud manusia. Kecukupan mereka dinilai
melalui kriteria konsistensi logis, interpretasi subjektif dan peersetujuan
dengan interpretasi akal sehat pelaksananya.
b. Percaya pada Kenyataan Fisik dan Sosial
Kenyataan sosial adalah suatu hal yang akan segera terjadi, diciptakan secara
subjektif, dan diobjektifikasi melalui interaksi manusia.
c. Hubungan antara Teori dan Praktik
Teori mencoba menjelaskan tindakan dan untuk memahami bagaimana tatanan
sosial diciptakan dan diciptakan kembali.

Meskipun paradigma interpretatif bukanlah suatu hal yang utama dalam


akuntansi, namun tidak memiliki keterbatasan besar: (1) berasumsi bahwa
6

seseorang pengamat dapat memahami tindakan sosial hanya melaui subjektivitas


saja tanpa interferensi; (2) menciptakan sebuah ilusi mengenai ilmu yang murni
dengan menggunakan garis pemikiran secara monologis; (3) gagal menjadi
penuntut perubahan.

2.1.4 Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi


Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan
tatanan sosial dari persfektif seorang nominalis, voluntaris, serta ideografis dan
memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal. Dalam
bentuk teori kritis ia mensyaratkan dua bentuk analisis: (a) suatu analisis
taksonomis atas kepentingan-kepentingan ontologis, epistimologis, dan
metodologis yang mendasari ilmu organisasional; (b) sutu kritik mengenai
dinamika yang saling memengaruhi dari penelitian, teori, dan praktik. Ia
memperluas kritik epistemiknya hingga mencakup: (a) sebuah pembahasan
mengenai keterbatasan yang dimiliki oleh bentuk-bentuk penyelidikan alternatif;
(b) analisis mengenai hubungan antara komunitas peneliti organisasional dan para
praktisi serta anggota organisasional; (c) pengakuan atas sasaran praktis dari setiap
bentuk penelitian tertentu.

Teori kritis dalam akuntansi mempunyai asumsi bahwa teori-teori, isi dari
ilmu, dan fakta-faktanya adalah hanya sekedar pencerminan dari suatu pandangan
dunia yang realistis. Ia akan melihat akuntan (accountant), penghitung (accountor),
dan yang dihitung (accountee) sebagai tahanan dari sebuah bentuk kesadaran yang
dibentuk dan dikendallikan melalui proses-proses ideologis. Seluruh aspek
akuntansi akan disisir untuk sifat-sifat yang berdifat mengasingkan. Argumentasi
yang dikemukakan adalah bahwa sistem akuntansi mendorong dan
mempertahankan adanya pengasingan dan konflik. Pandangan ini akan diartikan
bahwa akuntansi seharusnya membantu seseorang menyadari potensi yang mereka
miliki dengan membantu mereka menyadari kebutuhan-kebutuhan mereka, atau
mengarahkan mereka kepada arah yang sejalan dengan perhatian yang diberikan
oleh Habermas pada kompetensi komunikatif dan perhatian dari Gramsci dan
Lukacs pada ideologi dan kesadaran palsu.
7

Meskipun berpendapat bahwa seluruh manusia adalah makhluk intelektual,


tidak semua orang yang berada di bawah kapitalisme akan menjalankan fungsi-
fungsi intelektualnya. Dalam kapitalis kontemporer, kebanyakan intelektual secara
organic terikat dengan kaum borjuis. Karena hegemoni ideologis dari kapitalisme,
hanya sedikit kaum intelektual yang mengutarakan kepentingan-kepentingan dari
golongan yang lebih rendah. Jenis interpretasi dari humanis radikal di bidang
akuntansi seperti ini memberikan kesan bahwa sampai munculnya suatu kaum
akuntan elit “organik” yang tidak memiliki ikatan secara ideologis dengan golongan
kapitalis, maka disiplin ilmu akuntansi akan terus menyebarkan kepentingan dan
ideologi kapitalisme. Tetapi, para akuntan klasik atau fungsional, dengan sangat
cepat menuduh para humanis sebagai kaum partisan dan nonakademik. Seperti yang
telah dibahas Burrell dan Morgan, para humanis sering diistilahkan sebagai orang-
orang radikal yang bersikeras untuk meniup nyala api kesadaran revolusioner, atau
sebagai eksistensialis tidak berakal yang tidak mau atau tidak dapat menyesuaikan
diri terhadap ‘kenyataan’ hidup dunia sehari-hari dan menerima ‘kemajuan’ yang
telah pasti terjadi.

2.1.5 Pandangan Strukturalis dalam Akuntansi


Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan
sosial dari sudut pandang seorang realis, positivis, deterministis, dan nomotetis.
Pandangan ini akan mencari perubahan yang radikal, emansipasi, dan
potensionalitas dengan menggunakan sebuah analisis yang ditekankan pada konflik
struktural, cara-cara dominasi, kontradiksi, dan penghapusan hak. Paradigm ini
akan menciptakan teori-teori akuntansi yang didasarkan atas metafora-metafora
seperti alat dominasi, sistem skismatis, dan bencana.

Peran akuntansi dalam analisis birokasi yang klasik dari Weber sebagai
salah satu cara dominasi analisis “iron law oligarchy” (oligarki hukum besi) dari
Robert Michels, dan analisis organisasi dari Marxis akan muncul sebagai suatu alat
dominasi yang berkuasa untuk dipahami sebagai bagian yang penting dari sebuah
proses dominasi yang lebih luas di dalam masyarakat secara keseluruhan. Dari
sudut pandang strukturalis radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrument dari
kekuatan –kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian
tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat. Bagi para
8

peneliti ini, yang perspektifnya seperti hampir sepenuhnya hilang di penelitian


akuntansi saat ini, terdapat suatu aktualitas organisasi yang mencakup diskriminasi
jenis kelamin dan rasial, pola-pola stratifikasi sosial dan pembagian kekayaan,
kekuatan dan imbalan yang tidak merata. Ketidakmampuan untuk mengakui
karakteristik-karakteristik ini dan mempertimbangkan hubungannya dengan oraktik
akuntansi tampaknya merupakan penghilang yang mencurigakan bagi studi-studi
yang secara eksplisit mencoba untuk memperhitungkan akuntansi.

Para akuntan strukturalis memiliki pandangan yang objektif atas alam sosial
namun uga berfokus pada kecenderungan-kecenderungan terjadinya kontradiksi
dan krisis yang ditimbulkan oleh proses akuntansi. Strukturalis radikal dalam
akuntansi akan berfokus pada hubungan antara akuntansi dan ekonomi dan
hubungan politis dari dominasi.

2.2 Fondasi Intelektual dalam Akuntansi


2.2.1 Akuntansi Berbasis Ekonomi Marginal
Ekonomi marginal neoklasik telah memberikan pengaruh besar pada
praktik,teori,dan penelitian akuntansi. Berbagai tema yang saat ini sedang terjadi
adalah bukti yang baik dari pengaruh tersebut, komitmen akuntansi terhadap
marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua penekanan, yaitu pada
individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan independensi.
Penekanan pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari masing-
masing pemilik,yang mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan
manajemen, ,maupun pandangan yang secara eksplisit mengakui pemisahan
antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga perusahaan sebagai
pihak yang ‘’sah’’ memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya tertentu.
Penekanan yang kedua menepatkan akuntan pada posisi seorang sejarawan dan
akuntansi pada posisi catatan yang tidak memihak dari pertukaran historis dengan
objektivitas sebagai tujuan terpenting.
Motifasi di balik peran sebagai seorang sejarawan dijelaskan sebagai berikut:
1. Citra akuntan ini yang sering kali dilihat sebagai ‘’sejarawan’’ yang tidak
memihak dan tidak berbahaya-tumbuh dari adanya keinginan untuk
melepaskan tanggung jawab yang diemban oleh para akuntan untuk
membentuk ekspektasi subjektif di mana, selanjutnya, ekspentasi tersebut akan
9

memengaruhi keputusan-keputusan tentang alokasi sumber daya dan distribusi


laba di antara dan didalam masing-masing golongan. Keterkaitan dengan fakta-
fakta historis ini memberikan suatu lapisan tipis objektivitas semu yang
memungkinkan akuntan untuk menyatakan bahwa mereka hanya sekedar
mencatat- dan tidak ikut ambil bagian- dalam konflik-konflik sosial.
2. Ekonomi marginal dan akuntansi konvesional yang didasarkan pada nilai dan
laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan dengan nilai dari kemungkinan
konsumsi di masa datang yang diperoleh dari taksiran nilai sekarang (present
value) dari aliran arus kas mereka. Hal ini telah memberikan alasan yang
menarik untuk menilai untuk menilai beberapa aktiva akuntansi berdasarkan
konsep nilai sekarang dan untuk membandingkan proyek-proyek dengan
melihat nilai sekarang yang mereka miliki. Namun Tinker telah menunjukkan
bahwa dalam membandingkan proyek-proyek investasi modal alternatif,
akuntansi berdasarkan ekonomi marginal tidak memberikan suatu solusi unik.
3. Perbandingan tersebut akan tergantung pada pemilihan tingkat suku bunga.
Proyek yang paling dibutuhkan bagi suatu masyarakat hanya dipastikan dengan
menggunakan satu tingkat suku bunga tertentu, yang cocok bagi perusahaan
yang menggunakan biaya modalnya sebagai tingkat bunga. Akan tetapi,
dengan melihat berbedanya biaya modal untuk tiap-tiap perusahaan, maka
perhitungannya pun akan tidak dapat ditentukan. Hal ini menjadi alasan untuk
menguntungkan secara sosial jika dibandingkan dengan proyek yang lain.
Namun solusi ini ditentang oleh apa yang dikenal sebagai kontroversi
cambridge. Pada dasarnya, ditunjukkan bahwa penjelasan marginalis bersifat
tautologis. Hal ini dirangkum sebagai berikut:
a. Kita mulai dengan menanyakan bagaimana tingkat laba ditentukan dan
jawabannya akan mangacu kepada jumlah modal dan produk pendapatan
marginalnya. Penentuannya dengan mengonsumsikan suatu pembagian
dari laba di masa datang dan mendiskontokan pengembalian modal dengan
tingkat suku bunga pasar. Semua yang telah dikemukakan di atas adalah
tingkat suku bunga pasar merupakan fungsi suku bunga pasar (adanya
asumsi distribusi laba).
10

b. Begitu pula, D.J.Cooper menunjukan bahwa tingkat suku bunga pasar


bergantung pada penawaran dan permintaan modal moneter, yang
selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku bunga pasar. Singkatnya,
ekonomi marginal ditampilkan sebagai tautologis atau tidak terderminasi
2.2.2 Akuntansi Ekonomi Politis
Definisi dari Akuntansi Ekonomi Politik (AEP) adalah sebuah pendekatan
normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan
kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan
memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara
keseluruhan. Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan
peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan
dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, suatu pendekatan AEP akan
menjadikan struktur institusional dari masyarakat sebagai model yang akan
membantu melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu kerangka kerja
untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang
baru.
Akuntansi akonomi politik tidak seperti akuntansi konvensional dalam
pengakuan modal, bagi akuntansi ekonomi politik mengakui adanya dua dimensi
modal:
1. Sebagai instrumen (fisik) dari produksi.
2. Sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam organisasi sosial.
Perbedaan bentuk masyarakat (feodal, perbudakan, kapitalis, dan
seterusnya) terjadi dan ditandai oleh perbedaan institusi-institusi sosial
(contohnya, hukum, negara, pendidikan, agama, undang-undang dan peraturan,
administrasi politik pemerintah). Dalam masing-masing masyarakat di atas
terdapat kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan kekuatan yang
bermacam-macam dan berusaha untuk meraih dominasi, yang mungkin
selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk eksploitasi, pengasingan, dan
ketidakadilan,
Oleh karena itu, tidak seperti pada akuntansi konvensional, disini
akuntansi memainkan sebuah peranan ideologis dalam melegitimasi ideologi dari
prinsip pengorganisasian dasar dan dalam hubungan antara golongan-golongan di
11

dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi kekuatan yang tidak


merata. Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi
ekonomi politis.
Sebagai contoh lain, penelitian yang dihasilkan oleh positivis untuk
menilai kegunaan dari laporan-laporan perusahaan bagi para pengguna hanya
memiliki implikasi bagi nilai informasi pribadi dengan bias untuk para pemegang
saham dan golongan manajer di dalam masyarakat, tidak membantu dalam
merancang atau membuat alternatif pilihan laporan-laporan akuntansi yang
ditujukan untuk menginformasikan kesejahteraan sosial. Dampak dari laporan-
laporan akuntansi perusahaan bagi kesejahteraan sosial termasuk di dalam bidang
akuntansi ekonomi politis .
Akuntansi Ekonomi politis itu merupakan suatu pendekatan akuntansi
alternatif yang ditujukan untuk melihat fungsi akuntansi di dalam lingkungan
struktural dan institusional yang lebih luas di mana ia beroperasi.
Pendekatan Ekonomi Politis oleh PEA dibagi 3, yaitu:
1. Bertindaklah normatif secara eksplisit.
Peneliti akuntansi harus menyatakan dengan jelas/eksplisit elemen normatif
dalam setiap rerangka yang diadopsinya. Seluruh penelitian bersifat normatif
melalui pencantuman pilihan nilai peneliti mengenai cara mengorganisasikan
masyarakat (Robinson, 1964; Mattesich, 1978). Meskipun demikian, hanya
ada sedikit peneliti akuntansi yang menyatakan secara eksplisit tentang hal
tersebut. Peneliti akuntansi harus menyatakan secara eksplisit tentang elemen
normatif dalam penelitiannya, dimaksudkan untuk memfasilitasi koherensi
dalam penelitian akuntansi dan juga untuk mendorong peneliti supaya
mengidentifikasi tujuan aktivitas mereka. Untuk merumuskan nilai tersebut
secara eksplisit setidaknya memfasilitasi dua tujuan besar:
c. Membantu identifikasi dan evaluasi untuk masing-masing individu dalam
setiap penelitian yang memakai paradigma tertentu. Oleh karena itu,
penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam salah satu paradigma yang sudah
ada, misalnya EPA, dan dinilai melalui referensi tentang
ketidakterbantahan/kebenaran paradigma tersebut.
12

d. Pernyataan secara eksplisit mengenai pilihan nilai oleh peneliti akan


memfasilitasi evaluasi terhadap alternatif paradigma itu sendiri. Dengan
mempertajam variasi program penelitian dengan elemen normatif yang
eksplisit, institusi pendanaan publik dan yang lainnya seperti asosiasi
konsumen, serikat dagang, dan kelompok lingkungan mungkin akan
mengakui penggunaan dan pembatasan sebagian “akuntansi”. Lebih
lanjut, pilihan kebijakan akuntansi akan dikenal sebagai sesuatu yang
sosial, di mana hal tersebut melegitimasikan perhatian atas seluruh
kelompok dalam masyarakat. Perdebatan mengenai nilai akuntansi
selanjutnya dikenal sebagai suatu hal yang politis, bukan sekedar perhatian
perusahaan terhadap sektor akuntansi dan keuangan dalam ekonomi
2. Bertindaklah Deskriptif.
Saat ini, terdapat beberapa tulisan untuk penelitian “positif” dalam akuntansi
(misalnya Watt & Zimmerman, 1978). Perluasan selanjutnya menjelaskan
bahwa argumen tersebut adalah pendekatan yang bebas nilai dalam penelitian
akuntansi. Kami telah mengindikasikan sebelumnya mengenai
ketidakmungkinan dan juga ketidakinginan pendekatan ini dalam penelitian.
Perluasan argumen yang memperjelas deskripsi “praktik akuntansi” yang
mereka ajukan, merupakan dampak dari akuntansi terhadap masyarakat (dan
vice versa).
Kebanyakan penelitian akuntansi yang memanfaatkan analisis ekonomi
marjinal yang tepat dalam merumuskan bentuk dan nilai akuntansi,
merupakan suatu hal yang tidak bisa dilakukan. Adanya keterbatasan validitas
deskripsi, maka diupayakan untuk menyediakan basis yang layak guna
pemahaman dan perancangan sistem akuntansi. Akuntansi secara esensi
merupakan hal yang praktis. Hal tersebut dieksekusi dan dipengaruhi oleh
perilaku individu dan kelompok yang ada di dalam dan di luar organisasi.
Upaya untuk memahami praktik akuntansi, atau akuntansi dalam praktik,
maka disarankan untuk memberikan perhatian yang lebih untuk penelitian
deskriptif dalam penelitian akuntansi. Penelitian seperti itu merupakan upaya
untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan perilaku akuntansi dan
13

akuntan dalam konteks institusi, masyarakat, dan struktur politik, serta nilai
kultural masyarakat di mana hal-hal tersebut secara historis berada.
3. Bertindaklah secara kritis.
Dalam mengembangkan dan mengevaluasi paradigma dan metodologi
alternatif, peneliti perlu untuk menunjukkan kehati-hatian yang kritis, tidak
hanya untuk penelitian yang ada tetapi juga hubungan antara penawaran atas
penelitian akuntansi dan permintaannya dari berbagai macam kepentingan,
termasuk profesi, manajer, dan institusi pendanaan. Kebutuhan akan perilaku
kritis ini telah diilustrasikan dalam diskusi tentang deskripsi yang penting.
Sebagai subyek yang relatif baru, mungkin tidak mengherankan bahwa riset
akuntansi tidak sereflektif ilmu sosial lainnya (misal, kritik teori organisasi
konvensional ditemukan di Burrell dan Morgan, 1979). Sebuah pendekatan
penting terhadap akuntansi, meski begitu, diawali dari anggapan bahwa
masalah dalam akuntansi juga merupakan masalah di dalam dan di luar
masyarakat, sehingga masalah di luar masyarakat harus dianalisa secara
mendalam. Karena itu, jika ada masalah besar dalam akuntansi, katakanlah
sebuah orientasi yang besar bagi investor, maka perspektif kritis di sini
memperlihatkan bahwa masalah ini adalah refleksi orientasi masyarakat dan
untuk merubah praktek akuntansi dibutuhkan kesadaran (misal, identifikasi
“akun” alternatif dan peran akuntansi dalam masyarakat) dan perubahan
sosial.
Dorongan untuk bersikap kritis ini tidak hanya berarti mempertimbangkan
independensi dalam menghadapi tekanan profesional yang bertambah untuk
menghasilkan riset akuntansi “yang relevan dan berguna”. Ini juga bukan
sekadar menilai secara kritis klaim manajer korporat bahwa perubahan dalam
laporan akuntansi memiliki dampak yang tidak diinginkan pada sektor
korporat dan kepentingan publik. Ini melibatkan pengetahuan tentang sifat
problematik akuntansi dan konsep apa yang ada atau tidak ada dalam
kepentingan publik.
Riset dengan menggunakan pendekatan akuntansi ekonomi politik dapat
memperluas penelitian yang melihat fungsi akuntansi dalam struktur dan
lingkungan institusional dimana akuntansi dipraktekkan. Penelitian tentang
14

akuntansi akan bermanfaat jika menggunakan pendekatan yang menekankan pada


sisi institusional dan pengaruhnya, investigasi antar berbagai disiplin ilmu, dan
penelitian tentang proses menuju keseimbangan yang dinamis.
Meskipun terdapat banyak perbedaan variasi ekonomi politik (Frey, 1978),
kebanyakn variasi tersebut menekankan pada hubungan antara kekuatan politik
dan ekonomi dalam masyarakat. Dalam hubungannya dengan penaksiran nilai
dari laporan akuntansi perusahaan, PEA menyatakan bahwa nilai akan muncul
sebagaimana nilai tersebut terbentuk (dan membentuk) baik dalam arena politik
maupun ekonomi. Beberapa bentuk-bentuk dari pendekatan ekonomi politik
akuntansi, yaitu 1). Penelitian tentang akuntansi harus memperhatikan kekuatan
dan konflik dalam masyarakat, 2) sejarah spesifik dan lingkungan institusional
masyarakat di mana PEA dipraktikkan, 3) Pandangan emansipatif atas motivasi
manusia dan peraturan akuntansi dalam masyarakat.
D.J. Cooper dan M.J. Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari
akuntansi ekonomi politis.
1. AEP hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam
masyarakat dan maka dari itu hendaknya berfokus pada dampak-dampak
dari laporan akuntansi pada pembedaan laba, kekayaan, dan kekuatan
dalam masyarakat. Fitur ini secara langsung bertentangan dengan konsep
pluralis yang cenderung untuk memiliki pandangan bahwa masyarakat
dikendalikan oleh kaum elite yang terdefinisi dengan jelas atau terdapat
konflik sosial yang terus-menerus antara golongan¬golongan yang pada
dasarnya antagonistis.
2. AEP hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional yang
spesifik dari masyarakat di mana ia beroperasi, yaitu bahwa (a) ekonomi
didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar, (b) ketidaksetaraan
(disequilibrium) merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi, dan (c)
negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi,
dalam ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelanjaannya,
dalam melindungi kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaan-
perusahaan besar, dalam menjaga keharmonisan sosial dan legitimasinya
15

sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur tangan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.
3. AEP hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipatif akan
motivasi manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui
sebagai pelaku (agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik
motivasi maupun pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian kepentingan
diri sendiri serta memainkan fungsi yang aktif secara sosial daripada
fungsi pasif. Misalnya: Dalam cara yang sama seperti profesi medis
memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan perumahan, kondisi sosial
dan kesehatan umum dari masyarakat, begitu pula profesi akuntansi
memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan lingkungannya secara
langsung (misalnya, sektor perdagangan dan keuangan dari ekonomi).
Usaha-usaha untuk mengatasi permasalahan-permasalahan teknik tanpa
mempertimbangkan lingkungan ini dapat menghasilkan pemecahan yang
tidak sempurna dan tidak lengkap dikarenakan adanya penerimaan'dari
institusi-institusi dan praktik-praktik yang ada saat ini.
2.2.3 Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu Bisnis
Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi,
berbagai usulan telah di buat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu
bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk
mengubah lingkungan sosial dan ekonomi. Dalam Belkaoui (2012, hlm. 31)
Memaparkan beberapa usulan, meliputi:
1. Suatu keterkaitan dengan matematika
Ciri yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang
didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif. Dimana
akuntansi dan matematika adalah dua hal yang saling berhubungan. Akuntansi
meliputi pengukuran penilaian keputusan yang jelas dan tegas. Hal senada
dengan konsep matematika dalam besaran dan konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam bidang
aljabar, dan analisis. Akuntansi juga meliputi penggolongan yang tepat dan
dinyatakan dalam satuan mata uang (moneter), transaksi dan kejadian yang
setidak-tidaknya bersifat finansial yang dapat dikalkulasi secara matematis.
16

Hal ini searah dengan definisi matematika sebagai bentuk dan susunan. Selain
itu searah juga dengan Matematika sebagai pola pikir, pola mengorganisasikan,
dan pembuktian yang logis. Contoh jurnal yang berkaitan dengan matematika
berjudul “Penalaran Persamaan Akuntansi vs Persamaan Matematika oleh Sri
Suryaningsum (2013) yang membahas persamaan akuntansi matematika.
2. Suatu fokus pada teori keputusan
Dalam A. Fahrudin (2013, hlm.4) konsep penting dalam akuntansi yaitu
konsep decision usefulness, dimana pendekatan decision usefulness untuk
teori akuntansi mengambil tinjauan bahwa “Jika kita tidak dapat menyajikan
laporan keuangan secara teoritis benar, sedikitnya kita mecoba untuk
membuat laporan yang berdasarkan pada harga historis yang lebih
bermanfaat”. Tujuannya, agar informasi akuntansi akan lebih reliabel dan
relevan. Biasanya berkaitan dengan penelitian tentang investasi. Seperti contoh
jurnal Ahmad Fahrudin A (2011) yang berjudul ”Decision Usefulness dalam
Pengambilan Keputusan dan Investasi.”
3. Suatu penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan
modern.
Rani (2013, hlm 46) menjelaskan jika riset pasar modal telah berkembang di
Indonesia lebih dari tiga dasawarsa, dan tetap bertahan sebagai salah satu topik
utama literatur keuangan maupun akuntansi sampai hari ini. Pesatnya
perkembangan riset pasar modal di Indonesia sangat berkaitan dengan
dinamika perekonomian dan pertumbuhan pasar modal Indonesia sebagai
emerging market atau pasar modal yang sedang berkembang. Pasar modal
berperan sebagai saluran likuiditas kegiatan ekonomi. Dimana salah satu faktor
perkembangan pasar modal didorong oleh perkembangan teori keuangan
dunia. Judul jurnal yang berkaitan yaitu “Riset Akuntansi Berbasis Pasar
Modal di Indonesia: Kajian terhadap Kebermanfaatan Akuntansi dalam
Emerging Market” oleh Rani (2013)
4. Suatu peranan bagi pendekatan informasi ekonomi.
Peran akuntansi dalam pendekatan informasi ekonomi sebagai pengambilan
keputusan bisnis dan fungsi kontrol, seperti peran sistem akuntansi manajemen.
Sudarmadji (2012, hlm. 50). Contoh jurnal yang relevan yaitu “Peranan
17

Penggunaan Informasi Akuntansi pada Kinerja Unit Bisnis dalam Berbagai


Tingkatan Kompetisi Pasar.”oleh Linda Christiani Sudarmadji (2012).
5. Suatu perhatian bagi implikasi dari model – model pilihan probalistik, yang
menerapkan psikologi matematis, bagi pilihan dan pengguanaa teori informasi
akuntansi.
6. Suatu pondasi yang berdasarkan atas teori akuntansi positif
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya
beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik-praktik akuntansi. Seperti hipotesis rencana bonus,
dimana manajer cenderung memilih prosedur akuntansi dengan perubahan
keuntungan yang dilaporkan pada periode masa depan ke periode masa ini.
Contoh penelitian teori akuntansi positif yaitu Tatang Ary Gumanti (2002)
yang berjudul “Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi Teori Akuntansi
Positif”
7. Akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak
Teori kontrak menjelaskan jika perusahaan merupakan sekumpulan kontrak-
kontrak (nexus of contracts). Agen yang telah diberi wewenang mengelola
perusahaan bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan principal
dan melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Ini
merupakan teori keagenan. Judul jurnal yang berkaitan yaitu “Analisis
Kepemilikan Managerial berbasis pada Teori Keagenan” oleh Octaliana dan
Rahayuningsih (2013)
8. Suatu pendekatan multidimensional, yang bersumber dari sumbangan topik-
topik seperti berikut:
a. Rasionalitas yang terbatas yang merupakan rasionalitas individu dalam
penentuan pilihan, dimana pengambilan keputusan berdasarkan pada hasil
identifikasi yang menonjol saja. Santoso (2012, hlm. 35)
b. Teori organisional yang modern berkonsentrasi pada perilaku pengarahan
tujuan organisasi, motivasi, dan karakteristik penyelesaian masalah.
18

Dalam akuntansi ada akuntansi keperilakuan yang membahas seputar


penganggaran dan perencanaan, pengambilan keputusan, pengendalian
hingga pelaporan keuangan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Masalah
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

4.2 Saran

iii
iv

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed. (2012). Accounting Theory 5th Edition- buku dua. Jakarta:
Salemba Empat

A. Fahrudin, Ahmad. (2013). Decision Usefulness: dalam Pengambilan Keputusan


dan Investasi. Jurnal UIN Malang.

Anda mungkin juga menyukai