Anda di halaman 1dari 29

KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam
Dosen Pengampu: Agus Arwani, M .Ag

Disusun Oleh:

1. M. Salman Al-farisi (2013116258)


2. Muhammad iffan (2013116259)
3. Agung Tri Wandana (2013116293)
4. Ahmad Syaifudin (2013116340)

KELAS C

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
ABSTRAK

Islam memiliki kebijakan moneter tersendiri yang berbeda dengan sistem


ekonomi lainnya. Pada aspek tujuan Islam tidak hanya menekankan equilibrium anta-
ra permintaan dan penawaran uang akan tetapi juga mengupayakan terjadinya pemer-
ataan dengan prinsip keadilan dan persaudaraan, sehingga tercipta distribusi kekayaan
dan pendapatan secara adil pula. Pada aspek menejemen, dengan tidak berlakunya
bunga, Islam memilki perbedaan yang besar dengan sistem konvensional, dan secara
tidak langsung, terhindar dari dampak buruk sistim bunga.
Spekulasi yang merupakan “Hantu” pada sistim konvensional, aspek terbesar
yang memberikan kontribusi pada krisis moneter selama ini, kalaulah tidak hilang,
dapat diminimalisir penerapan profil and los Sharing pada finansial intermediation
dapat menciptakan perekonomian yang lebih stabil, karena dapat meminimalisasi
pemanfaatan agregeat money demand untuk kegiatan yang non esensial dan non
produktif, sehingga efesiensi dan pemerataan pemanfaatan sumber daya dapat diting-
katkan dan ketidak seimbangan makro ekonomi yang menyebabkan inflasi dapat
dikurangi.
Rumusan dalam makalah ini adalah pengertian dari kebijakan moneter dalam
ekonomi Islam. Apa saja prinsip-prinsip kebijakan moneter dalam ekonomi islam.
Apa saja instrumen moneter islami. Bagaimana kebijakan moneter pada masa nabi,
sahabat dan khulafaur rayidin serta abad pertengahan.
Tujuan makalah ini adalah untuk memahami pengertian dari kebijakan
moneter dalam ekonomi Islam. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan moneter
dalam ekonomi Islam. Untuk mengetahui instrumen moneter islami. Untuk men-
gidentifikasi kebijakan moneter pada masa nabi, sahabat dan khulafaur rasyidin serta
abad pertengahan.

Kata Kunci: Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam, Ekonomi Syariah

II
SURAT PERNYATAAN

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah dengan judul


“KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM”
Yang dibuat untuk melaksanakan tugas mata kuliah Ekonomi Islam sejauh yang kami
ketahui ini dari makalah yang bertemu seperti disebutkan diatas adalah hasil karya
kami dan bukan hasil plagiat karya makalah orang lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Pekalongan, 15 November 2017

Hormat Kami

M. Salman Al-farisi Muhammad iffan

NIM (2013116258) NIM (2013116259)

Agung Tri Wandana Ahmad Syaifudin

NIM (2013116293) NIM (2013116340)

III
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala
pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEBIJAKAN
MONETER DALAM EKONOMI ISLAM”.
Dalam penyusuna makalah ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah mem-
berikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua bisa berjalan dengan lancar. Semoga semua
ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah
yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan
celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa
kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 15 September 2017

Penyusun,

IV
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................................... II
SURAT PERNYATAAN................................................................................................................ III
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... IV
DAFTAR ISI................................................................................................................................. V
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 6
A. Latar Belakang............................................................................................................... 6
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 7
C. Tujuan ........................................................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 8
A. Kebijakan Moneter........................................................................................................ 8
B. Prinsip Dasar Kebijakan Moneter Islam ........................................................................ 9
C. Instrument Kebijakan Moneter Menurut Ekonomi Islam ........................................... 10
D. Kebijakan Moneter pada masa Nabi, Sahabat dan Khulafaurrasyidin serta abad
Pertengahan ........................................................................................................................ 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 24
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25
HASIL TANYA JAWAB PRESENTASI MAKALAH ......................................................................... 26

V
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam memiliki kebijakan moneter tersendiri yang berbeda dengan sistem
ekonomi lainnya. Pada aspek tujuan Islam tidak hanya menekankan equilibrium anta-
ra permintaan dan penawaran uang akan tetapi juga mengupayakan terjadinya pemer-
ataan dengan prinsip keadilan dan persaudaraan, sehingga tercipta distribusi kekayaan
dan pendapatan secara adil pula.
Pada aspek menejemen, dengan tidak berlakunya bunga, Islam memilki perbe-
daan yang besar dengan sistem konvensional, dan secara tidak langsung, terhindar
dari dampak buruk sistim bunga.
Spekulasi yang merupakan “hantu” pada sistem konvensional, aspek terbesar
yang memberikan kontribusi pada krisis moneter selama ini, kalaulah tidak hilang,
dapat diminimalisir penerapan profit and loss sharing pada finansial intermediation
dapat menciptakan perekonomian yang lebih stabil, karena dapat meminimalisasi
pemanfaatan agregeat money demand untuk kegiatan yang non esensial dan non
produktif. Sehingga efesiensi dan pemerataan pemanfaatan sumber daya dapat diting-
katkan dan ketidak seimbangan makro ekonomi yang menyebabkan inflasi dapat
dikurangi.
Kebijakan moneter bertujuan mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang
lebih baik dan atau diinginkan. Kondisi-kondisi tersebut diukur dengan menggunakan
indikator-indikator makro utama seperti terpeliharanya pertumbuhan ekonomi yang
baik, stabilitas harga umum yang terkendali, dan menurunnya tingkat pengangguran.
Selain itu, kebijakan moneter juga bertujuan untuk mencapai stabilisasi ekonomi.
Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut dipengaruhi oleh dua factor.
Pertama: kuat tidaknya hubungan kebijakan moneter dengan kegiatan ekonomi terse-
but, kedua: jangka waktu perubahan kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi.

6
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebijakan moneter?
2. Bagaimana prinsip-prinsip kebijakan moneter dalam ekonomi islam?
3. Apa saja instrumen moneter islam?
4. Bagaimana kebijakan moneter pada masa nabi, sahabat dan khulafaurrasyidin
serta abad pertengahan?

C. Tujuan
1. Dapat mendeskripsikan kebijakan moneter.
2. Dapat mengetahui prinsip dasar kebijakan moneter dalam ekonomi islam.
3. Dapat mengetahui instrumen moneter islami.
4. Dapat mengetahui kebijakan moneter pada masa nabi, sahabat dan khulafaur-
rasyidin serta abad pertengahan.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
perkonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar, dalam
analisis ekonomi makro, memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output
perekonomian, juga terhadap stabilitas harga-harga. Uang beredar yang terlalu tanpa
disertai kegiatan produksi yang seimbang, akan ditandai dengan naiknya tingkat har-
ga- harga pada seluruh barang dalam perekonomian atau dikenal dengan istilah
inflasi.1
Kebijakan moneter dalam perekonomian modern dilakukan melalui berbagai in-
strumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), penentuan tingkat bun-
ga, ataupun penentuan besarnya cadangan wajib dalam sektor perbankan. Ada in-
strumen lain yang digunakan oleh pemerintah selaku pengelola moneter, yaitu imba-
lan moral atau moral persuasion. Sektor yang paling berperan dalam berlangsungnya
kebijakan moneter adalah sektor perbankan. Melalui pengaturan sektor perbankan
itulah, pemerinth mencoba menerapkan kebijakan-kebijakan moneternya dengan
menggunakan instrumen atau alat-alat seperti yang telah diuraikan diatas.
Namun krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah mengajarkan banyak
hal kepada kita. Perekonomian Indonesia yang ikut terseret dalam pusaran krisis yang
berkepanjangan, ditengarai akibat pengelolaan kebijakan moneter yang tidak efektif.
Bahkan keterlibatan IMF dan Bank Dunia membantu pemerintah Indonesia dalam
penanganan krisis secara moneter, justru membuat keadaan semakin parah. Itulah an-
tara lain yang membuat efektivitas kebijakan moneter dalam mengelola perekonomi-
an banyak diperdebatkan banyak ahli.

1
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), hlm. 258

8
Salah satu penyebab ketidak efektifan itu adalah digunakannya suku bunga per-
bankan sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter.2
Kebijakan moneter dianggap lebih baik sebagai alat stabilisasi kegiatan ekonomi
oleh Negara, karena:
1. Tidak menimbulkan masalah crowding out;
2. Decision lag-nya tidak terlalu lama, sehingga waktu pelaksanaan kebijakan dapat
disesuaikan dengan masalah ekonomi yang dihadapi;
3. Tidak menimbulkan beban kepada generasi yang akan datang dalam bentuk
keperluan untuk membayar bunga dan menicicil uang pemerintah.
Kebijakan moneter dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:3
1. Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, yaitu kebijakan umum yang ber-
tujuan untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan tingkat bunga dalam
perekonomian.
a) Operasi pasar terbuka.
b) Mengubah persyaratan cadangan minimum (reserve requirement).
c) Mengubah tingkat suku bunga (discount rate).
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif:
a) Pengawasan pinjaman secara selektif, yaitu menentukan jenis-jenis pinjaman
mana yang harus dikurangi atau digalakkan.
b) Pembujukan moral, yaitu bank sentral mengi,bau serta membujuk kepada
bank-bank untuk melakukan suatu hal yang diarahkan, misalnya pada saat
terlalu banyak jumlah uang beredar, bank sentral bisa membujuk kepada bank
untuk mengurangi penyaluran kreditnya.

B. Prinsip Dasar Kebijakan Moneter Islam


Kebijakan moneter atau politik moneter merupakan politik negara dalam menen-
tukan peraturan-peraturan dan tindakan-tindakan dalam lapangan keuangan negara.

2
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), hlm.261-262
3
M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2015), hlm. 233-234

9
Secara lebih khusus kebijakan moneter mempunyai pengertian sebagai tindakan mak-
ro pemerintah melalui bank sentral dengan cara mempengarui penciptaan uang.
Dengan mempengaruhi proses penciptaan uang, pemerintah bisa mempengaruhi
jumlah uang beredar, yang selanjutnya pemerintah bisa mempengaruhi pengeluaran
investasi, kemudian mempengaruhi permintaan agregeat dan akhirnya tingkat har-
gaseehingga tercipta kondisi ekonomi sebagaimana yang dikehendaki. Kebijakan
moneter dalam Islam berbijak pada prinsip prinsip dasar ekonomi Islam sebagai beri-
kut:4
1. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allahlah pemilik yang absolut.
2. Manusia merupakan Pemimpin (kholifah) di bumi, tetapi bukan pemilik yang
sebenarnya.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena seizin Allah,
dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas
sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Menghilangkan jurang perbedaaan antara individu dalam perekonomian, dapat
menghapus konflik antar golongan.
7. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu,
termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.
Dalam aspek teknis, kebijakan moneter Islam harus bebas dari unsur riba dan
bunga bak. Dalam Islam riba, yang termasuk didalamnya bunga bank diharamkan
secara tegas. Dengan adannya pengharaman ini maka bunga bank yang dalam
ekonomi kapitalis menjadi instrument utama manajemen moneter menjadi tidak ber-
laku lagi. Menejement moneter dalam Islam didasarkan pada prinsip bagi hasil.5
C. Instrument Kebijakan Moneter Menurut Ekonomi Islam

4
Amien Wahyudi. 2013. Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip-Prinsip Islam. Justitia Islamica, Vol.10
No.1
5
Ibid.

10
Instrumen-instrumen kebijakan moneter islam terdapat dalam tiga mazhab, yaitu:6
1. Mahzab Pertama (Iqtishaduna)
Menurut mahzab iqtishaduna tidak diperlukan suatu kebijakan moneter dikare-
nakan hampir tidak adanya system perbankan dan minimnya penggunaan uang. Jadi,
tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan perubahan dalam pena-
waran uang. Selain itu, kredit tidak mempunyai peran dalam penciptaan uang, karena
kredit hanya digunakan di antara para pedagang saja serta peraturan pemerintah ten-
tang surat peminjaman dan instrument negosiasi yang dirancang sedemikian rupa se-
hingga tidak memungkinkan system kredit dapat menciptakan uang. System yang dit-
erapkan oleh pemerintah yang berhubungan dengan konsumsi, tabungan, dan inves-
tasi telah menciptakan instrument otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter
2. Mahzab Kedua (Mainstream)
Instrument yang digunakan mahzab kedua untuk mempengaruhi permintaan agre-
gat adalah dengan dikenakan biaya atau pajak atas dana atau asset produktif yang
menganggur. Peningkatan dues of idle fund akan mengalihkan permintaan uang yang
sedianya ditujukan untuk penimbunan uang atau asset yang produktif kepada tujuan
uang yang akan meningkatkan produktifitas uang tersebut di sector riil sehingga in-
vestasi meningkat. Peningkatan investasi berdampak pada peningkatan permintaan
agregat, sehingga keseimbangan umum yang baru akan berada pada tingkat pendapa-
tan nasional yang lebih tinggi. Masyarakat diarahkan untuk mengalokasikan dananya
kepada sector produktif agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi semakin tinggi
apabila dana atau asset produktif tersebut hanya dibiarkan menganggur.
3. Mahzab Ketiga (Alternative)
System kebijakan moneter yang diajurkan oleh mahzab alternative adalah syuratiq
proses, yaitu dimana suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter berdasarkan
musyawarah sebelumnya dengan otoritas sector riil. Jadi keputusan keputusan ke-
bijakan moneter yang dituang dalam bentuk instrument moneter biasanya adalah
harmonisasi dengan kebijakan kebijakan sector riil. Secara umum manajemen
moneter Islam yang diajukan oleh mahzab ketiga adalah besarnya jumlah penawaran

6
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakrta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 225.

11
uang mengikuti permintaan uang dari masyarakat, hal ini agar tidak ada kesenjangan
antara sector ril dan sector moneter.
Harmonisasi antara sector riil dan sector moneter akan menghasilkan suatu kurva
jangka panjang dari penawaran uang, dan permintaan uang yang berbentuk seperti
jalinan tambang yang harmonis dengan pertumbuhan pendapatan nasional. Jika ter-
jadi peningkatan permintaan agregat sebagai akibat dari peningkatan peningkatan pa-
da konsumsi, atau ekspor bersih, atau tingkat investasi atau tingkat belanja
pemerintah, maka akan terjadi kenaikan permintaan uang di pasar uang. Responnya
otoritas moneter akan meningkatakan penawaran uang dari Ms Ike Ms2 (kebijakan
yang harmonis dengan sector riil). Jika kemudian terjadi lagi peningkatan permintaan
uang, maka otoritas moneter akan merespon hal yang sama yang meningkatkan lagi
penawaran uang.

D. Kebijakan Moneter pada masa Nabi, Sahabat dan Khulafaurrasyidin serta


abad Pertengahan
1. Kebijakan Moneter Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Sejak menjadi pemimpin di Madinah, Nabi Muhammad SAW berusaha untuk
merubah dan memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik
termasuk di bidang ekonomi. Tentu cukup banyak tantangan yang dihadapi,
terutama kebiasaan-kebiasaan Jahiliyah yang masih lekat di kehidupan
masyarakat Madinah.
Tantangan eksternal yang dihadapi ketika itu adalah dari suku Quraisy Mek-
kah yang terus berusaha melakukan embargo ekonomi terhadap Madinah. Semen-
tara dari internal, keberadaan komunitas Yahudi yang cukup menguasai
perekonomian di Madinah.
Berikut ini adalah beberapa kebijakan yang diambil oleh Rasulullah SAW
untuk memajukan perekonomian masyarakat Madinah.7

7
Muhammad Syafii Antonio dkk, The Super Leader Super Manajer (Jakarta: TAZKIA PUBLISING, 2010),
hlm, 273.

12
a. Nabi Muhammad SAW Melarang Riba, Gharar, Ihtikar, Tadlis dan
Market Inefficiency
Kelimanya merupakan kebiasaan orang-orang Arab semasa Jahiliyah
yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang sebesar-
besarnya dengan cara-cara yang tidak baik.
Riba adalah mengambil tambahan atau kelebihan dalam transaksi jual beli
atau pinjam meminjam dengan cara-cara yang batil. Nabi melarang sahabat
Bilal yang menukar dua sha' kurma bermutu rendah dengan satu sha' kurma
bermutu tinggi. Sebagai solusinya Bilal diminta menjual kurmanya dan hasil-
nya baru dibelikan lagi kurma yang lain.
Gharar adalah transaksi ekonomi yang mengandung ketidakpastian, baik
menyangkut harga, kualitas, kuantitas, dan waktu distribusi (incomplete in-
formation). Contohnya adalah menjual barang namun tidak terlihat. Persis
seperti kasus BPJS Kesehatan, yang diputuskan MUI belum sesuai syariat ka-
rena adanya ketidakpastian transaksi yang berpotensi merugikan masyarakat.
Misalnya pengelolaan dana dan peruntukan denda.
Ihtikar adalah tindakan yang dapat mempengaruhi persediaan barang
secara tidak wajar, seperti penimbunan dan monopoli.
Tadlis adalah tindakan tidak jujur dalam transaksi ekonomi, seperti me-
nyembunyikan cacat pada barang yang akan dijual agar tidak diketahui pem-
beli.
Market Inefficiency adalah ketika pelaku dagang tidak memiliki informasi
yang sama sehingga ada pihak yang dirugikan. Contoh peristiwa ini adalah
mencegat pedagang Badui di luar kota Madinah agar mereka tidak menge-
tahui harga pasar dari barang dagangan yang mereka bawa. Dalam hal ini
yang berpotensi rugi adalah pedagang Badui.

b. Memberi Perhatian Khusus Terhadap Upah Pekerja


Nabi Muhammad SAW meminta kepada setiap pemilik usaha agar mem-
bayar upah pekerja sesegera mungkin. Bahkan kesegeraan itu dianalogikan

13
dengan kalimat 'sebelum keringat mereka kering'. Hal ini menjadi perhatian
serius dari Rasulullah SAW agar tidak ada pekerja yang dizholimi yang akan
berpengaruh kepada kehidupan ekonomi masyarakat dan negara.
c. Larangan Menimbun Emas dan Perak. Firman Allah SWT:8
“Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak, dan tidak menginfak-
kannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira mereka dengan azab
yang pedih.” (QS. At-Taubah [9]: 34)
Diharamkannya menimbun emas dan perak dalam kedudukannya sebagai
(zat) emas dan peraknya, juga selaku mata uang dan alat tukar. Keduanya
digunakan untuk menyempurnakan jual beli dan seluruh aktivitas.
d. Mengkaitkan Keduanya dengan Hukum-Hukum Tertentu yang Ber-
sifat Permanen dan Tidak Akan Berubah
i. Mewajibkan zakat pada keduanya dengan statusnya sebagai mata
uang, dan (nilai) ukuran harga dalam jual-beli, serta (nilai) upah
atas jasa. Islam menetapkan nishab pada dinar emas dan dirham
perak. Sebagaimana hadits: Pada setiap 20 dinar (zakatnya)
setengah dinar. Dan, pada setiap 200 dirham (zakatnya adalah) 5
dirham.
ii. Tatkala Islam mewajibkan diyat, maka pembayarannya ditetapkan
dengan menggunakan keduanya. Islam telah menetapkan jumlah
tertentu (dalam diyat) yakni 1000 dinar emas, dan 12.000 dirham
perak. Dari Ibnu Abbas disebutkan:
“Bahwa seorang laki-laki dari Bani ‘Adiy telah dibunuh,
maka Nabi saw menetapkan diyatnya 12.000.” (HR. Ashhabus
Sunan) Maksudnya dari mata uang dirham.
“Dan dari Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amru bin Hazm,
dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Nabi saw telah menulis surat
kepada penduduk Yaman, tertulis: Sesungguhnya pada jiwa diyatnya

8
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer (Depok: Gra-
mata Publishing, 2010), hlm. 213-214.

14
100 ekor unta, dan bagi pemilik emas (diyatnya adalah) 1.000 di-
nar.” (HR. an-Nasa’iy)
2. Kebijakan Moneter Pada Masa Sahabat Khulafaurrasyidin
Setelah Rasulullah wafat, seluruh tampuh kepemimpinan pemerintahan, Nega-
ra dan keagamaan diserahkan kepada empat sahabat pilihan yang disebut
khulafaur-rasyidin. Keempat sahabat tersebut adalah: Khalifah Abu Bakar Siddiq;
Umar Bin Khattab; Usman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Adapun setelah ma-
sa ini (khulafaur Rasyidin) berakhir, tampuh kepemimpinan di pimpin oleh Bani
Umayah dan Bani Abbasiyah dalam waktu yang cukup lama.9
A. Masa Kekhalifahan Abu Bakar Siddiq
Sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Bakar Siddiq adalah Sahabat pertama
yang melanjutkan dan menggantikan kepemimpinannya. Sebelum menjadi kha-
lifah, Abu bakar Siddiq tinggal di Sikh, yang terletak dipinggir kota Madinah
tempat Bitul Maal dibangun. Abu Ubaidah ditunjuk sebagai penanggung jawab
Baitul Maal. Setelah 6 bulan Abu Bakar pindah ke Madinah dan bersamaan
dengan itu sebuah rumah dibangun untuk Baitul Maal.10
Selama 27 bulan dimasa kepemimpinannya, Abu Bakar Siddiq telah banyak
menangani masalah murtad, cukai dan orang-orang yang menolak membayar za-
kat kepada Negara.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam menyempurnakan
perekonomian pada saat itu adalah:11
• Perhatian terhadap keakuratan perhitungan zakat.
• Perkembangan pembangunan Baitul Maal dan penanggung jawab
Baitul Maal (Abu Ubaidah).
• Menerapkan konsep balance budget policy pada baitul maal.
• Melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang tidak mau
membayar zakat dan pajak.

9
Muhammad Syafii Antonio dkk, The Super Leader Super Manajer (Jakarta: Tazkia Publishing, 2010),
hlm. 274.
10
Ibid.
11
Ibid.

15
B. Masa Kekhalifahan Umar bin Khatab Al-Faruqi
Sebelum kematiannya, Abu Bakar menominasikan Umar bin Khatab sebagai
penerusnya dan pencalonan tersebut diterima secara aklamasi. Menurut Amir Ali,
“Masuknya Umar dalam kekhalifahan, adalah nilai yang tinggi bagi Islam. Ia
adalah seorang yang memiliki moral kuat, adil, memiliki energi yang besar dan
karakter yang kuat (dan memiliki kemampuan administratif).12
Ada beberapa hal penting yang perlu dicatat berkaitan berkaitan dengan
masalah kebijakan fiscal pada masa Umar bin Khatab, diantaranya adalah
masalah : Baitul Maal, Kepemilikan Tanah, Zakat, Ushr, Shadaqah untuk non
muslim, Koin, Klasifikasi pendapatan Negara dan Pengeluaran.
Adapun kontribusi yang diberikan Umar untuk mengembangkan ekonomi Is-
lam pada masa ini adalah:13
a) Reorganisasi Baitul maal, dengan mendirikan Diwan Islam yang
pertama yang disebut dengan al-Divan (sebuah kantor yang ditujukan
untuk membayar tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiunan
dan tunjangan-tunjangan lainnya).
b) Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
makanan dan pakaian kepada warga negaranya.
c) Diversifikasi terhadap objek zakat (zakat terhadap karet
disemenanjung Yaman), tarif zakat (misalnya, mengenakan dasar
advalorem, satu dirham untuk 40 dirham).
d) Pengembanga Ushr (pajak) pertanian (misalnya, pembebanan
sepersepuluh hasil pertanian).
e) Undang-undang perubahan pemilikan tanah (Land reform).
C. Masa Kekhalifahan Usman bin Affan
Usman bin Affan adalah khalifah ketiga. Beliau adalah seorang yang jujur
dan shaleh, tetapi sangat tua dan lemah lembut. Dia adalah salah seorang dari be-
berapa orang terkaya diantara sahabat nabi. Kekayaannya membantu terwujudnya

12
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 216.
13
Ibid.

16
Islam di beberapa peristiwa penting dalam sejarah. Pada awal pemerintahanyya
dia hanya melanjutkan dan mengembangkan kebijakan yang sudah diterapkan
khalifah kedua. Tetapi, ketika menemukan kesulitan, dia mulai menyimpang dari
kebijakan yang telah diterapkan pendahulunya yang terbukti lebih fatal baginya
dan juga bagi Islam.14
Hal-hal yang dilakukan Usman pada masa kepemimpinannya adalah:
a) Pembangunan pengairan.
b) Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan
perdagangan.
c) Pembangunan gedung pengadilan, guna penegakan hukum.
d) Kebijakan pembagian lahan luas milik raja Persia kepada individu dan
hasilnya mengalami peningkatan bila dibandingkan pada masa Umar
dari 9 juta menjadi 50 juta dirham.
e) Selama enam tahun terakhir dari pemerintahan Usman situasi politik
Negara sangat kacau. Kepercayaan terhadap pemerintahan Usman
mulai berkurang dan puncaknya rumah Usman dikepung dan beliau
dibunuh dalam usia 82 tahun.
D. Masa Kekhalifahan Ali bin Ali Thalib
Ali berkuasa selama lima tahun, sejak awal Ali selalu mendapat perlawanan
dari kelompok yang bermusuhan dengannya, yaitu kaum khawarij dan
peperangan yang berkepanjangan dengan Mu’awiyah yang memproklamirkan
dirinya sebagai penguasa yang independent.15
Khalifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang pemerintahan dan admin-
istrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Konsep ini di-
jelaskan dalam suratnya yang terkenal yang ditujukan kepada Malik Ashter bin
Harith, dimana surat tersebut mendeskripsikan tugas kewajiban dan tanggung ja-
wab penguasa menyusun prioritas dalam melakukan dispensasi terhadap keadilan,
kontrol terhadap penjabat tinggi dan staff, menguraikan pendapat pegawai admin-

14
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 216.
15
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 218.

17
istrasi dan pengadaan bendahara. Surat ini menjelaskan bagaimana berurusan
dengan sipil, pengadilan dan angkatan perang. Ali menekankan Malik agar lebih
memperhatikan kesejahteraan para prajurit dan keluarga mereka dan diharapkan
berhubungan langsung dengan masyarakat melalui pertemuan yang terbuka, teru-
tama dengan orang-orang miskin, orang teraniaya dan orang-orang cacat. Disurat
itu itu juga ada instruksi untuk melawan korupsi dan penindasan, mengontrol
pasar dan memberantas para tukang catut, penimbun barang dan pasar gelap.
Singkatnya surat itu menggambarkan kebijakan yang ternyata konsep-konsepnya
ditiru secara luas dalam administrasi public, bahkan kebijakan itu ditiru oleh gu-
bernur yang melawan Islam dan di Mesir; di tempat Muhammad Ibn Abu Bakar,
terbunuh dimedan perang bersama dengan para pendahulunya dan khalifah ke-
hilangan daerah mesir dan daerah-daerah lainnya dan yang tersisa hanyalah
dokumen yang bersejarah.16
Beberapa perubahan kebijaksanaan yang dilakukan pada masa khalifah Ali
antara lain:17
a) Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada baitul maal
berbeda dengan Umar yang menyisihkan untuk cadangan.
b) Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.
c) Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
3. Kebijakan Moneter Pada Abad Pertengahan
A. Daulah Umayyah (41-132H/661-750)
a) Khalifah muawwiyah bin Abi Sofyan (41-60 H/661-779 M)
Muawiyah bin Sofyan adalah pendiri Daulah Umawiyah.
Kareir politiknya bermula ketika ia menjabat sebagai gubernur Syam
pada masa Umar bin Khatab dan belanjut di beberapa daerah yang
dimenangkannya pada masa Usman bin Affan, seperti Romawi dan
Siprus. Sistem pemerintahannya bersifat monarki. Muawiyah
menjadikan Damaskus sebagai pusat pemerintahan, dan Baghdad

16
Ibid.
17
Ibid.

18
sebagai pusat kegiatan keagamaan. Pembagian ini didasarkan sistem
pemerintahannya yang memisahkan antara pemegang otoritas
keagamaan dan otoritas pemerintahan. Sepanjang perjalanan
kekuasaannya, wilayah islam telah berkembang ke lawasan Timur
(Negeri Asia Tengah dan Sindh) dan Barat (Turki, Romawi dan
Afrika). Kebijakan moneter Muawiyah bin Sofyan adalah mencetak
mata uang.18
b) Khalifah Abdul Malik bin Marwan (66-86 h/685-705 M)
Abdul Malik bin Marwan yang mempunyai nama lengkap
Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam bin Abul `Ash Umayyah bin
Abdul Syam bin Abdul Manaf. Ibunya adalah Aisyah binti Mu`awiyah
bin al-Mughirah bin Abul `Ash. Abdul Malik bin Marwan memulai
karir politiknya sebagai gubernur kota Madinah pada masa
Muawiyyah. Abdul Malik bin Marwan didalam usia 39 tahun ditunjuk
dan diangkat menjabat Khalif yang ke lima dari daulat Umayyah pada
tahun 65 H/685, menggantikan bapaknya Khalif Marwan I, lalu
memegang tampuk kekuasaan pemerintahan itu selama 21 tahun
sampai 86 H/705 M. Kebijakan moneter mencetak uang dengan lafaz
Bismillahirahmanirrahiim, menyebarkannya keseluruh wilayah islam
dan melarang penggunaan mata uang lain.19
c) Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-719 M)
Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-
Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf. Ibunya Ummu Ashim,
Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Karier politiknya dimulai
sebagai gebernur Madinah pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik
memerintah. Ketika itu usianya lebih kurang 28 tahun. Pada zaman

18
Ramustika Akip, Kebijakan Fiskal dan Moneter Pada Pertengahan Islam,
(http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html. Diakses 14 No-
vember 2017).
19
Ramustika Akip, Kebijakan Fiskal dan Moneter Pada Pertengahan Islam,
(http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html. Diakses 14 No-
vember 2017).

19
Sulaiman bin Abdul Malik memerintah, beliau dilantik menjadi
menteri kanan dan penasihat utama khalifah. Pada masa itu usianya 33
tahun. Umar bin Abdul Aziz dibaiat menjadi khalifah setelah
wafatnya Sulaiman bin Abdul Malik.
Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai khulafur rasyidin yang
ke lima. Penobatan tersebut berdasarkan pemerintahannya memiliki
cici-ciri yang sama dengan empat khalifah. Ia menerapkan sistem
keadilan dimulai dari dirinya sendiri dan keluarganya dengan
menyerahkan harta kekayaan pribadi dan keluarganya ke baitul maal.
Umar melakukan pembenahan disegala bidang dan di seluruh wilayah
kekuasaannya berdasarkan syariat islam. Pembangunan bukan saja
pada bidang infrastruktur tetapi juga pembangunan sumber daya
manusianya. Dalam kurun waktu kurang tiga tahun, masyarakat islam
berada dalam surga dunia, kemakmuran dan kesejahteraan merata di
seluruh wilayah, terbukti tidak ada lagi yang mau menerima zakat.
Keseimbangan moneter pada masa Umar ini berpengaruh pada
stabilitas nilai mata uang yang dampaknya harga-harga komoditas ikut
stabil. Telah diakui secara umum bahwa stabilitas harga membantu
merealisasikan tujuan pemenuhan kebutuhan pokok, distribusi
pendapatan dan kekayaan yang adil, laju pertumbuhan ekonomi yang
optimum, kesempatan kerja penuh, dan stabilitas ekonomi. Untuk
menjaga stabilitas nilai mata uang, dinar dan dirham dikeluarkan oleh
otoritas yang berkuasa. Khalifah Umar bin Abdul Aziz menghukum
orang yang mengeluarkan koin tanpa izin negara.20
B. Daulah Abbasiyyah
a) Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (137-158 H/753-744 M)

20
Ramustika Akip, Kebijakan Fiskal dan Moneter Pada Pertengahan Islam,
(http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html. Diakses 14 No-
vember 2017).

20
Abu Ja'far Al-Manshur menjabat khalifah kedua Bani Abbas-
iyah menggantikan saudaranya Abul Abbas As-Saffah. Abu Ja'far Al-
Manshur adalah putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin
Abdul Muthalib. Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur membangun kota
Baghdad menjadi pusat pemerintahan dan meletakkan dasar-dasar
ekonomi dan keuangan negara dengan baik dan terkendali. Oleh sebab
itu, tidak pernah terjadi defisit anggaran besar-besaran. Kas negara
selalu penuh, uang yang masuk lebih banyak daripada uang keluar.
Jalur-jalur administrasi pemerintahan, mulai dari pusat hingga ke dae-
rah ditata dengan rapi sehingga sistem dan roda pemerintahan berjalan
dengan baik. Kebijakannya ini menimbulkan dampak yang positif di
kalangan para pejabat pemerintahan, karena terjadi koordinasi dan ker-
ja sama yang baik di antara mereka. Koordinasi dan kerja sama itu ter-
jadi antara Kepala Qadhi (Jaksa Agung), Kepala Polisi Rahasia,
Kepala Jawatan Pajak, dan Kepala Jawatan Pos. Hal itu dilakukan un-
tuk melindungi masyarakat dari berbagai tindakan yang tidak adil
dengan memberikan hak-hak masyarakat.
Kebijakan moneter melanjutkan pendahulunya Al-Saffah yaitu
mencetak dinar dengan mengikuti model dinar Umaiyah dan tidak
mengubah sedikitpun kecuali pada ukiran-ukiran dan ukuran dir-
hamnya berkurang.21
b) Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-193 H/786-808 M)
Ketika pemerintahan dikuasai Khalifah Harun Al-Rasyid, per-
tumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan kemakmuran
Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya. Pada masa pemerintahannya,
khalifah melakukan diversifikasi sumber pendapatan negara. Ia mem-

21
Ramustika Akip, Kebijakan Fiskal dan Moneter Pada Pertengahan Islam,
(http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html. Diakses 14 No-
vember 2017).

21
bangun baitul mal untuk mengurus keuangan negara dengan menunjuk
seorang wazir yang mengepalai beberapa Diwan, yaitu:22
i. Diwan al-khazanah: bertugas mengurus seluruh per-
bendaharaan Negara.
ii. Diwan al azra: bertugas mengurus kekayaan negara
yang berupa hasil bumi.
iii. Diwan khazain as-siaah: berugas mengurus perlengka-
pan angkatan perang.
Sumber pendapatan pada masa pemerintahan ini adalah kharaj,
jizyah, zakat, fa’i, ghanimah, usyr, dan harta lainnya seperti wakaf,
sedekah, dan harta warisan yang tidak mempunyai ahli waris.
Seluruh pendapatan negara terasebut dimasukkan ke dalam
baitul mal dan dikeluarkan berdasarkan kebutuhan. Pemerintahan kha-
lifah Harun Al-Rasyid juga sangat memperhatikan masalah perpa-
jakan. Ia menunjuk Qadi Abu Yusuf untuk menyusun sebuah kitab pe-
doman mengenai keuangan negara secara syariah. Untuk itu, Imam
Abu Yusuf menyusun sebuah kitab yang diberi judul Kitab al-Kharaj
Dalam pemungutan al-Kharaj, para Khalifah Abbasiyah melakukan
dengan tiga cara, yaitu:23
i. Al-Muhasabah atau penaksiran luas areal tanah dan
jumlah pajak yang harus dibayar dalam bentuk uang.
ii. Al-Muqasamah atau penetapan jumlah tertentu (persen-
tase) dari hasil yang diperoleh.
iii. Al-Maqhatha’ah atau penetapan pajak hasil bumi ter-
hadap para jutawan berdasarkan persetujuan antara
pemerintah dengan yang bersangkutan.

22
Ibid.
23
Ibid.

22
Pendapatan Negara dikeluarkan berdasarkan kebutuhan dan di-
alokasikan untuk riset ilmiah dan penterjemahan buku-buku Yunani,
disamping untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai.
Untuk melindungi integritas uang logam dan kepercayaan
umum, Harun ar-Rasyid membangun kantor inspektur uang logam
(nazir as-Sikkah) sehingga standar dinar sangat tinggi kualitasnya, ke-
bijakan tersebut termasuk kebijakan moneter harun Ar-Rasyid.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerinah untuk memperbaiki keadaan per-
konomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar, dalam ana-
lisis ekonomi makro, memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output
perekonomian, juga terhadap stabilitas harga-harga. Uang beredar yang terlalu tanpa
disertai kegiatan produksi yang seimbang, akan ditandai dengan naiknya tingkat har-
ga- harga pada seluruh barang dalam perekonomian atau dikenal dengan istilah
inflasi.
Kebijakan moneter dianggap lebih baik sebagai alat stabilisasi kegiatan ekonomi
oleh Negara, karena:
1. Tidak menimbulkan masalah crowding out;
2. Decision lag-nya tidak terlalu lama, sehingga waktu pelaksanaan ke-
bijakan dapat disesuaikan dengan masalah ekonomi yang dihadapi;
3. Tidak menimbulkan beban kepada generasi yang akan dating dalam ben-
tuk keperluan untuk membayar bunga dan menicicil uang pemerintah.
Kebijakan moneter dapat dibedakan menjadi dua, yaiutu:
1. Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif.
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif.

24
DAFTAR PUSTAKA

Akip, Ramustika.2013.Kebijakan Fiskal dan Moneter Pada Pertengahan Islam. Di


ambil dari: http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-
moneter-pada.html. (14 November 2017).

Amalia, Euis.2010.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga


Kontemporer. Depok: Gramata Publishing.

Edwin Nasution, Mustafa.2006. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakar


ta:Kencana Prenada Media Group.

Huda, Nurul.2008.Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta:Kencana.

Karim, Adiwarman A.2007.Ekonomi Makro Islami. Jakarta:Rajawali Pers.

Rianto Al Arif, M. Nur.2015.Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik. Ban


dung: CV.Pustaka Setia.

Syafii Antonio, Muhammad.2010. The Super Leader Super Manajer. Jakarta:Tazkia


Publishing.

Wahyudi, Amien.2013.Kebijakan MOneter Berbasis Prinsip-Prinsip Islam. Justitia


Islamica. Vol.10,No.1.

25
HASIL TANYA JAWAB PRESENTASI MAKALAH

• Kelompok 1: Arina Riskiana (2013116026)


Pertanyaan: Dalam 3 instrumen dalam kebijakan pasar itu didasarkan atas apa?
Jawaban: Dari 3 instrumen tersebut didasarkan atas perbedaan cara pandang atas
madzhab satu dengan madzhab lainnya dalam memahami kebijakan moneter dalam
islam.
• Kelompok 2: Amrina Rosyada (2013116062)
Pertanyaan: Apa itu konsep Balance Budget Policy?
Jawaban: Yaitu sebuah anggaran berimbang yang berhubungan dengan aktivitas
pemerintahan suatu negara yang mengacu pada anggaran dimana pendapatan sama
dengan pengeluaran. Dengan demikian, baik defisit anggaran maupun surplus ang-
garan tidak ditemukan. Lebih umumnya, balance budget mengacu pada anggaran
yang tidak memiliki defisit anggaran, tapi mungkin bisa memiliki surplus anggaran.
• Kelompok 3: Wahyu Ningsih (2013116127)
Pertanyaan: Apa itu imbauan moral / moral persuasion?
Jawaban: Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti mengimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan mengimbau agar bank meminjam
uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian.
• Kelompok 4: Rafidah Hasanah (2013116130)
Pertanyaan: Apakah yang dimaksud masalah Crowding Out?
Jawaban: Istilah Crowding Out adalah kenaikan keluar kerumunan belanja
pemerintah pada beberapa pinjaman pribadi. Tingkat keparahan efeknya sangat
ditentukan oleh besarnya Crowding Out yaitu efek jika efeknya signifikan, kebijakan
fiskal yang dilakukan oleh pemerintah sebagian besar akan menjadi tidak efektif.
Ketika pemerintah meminjam dari negara lain, suku bunga di negara tersebut naik
karena meningkatnya permintaan kredit, sehingga mendorong harga dalam negeri.

26
Karena tingkat bunga bank sentral selanjutnya mempengaruhi tingkat suku bunga dari
bank-bank komersial atau swasta, ini pada akhirnya akan mencegah pinjaman pribadi.
• Kelompok 5: Sri Septi laeliyah (2013116169)
Pertanyaan: Apa itu pasar terbuka?
Jawaban: Pasar terbuka adalah open market yaitu kondisi pasar yang pemben-
tukan harganya semata-mata atas dasar persaingan bebas tanpa adanya batasan dari
pembeli ataupun penjual.
• Kelompok 6: Rinelda Titan Adisty (2013116173)
Pertanyaan: Jelaskan maksud dari “memberi perhatian khusus terhadap upah
pekerjanya”!
Jawabam: Kenapa kita harus memberi perhatian khusus terhadap upah pekerja ?
Karena dalam hal ini aspek upah menjadi penting, karena penghargaan (upah) akan
menjadi efektif jika dihubungkan dengan kinerja secara nyata. Penerapannya etika
bisnis dalam upah yang efektif diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ter-
peliharanya kelangsungan hidup satuan kerja, terwujudnya visi dan misi dan untuk
pencapaian sasaran kerja.
• Kelompok 7: Lina Fuadiyah (2013116187)
Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud market inefficiency dan contoh ka-
susnya!
Jawaban: Market inefficiency adalah ketika pelaku dagang tidak memiliki infor-
masi yang sama sehingga ada pihak yang dirugikan. Contohnya peristiwa mencegat
pedagang Badui di luar kota Madinah agar mereka tidak mengetahui harga pasar dari
barang dagangan yang mereka bawa. Dalam hal ini berpotensi rugi adalah pedagang
Badui.
• Kelompok 8: Irfan Maulana (2013116202)
Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan dicision lag?
Jawaban: Dicision lag adalah jarak waktu antara saat diketahuinya ada masalah
dan saat diputuskannya suatu tindakan.
• Kelompok 10: Vivi Fadilah (2013116339)

27
Pertanyaan: Apa kaitannya antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam
islam?
Jawaban: Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam islam mempunyai ket-
erkaitan, kebijakan moneter apabila dikelola dengan baik akan menghasilkan tingkat
perekonomian yang stabil melalui mekanisme transmisinya pada harga dan output
yang pada akhirnya membawa efek variabel-variabel lain seperti tenaga kerja dan
pendapatan negara. Pada instrumen kebijakan fiskal, mekanisme zakat memastikan
aktivitas ekonomi berjalan pada tingkat minimal yaitu pada tingkat pemenuhan kebu-
tuhan primer, sedangkan infaq shodaqoh dan instrumen sejenis lainnya mendorong
permintaan agregat, karena fungsinya yang membantu ummat untuk mencapai taraf
hidup diatas tingkat minimum. Dan aktivitas ekonomi produktif ini bermakna sumber
daya ekonomi berputar pada tingkat yang maksimal.
• Kelompok 11: Ittabiul Masyitoh (2013116368)
Pertanyaan: Bagaimana pelaksaan kebijakan moneter dalam perekonomian Indo-
nesia?
Jawaban: Dalam pelaksanaanya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti
uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang
ditetapkan oleh pemerintahan. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran
moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar ter-
buka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto,
penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank
Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip
syariah.
• Kelompok 12: Fatma Yulaika (2013116368)
Pertanyaan: Apa maksud dari “mengubah cadangan minimum dalam kebijakan
cadangan kas (cash ratio policy) pada kebijakan moneter”?
Jawaban: Cadangan kas minimum adalah jumlah cadangan kas yang tidak boleh
dipinjamkan bank umum kepada masyarakat. Jika bank sentral menaikkan cadangan
kas minimum berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang beredar. Dengan

28
menaikkan cadangan kas minimum, bank umum harus menahan lebih banyak uang di
bank. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Bank sentral
menaikkan cadangan kas min imum jika perekonomian menunjukkan gejala-gejala
inflasi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan cadangan kas minimum berarti
bank sentral ingin menambah jumlah uang yang beredar. Dengan menurunkan kas
cadangan minimum, bank umum dapat meminjamkan uang lebih banyak kepada
masyarakat. Dengan demikian, akan menambah jumlah uang yang beredar. Bannk
sentral menurunkan cadangan kas minimum jika perekonomian menunjukkan gejala-
gejala deflasi.

29

Anda mungkin juga menyukai