KATA PENGANTAR
ٰ هَّٰلل
ِيم
ِ ح َّٱلر ن
ِ م
َ ْح َّٱلر ِ بِسْ ِم ٱ
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan dari makalah
ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Pemikiran Ekonomi Islam.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Anriza Witi Nasution,.S.E,M.Si selaku dosen mata kuliah Pemikiran Ekonomi
Islam.
Makalah ini tentunya tidak luput dari berbagai kesalahan dan kekhilafan. Maka
dari itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diperlukan oleh penulis sebagai
bahan evaluasi dan perbaikan dalam penyusunan makalah atau karya ilmiah di masa
mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi
pembaca dan semoga bermanfaat. Aamiin.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Biografi Muhammad Abdul Mannan .................................................................3
2.2 Karya oleh Muhammad Abdul Mannan..............................................................3
2.3 Penghargaan Yang Diperoleh Muhammad Abdul Mannan................................4
2.4 Teori Ekonomi Menurut Muhammad Abdul Mannan ......................................4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Biografi Kehidupan M.A. Mannan?
2. Apa Saja Karya yang dibuat oleh M.A. Mannan
3. Berapa Banyak Penghargaan yang didapat M.A. Mannan?
4. Bagaimana Teori M.A. Mannan tentang Ekonomi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah menyelesaikan program doktornya, Mannan menjadi dosen senior dan aktif
mengajar di Papua New Guinea University of Tehcnology. Di sana ia juga ditunjuk sebagai
pembantu dekan. Pada tahun 1978, ia ditunjuk sebagai profesor di Internasional Centre for
Research in Islamic Economics, Universitas King Abdul Azis Jeddah. Mannan juga aktif
sebagai visiting professor pada Moeslim Institute di London dan Georgetown University di
Amerika Serikat.
3
2.2. Karya Oleh Muhammad Abdul Mannan
Selama 30 tahun karir nya, Mannan memiliki beberapa peran besar dalam sejumlah
organisasi pendidikan dan ekonomi. Seiring dengan perkembangan zaman, ekonomi Islam
mulai diajarkan di berbagai universitas, hal ini mendorong Mannan untuk menerbitkan
bukunya pada tahun 1984 yang berjudul The Making Of Islamic Economic Society dan The
Frontier Of Islamic Economics.
Mannan memberikan kontribusi dalam pemikiran ekonomi Islam melalui bukunya yang
berjudul Islamic Economic Theory and Practice yang menjelaskan bahwa sistem ekonomi
Islam sudah ada petunjuknya dalam Al–Quran dan Hadits. Buku tersebut diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris pada tahun 1986 dan telah diterbitkan sebanyak 15 kali serta telah
diterjemahkan dalam berbagai bahasa tak terkecuali Indonesia. Buku itu antara lain
membahas mengenai teori harga, bank Islam, perdagangan, asuransi dan lain-lain. Pada tahun
1970-an sebenarnya ekonomi Islam baru sedang mencari formula nya, sementara Mannan
sudah berhasil menguari lebih seksama mengenai kerangka dan ciri khusus ekonomi Islam.
Pada saat itu yang dimaksud ekonomi Islam adalah fikih muamalah. Hasil karya Mannan
yang lainnya adalah: An Introduction to Applied Economy (Dhaka:1963), Economic Problem
and Planning in pakistan (Lahore:1968), The Making of Islamic Economic Society: Islamic
Dimension in Economic Analysis (Kairo:1984) dan The Frontier of Islamic Economics
(India:1984), Economic Development and Sosial Peace in Islam (UK:1989), Management of
Zakah in Modern Society (IDB:1989), Understanding Islamic Finance: a Study of Security
Market in an Islamic Framework (IDB:1993), International Economics Relation from Islamic
Perspectives (IDB:1992), Structural Adjustments and Islamic Voluntary Sector with Special
Reference to Bangladesh (IDB:1995), The Impact of Single European Market on OIC
Member Countries (IDB:1996), Financing Developments in Islam (IDB:1996) serta beberapa
artikel dan paper lainnya (Muhammad, 2019).
4
Mannan mendapat penghargaan pemerintah Pakistan sebagai Highest Academic Award
of Pakistan pada tahun 1974, yang baginya setara dengan hadiah pulitzer. Beberapa karya
Mannan antara An Introduction to Applied Economy (Dhaka:1963), Economic Problem and
Planning in Pakistan (Lahore:1968), The Making of Islamic economic Society: Islamic
Dimensions in Economic Analysis (Kairo:1984) dan The Frontier of Islamic Economics
(India: 1984), Economic Development and Social Peace in Islam (UK: 1989), Management
of Zakah in Modern Society (IDB: 1989), Developing a System of Islamic Financial
Instruments (IDB: 1990), Understanding Islamic Finance: A Study of Security Market in an
Islamic Framework (IDB: 1993), International Economic Relation from Islamic Perspectives
(IDB:1992), Structural Adjustments and Islamic Voluntary sector with special reference to
Bangladesh (IDB: 1995), The Impact of Single European Market on OIC Member Countries,
(IDB: 1996), Financing Development in Islam ( IDB: 1996).
b) Penolakan terhadap teori marxis. Mannan berpendapat bahwa teori Marxis ialah reaksi
dari teori kapitalisme tetapi toeri ini malah mengabaikan naluri manusia yang
sesungguhnya sebab cenderung tidak manusiawi. Oleh sebab itu, beliau menekankan
ekonomi Islam yang dapat melakukan perubahan yang lebih baik. Mannan memiliki alibi
utama yaitu ekonomi Islam mempunyai nilai- nilai etika serta keahlian motivasional.
Tetapi sayangnya Mannan kurang menarangkan secara detail apa perbandingan nilai- nilai
etika serta keahlian motivasional ekonomi Islam dengan teori Marxis;
5
d) Pendapat yang mengungkapkan tentang kekuasaan produsen dan kekuasaan konsumen
ditolah oleh Mannan, sebab hal itu akan menimbulkan dominasi eksploitasi. Pada
kenyataannya, sistem kapitalis yang terdapat dikala ini dikotomi kekuasaan produsen dan
kekuasaan konsumen tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, selama tidak melanggar aturan
syariah, Mannan memberi usulan pentingnya penyeimbang antara persaingan dan
pengawasan pemerintah dengan tidak meninggalkan nilai-nilai dan norma-norma. Namun,
keseimbangan antara persaingan dan pengawasan pemerintah yang sesuai dengan syariah
dan menjunjung nilai norma belum terpapar secara baik. Sehingga mekanisme tersebut
akan memunculkan persepsi yang bermacam-macam disesuaikan dengan sistem
kekuasaan yang berlaku pada setiap negara;
6
melengkapi (Muhammad, 2019). Kelemahannya di sini adalah Abdul Mannan belum
menjelaskan bagaimana mencapai kerukunan ini karena saat ini individu Muslim tidak
memiliki pandangan Muslim. Demikian pula, pengawasan negara dan sosial tidak didasarkan
pada prinsipprinsip Islam. Jadi pendapat Mannan akan menjadi kenyataan jika orang
memiliki pola pikir Islam, perasaan Muslim dan juga menguasai masyarakat dan Negara
Islam.
Kedua, mekanisme pasar dan peran negara. Kombinasi optimal dari kompetisi, kontrol
terencana, dan kerjasama sukarela. Ketiganya adalah solusi Mannan untuk mencapai titik
temu antara perencanaan negara dan sistem harga. Tapi Mannan tidak merinci bagaimana
campuran ini bisa dicapai. Ada lagi pemikiran normatif Mannan, yang implementasinya
masih memerlukan langkah-langkah tambahan dengan pendekatan dan teknik tertentu. Yang
jelas, bagaimanapun, adalah bahwa Mannan tidak setuju untuk menentukan harga dan output
hanya dengan mekanisme pasar. Hal ini dinilai akan menimbulkan arogansi dan ketidakadilan
(Muhammad, 2019). Mannan juga menambahkan bahwa kegagalan mekanisme pasar
disebabkan oleh permintaan yang efisien yang mendasari ketimpangan pendapatan dan
mekanisme Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Volume 1, Nomor 1, Mei
2022 pasar (Ulum, 2009). Negara memiliki peran kunci dalam sistem ekonomi (Ali, 2013);
(Tho'in, 2015). Oleh karena itu, Mannan berpendapat bahwa keadilan lebih penting daripada
efisiensi, terutama jika menyangkut kebutuhan dasar dan kebutuhan dasar. Mannan
menganjurkan kontrol negara atas sistem ekonomi. Pandangan Mannan didasarkan pada
analisisnya bahwa ia memandang efisiensi sebagai situasi di mana untuk menghasilkan
barang atau jasa dan membuat distribusi yang adil dan merata. Konsep efisiensi berbeda
dengan ekonom lain yang fundamentalis.
Ketiga, sifat kepemilikan pribadi yang kondisional dan relatif. Dalam hal ini, Mannan
berpandangan bahwa segala sesuatu adalah milik Allah semata. Manusia sebagai Khilafah
diperintahkan hanya untuk menggunakan sumber daya yang telah diciptakan Allah SWT
untuk tujuan dan manfaat yang baik (Muhammad, 2019). Legitimasi hak milik tidaklah
mutlak, meskipun keberadaannya diakui secara resmi dalam ekonomi Islam. Dalam
legitimasi ini terdapat kewajiban-kewajiban berdasarkan agama, moralitas, dan masyarakat.
Di dalam harta itu sendiri, ada syarat-syarat atau tindakan pencegahan yang harus diikuti,
yaitu tidak merampas hak orang lain dan mengeksploitasi. Setiap individu memiliki hak yang
sama dalam melakukan kegiatan produktif, termasuk dalam penggunaan sumber daya.
Mannan memberikan pandangannya tentang penguasaan harta pribadi, antara lain: harta yang
menganggur yang dilarang, penggunaan yang menguntungkan, penggunaan yang tidak
berbahaya, kepemilikan kekayaan yang sah, pembayaran zakat, penggunaan keseimbangan
yang seimbang, distribusi pendapatan yang adil dan tepat sasaran, penerapan hukum Islam
tentang warisan. , dan itu tidak diperbolehkan untuk memusatkan kekayaan di satu sisi.
Usulan Mannan tentu membawa konsekuensi, yakni terbukanya pintu intervensi pemerintah
(Ulum, 2009).
Keempat, tentang penerapan zakat. Sebagian umat Islam masih menghindari membayar
zakat. Pandangan Mannan adalah memperlakukan zakat sebagai kewajiban agama yang
7
termaktub dalam rukun Islam, bukan sebagai pajak. Padahal saat itu sumber pendapatan
utama negara-negara muslim adalah zakat (Muhammad, 2019). Penerima zakat telah
diidentifikasi, yaitu asnaf delapan. Zakat itu sendiri bersifat permanen. Zakat dapat menjadi
pendorong untuk meningkatkan motivasi kerja, karena tidak ada individu yang ingin menjadi
penerima zakat, sehingga ia akan lebih giat bekerja bukan menjadi penerima zakat melainkan
menjadi penerima zakat. Siapapun yang memiliki harta tidak diperbolehkan untuk
menyimpan hartanya, karena harta tersebut masih dikenakan zakat tahunan. Oleh karena itu,
sebaiknya pemilik properti mengefisienkan asetnya (Ulum, 2009). Mannan menambahkan
bahwa zakat juga memiliki peran untuk kegiatan distribusi negara, karena zakat
menyalurrkan sebagian harta dari si kaya kepada si miskin. Namun, sayangnya Mannan
belum menerangkan di dalam buku-bukunya mengenai hubungan antara zakat dan kebijakan
fiskal atau negara. Pembahasan mengenai kedudukan zakat dan kebijakan negara sangat
penting, mengingat hal tersebut mampu memberikan landasan bagaimana sepatutnya zakat
memiliki peran dalam kebijakan fiskal suatu negara (Ulum, 2009). Pembahasan peran zakat
dalam kebijakan fiskal yang lebih mendalam bisa dilakukan salah satunya dengan melakukan
penelusuran masyarakat muslim pada zaman Rasulullah SAW sampai sekarnag. Persoalan
tersebut penting karena zakat mempunyai dua fungsi yaitu non secular dan sosial. Fungsi non
secular adalah hubungan seorang makhluk dengan Sang Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 Khalik sedangkan fungsi sosial zakat adalah
dalam pemenuhan software-software sosial.
Kelima, larangan terhadap riba. Riba dilarang dalam sistem ekonomi Islam. Para ahli
ekonom beserta Mannan menjelaskan agar sistem bunga dalam transaksi ekonomi Islam
harus dihapus, karena hal termasuk ke dalam riba. Walaupun pada kenyataannya masih
menjadi perdebatan tentang sistem bunga disebut riba atau tidak. Salah satu yang
menyebutkan bunga bukanlah riba adalah Kuran. Oleh sebab itu, umat muslim sampai saat
ini masih banyak yang melakukan pelanggaran sistem bunga tersebut (Muhammad, 2019).
Mannan menunjukkan bahwa prinsip produksi yang harus diperhatikan semua adalah
kemakmuran ekonomi. Pepatah ini juga ada dalam sistem ekonomi kapitalis ,produksi harus
dilakukan atas dasar prinsip ekonomi makmur.Menurut Mannan,produksi berdasarkan prinsip
ekonomi makmur bukan hanya soal keuntungan tetapi juga untuk kepentingan dan
lingkungan sekitarnya. Mahzab Mainstream setuju bahwa masalah ekonomi muncul ketika
kebutuhan manusia yang tidak terbatas memenuhi sumber daya yang terbatas. Misalnya, di
suatu tempat dan waktu tertentu, dinegara terjadi kelangkaan beras karena pasokan beras
yang berbeda. Misalnya, pasokan beras di Thailand berbeda dengan pasokan beras di
Bangladesh dan Ethiopia. Oleh karena itu, keterbatasan sumber daya adalah nyata dan
termuat dalam QS. Al Baqarah 2: 155
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar.”(Q.S. Al-Baqarah 2 : 155)
8
Rasulullah SAW bersabda bahwa sesungguhnya manusia tidak akan pernah puas. Ketika dia
mendapatkan Emas dari Lembah, dia akan meminta dua Emas lagi dari Lembah.Kemudian,
ketika dia memberikan dua lembah, akan meminta tiga lembah Al-Ibar: Artikel Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 lagi. Kemudian akan berlanjut
sampai kematiannya (Wibowo,2012). Dengan demikian, pandangan mazhab ortodoks kira-
kira sama dengan pandangan ekonomi konvensional, yaitu bahwa masalah ekonomi muncul
dari kelangkaan sumber daya. Tetapi perbedaan dari adalah dalam cara menyelesaikan
masalah. Dengan keinginan manusia yang tidak terbatas dan sumber daya yang terbatas,
diharapkan dapat memilah dan memprioritaskan kebutuhan mereka, mulai dariyang paling
penting hingga yang paling tidak penting. .Dalam ekonomi konvensional, skala prioritas
ditentukan berdasarkan selera individu, sehinggadapat memilih untuk mempertimbangkan
aturan agama atau tidak. Pemikiran Mannan mengenai produksi, Ia mengatakan bahwa salah
satu faktor produksi yang diakui oleh Islam adalah tanah, namun dalam arti yang berbeda.
Dalam tulisan klasik, kesuburan tanah,sumber daya air, udara, mineral, dan lain sebagainya
termasuk ke dalam sumber daya yang dipakai untuk produksi. Namun, Mannan berpendapat
berbeda yang mengatakan penggunaan tanah sebagai factor produksi termasuk unik (Mannan,
1992). Al-Qur'an dan Sunnah menyerukan bahwa pada setiap tahun ,penggunaan tanah harus
dilakukan dengan benar. Untuk alasan ini, Al-Qur'an merekomendasikan pentingnya
menciptakan kebun kosong untuk beririgasi di mana dapat ditanami tumbuh-tumbuhan.
Quran menyatakan: as sajdah 32
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman
yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka
tidak memperhatikan?”(Q.S. As-Sajdah ayat 32)
Selanjutnya, Mannan juga menyebutkan bukti lain bahwa mendorong untuk mengolah tanah
terbuka, berasal dari Aisyah, yang melaporkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda: "Barang
siapa yang mengolah tanah, tidak ada pemilik di sana akan memiliki lebih banyak hak" (HR.
Bukhori). Islam mengakui bahwa pemilikan tanah tidak ada pada penggarap,sehingga
diperbolehkan baginya untuk membiarkan orang lain mengolahnya dengan untuk hasil
sebagian atau dalam bentuk uang, tetapi dengan ini juga dianjurkan bagi mereka yang
mampu. akan meminjamkan tanah kepada saudara-saudara mereka yang miskin tanpa
sewa .Sunnah diikuti oleh “Kata Amr,” Aku berkata kepada Tawus, Kamu harus
meninggalkan Makhahrah, karena mereka mengatakan Nabi SAW.melarangnya'. Dia berkata,
Ibnu 'Abbas menceritakan kepadaku bahwa Nabi SAW. Tidak melarang hal ini, tetapi dia
hanya berkata: "Jika salah satu dari kalian memberikannya sebagai hadiah untuk saudaranya,
lebih baik baginya daripada menerima sebagai pembayaran untuk itu" (H.R. Bukhari,
Muslim, dan Mishkat) . Jelas ini merupakan nasehat bagi pihak yang memiliki tanah yang
luas tetapi tidak dapat mengolahnya sendiri, bukan berarti tanah tersebut dapat disewa oleh
penyewa.(Mannan, 1992).
Mannan mengatakan bahwa produksi berkaitan dengan utilitas atau realisasi nilai guna.
Barang atau jasa yang diproduksi harus sesuai dengan aturan Syariah,halal dan hemat biaya
9
untuk menciptakan utilitas. Mannan mengklaim bahwa pendapatan dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan tingkat produksi, yaitu penggunaan maksimum sumber daya alam, modal dan
tenaga kerja (Mannan, 1992). Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Volume 1,
Nomor 1, Mei 2022 Menurut Mannan sangat menakjubkan karena sejak empat belas abad
yang lalu, Islam telah mengakui pentingnya pertumbuhan yang seimbang antara pertanian
dan industri.
Dalam Islam, untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang seimbang penggunaan tanah harus
dilakukan dengan efektif dan efisien, sesuai perannya sebagai faktor produksi.Namun, tidak
dapat dilupakan juga bahwa Islam menetapkan jika suatu masyarakat bertumpu pada satu
pekerjaan tertentu dan mengabaikan pekerjaan lainnya sehingga merugikan masyarakat maka
dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk mengubah kebiasaan tersebut.
Menurut Mannan, seseorang dapat memperoleh hak milik atas sumber daya alam jika ia telah
memenuhi kewajibannya kepada masyarakat.Kedua, tanah adalah sumber daya yang dapat
digunakan Islam menganggap sumber daya ini digunakan untuk semua generasi, dari generasi
sekarang hingga generasi mendatang. Kelangsungan hidup tanah pada generasi mendatang
bergantung pada penggunaan tanah oleh generasi sekarang, sehingga tidak dapat
disalahgunakan. Mannan kemudian memberikan saran yang bijaksana bahwa akan
meningkatkan pembangunan pertanian di negara Muslim melalui program pendidikan yang
sesuai dengan etika dan ajaran Islam. Selain itu,pendapatan yang dihasilkan dari sumber daya
yang terkuras harus disalurkan ke proyek pembangunan sosial, seperti pembangunan rumah
sakit dan universitas, daripada yang digunakan untuk pengembangan standar seperti yang
digunakan sekarang (Mannan, 1992).
Menurut Mannan, prinsip dasar produksi yang harus diperhatikan adalah stabilitas ekonomi.
Demikian pula, dalam sistem kapitalis, ada rekomendasi mengenai produksi barang dan jasa
yang dibuat berdasarkan prinsip kemakmuran ekonomi. Perbedaannya adalah bahwa dalam
konsep ekonomi Islam,prinsip ekonomi kebahagiaan terletak pada kenyataan bahwa ia
berfokus pada kebahagiaan umum yang lebih luas, yang menangani masalah yang berkaitan
dengan agama, moralitas, pendidikan, dan banyak lagi (Mannan, 1992).
Demikian pula, dalam sistem kapitalis, ada rekomendasi mengenai produksi barang dan jasa
yang dibuat atas dasar prinsip kesejahteraan. sangat ekonomis. Di setiap negara, konsep
kebahagiaan benar-benar menjadi tema utama, termasuk Indonesia. Indonesia memasukkan
rumusan cita-cita untuk kemaslahatan rakyat dalam Pembukaan UUD 19 5, kemudian dalam
10
batang tubuh bab XIV, pasal 33 terkait dengan ekonomi dan kesejahteraan nasional.Jadi,
dalam konteks ini, pemerintah memiliki peran kunci dalam memberikan layanan sosial secara
adil kepada warganya. Indonesia mengukur kebahagiaan tahun melalui BPS (Badan Pusat
Statistik) sehingga setiap tahun dapat diketahui apakah tahun bertambah atau berkurang. BPS
mengukur kebahagiaan melalui indikator, yaitu pengeluaran rumah tangga, pendapatan
keluarga ,tingkat pendidikan keluarga, kondisi rumah dan fasilitas rumah tangga. Dewasa ini
tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2019 melompat 4
poin dari 61.0 ke 65.4.
Namun, tingkat kemiskinan juga mengalami kenaikan yaitu pada Maret 2020 prosentase
penduduk miskin sebesar 9,78 % meningkat 0.56 % poin dari September 2019. Menurut
pendapat penulis, keadaan seperti ini disebabkan karena distribusi yang belum merata
sepenuhnya, mulai dari distribusi pendapatan hingga distribusi produksi.
Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat gini rasio Indonesia hingga Maret 2020 sebesar 0.381
(Badan Pusat Statistik, 2020). Berdasarkan kondisi di atas, jika dibandingkan dengan teori
produksi menurut Mannan yang mengutamakan kesejahteraan, maka konsep Mannan masih
sangat relevan jika konsep ini diterapkan pada suatu negara saat ini. Namun, untuk
mendukung upaya mencapai kemakmuran, harus meningkatkan intervensi negara
dibandingkan dengan dengan kegiatan ekonomi baik materi maupun immaterial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Muhammad Abdul Mannan merupakan seorang pemikir ekonomi islam yang bergelar
master di bidang politik. Pemikiran ekonomi Muhammad Abdul Mannan tertuang pada salah
satu karyanya yang berjudul Islamic Economic Theory and Practice yang menjelaskan bahwa
sistem ekonomi Islam sudah ada petunjuknya dalam Al–Quran dan Hadits. Muhammad
Abdul Mannan berpendapat bahwa individu adalah aktor utama dalam penciptaan masyarakat
11
dan negara, dan oleh karena itu, menurutnya, ekonomi berpusat pada individu. Oleh karena
itu, individu yang menganut agama dan bertanggung jawab secara sosial harus menjadi motor
penggerak ekonomi Islam. Kontrol sosial dan agama menjamin kebebasan individu untuk
memenuhi tugasnya di bawah Syariah. Mannan memastikan bahwa tidak akan ada konflik
antara individu, masyarakat dan negara jika mereka bertindak sesuai dengan posisinya sesuai
dengan Syariah. Dalam penerapan sistem ekonomi Islam, tujuan tercapai secara bersama-
sama antara kebebasan individu dan kontrol masyarakat yang saling melengkapi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13